Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu : lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku
sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan yaitu keadaan
pemukiman/perumahan, tempat kerja, sekolah dan tempat umum, air dan
udara bersih, teknologi, pendidikan, sosial dan ekonomi. Sedangkan perilaku
tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti pola makan, kebersihan
perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes RI,
2009). Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti memiliki rumah, yang
mencakup kepemilikan jamban sebagai bagian dari kebutuhan setiap anggota
keluarga. Kepemilikan jamban bagi keluarga merupakan salah satu indikator
rumah sehat selain pintu ventilasi, jendela, air bersih, tempat pembuangan
sampah, saluran air limbah, ruang tidur, ruang tamu, dan dapur. Jamban sehat
berfungsi untuk membuang kotoran manusia, ada berbagai macam bentuk
seperti leher angsa, cubluk, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan sarana
pembuangan air besar, hubungannya yang paling mendasar dengan kualitas
lingkungan yakni fasilitas dan jenis penampungan tinja yang digunakan.
Masalah kondisi lingkungan tempat pembuangan kotoran manusia tidak
terlepas dari aspek kepemilikan terhadap sarana yang digunakan terutama
dikaitkan dengan pemeliharaan dan kebersihan sarana.
Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1,1 milyar
orang atau 17% penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka, dari
data tersebut diatas sebesar 81% penduduk yang Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) terdapat di 10 negara dan Indonesia sebagai negara
kedua terbanyak ditemukan masyarakat buang air besar di area terbuka, yaitu
India (58%), Indonesia (12,9%), China (4,5%), Ethiopia (4,4%), Pakistan

1
(4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil (1,2%) dan Niger
(1,1%)(WHO, 2010). Peningkatan sanitasi diupayakan pemerintah agar dapat
berjalan dengan baik untuk mendukung komitmen nasional dalam pencapaian
target kesepakatan pembangunan negara-negara di dunia yang tertuang dalam
Millenium Development Goals (MDG’s). Salah satu target MDG’s terkait
sanitasi yakni terjadinya peningkatan akses air minum dan sanitasi dasar
secara berkesinambungan sebesar separuh dari proporsi penduduk yang belum
mendapatkan akses pada tahun 2015. Kebijakan pemerintah dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010- 2014) yang juga
selaras dengan target MDG’s, menyasar terwujudnya kondisi sanitasi yang
bebas dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS) pada tahun 2014.
Berdasarkan laporan MDGs, di Indonesia tahun 2010 akses sanitasi layak
hanya mencapai 51,19% (target MDGs sebesar 62,41%) dan sanitasi daerah
pedesaan sebesar 33,96% (target MDGs sebesar 55,55%) (Kementerian PPN,
2010).
Hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga berdasarkan
penggunaan fasilitas buang air besar. Rerata nasional perilaku buang air besar
di jamban adalah (82,6%). Lima Provinsi dengan persentase tertinggi rumah
tangga yang berperilaku benar dalam buang air besar diantaranya DKI Jakarta
(98,9%), DI Yogyakarta (94,2%), Kepulauan Riau (93,7%), Kalimantan timur
(93,7%), dan Bali (91,1%). Sedangkan lima provinsi terendah diantaranya
Sumatera Barat (29,0%), Papua (29,5%), Kalimantan Selatan (32,3%),
Sumatera Utara (32,9%) dan Aceh (33,6%). Jawa tengah menduduki urutan ke
15 dengan penduduk berperilaku buang air besar di jamban yakni 82,7% dari
beberapa provinsi yang ada di Indonesia (Kemenkes, 2014).
Menurut jenis tempat buang air besar yang digunakan, sebagian besar
rumah tangga di Indonesia menggunakan kloset berjenis leher angsa sebesar
84,4%, plengsengan sebesar 4,8%, cemplung/cubluk/lubang tanpa lantai
sebesar 7,2%, dan cemplung/cubluk/lubang dengan lantai sebesar

2
3,7%.Berdasarkan tempat pembuangan akhir tinja, berdasarkan hasil
Riskesdas 2013, sebesar 66% rumah tangga di Indonesia menggunakan tangki
septik sebagai tempat pembuangan akhir tinja. Rumah tangga yang
menggunakan tempat Saluran Pembuangan Akhir Limbah (SPAL) sebesar
4%, kolam/sawah sebesar 4,4%, sungai/danau/laut sebesar 13,9%, lubang
tanah sebesar 8,6%, pantai/tanah lapang/kebun sebesar 2,7% (Depkes RI,
2013).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat mengetahui tentang pengelolaan tinja dan penyediaan jamban
sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami pengertian tinja
b. Memahami bahaya tinja bagi kesehatan manusia dan lingkungan
c. Memahami pemanfaatan tinja
d. Mengetahui pengertian jamban sehat.
e. Memahami struktur semi - permanen dan permanen (“Jamban yang
Sehat” dan “Jamban Sehat”)
f. Memahami manfaat menggunakan jamban
g. Mengetahui bangunan sebuah jamban
h. Memahami jenis jamban
i. Memahami pengelolaan pembuangan kotoran manusia dengan baik
j. Mengetahui syarat jamban sehat
k. Mengetahui hal-hal yang perlu diPerhatiakan dalam pembuatan
tempat untuk pembuangan kotoran
l. Memahami alasan harus menggunakan jamban
m. Memahami cara memelihara jamban sehat
n. Mengetahui pemanfaatan jamban

3
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi
Menjadikan standar penilaian dalam mengevaluasi kemampuan
mahasiswa/i dalam memahami ilmu yang telah diberikan oleh institusi.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa/i dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan penjelasan tentang jamban sehat dan menjadi sumber
informasi, dapat menambah pengetahuan dan menjadi sumber referensi
tentang pengelolaan tinja dan jamban yang sehat.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah adalah
metode pustaka. Metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka.

E. Sistematika Penulisan
Bab I : pendahuluan berisikan latar belakang, tujuan penulisan, manfaat
penulisan dan sistematika penulisan
Bab II : Memahami pengertian tinja, memahami bahaya tinja bagi kesehatan
manusia dan lingkungan, memahami pemanfaatan tinja, mengetahui
pengertian jamban sehat, memahami struktur semi - permanen dan
permanen (“Jamban yang Sehat” dan “Jamban Sehat”), memahami
manfaat menggunakan jamban, mengetahui bangunan sebuah jamban,
memahami jenis jamban, memahami pengelolaan pembuangan
kotoran manusia dengan baik dan mengetahui pemanfaatan jamban.
Bab III : penutup berisi kesimpulan dan saran

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinja
1. Pengertian
Kotoran manusia atau tinja adalah segala benda atau zat yang
dihasilkan oleh tubuh dan tidak berguna lagi sehingga perlu dikeluarkan
untuk dibuang. Ditinjau dari pengertian ini, jelaslah bahwa yang disebut
tinja sebenarya mencakup bidang yang amat luas. Karena terbentuknya
CO2 sebagai hasil dari pernapasan, lendir ataupun getah-getah tubuh yang
dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar eksokrin, serta darah haid dan
sebagainya termasuk didalamnya. Hanya saja dalam ilmu kesehatan
lingkungan, yang lebih dipentingkan adalah soal tinja dan air seni, karena
kedua jenis kotoran manusia ini memiliki karakteristik tersendiri, yang
menjadi sumber timbulnya penyakit.
Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang
tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja
(feces), air seni (urin) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan.
Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran
manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi
karena kotoran manusia (feces) adalah sumber penyebaran penyakit
multikompleks yang melalui berbagai cara. Umumnya masyarakat
pedesaan secara langsung mampergunakan permukaan tanah sebagai
tempat pembuangan segala sampah, termasuk kotoran manusia.
2. Bahaya Tinja Bagi Kesehatan Manusia Dan Lingkungan
a. Bagi manusia
Tinja ternyata mengandung bahan-bahan yang berbahaya bukan
hanya karena sisa makanan yang tidak dapat dicerna oleh tubuh

5
dikeluarkan namun juga karena mikroorganisme berbahaya bisa saja
terkandung di dalamnya. Jika sampai pembuangan limbah seperti ini
tidak ditangani dengan baik, bisa menimbulkan beragam penyakit.
1) Materi organik
Kotoran manusia (tinja) adalah sisa dan ampas makanan yang
tidak dapat dicerna yang bisa saja berbentuk karbohidrat, protein,
enzim, lemak, sel-sel mati dan juga mikroba. Dalam satu liter
kotoran manusia terdapat materi organik yang setara dengan
200-300 mg. Parahnya saat ini, kebanyakan sungai yang ada di
Jawa, Bali, Sumatera dan juga Sulawesi mengalami pencemaran
berat oleh materi organik dari rumah penduduk. Pencemaran
berat seperti ini menyebabkan air berbau tak sedap dan berwarna
hitam.
2) Nutrien
Dalam tinja masih ada nutrien yaitu senyawa Nitrogen dan
Fosfor yang dibawa oleh sel-sel mati dan juga sisa-sisa protein.
Biasanya fosfor keluar dalam bentuk fosfat dan nitrogen keluar
dalam bentuk amonium. Satu liter tinja bisa mengandung
amonium seberat 25 gram dan juga fosfat 30 mg. Jika zat ini
masuk ke dalam air hanya akan meningkatkan pertumbuhan
ganggang air yang menghabiskan oksigen sehingga ikan dan
juga hewan air lain akan mati.
3) Mikroba
Dalam tinja manusia ternyata terdapat miliaran mikroba temasuk
juga bakteri koli-tinja. Banyak diantaranya termasuk dalam
bakteri patogen yaitu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia seperti Salmonela typhi (tifus), Vibrio Cholerae
(kolera), virus hepatitis A, dan juga polio. Di Indonesia sendiri,
penyakit tifus sangat sering dijumpai.

6
4) Telur cacing
Jika seseorang cacingan, dapat dipastikan jika dalam tinjanya
terdapat telur-telur cacing. Beragam cacing dapat hidup dalam
perut kita seperti cacing gelang, cambuk, tambang dan keremi.
Satu gram tinja dapat berisi ribuan telur yang siap berkembang
dalam perut orang lain. Masih banyak anak cacingan di
Indonesia oleh karena itu kita wajib menjaga kebersihan
lingkungan.

Gambar 1. Bahaya Tinja Bagi Kesehatan Manusa


(www. arintek. Ristek. Go.id di unduh tanggal 25 Oktober 2016)
b. Bagi Lingkungan
Tinja dapat membahayakan bagi lingkungan bila
pengolahannya tidak baik dan benar. Sebagai contoh pada
penggunaan jamban empang, pembuangan tinja langsung ke air
sehingga dapat mencemari air di daerah tersebut. Sehingga sebagian
besar sungai akan tercemar oleh bakteri E.Colli.
Contoh lainnya bila pembuangan tinja tidak menggunakan
jamban yang sehat adalah dapat merusak keindahan lingkungan dan
menganggu pandangan serta bau yang mungkin ditimbulkan dari
tinja tersebut.

7
Gambar 2. Bahaya Tinja Bagi Lingkungan
(www. arintek. Ristek. Go.id di unduh tanggal 25 oktober 2016)
3. Pemanfaatan Kotoran Manusia
a. Pemanfaatan kotoran manusia sebagai pupuk tanaman
Kotoran manusia bukanlah limbah tak berguna. Sebuah lembaga
organik Inggris menyatakan kotoran manusia dapat memainkan peran
penting dalam mengamankan ketahanan pangan masa depan,
misalnya membantu mencegah menurunnya hasil panen tanaman
pangan, seperti gandum, yang sangat membutuhkan pupuk fosfor.
Suplai fosfor yang cukup sangat penting bagi pembentukan biji,
perkembangan akar, dan pematangan tanaman. Dulu, penduduk
Eropa mengembalikan fosfor ke lahan pertanian melalui pemupukan
menggunakan kotoran ternak dan manusia. Laporan Asosiasi
Pertanahan meminta dilakukannya perubahan regulasi Uni Eropa
agar mengizinkan penggunaan endapan pengolahan limbah, atau
blosolid, pada lahan pertanian organik bersertiflkasi. Regulasi ini
melarang penggunaan biosolid pada lahan pertanian organik karena
dikhawatirkan ada efek racun dari logam berat yang disebabkan oleh

8
kombinasi limbah kotoran manusia dengan produk limbah lain,
semisal sampah pabrik.
b. Pemanfaatan kotoran manusia menjadi biogas
Biogas adalah suatu campuran gas-gas yang dihasilkan dari
suatu proses fermentasi bahan organik oleh bakteri dalam keadaan
tanpa oksigen atau anaerobik . Biogas adalah gas yang dapat terbakar
dari hasil fermentasi bahan organik yang berasal dari daun-daunan,
kotoran hewan/manusia, dan lain-lain limbah organik yang berasal
dari buangan industri oleh bakteri anaerob. Biogas adalah bahan
bakar berguna yang dapat diperoleh dengan memproses limbah (sisa)
pertanian yang basah, kotoran hewan dan manusia atau campurannya,
di dalam alat yang dinamakan penghasil biogas kandungan biogas
tergantung dari beberapa faktor seperti komposisi limbah yang
dipakai sebagai bahan baku, beban organik dari digester, dan waktu
serta temperatur dari penguraian secara anaerobik.
Walaupun terdapat variasi dalam kandungan biogas,Kandungan
bahan organik di dalam limbah pertanian cukup besar, apabila tidak
dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan
dan estetika. Bahan organik terdiri dari senyawa-senyawa karbon,
hidrogen, oksigen, dan nitrogen, kadang senyawa sulfur, fosfor dan
lain-lain. Kadar dan jenis bahan yang dapat menurunkan kualitas atau
mencemarkan lingkungan sangat bervariasi tergantung dari jenis
hasil pertanian itu sendiri namun secara garis besar, dapat dinyatakan
bahwa limbah hasil pertanian mudah terurai secara biologis di alam.
Tinja dan urin manusia tergolong bahan organik merupakan hasil sisa
perombakkan dan penyerapan dari sistem pencernaan. Berdasarkan
kapasitas manusia dewasa rataan hasil tinja 0,20 kg/hari/jiwa. Sama
halnya dengan limbah organik lain, limbah manusia dapat digunakan
sebagai sumberdaya yang masih jarang diungkapkan. Nutrisi kotoran

9
manusia tidak jauh berbeda dibanding kotoran ternak. Kalaupun
berbeda tentu akibat pola makan dan sistem pencernaan yang
berbeda. Pola makan manusia lebih banyak memilih bahan makanan
kurang berserat, protein lebih tinggi dan umumnya dimasak sebelum
dikonsumsi, sedangkan ternak sebaliknya. Kotoran manusia memiliki
keunggulan dari segi nutrisi, dimana nisbah karbon (C) dan nitrogen
(N) jauh lebih rendah dari kotoran ternak.
Tinja berasal dari sisa metabolisme tubuh manusia yang harus
dikeluarkan agar tidak meracuni tubuh. Keluaran berupa feses
bersama urin biasanya dibuang ke dalam tangki septik. Lumpur
tinja/night soil yang telah memenuhi tangki septik dapat dibawa ke
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja.Komposisi dan volume lumpur
tangki septik tergantung dari faktor diet, iklim dan kesehatan
manusia.

Gambar 3.Pemanfaatan Tinja


(www. Mongabay.co.id di unduh tanggal 25 oktober 2016)

10
B. Jamban Sehat
1. Pengertian
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri dari tempat jongkok atau tempat duduk
dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi
dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk digunakan
sebagai tempat buang air besar. Berbagai jenis jamban yang digunakan di
rumah tangga, sekolah, rumah ibadat, dan lembaga-lembaga lain.
Jamban Sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang:
a. Mencegah kontaminasi ke badan air
b. Mencegah kontak antara manusia dan tinja
c. Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta
binatang lainnya
d. Mencegah bau yang tidak sedap
e. Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah
dibersihkan.
2. Struktur Semi - Permanen dan Permanen (“Jamban yang Sehat” dan
“Jamban Sehat”)
Ketika komunitas telah dipicu, masyarakat mulai membangun
berbagai macam jamban yang dibangun sendiri dan semi permanen
dengan bahan bangunan apapun yang mudah mereka peroleh. Hal ini
karena mereka sangat ingin berubah menjadi masyarakat yang bebas
buang air besar di sembarang tempat. Sepanjang jamban semi permanen
ini dapat memenuhi 5 (lima) persyaratan jamban yang sehat maka hal ini
bisa dikategorikan sebagai jamban yang sehat. Meskipun demikian,
jamban-jamban semi permanen ini lama kelamaan bisa menjadi tidak
sehat dan berbahaya karena hujan, banjir, rusak atau roboh sehingga perlu
dipelihara atau bahkan ditingkatkan menjadi lebih permanen. Untuk

11
kemudahan berkomunikasi, katalog pilihan jamban sehat ini mengklasifi
kasikan struktur semi permanen sebagai ‘jamban yang sehat’ dan struktur
yang lebih permanen sebagai ‘jamban sehat’.
3. Manfaat menggunakan jamban
Membangun dan menggunakan jamban dapat memberikan manfaat
berikut ini:
a. Peningkatan martabat dan hak pribadi
b. Lingkungan yang lebih bersih
c. Bau berkurang, sanitasi dan kesehatan meningkat
d. Keselamatan lebih baik (tidak perlu pergi ke ladang di malam hari)
e. Menghemat waktu dan uang, menghasilkan kompos pupuk dan biogas
untuk energy
f. Memutus siklus penyebaran penyakit yang terkait dengan sanitasi.
4. Bangunan Sebuah Jamban
Bangunan jamban dapat dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu: 1)
bangunan bagian atas, disebut Rumah Jamban, 2) bangunan bagian
tengah, disebut Slab atau dudukan jamban dan 3) bangunan bagian bawah,
disebut penampung tinja.
Setiap bagian diuraikan dengan lebih terperinci di bawah ini:
a. Bangunan bagian atas (Rumah Jamban)
Bagian ini secara utuh terdiri dari bagian atap, rangka, dan
dinding. Namun dalam prakteknya, kelengkapan bangunan ini
disesuaikan dengan kemampuan dari masyarakat di daerah tersebut.
Atap memberikan perlindungan kepada penggunanya dari sinar
matahari, angin dan hujan. Dapat dibuat dari daun, genting, seng, dan
lain-lain.
Rangka digunakan untuk menopang atap dan dinding. Dibuat
dari bambu, kayu, dan lain-lain.

12
Dinding adalah bagian dari rumah jamban. Dinding memberikan
privasi dan perlindungan kepada penggunanya. Dapat dibuat dari
daun, gedek/ anyaman bambu, batu bata, seng, kayu, dan lain-lain.
b. Bangunan bagian tengah (Slab/ Dudukan Jamban)
Slab menutupi sumur tinja (pit), dan dilengkapi dengan tempat
berpijak. Slab dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang
penggunanya. Bahanbahan yang digunakan harus tahan lama dan
mudah dibersihkan seperti kayu, beton, bambu dengan tanah liat,
pasangan bata dan sebagainya.
Tempat abu atau air adalah wadah untuk menyimpan abu pembersih
atau air. Penaburan sedikit abu ke dalam sumur tinja (pit) setelah
digunakan akan mengurangi bau, mengurangi kadar kelembaban dan
membuatnya tidak menarik bagi lalat untuk berkembang biak. Air dan
sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan dan membersihkan
bagian yang lain.
c. Bangunan bagian bawah (Penampung Tinja)
Penampung tinja adalah lubang di bawah tanah, dapat
berbentuk persegi, lingkaran/ bundar atau empat persegi panjang,
sesuai dengan kondisi tanah. Kedalaman bergantung pada kondisi
tanah dan permukaan air tanah di musim hujan. Pada tanah yang
kurang stabil, penampung tinja harus dilapisi seluruhnya atau sebagian
dengan bahan penguat seperti anyaman bambu, batu bata, ring beton,
dan lain-lain.
Apapun jenis jamban sehat yang dapat memutuskan hubungan
antara tinja dan lingkungan akan bermanfaat bagi penggunanya. Oleh
karena itu, membangun dan menggunakan jamban merupakan langkah
terpenting yang harus diambil. Guna mendapatkan lebih banyak
manfaat dan kenyamanan pada penggunaan jamban, dapat
diperhatikan hal-hal berikut ini :

13
1) Pertimbangan untuk bangunan bagian atas
a) Sirkulasi udara yang cukup
b) Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca, pada musim
panas dan hujan
c) Kemudahan akses di malam hari
d) Bangunan menghindarkan pengguna terlihat dari luar/
pandangan dari luar
e) Disarankan untuk menggunakan bahan local
f) Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun
untuk cuci tangan
2) Pertimbangan untuk bangunan bagian tengah
a) Terdapat penutup pada lubang sebagai pelindung terhadap
gangguan serangga atau binatang lain Dudukan jamban/slab
penutup dibuat dengan memperhatikan keamanan pengguna
(tidak licin, runtuh dan terperosok ke dalam lubang
penampungan tinja, dsb.)
b) Bangunan melindungi dari kemungkinan terciumnya bau yang
tidak sedap, yang berasal dari tinja dalam lubang penampungan
c) Mudah dibersihkan dan dipelihara
d) Diutamakan menggunakan bahan local
e) Ventilasi udara cukup
3) Pertimbangan untuk bangunan bagian bawah
a) Ketinggian muka air tanah
b) Daya resap tanah (jenis tanah)
c) Jenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak
bangunan terhadap sumber air minum (lebih baik di atas 10 m)
d) Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan)
e) Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman lubang/
kapasitas)

14
f) Diutamakan dapat menggunakan bahan local
g) Bangunan yang permanen dilengkapi dengan manhole.
5. Jenis Jamban
a. Jamban cemplung adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya
dibangun dibawah tempat injakan atau di bawah bangunan jamban.
Fungsi dari lubang adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga
tidak di mungkinkan penyebaran dari bakteri secara langsung ke
pejamu yang baru. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke
jamban dan tidak terlalu lama karena tidak terlalu dalam karena akan
mengotori air tanah, kedalamannya 1,5-3 meter.
1) Penggunaan
a) Tutup lubang dibuka
b) Jongkok tepat diatas lubang
c) Diusahakan kotoran tidak menyentuh dinding lubang
d) Setelah selesai lubang ditutup kembali
2) Pemeliharaan
a) Untuk mencegah penyebaran penyakit atau bau, lantai perlu
dibersihkan secara teratur.
b) Untuk menjaga agar bangunan tahan lama, bahan-bahan harus
diresidu atau dikapur lebih dahulu sebelum dipasang.
3) Keuntungan
a) Dapat di buat dengan biayah murah
b) Dapat dibuat di setiap tempat .
4) Kerugian
a) Lubang tinja bila penuh tidak bisa dimanfaatkan kembali
b) Sulit untuk memperhitungkan ketahanan kekuatan
c) Kurang nyaman

15
d) Dari segi kesehatan , jamban system ini diangap kuran higinis
karena berbau serta memungkinkan timbulnya lalat dan
serangga lain.

Gambar 4. Jamban Cemplung


(www. arintek. Ristek. Go.id di unduh tanggal 22 Oktober 2016)
b. Jamban Plengsengan
Jamban jenis ini memiliki tempat jongkok yang tidak berada
langsung di atas lubang penampung kotoran, melainkan kotoran
dialirkan melalui saluran/pipa ke penampung kotoran. Jamban ini,
perlu air untuk menggelontor kotoran. Lubang jamban perlu juga
ditutup. Penggunaan jamban tanpa leher angsa dengan tutup untuk
memutuskanmata rantai penularan penyakit melalui kotoran manusia
masih memiliki kelemahan yaitu menimbulkan bau dan tanpa tutup
mungkin masih menarik lalat, dimana lalat tersebut dapat mencemari
makanan dengan kotoran.
Namun tangan yang kontak dengan kotoran setelah buang air
besar mungkin dapat mencemari makanan atau langsung ke mulut,
maka upaya untuk tidak terjadinya pencemaran tersebut dianjurkan

16
untuk membiasakan cuci tangan sesudah buang air besar dan sebelum
menyajikan makanan.
1) Keuntungan
a) Biaya konstruksi relative rendah
b) Teknologi yang digunakan cukup sederhana
c) Tidak berbau dan cukup higienis jika pemeliharaan baik
2) Kerugian
a) Memerlukan lahan yang luas
b) Bila pemeliharaannya tidak dilakukan dengan baik , akan dapat
mencemari air tahan dan sumur dangkal.

Gambar 5. Jamban Plengsengan


(www. arintek. Ristek. Go.id di unduh tanggal 22 Oktober 2016)
c. Jamban Empang
Jamban ini dibangun diatas empang ikan. Didalam system
jamban emapang ini terjadi daur ulang, yaitu tinja dapat langsung
dimakan ikan, ikan dimakan orang dan selanjutnya orang
mengeluarkan tinja yang dimakan ikan demikian seterusnya. Jamban
empang ini mempunyai fungsi yaitu di samping mencegah
tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi
masyarkat (menghasilkan ikan).

17
Gambar 6. Jamban Empang
(www. arintek. Ristek. Go.id di unduh tanggal 22 oktober 2016)
d. Jamban Leher Angsa
Merupakan tipe kakus tersendiri tapi hana modikasi klosetnya
berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi ini
gunanya sebagai sumbat sehingga bau busuk dari cubluk tidak tercium
diruangan rumah kakus. Bila dipakai, fesesnya tertampung sebentar
dan bila disiram air, bau masuk kebagian yang menurun untuk masuk
ketempat penampungan (pit).Jamban leher angsa digunakan untuk
daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk, karena dapat
menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang penampungan tinja/
tangki septic digunakan oleh bebrapa jamban.
1) Penggunaan
a) Siramkan air pada mangkokan leher angsa supaya tidak lengket
b) Jongkok atau duduk diatas kloset untuk melaksanakan hajat.
c) Setelah selesai guyur dengan air secukupnya sampai kotoran
bersih.

18
2) Pemeliharaan
a) Pakailah karbol pada saat membersihkan lantai agar bebas
penyakit.
b) Hindarkan menyiram air sabun ke dalam bak pembuangan/atau
ke dalam kloset agar bakteri pembusuk tetap berperan aktif.
c) Lantai, kloset jamban harus selalu dalam keadaan bersih.
d) Jangan menggunakan alat pembersih yang keras agar kloset
tidak cepat rusak.
e) Jangan membuang kotoran yang tidak mudah larut ke dalam
air misal : kertas, kain bekas, dll.
3) Keuntungan
a) Lebih sehat, bersih dan punya nilai keleluasaan pribadi yang
tinggi
b) Karena proses pembusukan dan sistem resapan, bak tidak cepat
penuh.
c) Timbulnya bau dapat dicegah oleh genangan air dalam leher
angsa.
d) Dapat dipasang di luar atau di dalam rumah.
e) Dapat dipakai secara aman bagi anak-anak
f) Bila penuh dapat dikuras/dikosongkan
4) Kerugian
a) Selalu menguras bila bak penampung penuh lumpur.
b) Biayanya cukup mahal dan perlu keahlian teknis.
c) Bagi masyarakat yang belum biasa menggunakan perlu
bimbingan
d) Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/ tinja
hendaknya ditinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air
pasang.

19
Gambar 7. Jamban Leher Angsa
(www. arintek. Ristek. Go.id di unduh tanggal 22 oktober 2016)
6. Pengelolaan Pembuangan Kotoran Manusia Dengan Baik
Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja
terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola
dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus disuatu tempat
tertentu yaitu jamban yang sehat.
a. Syarat jamban sehat menurut Depkes RI (2004)
1) Tidak mencemari sumber air minum. Letak lubang penampungan
kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur air minum
(sumur pompa tangan, sumur gali, dan lain-lain). Tetapi kalau
keadaan tanahnya berkapur atau tanah liat yang retak-retak pada
musim kemarau, demikian juga bila letak jamban di sebelah atas
dari sumber air minum pada tanah yang miring, maka jarak
tersebut hendaknya lebih dari 15 meter
2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun
tikus. Untuk itu tinja harus tertutup rapat misalnya dengan
menggunakan leher angsa atau penutup lubang yang rapat
3) Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari
tanah di sekitarnya, untuk itu lantai jamban harus cukup luas

20
paling sedikit berukuran 1×1 meter, dan dibuat cukup
landai/miring ke arah lubang jongkok
4) Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari
bahan-bahan yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahal
hendaknya dipergunakan bahan-bahan yang ada setempat
5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan
berwarna terang
6) Cukup penerangan
7) Lantai kedap air
8) Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah
9) Ventilasi cukup baik
10) Tersedia air dan alat pembersih.

Gambar 8. Syarat jamban sehat

(www. Scribd . com di unduh tanggal 22 otober 2016)


b. Hal-Hal Yang Perlu diPerhatiakan Dalam Pembuatan Tempat Untuk
Pembuangan Kotoran
1) Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban
terlindungi dari panas dari hujan, serangan dan binatang-binatang
lain, terlindung dari pandangan orang dan sebagainya

21
2) Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat
berpijak yang kuat dan sebagainya
3) Bangunan jamban sebaik mungkin ditempatkan pada lokasi yang
tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan baud an
sebagainya
4) Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas
pembersih.
Jika pembuangan kotoran manusia tidak dikelola dengan baik,
seringkali mencemarkan air bersih, permukaan tanah, sehingga air
tersebut dapat menyebarkan penyakit.
Dari sekema diatas tampak jelas peranan peranan tinja dalam
penyebaran penyakit sangat besar. Disamping dapat langsung
mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya, juga
air, tanah dan bagian bagian tubuh yang dapat terkontaminasi.
Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia
antara lain : tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang,
kremi, tambang, pita) schistosomiasis dan sebagainya.
c. Alasan Harus Menggunakan Jamban
1) Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau
2) Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya
3) Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat
menjadi penular penyakit
d. Cara Memelihara Jamban Sehat
1) Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air
2) Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam
keadaan bersih
3) Didalam jamaban tidak ada kotoran yang terlihat
4) Tidak ada serangga dan tikus yang berkeiaran
5) Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)

22
6) Bila ada kerusakan segera di perbaiki
7) Jangan lupa pemeliharaan jamban perlu dibiasakan setiap hari,
misalnya memersihkan dan menyikat lantai agar tidak licin,
menguras bak air agar terhindar dari penyakit DBD, siram kloset
dengan air secukupnya setelah digunakan, tidak membuang
sampah, punting rokok, pembalut wanita, air sabun, lisol kedalam
kloset.
7. Pemanfaatan Jamban
Pemanfaatan jamban berarti penggunaan atau pemakaian jamban oleh
masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang sehat.
Berdasarkan pengertian di atas maka pemanfaatan jamban adalah
perbuatan masyarakat dalam memanfaatkan atau menggunakan jamban
ketika membuang air besar. Atau dengan kata lain pemanfaatan adalah
penggunaan jamban oleh masyarakat dalam hal buang air besar.
Pemanfaatan jamban berhubungan erat dengan bahaya yang dapat
diakibatkan oleh penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh adanya
kotoran tinja manusia yang dapat menjadi sumber penyakit.
Tinja yang tidak tertampung ditempat tertutup dan aman dapat
menyebabkan beberapa penyakit menular seperti polio, kholera, hepatitis
A dan lainnya. Merupakan penyakit yang disebabkan tidak tersedianya
sanitasi dasar seperti penyediaan jamban. Bakteri E.Coli dijadikan
sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui bahwa bakteri
ini hidup dalam saluran pencernaan manusia. (Wijayanti, 1993).

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengelolaan dan pembuangan feses yaitu melalui jamban. Jamban adalah
suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang
terdiri dari tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa
leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran
dan air untuk membersihkannya. Jamban merupakan tempat yang aman dan
nyaman untuk digunakan sebagai tempat buang air besar.
Ada beberapa jenis jamban yang biasanya digunakan oleh masyarakat
yaitu jamban cemplung, jamban leher angsa, jamban plengsengan dan jamban
empang. Dari jenis jamban tersebut, yang paling memenuhi syarat kesehatan
lingkungan yaitu jamban leher angsa karena memiliki tempat penampungan
untuk penguraian tinja yaitu septic tank atau tanki septic. Namun
pembangunan tanki septic harus memperhatikan jarak antara sumur atau
sumber air lainnya dan tanki septic yaitu minimal 10 meter untuk mencegah
pencemaran air tanah oleh bakteri E.Coli.
Jamban harus di jaga kebersihannya yaitu dengan cara selalu dibersihkan,
selalu tersedia air dan sabun didalam toilet atau tempat pembuanagan hajat
tersebut.
B. Saran
Pemerintah dan petugas kesehatan memang diperlukan terutama dalam
penanganan limban tinja manusia, disamping membertikan informasi tentang
bahaya tinja bila tidak di buang dengan baik dan menumbuhkan kesadaran
masyarakat untuk turut serta menjaga lingkungan, yang salah satu caranya
adalah dengan membangun, menggunakan dan memelihara sarana
pengelolaan jamban serta penyediaan air bersih untuk menjaga kesehatan
masyarakat.

24

Anda mungkin juga menyukai