Anda di halaman 1dari 52

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan unsur yang sangat essensial bagi pemeliharaan

berbagai bentuk kehidupan. Tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari

4-5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita

terdiri dari air. Syarat kuantitas dan kualitas merupakan syarat yang harus

dipenuhi dalam pemenuhan kebutuhan air (Depkes RI, 2005).

Keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat

merupakan hal yang mempengaruhi kebutuhan masyarakat terhadap air

Chandra (2006). Di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5

liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci, kakus 12 liter,

minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8

liter, cuci kendaraan 21,8 liter,wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter (Slamet,

2007).

Syarat kualitas air meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan

mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan

Pengawasan Kualitas Air.

Menurut Azwar (1996), air yang memenuhi persyaratan fisik adalah

air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, jernih, dan dengan suhu

sebaiknya dibawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa


2

nyaman. Dilihat dari parameter mikrobiologis, air yang digunakan untuk

keperluan sehari hari harus bebas dari bakteri patogen dengan bakteri

golongan coli sebagai indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen.

Dilihat dari parameterradioaktivitas, yakni dapat menimbulkan kerusakan

pada sel yang terpapar apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama.

Kerusakan dapat berupa kematian, dan perubahan komposisi genetik. Apabila

sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati maka kematian sel

dapat diganti kembali. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai

penyakit seperti kanker. Sedangkan dari segi parameter kimia, air yang baik

adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang

berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al),

arsen(As), barium (Ba), besi (Fe), mangan (Mn), flourida (F), tembaga (Cu),

derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya.

Cakupan pelayanan air bersih masih rendah di Indonesia, yaitu dengan

penduduk 220 juta lebih, kebutuhan air sangat bergantung kepada sumber air

baku yang didapat langsung dari alam, seperti air hujan, air sungai, dan air

tanah (sumur bor dan sumur gali). Perusahaan penyedia air bersih PAM

(Perusahaan Air Minum) atau PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) hanya

mampu memasok kebutuhan di kota-kota saja dengan kuantitas yang juga

masih kecil. Hal ini menyebabakan sebagian besar masyarakat yang tidak

terjangkau oleh pelayanan air bersih umumnya menggunakan air tanah atau

air permukaan untuk keperluan hidupnya sehari-hari. Namun, kedua sumber


3

air ini pada umumnya hanya dapat memenuhi kebutuhan air secara kuantitatif.

Air permukaan dan air tanah di sebagian besar wilayah Indonesia belum

memenuhi standar kualitas fisik, kimiawi dan biologis apabila tidak dilakukan

pengolahan sehingga tidak layak untuk diminum (Hartono, 2004).

Kenyataan di masyarakat, permasalahan kualitas air yang digunakan

masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air bersih yang sehat. Seringkali

ditemukan air tanah mengandung mangan (Mn) cukup tinggi kadarnya,

sehingga menimbulkan noda kecoklatan pada pakaian dan menyebakan

kerusakan otak. Misalnya, Di Desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan. Oleh

karena itu, menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990

tersebut, kadar mangan (Mn) maksimum dalam air bersih yang diperbolehkan

adalah 0,5 mg/.

Telah tersedia berbagai cara dan teknologi untuk mengurangi kadar

mangan (Mn) yang terdapat pada air, yang dibuat, dikembangkan dan

diterapkan sesuai dengan permasalahan yang ada dan sosial budaya

masyarakat. Salah satunya adalah menggunakan saringan pasir cepat dengan

penambahan KMnO4. Pada saringan pasir cepat biasanya digunakan pasir

sebagai medium. Zat padat tersuspensi dihilangkan pada waktu air melewati

suatu lapisan materi berbentuk butiran pasir Kalium Permanganat (KMnO4)

merupakan bahan yang dapat berfungsi sebagai oksidator dalam

menghilangkan mangan. Dengan penambahan KMnO4 pada pasir disaringan


4

pasir cepat, akan mengubah mangan terlarut menjadi mangan terendap.

Setelah melewati proses pada saringan pasir cepat tersebut diharapkan kadar

mangan ( Mn) pada air akan menurun.

Penelitian yang dilakukan oleh Dinata (2010) tentang efektivitas

penurunan kadar Mangan pada air sumur menggunakan saringan pasir cepat

dengan penambahan KMnO4. Saringan pasir cepat yang penambahan

KMnO41% dapat menurunkan kadar Mangan (Mn) dari 5,081 mg/l menjadi

0,381 mg/l. Berdasarkan observasi Siregar selama melaksanakan Pengalaman

Belajar Lapangan (PBL) dan berdasarkan survey awal di Desa Amplas

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, hampir semua air pada

sumur gali yang ada di daerah tersebut berwarna kuning kecoklatan dan

berbau. Ini merupakan indikator adanya mangan (Mn) pada air sumur yang

melebihi kadar maksimal. Kadar mangan (Mn) dari hasil pengukuran survei

awal yang dilakukan terhadap air sumur gali di desa tersebut adalah 1,01mg/l.

Dari hasil observasi awal yang telah dilakukan pada tanggal 23 Mei

2017. salah satu sumur gali yang berada di Jalan sultan Alauddin 2 RT 04 RW

08 kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate mengandung kadar Mn yang

cukup tinggi. Hal tersebut juga di perkuat setelah sampel air dibawa

kelaboratorium untuk pemeriksaaan awal dan hasilnya bahwa air sumur gali

tersebut mrngandung kadar Mn yaitu 1,8897 yang jika dibandingkan dengan

persyaratan air bersih telah melebihi standar yang di terapkan yaitu 0,5 mg/l.
5

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian

tentang ”Efektivitas Saringan Pasir Cepat dalam Menurunkan Kadar Mn pada

Air Sumur dengan penambahan KMnO4 1%.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan

masalah yaitu bagaimana efektifitas saringan pasir cepat dalam menurunkan

kadar mangan (Mn) pada air sumur dengan penambahan Kalium Pengamat

KMnO4 1%

C. Ruang Lingkup

Penelitian ini dibatasi dengan Menentukan “Efektifitas Saringan Pasir

Cepat untuk menurunkan kadar Mn pada air sumur gali sebelum dan sesudah

pengolahan”

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas penurunan kadar Mangan (Mn)

menggunakan saringan pasir cepat dengan penambahan KMnO4 1%

pada air sumur gali.


6

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kadar mangan (Mn) dalam air sumur gali

sebelum pengolahan.

2. Untuk mengetahui kadar Mangan (Mn) dalam air sumur gali

setelah melewati saringan pasir cepat dengan penambahan

KMnO4 1% dengan ketebalan 10 cm dalam waktu kontak 30

menit.

3. Untuk mengetahui kadar Mangan (Mn) dalam air sumur gali

setelah melewati saringan pasir cepat dengan penambahan

KMnO4 1% dengan ketebalan 20 cm dalam waktu kontak 30

menit.

4. Untuk mengetaui kadar Mangan (Mn) dalam air sumur gali

setelah melewati saringan pasir cepat dengan penambahan

KMnO4 1% dengan ketebalan 30 cm dalam waktu kontak 30

menit.

5. Manfaat Peneitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagi PenelitiPenelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan

dan pemahaman peneliti tentang efektifitas Saringan Pasir Cepat untuk

menurunkan kadar Mn pada air sumur gali.


7

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

Kesehatan Lingkungan khususnya tentang pengolahan air yang dapat

menurunkan kadar mangan (Mn).

3. Bagi Peneliti Selanjutnya.

Sebagai dasar atau kajian awal bagi peneliti lain yang ingin

meneliti permasalahan yang sama sehingga mereka memiliki landasan

dan alur yang jelas.

4. Bagi masyarakat

Sebagai informasi kepada masyarakat tentang proses pembuatan

Saringan Pasir Cepat dalam menurunkan kadar Mn pada air sumur

gali.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Air

1. Pengertian Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi

kehidupan makhlu hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak

dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan

sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini

terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu

Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan

kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa

perlu meminum minimal sebanyak 1,5 - 2 liter air sehari untuk

keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolisme

(Slamet, 2007 ).

Di dalam tubuh manusia, air diperlukan untuk transportasi zat -

zat makanan dalam bentuk larutan dan melarutkan berbagai jenis zat

yang diperlukan tubuh. Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum

memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar alveoli

(Mulia, 2005).
9

2. Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi merupakan suatu fenomena alam. Hidrologi

sendiri merupakan suatu ilmu yang mempelajari siklus air pada semua

tahapan yang dilaluinya (Chandra, 2006).

Menurut Sutrisno (2004) dalam buku Teknologi Penyediaan

Air Bersih, jumlah air di alam ini tetap ada dan mengikuti suatu aliran

yang dinamakan siklus hidrologi. Dalam siklus ini dengan adanya

penyinaran matahari, maka semua air yang ada di permukaan bumi

akan menguap.

Penguapan terjadi pada air permukaan, air yang berada pada

lapisan tanah bagian atas, air yang ada di dalam tumbuhan , hewan,

dan manusia. Karena adanya angin, maka uap air ini akan bersatu dan

berada di tempat yang tinggi yang sering dikenal dengan nama awan.

Oleh angin, awan ini akan terbawa makin lama makin tinggi dimana

temperatur di atas makin rendah, yang menyebabkan titik -titik air dan

jatuh ke bumi sebagai hujan.

Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk ke dalam air

permukaan (run-off), ada yang meresap ke dalam tanah (perkolasi) dan

menjadi air tanah yang dangkal maupun yang dalam, dan ada yang

diserap oleh tumbuhan. Air tanah dalam akan timbul ke permukaan

sebagi mata air dan menjadi air permukaan. Air permukaan yang

mengalir di permukaan bumi, umumnya berbentuk sungai-sungai dan


10

jika melalui suatu tempat rendah (Cekung) maka air akan berkumpul,

membentuk suatu danau atau telaga. Tetapi banyak diantaranya

mengalir ke laut kembali dan kemudian akan mengikuti siklus

hidrologi ini.

3. Sumber Air Di Alam

a. Air Laut

Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung

garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut tidak memenuhi

syarat untuk air minum.

b. Air Hujan

Dalam kehidupan sehari-hari air ini dikenal sebagai air

hujan. Dapat terjadi pengotoran dengan adanya pengotoran

udara yang disebabkan oleh kotoran - kotoran industri/debu

dan lain sebagainya tatapi dalam keadaan murni sangat bersih,.

Sehingga untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air

minum hendaknya tidak air hujan pada saat hujan baru turun,

karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan

memiliki sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur

maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat

terjadinya korosi (karatan). Disamping itu air hujan ini

mempunyai sifat lunak sehingga akan boros terhadap

pemakaian sabun.
11

c. Air Permukaan.

Menurut Chandra (2006) dalam buku Pengantar

Kesehatan Lingkungan, air permukaan merupakan salah satu

sumber penting bahan baku air bersih. Faktor- faktor yang

harus diperhatikan, antara lain :

1. Mutu atau kualitas baku.

2. Jumlah atau kuantitasnya

3. Kontinuitasnya.

Air permukaan seringkali merupakan sumber air yang

paling tercemar, baik karena kegiatan manusia, fauna, flora,

dan zat-zat lainnya.Air permukaan meliputi:

a. Air Sungai

Air sungai memiliki derajat pengotoran yang tinggi

sekali. Hal ini karena selama pengalirannnya mendapat

pengotoran, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-

daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Oleh karena itu

dalam penggunaannya sebagai air minum haruslah mengalami

suatu pengolahan yang sempurna.


12

b. Air Rawa

Kebanyakan air rawa berwarna kuning coklat yang

disebabkan oleh adanya zat - zat organis yang telah membusuk,

misalnya asam humus yang larut dalam air. Dengan adanya

pembusukan kadar zat organis yang tinggi tersebut, maka

umumnya kadar mangan (Mn) akan tinggi pula dan dalam

keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-

unsur mangan (Mn) ini akan larut.

c. Air Tanah

Menurut Chandra (2006) dalam buku Pengantar

Kesehatan lingkungan , air tanah merupakan sebagian air

hujan yang mencapai permukaan bumi dan menyerap ke dalam

lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai

lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa

lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya kesadahan pada air.

Kesadahan pada air ini akan menyebabkan air mengandung zat

- zat mineral dalam konsentrasi. Zat-zat mineral tersebut antara

lain kalsium, magnesium, dan logam berat seperti besi dan

mangan.
13

1. Air Tanah Dangkal

Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan

air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian

pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih

tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam - garam

yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai

unsure - unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan

tanah. Lapisan tanah di sini berfungsi sebagai saringan.

Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus

berlangsung, terutama pada air yang dekat dengan muka tanah,

setelah menemui lapisan rapat air, air yang akan terkumpul

merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini

dimanfaatkan untuk sumber air minum melaui sumur - sumur

dangkal.

2. Air Tanah Dalam

Air tanah dalam dikenal juga dengan air artesis. Air ini

terdapat diantara dua lapisan kedap air. Lapisan diantara dua

lapisan kedap air tersebut disebut lapisan akuifer. Lapisan

tersebut banyak menampung air. Jika lapisan kedap air retak,

secara alami air akan keluar ke permukaan. Air yang

memancar permukaan disebut mata air artesis. Pengambilan air

tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal
14

ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya

sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100 - 300 m)

akan didapatkan suatu lapis air.

Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur

ke luar dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur

artesis. Jika air tidak dapat ke luar dengan sendirinya, maka

digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah

dalam ini.

3. Mata Air

Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan

sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari

tanah dalam, hampir tida k terpengaruh oleh musim dan

kualitas/ kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam.

Berdasarkan keluarnya (munculnya ke permukaan tanah) mata

air dapat dibedakan atas :

a. Mata Air rembesan, yaitu mata air yang airnya keluar dari

lereng- lereng

b. Umbul, yaitu mata air dimana airnya keluar ke permukaan

pada suatu daratan.


15

4. Pemanfaatan Air

Pemanfaatan air untuk berbagai keperluan adalah:

1. Untuk keperluan air minum

2. Untuk kebutuhan rumah tangga ( cuci pakaian, cuci alat dapur dan lain-

ain)

3. Untuk ebutuhan rumah tangga ( gelontor, dan siram-siram tanaman )

4. Untuk konservasi sumber baku PAM

5. Taman rekreasi (tempat-tempat permandian, tempat cuci tangan)

6. Pusat perbelanjaan (khususnya untuk kebutuhan, yang dikaitkan

dengan proses kegiatan bahan-bahan / minuman, WC dan ain-lain)

7. Perindustrian I (Untuk bahan baku yang langsung dikaitkan dalam

prses membuat makanan, minuman seperti beh botl, coca cola,

perusahaan rti dan lain-lain).

8. Pertanian/ irigasi

9. Perikanan

10. Lain-lain

Menurut Alamsyah (2007) , Manfaat air bagi tubuh manusia adalah :

a. Membantu proses pencernaan

b. Mengatur proses metabolisme

c. Mengangkut zat-zat makanan

d. Menjaga keseimbangan suhu tubuh


16

5. Pengertian Air Bersih Dan Air Minum

Berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang

syarat-syarat pengawasan kualitas air, air minum adalah air yang kualitasnya

memenuhi syarat dan dapat diminum langsung. Air bersih adalah air yang

digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitsanya memenuhi syarat

kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

6. Syarat Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu

kuantitas dan kualitas (Depkes RI, 2005)

1. Syarat Kuantitas

Kebutuhan masyarakat terhadap air bervariasi dan bergantung

pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (

Chandra, 2006). Konsumsi air bersih di perkotaan Indonesia

berdasarkan keperluan rumah tangga,diperkirakan sebanyak 138,5

liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi,cuci, kakus 12

liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter

taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain

33,3 liter (Slamet, 2007).


17

2. Syarat Kualitas

Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan

mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang

Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air (Slamet, 2007).

a. Parameter Fisik.

Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak

berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan

dengan suhu sebaiknya dibawah suhu udara sedemikian rupa sehingga

menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang

rendah.

 Bauh

Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai

oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas

air.

 Rasa

Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang

tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang

dapat membahayakan kesehatan.


18

 Warna

Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk

mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun

mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan

adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah

di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh

karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat

organik ini bila terkena khloroform dapat membentuk

senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warna pun

dapat berasal dari buangan industri.

 Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi,

baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat

anorganik, biasanya berasal dari lapukan atuan dan logam,

sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman

atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber

kekeruhan.

 Suhu

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak

terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang

dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi


19

biokimia didalam saluran/pipa, mikroorganis patogen tidak

mudah berkembang biak, dan bila diminum air dapat

menghilangkan dahaga.

 Jumlah Zat Pada Terlarut.

Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat

organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS

bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya, efek

TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada

spesies kimia penyebab masalah tersebut.

b. Parameter Boilgis.
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung

bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan

kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan

untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri

golongan coli tidak merupakan bakteri golongan patogen, namum

bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri

patogen.

c. Parameter Radioaktiv
Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk

radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan


20

pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian, dan

perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat digant

kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel

mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti

kanker dan mutasi.

d. Parameter Kimia
Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak

tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi

kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), arsen(As),

barium (Ba), besi (Fe), flourida (F), tembaga (Cu), derajat keasaman

(pH), dan zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air bersih

yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar

maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor416/Menkes/Per/IX/1990. Penggunaan

air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang

melebihi ambang batas berakibat tidak baik bagi kesehatan dan

material yang digunakan manusia, contohnya antara lain sebagai

berikut :

 Besi Fe

Kadar besi (Fe) yang melebihi ambang batas

(1,0mg/l)menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru dan


21

menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding

pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan.

 pH

Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (netral) untuk

mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan

distribusi air. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah ,5-9.

 Klorida

Klorida adalah senyawa halogen klor (Cl). Dalam jumlah

banyak, klor (Cl) akan menimbulkan rasa asin, korosi pada

pipa sistem penyediaan air panas Sebagai desinfektan, residu

klor (Cl) di dalam penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi klor

(Cl) ini dapat terikat pada senyawa organic dan membentuk

halogen-hidrokarbon (Cl-HC) banyak diantaranya dikenal

sebagai senyawa-senyawa karsinogenik. Kadar maksimum

klorida yang diperbolehkan dalam air bersih adalah 600 mg/l.

 Tembaga (Cu)

Tembaga (Cu) sebetulnya diperlukan bagi perkembangan

tubuh manusia. Tetapi, dalam dosis tinggi dapat menyebabkan

gejala GI, SSP, ginjal, hati; muntaber, pusing kepala, lemah,

anemia, kramp, konvulsi, shock, koma dan dapat meninggal.


22

Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat,warna, dan korosi

pada pipa, sambungan, dan peralatan dapur.

 Mangan (Mn)

Mangan (Mn) adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan

seringkali bersifat khronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap

logam. Gejala yang timbul berupa gejala susunan syaraf:

insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga

ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng

(mask). Bila pemaparan berlanjut maka bicaranya melambat

dan monoton, terjadi hyperrefleksi, clonus pada patella dan

tumit, dan

berjalan seperti penderita parkinsonism.

 Seng (Zn)

Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat dan dapat

menyebakan gejala muntaber. Seng (Zn) menyebabkan warna

air menjadi opalescentdan bila dimasak akan timbul endapan

seperti pasir. Kadar maksimum seng (Zn) yang diperbolehkan

dalam air bersih adalah 15 mg/l.

7. Karakteristik Sumur

Sumur gal merupakan cara pengambilan air tanah yang banyak

diterapkan di daerah pedesaan Indosesia. Hal ini di karenakan pembuatannya


23

yang mudah serta dapat dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dengan

peralatan yang sederhana dan biaya yang murah. Sumur gali dipengaruhi oleh

musin dan sangat besar kemungkinannya untu mendapatkan pencemaran

apabila cara peletakannya salah (Djasio Sanrpie, 1984).

Untuk menghindar terjadinya pencemaran terhadap jenis tanah yang

berempung atau berpasir (Secara konversional), perlu diperhatikan

persyaratan pembuatan sumur gali,yaitu :

a. Syarat okasi melipti:

1. Jarak dari sumber pengotran 11 meter.

2. Lokasih sumur berada pada daerah yng mempunyai persediaan air

sepanjang masa.

3. Lokasi sumur diusahakan supaya bebas banjir.

4. Tidak jauh dari tempat pemukiman penduduk.

b. Syarat Kronstruksi meliputi:

1. Dinding sumur hadus kedap air sedaam meter dari tanah.

2. Bibir sumur harus keda air setinggi setinggi 0,5 -0,7 meter dari

permukaan tana

3. Pegambilan air dari dalam sumur harus dengan cara higienis.

4. Keliling sumur harus di buat latai seebar 1 meter dari dinding

sumur dan kedap air serta ditinggkan 20 cm di atas permukaan

tanah.
24

5. Dilengkapi denga saluran pembuangan air yang kotor dn di buat

kedap air sepanjang 10 meter.

6. Harus dilengkapi dengan sumur resapan untk daerah yang tidak

ada tempat penerimaan air limbahnya.

Kualitas air sumur gali sangat tergantung pada adanya

substansi asing baik berupa bahan rganik, anrganik, radiaktif, maupun

bilogis yang bersmber dari sumur gali tersebut (Djasio Sanropie, 1984).

a. Keuntungan dan Kerugian Pemanfaata Sumur Gali

1. Keuntunga:

a. Pada umumnya bebas dari kuman patoghen

b. Umumnya dapat di pakai tanpa penglaan ebih lanjut kecuai jika

dijadikan air minum.

c. Paling praktis dan ekonmis untk mndapatkannya.

2. Kerugian:

Oleh karena itu sumur gali berasal dari tanah maka mempunyai

kerugian-kerugian antara lain:

a. Seringkali banyk mengandung minera-mineral seperti :Fe,

Mn,Ca dan sebagainya.

Hal ini didasarkan pada karkteristik kimia dari air tanah yang

sangat tergantung pada lapisan tanah.

b. Biasanya membutuhkan pemompaan


25

B. TINJAUN UMUM MANGAN (Mn)

1. Karakteristik Mangan

Mangan merupakan unsur logam yang termasuk golongan VII,

dengan berat atom 54,93, titik lebur 12470C, dan titik didihnya 20320C

(BPPT, 2004). Menurut Slamet (2007) mangan (Mn) adalah metal kelabu-

kemerahan. Di alam jarang sekali dalam keadaan unsur. Umumnya berada

dalam keadaan senyawa dengan berbagai macam valensi. Di dalam

hubungannya dengan kualitas air yang sering dijumpai adalah senyawa

mangan dengan valensi 2, valensi 4, dan valensi 6. Di dalam air minum

mangan (Mn) menimbulkan rasa, warna (coklat/ungu/hitam), dan

kekeruhan.

2. Dampak Mangan (Mn) Terhadap Kesehatan

Dalam jumlah yang kecil (< 0,5 mg/l) , mangan (Mn) dalam air

tidak menimbulkan gangguan kesehatan, melainkan bermanfaat dalam

menjaga kesehatan dan tulang, berperan dalam pertumbuhan rambut dan

kuku, serta membantu menghasilkan enzim untuk metabolisme tubuh

untuk mengubah karbohidrat dan protein membentuk energi yang akan

digunakan. Mangan tersebar di seluruh jaringan tubuh. Konsentrasi

mangan tertinggiterdapat di hat i, kelenjar t iroid, ptuitari, pankreas, ginjal,

dan tulang. Jumlah total mangan pada laki-laki yang memiliki berat 70 kg
26

sekitar 12-20 mg. Jumlah pemasukan harian sampai saat ini belum dapat

ditentukan secara pasti, meskipun demikian, beberapa penelitian

menunjukkan bahwa jumlah minimal sekitar 2,5 hingga 7 mg mangan per

hari dapat mencukupi kebutuhan manusia (Anonimous, 2010).

Tetapi dalam jumlah yang besar (> 0,5 mg/l) , mangan (Mn) dalam

air minum bersifat neurotoksik. Gejala yang timbul berupa gejala susunan

syaraf : insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga

ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng/mask (

Slamet, 2007).

3. Teknologi Penurunan Kadar Mangan (Mn) Dalam Air Bersih

Di dalam sistem air alami pada kondisi reduksi, mangan (Mn) pada

umumnya mempunyai valensi dua yang larut dalam air. Oleh karena itu,

dalam sistem pengolahan air senyawa mangan valensi dua tersebut dengan

berbagai cara oksidasi diubah menjadi senyawa yang mempunyai valensi

yang lebih tinggi yang tidak larut dalam air sehingga dapat dengan mudah

dipisahkan secara fisik. Konsentrasi mangan di dalam sistem air alami

umumnya kurang dari 0,1 mg/l, jika konsentrasinya melebihi 0,1 mg/l

maka dengan cara pengolahan biasa sangat sulit untuk menurunkan

konsentrasinya sampai derajat yang diijinkan sebagai air minum. Oleh

karena itu perlu cara pengolahan yang khusus.


27

Teknologi atau proses untuk menghilangkan mangan (Mn) dalam

air, antara lain meliputi (Depkes RI, 2005) :

a) Oksidasi,

1. Oksidasi

Ada beberapa proses penghilangan Mangan dengan cara

oksidasi dapat dilakukan dengan kalium permanganat.

 Oksidasi dengan Kalium Permanganat (KMnO4)

Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan oksidator

kuat yang sudah sejak lama digunakan dalam proses pengolahan

air bersih penggunaan KMnO4 adalah sebagai oksidator untuk

mengurangi kadar mangan dalam air, serta untuk

menghilangkan rasa dan bau dari air yang diolah. Selain itu,

KMnO4 digunakan pula sebagai algacida. Penggunaan KMnO4

sangat terbatas karena harganya mahal, dayanya sebagai

baktericida rendah serta warnanya mengganggu bila digunakan

pada konsentrasi tertentu.

Dengan penambahan KMnO4 pada pasir di saringan

pasir cepat akan mengubah mangan terlarut menjadi mangan

terendap. Penghilangan mangan dalam air dengan

mengoksidasinya dengan oksidator berupa kalium permanganat

dengan persamaan reaksi sebagai berikut :


28

3 Mn2++ 2KMnO4+ 2 H2O 5MnO2+ 2K++ 4H

Secara stokhiometri, untuk mengoksidasi setiap 1 mg/l

mangan diperlukan kalium permanganat 1,92 mg/l. Dalam

prakteknya, kebutuhan kalium permanganat ternyata lebih

sedikit dari kebutuhan yang dihitung berdasarkan stokhiometri.

Hal ini disebabkan karena terbentuknya mangan dioksida yang

berlebihan yang dapat berfungsi sebagai oksidator dan reaksi

berlanjut sebagai berikut :

3Mn2++ MnO2+ 4 H2O 2 Mn2O3+ 8H.

2. Koagulasi

a. Penambahan Koagulan

Unsur mangan banyak terdapat dalam air tanah dan

pada umumnya berada dalam bentuk senyawa valensi II atau

dalam bentuk ion Mn2+. Lain halnya jika mangan tersebut

berada dalam air dalam bentuk senyawa organik dan

kolodial, misalnya bersenyawa dengan zat warna organik

atau asam humus (humus acid), maka keadaan yang

demikian susah untuk dihilangkan baik dengan cara aerasi,

penambahan klorin maupun dengan penambahan kalium

permanganate.

Untuk menghilangkan mangan seperti pada kasus

tersebut di atas, dapat dilakukan koagulasi dengan


29

membubuhkan bahan koagulan ,misalnya alumunium sulfat,

Al2(SO4).NH2O dalam air yang mengandung kolodial.

Dengan pembubuhan koagulan tersebut, kolodial dalam air

bergabung dan membentuk gumpalan (flock) yang kemudian

mengendap. Setelah kolodial senyawa mangan mengendap,

kemudian air disaring dengan saringan pasir cepat atau

saringan pasir lambat..Units) agar saringan dapat berjalan

dengan baik.

C. TINJAUAN UMUM SARINGAN PASIR CEPAT.

1. Saringan Pasir Cepat

Saringan pasir Cepat (SCP) atau bahasa kerennya Rapid Sand Filter

(RSF) merupakan saringan air yang dapat menghasilkan debit air hasil

penyaringan yang lebih banayak dari pada saringan pasir lambat (SPL).

Secara umum bahan lapisan Saringan Pasir Cepat seperti halnya

dengan saringan pasir lambat, yakni terdiri atas lapisan pasir pada bagian atas

dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringanair terbalik bila

dibandingkan dengan saringan pasir lambat, yakni dari bawah ke atas (Up

Flow). Air bersih di dapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati

lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan pasir.

Saringan pasir cepat mempunyai kecepatan 40 kali lebih cepat

dibanding kecepatan saringan pasir lambat, dapat dicuci dan dapat digunakan
30

dengan koagulan kimia, sehingga efektif untuk pengolahan air dengan

kekeruhan tinggi. ( Ir, Biskar dkk, 1995).

Saringan pasir cepat terbuka juga disebut juga saringa

gravitai.Saringan sejenis ini merupakan saringan yg sering digunakan dalam

pengolahan air untuk menghilangkan flok yang tidak mengendap setelah

koagolasi dan sedimentasi.

Pada saringan pasir cepat biasanya digunakan pasir sebagai medium,

tetapi prosesnya sangat berbeda dengan saringan pasir lambat. Hal ini

disebabkan karena digunakan butir pasir yang lebih besar atau kasar. Dalam

pengolahan air tanah, saringan pasir cepat digunakan untuk menghilangkan

besi dan mangan. Untuk membantu proses filtasi, sering dilakukan aerasi

sebagai pengolahan pendahuluan untuk membentuk senyawa tidak terlarut

dari besi dan mangan.

Media penyaring saringan pasir cepat adalah pasir kasar berukuran

antara 0,4 – 1,22 mm dengan kecepatan penyaringan diatur antara 5 – 15

m³/m²/jam.

Lapisan pasir setebal 0,6 – 0,8 m ditempatkan di dalam bak beton

dengan kedalaman 2,7 m di atas lapisan koral seteba 0,4 sampai 0,6 m yang

disusun bergradasi.

Di dalam lapisan koral ditempatkan pipa-pipa mengumpul air bersih.

Tinggi air di atas permukaan saringan 0, 9 – 1.2 m. Selama penyaringan air

turun ke bawah melalui lapisan saringan karena kombinasi dari tekanan air di
31

atas dan di hisapan dari bawah.Filter di bersihkan dengan bak wash dari

bawah ke atas. Zat tersuspensi yang bertahan dipermukaan fite akan tebawah

air ke atas. Zat yang tersuspensi yang bertahan dipermukaan filter akan

tebawah air dan ditampung pada pipa/saluran khusus untuk dialirkan ke luar

bak..

Tabel 2.1: Perbedaan antara saringan pasir cepat da saringa pasir lambat

adalah sbb.

Karakteristik Saringan Pasir Cepat Saringan pasir lambat

-Kecepatan filtrasi (4,5) m/jam (),1-0,4) m/jam

-Ketebalan media 0,8 (0.1-0,5) m

-Ukuran pasir ekeftif 0,45-0,55) mm (0,25-0,35) mm

-Keofisien kesetagaman 1,5 (2,-3)

Pasir

-Kehilangan tekanan2 3,5 m 1,0 m

maksimum

-Periode pencucian (24-48) jam 20-60 hari

-Diameter media pencucian (0,5-1,5) mm (0,5-1,5) mm

penyaringan.
32

Persyaratan pasir cepat untuk saringan pasir adaah sbb :

1. Bersih tidk mengandung tanah liat dan zat organik

2. Butiran maksimum 2 mm

3. Derajat kekerasan 0,3-0,8

4. Berat jenis 2,35-2,65

5. Air bekas cucian tidal mengandung SiO2 lebih dari 30 ppm

( Ir, Biskar dkk, 1995 ).


33

BAB III

METODE PENEITIAN

A. METODE PENELITIAN

1. Kerangka konsep

Air Sumur Gali

Saringan Pasir
Cepat dengan
Penambahan KMnO4
1% dengan variasi
Ketebalan 10 cm, 20 cm,
30 cm dengan waktu
kontak 30 menit

Kadar Mangan (Mn)


Air setelah Pengolahan

Pemeriksaan Laboratorium

Memenuhi Tidak memenuhi


Persyaratan persyaratan

Gambar 3.1 skema kerangka pikir


34

Keterangan:

Air sumur gali merupakan sarana air bersih yang digunakan

masyarakar untuk keperuan sehari-hari, Sarana air bersih (SGL) harus

memenuhi syarat fisik, kimia dan bioogis. Untuk menurunkan kadar

Mangan (Mn) yang tinggi pada air sumur gali dapat dilakukan

penyaringan dengan menggunakan Saringan Pasir Cepat dengan

penambahan KMnO4 1% dengan variasi ketebalan 10 cm, 20 cm dan 30

cm dengan waktu kontak 30 menit, Untuk mengetahui apakah Saringan

Pasir Cepat Efektif atau tidak, Maka dilakukan Uji Laboratorium untuk

menganalisa apakah terjadi penurunan kadar Mangan (Mn) pada air

sumur gali tersebut atau tidak.

Variabel Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat


Saringan pasir cepat Menurunkan kadar
dengan penambahan Mangan (Mn)
Kalium Permanganat
(KMnO4)

Variabel
Pengganggu

Suhu dan pH
35

Gambar 3.2 skema hubungan antar variabel

Keterangan:

1. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel

terikat yaitu dengan menggunakan saringan pasir cepat dengan

penambahan kalium permanganat (KMnO4).

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas yaitu penurunan kadar mangan pada sumur air gali.

3. Variabel pengganggu adalah variabel yang diduga dapat

memberikan pengaruh terhadap proses pengolahan misalnya suhu

dan pH.

4. Definisi Oferasional

a. Kadar Mangan (Mn) merupakan salah satu logam yang biasanya

berada pada air sumur gali yang bisa bersifat toxic pada tubuh

manusia.

b. Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan bahan kimia berbentuk

cair yang langsung di beli dan digunakan sebagai oksidator untuk

menurunkan kadar mangan pada air sumur gali.

c. Air Sumur Gali merupakan sarana kebutuhan manusia yang berada

di Jl. Sultan Alaudin 2 yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.
36

d. Saringan Pasir Cepat Merupakan alat penyaring yang digunakan

untuk menyaringkan logam yang berada pada air sumur gai.


37

4. Kriteria Objektif

a) Saringa Pasir Cepat dengan penambahkan KMnO4 1% dikatakan

efektif apabila mampu menurunkan kadar Mangan (Mn). apabila

hasil penyaringan sudah memenuhi standar Permenkes No.

416/MENKES/PER/IX/1990. Yaitu 0,5 mg/L

b) Saringan Pasir Cepat dengan penambahkan KMnO4 1% dikatakan

tidak efektif apabila tidak mampu menurunkan kadar Mangan

(Mn) apabila hasil penyaringan belum memenuhi standar

Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Yaitu 0,5 mg/L

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan

dengan analisis laboratorium dengan menggunakan pendekatan

deskriptif sebagai analisis suatu hubungan yang terkait dengan

parameter yang diteliti.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan sampel dilakukan Jl. Sultan Alauddin 2

yaitu sampel air sumur diambil langsung dari sumur ibu Nurmi dan

dilanjutkan Tempat pemasangan instrumen penelitian dan pelaksanaan

percobaan atau pengolahan di lakukan di Workshop Akademi

Kesehatan Lingkungan Muhammadiyah selanjutnya untuk pengujian

kandungan Mn sebelum dan sesudah penyaringan yaitu di


38

Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian

Penyakit (BTKLPP) kelas 1 Makassar.

D. Teknik Dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Populasi dan sampel

a) Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah air sumur gali yang berada di

Jl. Sultan Alaudin 2, RT 04 RW 08.

b) Sampel

Sampel yang di teliti adalah air sumur di rumah ibu Nurmi.

2. Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer dari penelitian ini yaitu diperoleh dari hasil periksaan

sampel di Laboratorium BTKLPP KELAS 1 Makkassar terhadap

air sumur yang mengandung kadar Mn.

b. Data Sekunder

Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari kajian pustaka dan

beberapa buku dan literatur lain yang berkaitan dengan penelitian

ini.
39

E. Metode Pelaksanaan Eksperimen Dan Pemeriksaan

1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan dala pemeriksaan eksperimen ini terdiri dari

dua,yaitu alat dan bahan yang digunaka di lapangan berupa alat

penyaringan dan alat yang di gunakan dalam pemeriksaan di

Laboratorium untuk pemeriksaan kadar Mangan (Mn).

a. Alat dan bahan untuk penyaringa

1. Alat

 Ember

 Kran air

 Alat tulis dan camera untuk dokumentasi

2. Bahan

 Ijuk

 Kerikil

 Pasir

 Sampel air sumur gali


40

2. Cara Kerja Penelitian.

Sebelum dilakukan pengolahan dengan meakukan

penyaringan pasir cepat ,terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan awal

terhadap kandungan Mangan (Mn) pada air sumur gali. Air sumur

gali yang diperiksa merupakan air yang selama ini digunakan sehari-

hari, yang salah satunya berada di JL Sultan Alaudin 2 RT 004, RW

008 Keurahan Mangasa yang mengandung kadar Mangan (Mn) yang

cukup tinggi yaitu 1,8897 mg/l. Jika dibandingkan dengan persyaratan

air bersih telah melebihi standar yang ditetapkan yaitu 0,5 mg/l.

Persiapan selanjutnya yaitu mempersiapkan media yang akan

di gunakan yaitu Ijuk,kerili dan pasir, sebeum digunakan media

terlebih dalulu di bersihkan dulu untuk menghilankan kotoran yang

menempel

Selanjutnya siapkan 4 ember kemudian masukan masing-

masing ember tersebut dengan media kerikil dengan ketebalan 5 cm,

Ijuk 2 cm, pasir 10, 20 dan 30 cm, dan terakhir dilapisi lagi Ijuk 2

cm. Seanjutnya alirkan air ke dalam wadah yang telah terisi media

dan masukan Kalium Permanganat (KMnO4) 1%.


41

Untuk pengambian sampel dilakukan setelah peroperasian

penyaringan dengan kontak waktu 30 menit. Langkah selanjutnya

samper air di bawa ke Labratoriun Balai Tehnik Kesehatan

Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas 1 Makassar

untuk dilakukan analisa terhadap kandungan Mangan (Mn) pada air

sumur gali.

b. Alat dan bahan pemeriksaan kadar Mangan di laboratorium

1. Alat

 Botl sampel

 Erlemeyer

 ICP (Optical Emission Spectrometer)

 Pipet tetes

 Kertas Saring

 Botol semprot plastik

2. Bahan

 Reangen Fe

 Reangen Mn

 Membran Filter 0,4 mm

 HNOᶾ 0,1m

 Aquades
42

3. Cara Kerja Pemeriksaan Kadar Mangan (Mn) di LAB

Siapkan Sampel air sumur gali,setelah itu masukan air

ke dalam botol sampel,bilas tabung erlemeyer dengan

aqudes, setelah itu sampel di saring masukan ke dalam

tabung erlemeyer kemudian tuang kembali dalam botol

sampel, dan tambahkan larutan NHO3 2 tetes dan sampel di

kocok, dan siap di pindahkan pada alat ICP ( Optical

Emission Spectrometer) untuk membaca hasilnya.

F. Pengolahan Data

Data yang merupakan hasil penyaringan merupakan metode

saringan pasir cepat dan pemeriksaan di Laboratorium yang diperoleh,

diedit, diberi kode, dan di sajikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi.

G. Analisis Data

Analisis yang digunaka dari hasil pemeriksaan Laboratorium

dianaisis secara deskriptif yaitu dengan menghubungkan variabel yang

terikat dan hasil pemeriksaan Laboratorium.


43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 29 Juli - 2 Agustus 2017 di

worskop AKL Muhammadiyah Makassar dan pemeriksaan sampel di

BTKLPP Makassar.

Hasil penelitian di lihat pada tabel:

Tabel 4.1 Penurunan kadar Mn dengan menggunakan saringan pasir cepat pada

Kontrol dengan kontak waktu 30 menit, Juli 2017

Kadar Mangan (Mn) mg/L


Penurunan Persentase (%)
No Percobaan
(mg/L) penurunan
Sebelum Sesudah

1 I 1,8897 0,4713 1,4184 75%

2 II 1,8897 1,6948 0,1949 10.31%

Rata-rata 1,8897 1.08305 0,80665 42.6%

Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa kadar Mangan (Mn) sebelum

pengolahan pada percobaan pertama sebesar 1,8897 mg/L dan setelah

pengolahan diperoleh hasil sebesar 0,4713 mg/L, besarnya penurunan yaitu

1,4184 mg/L dengan persentase penurunan sebesar 75%. Pada percobaan kedua

kadar Mangan (Mn) sebelum pengolahan yaitu 1,8897 mg/L dan setelah
44

pengolahan yaitu sebesar 1,6948 mg/L, adapun besarnya penurunan sebesar

0,1949 mg/L dengan persentase penurunan yaitu 42%, jadi rata-rata besarnya

penurunan yaitu 0,80665 mg/L dengan rata-rata persentase penurunan sebesar

42.6%.

Tabel 4.2 Penurunan kadar Mn dengan menggunakan saringan pasir cepat dengan
ketebalan 10 cm, kontak waktu 30 menit, Juli 2017.

Kadar Mangan (Mn) mg/L


Penurunan Persentase (%)
No Percobaan
(mg/L) penurunan
Sebelum Sesudah

1 I 1,8897 0,3617 1,528 80,2

2 II 1,8897 0,3879 1,5018 79,4

Rata-rata 1,8897 0,3748 1,5149 75,7

Sumber : Data Primer

Pada tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa kadar Mangan (Mn) sebelum

pengolahan pada percobaan pertama sebesar 1,8897 mg/L dan setelah

pengolahan diperoleh hasil sebesar 0,3617 mg/L, besarnya penurunan yaitu

1,528 mg/L dengan persentase penurunan sebesar 80,2%. Pada percobaan

kedua kadar Mangan (Mn) sebelum pengolahan yaitu 1,8897 mg/L dan setelah

pengolahan yaitu sebesar 0,3879 mg/L, adapun besarnya penurunan sebesar

1,5018 mg/L dengan persentase penurunan yaitu 79,4%, jadi rata-rata besarnya

penurunan yaitu 1,5149 mg/L dengan rata-rata persentase penurunan sebesar

75,7%.
45

Tabel 4.3 Penurunan kadar Mn dengan menggunakan saringan pasir cepat dengan
ketebalan 20 cm, kontak waktu 30 menit, Juli 2017.

Kadar Mangan (Mn) mg/L


Penurunan Persentase (%)
No Percobaan
(mg/L) penurunan
Sebelum Sesudah

1 I 1,8897 0,0353 1.8544 80,16

2 II 1,8897 0,4376 1,4137 76,8

Rata-rata 1,8897 0,2364 1,6533 87,49

Sumber : Data Primer

Pada tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa kadar Mangan (Mn) sebelum

pengolahan pada percobaan pertama sebesar 1,8897 mg/L dan setelah

pengolahan diperoleh hasil sebesar 0,0353 mg/L, besarnya penurunan yaitu

1,8544 mg/L dengan persentase penurunan sebesar 80,16%. Pada percobaan

kedua kadar Mangan (Mn) sebelum pengolahan yaitu 1,8897 mg/L dan setelah

pengolahan yaitu sebesar 0,4376 mg/L, adapun besarnya penurunan sebesar

1,4137 mg/L dengan persentase penurunan yaitu 76,8%, jadi rata-rata besarnya

penurunan yaitu 1,6533 mg/L dengan rata-rata persentase penurunan sebesar

87,49%.
46

Tabel 4.4 Penurunan kadar Mn dengan menggunakan saringan pasir cepat dengan

ketebalan 30 cm, kontak waktu 30 menit, Juli 2017.

Kadar Mangan (Mn) mg/L


Penurunan Persentase (%)
No Percobaan
(mg/L) penurunan
Sebelum Sesudah

1 I 1,8897 0,0331 1,8566 98,2

2 II 1,8897 0,0592 1,8305 96,8

Rata-rata 1,8897 0,0461 1,8438 97,5

Sumber : Data Primer

Pada tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa kadar Mangan (Mn) sebelum

pengolahan pada percobaan pertama sebesar 1,8897 mg/L dan setelah

pengolahan diperoleh hasil sebesar 0,0331 mg/L, besarnya penurunan yaitu

1,8566 mg/L dengan persentase penurunan sebesar 98,2%. Pada percobaan

kedua kadar Mangan (Mn) sebelum pengolahan yaitu 1,8897 mg/L dan setelah

pengolahan yaitu sebesar 0,0592 mg/L, adapun besarnya penurunan sebesar

1,8305 mg/L dengan persentase penurunan yaitu 96,8%, jadi rata-rata besarnya

penurunan yaitu 1,8438 mg/L dengan rata-rata persentase penurunan sebesar

97,5%.
47

Tabel 4.5 Efektivitas Saringan pasir cepat dalam menurunkan kadar Mangan

(Mn) pada air sumur gali dengan penambahan KMnO 1%. (Eksperimen)

No Variasi Ketebalan Penurunan

1 10 cm 1,5149

2 20 cm 1,6533

3 30 cm 1,8438

Sumber : data Primer yang diolah Agustus 2017

Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa kadar mangan (Mn)

sebesar 1,8897 mg/L pada air sumur gali dengan menggunakan saringan pasir

mampu menurunkan kadar mangan (Mn) yang sesuai dengan standar

permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat –syarat dan

pengawasan kualitas air bersih, bahwa kadar maksimum besi yang

diperbolehkan untuk air bersih adalah 0,5 mg/L.

B. Pembahasan

1. Mangan Dalam Air Sumur Gali

Dalam air sumur gali terdapat berbagai komponen logam yang

berbahaya apabila air tersebut dikonsumsi oleh manusia. Diantaranya mangan

(Mn). Di Jalan Sultan Alaudin 2 merupakan salah satu tempat yang padat

akan rumah penduduk dan hal ini yang menjadi salah satu sumber adanya air

sumur gali dilokasi sekitar yang apabila dilihat secara langsung penempatan
48

sumur gali tersebut sangat berdekatan dengan banyak pepohonan yang

menyebabkan tanah disekitar tersebut terurai menjadi humus dan dapat

mencemari air sumur gali tersebut. Waktu pengambilan sampel awal di lokasi

tersebut pada tanggal 23 Mei 2017 dan pengambilan sampel untuk disaring

pada tanggal 23 Mei 2017 .

Jumlah mangan yang dihasilkan pada pemeriksaan awal yaitu

sebanyak 1,8897 yang telah melampaui standar mangan yang seharusnya

berada di air. Dalam jumlah yang besar (0,5 mg/l), mangan dalam air minum

bersifat neurotoksik. Gejala yang timbul berupa gejala susunan syaraf :

insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka

menjadi beku dan muka tampak seperti topeng/mask (Slamat, 2007).

Proses ontuk menghilangkan kadar Mangan (Mn) dalam air sumur gali

dengan penamabhan kalium permanganat . Kalium permanganat merupakan

oksidator yang sudah sejak lama digunakan dalam proses pengolahan air

bersih, Penggunaan KMnO4 adalah sebagai oksidator untuk mengurai kadar

Mangan (Mn) dalam air, Serta untuk menghilangkan rasa dan bauh dari air

yang diolah. Dengan penambahan Kalium Permanganat pada saringan pasir

cepat akan mengubah Mangan (Mn) terlarut menjadi Mangan (Mn) terendap.

2. Penyaringan pasir cepat

Dalam penelitian ini salah satu upaya untuk menurunkan kadar

mangan di air yaitu dengan menggunakan teknologi, oksidasi dan koagulasi.

Oksidasi yaitu dengan menambahkan kalium permanganate (KMnO4) pada


49

air yang akan disaring. Koagolasi yaitu dengan menggunakan alat

penyaringan pasir cepat. Saringan pasir cepat juga di sebut saringan gravitasi,

Saringan jenis ini merupakan saringan yang sering digunakan dalam

pengolahan air untuk menghilangkan flok yang tidak mengendap setelah

koagolasi dan sedimentasi.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas saringan pasir

cepat dengan penambahan KMnO4 1% untuk menurunkan kadar Mangan

(Mn) pada air sumur gali. Penelitian ini menggunakan komponen media

saringan yaitu ijuk, kerikil dan pasir kuarsa. Pada penelitian ini dilakukan 2

kali percobaan dengan ketebalan media pasir yang berbeda-beda yakni 10 cm,

20 cm, dan 30 cm serta waktu kontak yang sama yakni 30 menit.

Percobaan pertama dilakukan dengan menggunakan 4 alat penyaringan

pasir cepat dengan waktu kontak masing-masing 30 menit yakni pertama,

kontrol dengan media yang digunakan hanya ijuk 4 cm dan kerikil 5 cm tanpa

menggunakan pasir kuarsa. Kedua, ketebalan pasir 10 cm dengan media yakni

kerikil 5 cm, ijuk 2 cm, pasir kuarsa 10 cm dan ijuk 2 cm lagi. Ketiga,

ketebalan 20 cm dengan media yakni kerikil 5 cm, ijuk 2 cm, pasir kuarsa 20

cm dan ijuk 2 cm lagi. Kemudian keempat, ketebalan 30 cm dengan media

yakni kerikil 5 cm, ijuk 2 cm, pasir kuarsa 30 cm dan ijuk 2 cm lagi.

Kemudian air tersebut dimasukkan kedalam botol sampel, dan dilanjutkan

percobaan kedua dimana pada percobaan tersebut perlakuanya sama dengan


50

perlakuan percobaan pertama yakni ketebalan yang berbeda-beda dengan

waktu kontak sama 30 menit.

Fungsi media ijuk untuk menyaring kotoran yang tidak terlalu halus,

pasir menyaring kotoran yang halus, sedangkan kerikil menyaring kotoran

yang yang tidak halus.

Dari kedua percobaan yang dilakukan, ketebalan yang paling banyak

menurunkan kadar Mangan di air yaitu pada percobaan pertama dengan

ketebalan pasir 30 cm dari 1,8897 mg/L menjadi 0,0331 1 mg/L (97,56 %).

Hal ini menandakan bahwa dengan menggunakan ketebalan 30 cm tersebut

dapat menurunkan kadar Mangan pada air.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dinata tahun 2010

penurunan kadar Mangan pada air sumur yang menggunakan saringan pasir

cepat dengan penambahan KMnO4 1% dapat menurunkan kadar Mangan

(Mn) yaitu pada percobaan kedua dengan ketebalan 40 cm dari 5,081 mg/L

menjadi 0,381mg/L.

Perbedaan dari kedua hasil penelitian tersebut dengan menggunakan

saringan pasir cepat dalam menurunkan kadar Mangan pada air sumur gali

dipengaruhi oleh ketebalan yang berbeda, ketebalan yang paling banyak

menurunkan kadar Mangan yakni ketebalan 30 cm sedangkan pada penelitian

yang dilakukan oleh Dinata tahun 2010, ketebalan yang paling banyak

menurunkan kadar Mangan yakni ketebalan 40 cm sehingga hasilnya

berbedaan.
51

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpuan

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat di ambil

beberapa kesimpulan

1. Kadar Mangan (Mn) pada air sumur gali sebelum dilakukan penyaringan

adalah 1,8897 mg/L.

2. Kadar Mangan (Mn) pada air sumur gali sebelum dilakukan penyaringan

adalah 1,8897 mg/L.

3. Rata-rata kadar Mangan (Mn) dalam air sumur gali setelah dilakukan

penyaringan menggunakan saringan pasir cepat dengan penambahan

KMnO4 1% dengan ketebalan 20 cm dan kontak waktu 30 menit adalah

sebesar 0,3748 mg/L

4. Rata-rata kadar Mangan (Mn) dalam air sumur gali setelah dilakukan

penyaringan menggunakan saringan pasir cepat dengan penambahan

KMnO4 1% dengan ketebalan 30 cm dan kontak waktu 30 menit adalah

sebesar 0,2364 mg/L


52

B. Saran

1. Bagi masyarakat agar menggunakan saringan pasir cepat dengan

ketebalan 30 cm dengan kontak waktu 30 menit agar mendapatkan

air yang bersih dan layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

2. Bagi pemerintah setempat agar melakukan penyuluhan mengenai

air bersih dan metode pengolahannya saringan pasir cepat pada

masyarakat.

3. Perlu penelitian mengenai saringan pasir cepat dalam menurunkan

kadar Mangan (Mn)/ menghilangkan zat-zat yang berbahaya dalam

pengolahan air bersih.

Anda mungkin juga menyukai