Anda di halaman 1dari 5

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Kepemimpinan”, yang
mana makalah ini kami susun untuk bertujuan memenuhi tugas untuk mata kuliah Perilaku
Organisasi.
Makalah ini membahas tentang Kepemimpinan, walaupun makalah ini mungkin
kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat
menambah pengetahuan bagi pembaca.
Demikianlah makalah ini kami susun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan
dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Medan, 05 April 2019


BAB I
TEORI

Arti Penting Kepemimpinan Dan Sumber Kekuasaan


Persoalan kepemimpinan selalu memberikan persoalan yang menarik. Topik ini
senantiasa memberikan daya tarik yang kuat pada setiap orang. Literatur-literatur tentang
kepemimpinan senantiasa memberikan penjelasan bagaimana menjadi pemimpin yang baik,
sikap dan gaya yang sesuai dengan situasi kepemimpinan dan syarat-syarat pemimpin yang
baik.
Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh
kepemimpinan ini. Suatu ungkapan yang mulia mengatakan bahwa pemimpinlah yang
bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan ungkapan yang
menundukkan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi yang terpenting.
Menurut Thoha (2014) kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku
orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku
manusia baik perorangan maupun kelompok.
Sumber dan bentuk kekuasaan kalau ditelusuri sejarahnya dapat dikembalikan pada
pernyataan Machiavelli yang pertama kali dikemukakan pada abad ke-16. Machiavelli
menyatakan bahwa hubungan yang baik itu tercipta jika didasarkan atas cinta (kekuasaan
pribadi) dan ketakutan (kekuasaan jabatan).
Menurut Thoha (1995) kekuasaan dapat diartikan sebagai suau potensi pengaruh dari
seorang pemimpin tersebut. Ini merupakan suatu sumber yang memungkinkan seorang
pemimpin mendapatkan hak untuk mengajak atau mempengaruhi orang-orang lain. Adapun
otoritas (authority) dapat dirumuskan sebagai suatu tipe khusus dari kekuasaan yang secara
asli melekat pada jabatan yang diduduki oleh pemimpin. Dengan demikian otoritas adalah
kekuasaan yang disahkan oleh suatu peranan formal seseorang dalam suatu organisasi.

Teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh
mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta
menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya
mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi.
Menurut Thoha (1995), berikut ini diuraikan beberapa teori yang tidak asing lagi bagi
literatur-literatur kepemimpinan pada umumnya :
1. Teori Sifat (Trait Theory)
Teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali pada zaman Yunani kuno dan
zaman Roma. Pada waktu itu orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan,
nukannya dibuat. Teori the Great Man menyatakan bahwa seseorang yang
dilahirkan sebagai pemimpin ia akan menjadi pemimpin apakah ia mempunyai
sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin. Contoh dalam sejarah ialah
Napoleon, Ia dikatakan mempunyai kemampuan alamiah sebagai pemimpin, yang
dapat menjadikan nya sebagai pemimpin besar pada setiap situasi.
Dalam teori ini Keith Davis merumuskan empat sifat umum yang tampaknya
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi :
(1)Kecerdasan
Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin.
(2)Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta
mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial.
(3)Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk
berprestasi. Mereka bekerja berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinsik
dibandingkan dari yang ekstrinsik.
(4)Sikap-Sikap Hubungan Kemanusiaan
Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan
para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.
2. Teori Kelompok
Teori kelompok dalam kepemimpinan ini dasar perkembangannya berakar pada
psikologi sosial. Dan teori pertukaran yang klasik membantunya sebagai suatu
dasar yang penting bagi pendekatan teori kelompok.
Teori kelompok ini beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai tujuan-
tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif diantara pemimpin
dan pengikut-pengikutnya.
3. Teori Situasional dan Model Kontijensi
Dimulai pada sekitar tahun 1940-an ahli-ahli psikologi sosial memulai meneliti
beberapa variabel-situasional yang mempunyai pengaruh terhadap peranan
kepemimpinan, kecakapan, dan perilakuny, berikut pelaksanaan kerja dan
kepuasan para pengikutnya.
Dalam pengukuran yang dipergunakan saling bergantian dan ada hubungannya
dengan gaya kepemimpinan tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:
(1) Hubungan kemanusiaan atau gaya yang lunak dihubungkan pemimpin
yang tidak melihat perbedaan yang besar di antara teman kerja yang paling
banyak dan paling sedikit disukai atau memberikan suatu gambaran yang
relatif menyenangkan kepada teman kerja yang paling sedikit di senangi.
(2) Gaya yang beorientasi tugas atau “hard nosed” dihubungkan dengan
pemimpin yang melihat suatu perbedaan besar diantara teman kerja yang
paling sedikit disenangi dan memberikan suatu gambaan yang paling tidak
menyenangkan pada teman kerja yang paling sedikit diskusi.
4. Teori Jalan Kecil-Tujuan (Path-Goal Theory)
Seperti telah diketahui secara luas pengembangan teori kepemimpinan selain
berdasarkan pendekatan kontijensi, dapat pula didekati dari teori path-goal yang
mempergunakan kerangka teori motivasi. Hal ini merupakan pengembangan yang
sehat karena kepemimpinan disatu pihak sangat dekat berhubungan dengan
motivasi kerja, dan pihak lain berhubungan dengan kekuasaan. Setiap teori yang
berusaha mensintesakan bermacam-macam konsep kelihatannya merupakan suatu
langkah yang mempunyai arah yang benar.
Adapun teori path-goal versi House, memasukkan empat tipe atau gaya utama
kepemimpinan sebagai berikut:
(1) Kepemimpinan direktif.
Tipe ini sama dengan model kepemimpinan yang otokratis dari Lippitt dan
White. Bawahan tahu senyatanya apa yang diharapkan darinya dan
pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin. Dalam model ini tidak
ada partisipasi dari bawahan.
(2) Kepemimpinan yang mendukung
Kepemimpinan model ini mempunyai kesediaan untuk menjelaskan
sendiri, bersahabat, mudah didekati dan mempunyai perhatian
kemanusiaan yang murni terhadap para bawahannya.
(3) Kepemimpinan pastisipatif
Gaya kepemimpinan ini, pemimpin berusaha meminta dan
mempergunakan saran-saran daro para bawahannya. Namun pengambilan
keputusan masih berada padanya.
(4) Kepemimpinan yang beorientasi pada prestasi
Gaya kepemimpinan ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang
para bawahannya untuk berpartisipasi. Demikian pula pemimpin
memberikan keyakinan kepada mereka bahwa mereka mampu
melaksanakan tugas pekerjaan mencapai tujuan secara baik.
Fungsi Kepemimpinan
Aspek pertama pendekatan prilaku kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi
yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya agar kelompoknya dapat berjalan dengan
efektif, seseorang harus melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, yaitu:
1.Pemimpin sebagai penentu arah
Setiap birokrasi, baik dibidangkenegaraan, keniagaan, politiik, sosial dan birokrasi
kemayrakatan ainnya,diciptakan atau dibentuk sebagai wahana untuk mencapai tujuan
tertentu,baik sifatnya jangka panjang, jangka pendek yang tidak mungkin tercapaiapabila
tidak diusahakan dicapai oleh anggotanya yang bertindak sendiri-sendiri, tanpa ditentukan
arah oleh pimpinan.
2. Pimpinan sebagai wakil dan juru bicara birokrasi
Dalam rangkapencapaian tujuan, tidak ada birokrasi yang bergerak dalam
suasanaterisolasi. Artinya, tidak ada birokrasi yang akan mampu mencapaitujuannya tanpa
memlihara hubungan yang baik dengan berbagai pihakdiluar birokrasi itu sendir, yaitu pihak
stakeholder.
3. Pemimpin sebagai komunikator
Pemeliharan baik keluar maupun kedalam dilaksanakn dalam proses komunikasi, baik
lisan maupun tulisan.
4. Pemimpin sebagai mediator
Sebagai penengah dalam suatu konflik yangmungkin terjadi didalam birokrasi itu
sendiri.
5. Pemimpin sebagai integrator
Merupakan kenyataan kehidupanbirokrasi bahwa timbulnya kecenderungan
berfikir dan bertindak bekotak-kotak dikalangan para anggota birokrasi dapat diakibatkan
oleh sikappositif, ataupun sikap negatif.

Anda mungkin juga menyukai