Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL PRAKTIK PROFESI NERS

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PADA TN. S DENGAN TUBERKULOSIS DI RUANG MELATI
RSUD PASAR REBO JAKARTA TIMUR

01-06 JULI 2019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2019

1
6
LAPORAN HASIL PRAKTIK PROFESI NERS
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA TN. S DENGAN TUBERKULOSIS DI RUANG MELATI
RSUD PASAR REBO JAKARTA TIMUR

01-06 JULI 2019

MINDI RAHAYU

185140050

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2019

1
6
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMOTHORAKS

A. Pengertian
Pneumothoraks terjadi bila udara masuk kedalam rongga pleura, akibatnya jaringan paru
terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan cairan. Lebih tepat kalau dikatakan paru
kolaps (jaringan paru elastis) (Tambayong, 2000). Pneumotoraks, atau collaps paru-paru,
adalah pengumpulan udara dalam ruang di sekitar paru-paru. Penumpukan udara menempatkan
tekanan pada paru-paru, sehingga tidak dapat memperluas sebanyak biasanya. (Matt Vera,
2012).

Pneumothoraks adalah udara atau gas dalam kavum pleura yang memisahkan pleura viseralis
dan pleura parietalis sehingga jaringan paru tertekan. Pneumothorak dapat terjadi sekunder
akibat asma, bronchitis kronis, emfisema. (Hinchllift, 1999 : 343). Pneumothoraks adalah
kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang terjadi sewaktu udara atau gas lain masuk ke ruang
pleura yang mengelilingi paru. (Corwin, 2009 : 550). Pneumothoraks adalah adanya udara
dalam rongga pleura, dapat terjadi spontan atau karena trauma. (British Thoracic Society :
2003).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pneumothoraks adalah pengumpulan udara
didalam rongga pleura yang mengakibatkan gagal napas yang dapat terjadi secara spontan atau
karena trauma.

Pneumotoraks didefinisikan sebagai kehadiran udara antara rongga pleura parietalis dan
mendalam. Ketegangan Pneumotoraks merupakan akumulasi dari udara di bawah tekanan
dalam ruang pleura. Kondisi ini berkembang ketika jaringan terluka bentuk 1-arah katup,
memungkinkan udara untuk masuk ke dalam ruang pleura dan mencegah udara dari melarikan
diri secara alami. Kondisi ini dengan cepat berkembang ke insufisiensi pernapasan, runtuhnya
kardiovaskular dan akhirnya kematian jika, tidak dikenal dan tidak diobati. Pasien memerlukan
diagnosis mendesak dan manajemen segera

B. Etiologi
1. Pneumothoraks spontan primer: pecahnya pleura blebs biasanya terjadi pada orang-orang
muda tanpa penyakit paru-paru parenchymal atau terjadi dalam ketiadaan cedera traumatis
dada atau paru-paru

1
6
2. Pneumothoraks spontan sekunder: terjadi dalam kehadiran penyakit paru-paru, emfisema
terutama, tetapi juga dapat terjadi dengan tuberkulosis (TB), Sarkoidosis, cystic fibrosis,
keganasan, dan fibrosis paru
3. Iatrogenik: komplikasi prosedur medis atau operasi, seperti terapi thoracentesis,
trakeostomi, biopsi pleura, kateter vena sentral penyisipan, ventilasi mekanik tekanan
positif, sengaja intubasi bronkus kanan mainstem
4. Traumatis: bentuk paling umum dari Pneumotoraks dan hemothorax, disebabkan oleh
trauma dada terbuka atau tertutup terkait dengan cedera tumpul atau menembus. (Matt
Vera: 2012).

C. Anatomi Fisiologi Organ Terkait


Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung hawa,
alveoli. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya lebih kurang 90 m2. pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, oksigen masuk
kedalam darah dan karbondioksida dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru
ini kurang lebih 700.000.000 buah (kiri dan kanan).

Paru-paru dibagi dua, paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus pulmo dekstra superior,
lobus media dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri terdiri dari
pulmo sinistra lobus superior dan inferior. Tiap lobus terdiri dari belahan yang bernama
segmen kemudian lobulus yang berisi bronkhiolus yang bercabang banyak disebut duktus
alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya 0,2-0,3 mm.

Paru-paru terletak dirongga dada datarannya menghadap ketengah rongga dada kavum
mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru atau hilus. Paru-paru dibungkus oleh
selaput yang disebut pleura, terbagi dua, pleura viseral dan pleura parietal. Antara keduanya
terdapat kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga
paru-paru dapat berkembang kempis.

Proses terjasinya pernapasan terbagi dalam dua bagian yaitu inspirasi dan ekspirasi. Bernapas
berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur, berirama dan terus-
menerus.

Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat membutuhkan oksigen
dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Kalau pasokan
oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran, anoksia serebialis.
1
6
Guna penapasan :
1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk
mengadakan pembakaran.
2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian
dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.
3. Menghangatkan dan melembabkan udara.

D. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan kemampuan dilatasi alveoli
menurun dan lama-kelamaan mengakibatkan atelektasis (layuhnya paru-paru). Apabila luka
pada dinding dada tertutup dan klien masih mampu bertahan, udara yang berlebihan dapat
diserap hingga tekanan udara di dalam rongga pleura akan kembali normal.

Karena adanya luka terbuka atau oleh pecahnya dinding paru-paru, kuman dapat terhisap dan
berkoloni di dalam pleura hingga terjadi inspeksi pleuritis. Jenis kuman penyebab radang yang
terbanyak adalah F nechrophorum, chorinebacterium Spp, dan streptococcus spp. Oleh radang
akan terbentuk exudat yang bersifat pnukopurulent, purulent akan serosanguineus yang disertai
pembentukan jonjot-jonjot fibrin.

Pada luka tembus dada, bunyi aliran udara terdengar pada area luka tembus. Yang selanjutnya
disebut “sucking chest wound” (luka dada menghisap). Jika tidak ditangani maka hipoksia
mengakibatkan kehilangan kesadaran dan koma. Selanjutnya pergeseran mediastinum ke arah
berlawanan dari area cedera dapat menyebabkan penyumbatan aliran vena kaca superior dan
inferior yang dapat mengurangi cardiac preload dan menurunkan cardiac output. Jika ini tidak
ditangani, pneumothoraks makin berat dapat menyebabkan kematian dalam beberapa menit.
Beberapa pneumothoraks spontan disebabkan pecahnya “blebs”, semacam struktur gelembung
pada permukaan paru yang pecah menyebabkan udara masuk ke dalam kavum pleura.

Pneumathoraks. Robekan pada percabangan trakeobronkial menyebabkan kolaps paru dan


pergeseran mediastinum ke sisi yang tidak sakit.

1
6
E. Pathway

F. Tanda dan Gejala


Gejala dan tandanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke dalam
rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps.
1. Gejalanya bisa berupa :
a. Nyeri dada kejam yang timbul secara tiba-tiba dan semakin nyeri jika penderita
menarik nafas dalam atau terbatuk.
b. Sesak nafas
c. Dada terasa sempit
d. Mudah lelah
e. Denyut jantung cepat
f. Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.

1
6
2. Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat akan tidur. Gejala lain yang
mungkin ditemukan :
a. Hidung tampak kemerahan
b. Cemas, stress, tegang
c. Tekanan darah rendah (hipotensi)

G. Pemeriksaan Penunjang : Jenis Pemeriksaan, Harga Normal, Penemuan dan Interpretasi Hasil
1. Pemeriksaan fisik dengan bantuan sketoskop menunjukkan adanya penurunan suara
2. Gas darah arteri untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
3. Pemeriksaan EKG
4. Sinar X dada, menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural, dapat menunjukan
penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
5. Torasentensis ; menyatakan darah / cairan serosanguinosa
6. Pemeriksaan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit. Hb : mungkin
menurun, menunjukkan kehilangan darah
7. Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan pendekatan AVPU
8. Pulse Oximeter : pertahankan saturasi > 92 %

H. Komplikasi
1. Tension pneumotoraks dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps, akibatnya pengisian
jantung menurun sehingga tekanan darah menurun. Paru yang sehat juga dapat terkena
dampaknnya.
2. Pneumotoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnue berat. Kematian dapat terjadi.
(Corwin, Elizabeth J. 2009)

I. Penatalaksanaan Medis (Tindakan, Obat-Obatan)


1. Chest wound/sucking chest wound
Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau balutan tekan dibuat kedap
udara dengan petroleum jelly atau plastik bersih. Pembalut plastik yang steril merupan alat
yang baik, namun plastik pembalut kotak rokok (selofan) dapat juga digunakan. Pita
selofan dibentuk segitiga salah satu ujungnya dibiarkan tebuka untuk memungkinkan udara
yang terhisap dapat dikeluarkan. Hal ini untuk mencegah terjadinya tension
pneumothoraks. Celah kecil dibiarkan terbuka sebagai katup agar udara dapat keluar dan
paru-paru akan mengembang.

1
6
2. Blast injury or tention
Jika udara masuk kerongga pleura disebabkan oleh robekan jaringan paru, perlu
penanganan segera. Sebuah tusukan jarum halus dapat dilakukan untuk mengurangi
tekanan agar paru dapat mengembang kembali.
3. Penatalaksanaan WSD ( Water Sealed Drainage )
4. Perawatan Per-hospital
Beberapa paramedis mampu melakukan needle thoracosentesis untuk mengurangi tekanan
intrapleura. Jika dikehendaki intubasi dapat segera dilakukan jika keadaan pasien makin
memburuk. Perwatan medis lebih lanjut dan evaluasi sangat dianjurkan segera dilakukan.
Termasuk dukungan ventilasi mekanik.
Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakomi poskerolateral dan skernotomi mediana,
selanjutnya dilakukan diseksi bleb, bulektonomi, subtotal pleurektomi. Parietalis dan
Aberasi pleura melalui Video Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS).

J. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
2. Sirkulasi
Tanda : takikardi, frekuensi tak teratur (disritmia), S3 atau S4 / irama jantung gallop, nadi
apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal, tanda homman (bunyi
rendah sehubungan dengan denyutan jantung, menunjukkan udara dalam mediastinum).
3. Psikososial
Tanda : ketakutan, gelisah.
4. Makanan/cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri dada unilateral meningkat karena batuk, timbul tiba-tiba gejala sementara
batuk atau regangan, tajam atau nyeri menusuk yang diperberat oleh napas dalam
Tanda : Perilaku distraksi, mengerutkan wajah.
6. Pernapasan
Tanda : pernapasan meningkat/takipnea, peningkatan kerja napas, penggunaan otot
aksesori pernapasan pada dada, ekspirasi abdominal kuat, bunyi napas menurun, fremitus
menurun, perkusi dada : hipersonan diatas terisi udara, observasi dan palpasi dada : gerakan
dada tidak sama bila trauma, kulit : pucat, sianosis, berkeringat, mental : ansietas, gelisah,
bingung, pingsan.
1
6
Gejala : kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah dada/trauma : penyakit paru kronis,
inflamasi/infeksi paru (empiema/efusi), keganasan (mis. Obstruksi tumor).
7. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk keganasan. (Doengoes, Marilynn.
1999)

K. Diagnosa Keperawatan yang mungkin Timbul


1. Pola pernapasan tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, gangguan
musculoskeletal, nyeri, ansietas, proses inflamasi.
2. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekresi kental.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan peningkatan produksi sputum.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berdasarkan dengan kurang
terpajan pada informasi.

L. Intervensi Keperawatan
No.Dx Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional
keperawatan
1. Pola pernapasan Setelah dilakukan 1. Mengidentifikasikan 1. Pemahaman
tak efektif asuhan keperawatan etiologi/faktor penyebab kolaps
berhubungan 1×24 jam bersihan jalan pencetus, ex : kolaps paru perlu untuk
dengan napas klien efektif, spontan, trauma, pemasangan selang
penurunan dengan : keganasan. dada yang tepat.
ekspansi paru, KH :
gangguan - Menunjukkan pola 2. Evaluasi fungsi 2. Distres pernapasan
musculoskeletal, pernapasan pernapasan, catat dan perubahan pada
nyeri, ansietas, normal/efektif kecepatan/ tanda vital dapat
proses inflamasi. dengan GDA dalam pernapasan sesak, terjadi sebagai
batas normal. dispnea, terjadinya akibat stres fisiologi
- Bebas sianosis dan sianosis, perubahan dan nyeri atau dapat
hipoksia tanda vital. menunjukkan
terjadinya syok
sehubungan dengan
hipoksia/perdarahan.
3. Awasi kesesuaian 3. Kesulitan bernapasn
pola pernapasan bila dengan ventilator
1
6
menggunakan atau peningkatan
ventilasi mekanik, jalan napas diduga
catat perubahan memburuknya
tekanan udara. kondisi atau
terjadinya
komplikasi (mis.
ruptur spontan dari
bleb, terjadinya
pneumotoraks)
4. Auskultasi bunyi 4. Bunyi napas dapat
napas. menurun atau tak
ada pada lobus,
segmen paru, atau
seluruh area paru
(unilateral). Area
atelektasis tak ada
bunyi napas, dan
sebagian area kolaps
paru menurunya
bunyinya. Evaluasi
juga dilakukan
untuk area yang baik
pertukaran gasnya
dan memberikan
data evaluasi
perbaikan
pneumotoraks.
5. Catat 5. Pengembangan dada
pengembangan dada sama dengan
dan posisi trakea. ekspansi paru.
Deviasi trakea dari
area sisi yang sakit
pada tegangan
pneumotoraks.
1
6
6. Kaji fremitus. 6. Suara dan taktil
fremitus (vibrasi)
menurun pada
jaringan yang terisi
cairan / konsolidasi.
7. Kaji pasien adanya 7. Sokongan terhadap
area nyeri tekan bila dada dan otot
batuk, napas dalam. abdominal membuat
Pertahankan posisi batuk lebih
nyaman, biasanya efektif/mengurangi
dengan peninggian trauma.
kepala tempat tidur, Meningkatkan
anjurkan pasien inspirasi maksimal,
untuk duduk meningkatkan
sebanyak mungkin. ekspansi paru dan
ventilasi pada sisi
yang sakit.
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan 1. Auskultasi bunyi 1. Beberapa derajat
napas tak efektif keperawatan 1×24 jam napas. Catat adanya spasme bronkus
berhubungan klien menunjukan bunyi napas, mis., terjadi dengan
dengan bersihan jalan napas, mengi, krekles, obstruksi jalan napas
peningkatan dengan : ronki. dan dapat/tak
produksi sekresi KH: dimanifestasikan
kental. - Mempertahankan adanya bunyi napas
jalan napas pasien adventisius, mis.,
dengan bunyi napas penyebaran, krekles
bersih/jelas. basah (bronkitis);
- Menunjukkan bunyi napas redup
perilaku untuk dengan ekspirasi
memperbaiki mengi (emfisema);
bersihan jalan napas, atau tak adanya
mis., batuk efektif bunyi napas (asma
dan mengeluarkan berat).
sekret
1
6
2. Kaji/pantau 2. Takipnea biasanya
frekuensi ada pada beberapa
pernapasan. Catat derajat dan dapat
rasio ditemukan pada
inspirasi/ekspirasi. penerimaan atau
selama stres / adanya
proses infeksi
memanjang
dibanding inspirasi
3. Catat adanya 3. Disfungsi pernapasan
dispnea, gelisah, adalah variabel yang
ansietas, distres tergantung pada
pernapasan, tahap proses kronis
penggunaan otot selain proses akut
bantu. yang menimbulkan
perawatan di rumah
sakit, mis., infeksi,
reaksi alergi.
4. Kaji pasien untuk 4. Peninggian kepala
posisi yang tempat tidur
nyaman, mis., mempermudah fungsi
peninggian kepala pernapasan dengan
tempat tidur, duduk menggunakan
pada sandaran gravitasi. Namun,
tempat tidur. pasien dengan distres
berat akan mencari
posisi yang paling
mudah untuk
bernapas.
5. Pertahankan polusi 5. Pencetus tipe reaksi
lingkungan alergi pernapasan
minimum, mis., yang dapat mentriger
debu, asap, dan episode akut.
bulu bantal yang
1
6
berhubungan
dengan kondisi
individu.
6. Dorong /bantu 6. Memberikan pasien
latihan napas beberapa cara untuk
abdomen atau bibir. mengatasi dan
mengontrol dispnea
dan menurunkan
jebakan udara
7. Berikan obat sesuai 7. Merilekskan otot
indikasi halus dan
Bronkodilator, mis., menurunkan kongesti
β-agonis : epinefrin lokal, menurunkan
(Adrenalin, spasme jalan napas,
Vaponefrin); mengi, dan produksi
albuterol (Proventil, mukosa. Obat-obat
Ventolin); mungkin per oral,
terbutalin (Brethine, injeksi, atau inhalasi.
Brethaire);
isotetarin
(Brokosol,
Bronkometer);
Xantin, mis.,
aminofilin,
oxitrifilin
(Choledyl); teofilin
(Bronkodyl, Theo-
Dur)

8. Berikan fisioterapi 8. Drainase postural dan


dada perkusi bagian
penting untuk
membuang
banyaknya sekret
1
6
kental dan
memperbaiki
ventilasi pada
segmen dasara paru.
3. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kebiasaan diet, 1. Pasien distres
kurang dari keperawatan 3X24 jam masukan makanan pernapasan akut
kebutuhan tubuh klien menunjukan saat ini. Catat sering anoreksia
berdasarkan peningkatan nutrisi yang derajat kesulitan karena dispnea,
peningkatan adekuat, dengan: makan. Evaluasi produksi sputum, dan
produksi sputum. KH: berat badan dan obat.
- Menunjukkan ukuran tubuh.
peningkatan berat 2. Auskultasi bunyi 2. Penurunan bising
badan menuju tujuan usus. usus menunjukkan
yang tepat. penurunan motilitas
- Menunjukkan gaster dan konstipasi
perilaku/ perubahan (komplikasi umum)
pola hidup untuk yang berhubungan
meningkatkan dan dengan pembatasan
atau pemasukan cairan,
mempertahankan pilihan makanan
berat yang tepat. buruk, penurunan
aktivitas, dan
hipoksemia.
3. Dorong periode 3. Membantu
istirahat semalam 1 menurunkan
jam sebelum dan kelemahan selama
sesudah makan. waktu makan dan
Berikan makan memberikan
porsi kecil tapi kesempatan untuk
sering meningkatkan
masukan kalori total.
4. Kurang Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji patologi 1. Informasi
pengetahuan keperawatan 1×24 jam masalah individu. menurunkan takut
mengenai klien dan keluarga dapat karena ketidaktauan.
1
6
kondisi, aturan mengerti tentang kondisi Memberikan
pengobatan kesehatan klien, dengan : pengetahuan dasar
berdasarkan KH: untuk pemahaman
dengan kurang - Menyatakan kondisi dinamik dan
terpajan pada pemahaman pentingnya intervensi
informasi. penyebab masalah terapeutik.
(bila tahu) 2. Identifikasikasi 2. Penyakit paru yang
- Mengidentifikasikan kemungkinan ada seperti PPOM
tanda / gejala yang kambuh / berat dan keganasan
memerlukan komplikasi jangka dapat meningkatkan
evaluasi medik. panjang. insiden kambuh.
- Mengikuti program Selain itu pasien
pengobatan dan sehat yang menderita
menunjukkan pneumotoraks
perubahan pola spontan, insiden
hidup yang perlu kambuh 10 %- 50 %.
untuk mencegah
terulangnya masalah 3. Kaji ulang praktik 3. Mempertahankan
kesehatan yang kesehatan umum
baik ex. Nutrisi meningkatkan
baik, istirahat, penyembuhan dan
latihan. dapat mencegah
kekambuhan.
4. Kaji ulang 4. Berulangnya
tanda/gejala yang pneumotoraks
memerlukan memerlukan
evaluasi medik intervensi medik
cepat, contoh nyeri untuk mencegah /
dada tiba-tiba, menurunkan
dispnea, distres potensial komplikasi
pernapasan lanjut.

1
6
DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. ed-8. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Klien. Jakarta : EGC

Robbins, Stanley L. 1999. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta : EGC

1
6
LAPORAN HASIL PRAKTIK PROFESI NERS
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA TN. M DENGAN ANEMIA ec. CKD DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD PASAR REBO JAKARTA TIMUR

25-29 JUNI 2019

MINDI RAHAYU

185140050

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2019

1
6
LAPORAN HASIL PRAKTIK PROFESI NERS
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA TN. E.W DENGAN DIABETES MELITUS DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD PASAR REBO JAKARTA TIMUR

25-29 JUNI 2019

MINDI RAHAYU

185140050

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2019

1
6

Anda mungkin juga menyukai