6/Ags/2017
109
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017
110
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017
6 7
Tim Penerjemah BPHN, op.cit., hlm. 100. Tim Penerjemah BPHN, op.cit., hlm. 100-101.
111
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017
rusak, diancam dengan pidana penjara barang siapa dengan sengaja dan tanpa izin
paling lama 12 tahun. Pemerintah, menyimpan atau memasukkan
Perbuatan dalam pasal ini dapat dikatakan ke Indonesia keping-keping atau lembar-
bersamaan dengan perbuatan yang dilarang lembart perak, baik yang ada maupun yang
dalam Pasal 245 KUHPidana; perbedaannya tidak ada capnya atau dikerjakan sedikit,
adalah berkenaan dengan objeknya. Objek mungkin dianggap sebagai mata uang,
dalam pasal ini adalah mata uang yang telah padahal tidak nyata-nyata akan digunakan
dikurangi nilainya. sebagai perhiasan atau benda peringatan.
5. Mengedarkan mata uang atau uang kertas 8. Pelanggaran berkenaan dengan benda yang
selain dari yang diancam oleh Pasal 245 menyerupai uang kertas atau mata uang.
dan 247 KUHPidana. Pasal 509 ayat (1) KUHPidana, yang terletak
Pasal 249 KUHPidana menentukan bahwa dalam Buku III KUHPidana, menentukan
barang siapa dengan sengaja mengedarkan bahwa barang siapa membikin, menjual,
mata uang yang tidak asli, dipalsu atau menyiarkan atau mempunyai persediaan
dirusak atau uang kertas Negara atau Bank untuk dijual atau disiarkan, ataupun
yang palsu atau dipalsu, diancam, kecuali memasukkan ke Indonesia, barang cetakan,
berdasarkan pasal 245 dan 247, dengan potongan logam, atau benda-abenda lain
pidana penjara paling lama 4 bulan 2 minggu yang bentuknya menyerupai uang kertas,
atau pidana denda paling banyak Rp4.500,-. mata uang, benda-benda emas atau perak
Komentar Sianturi terhadap pasal ini adalah dengan merek negara, atau perangko pos,
bahwa “Pasal ini dapat disebut sebagai pasal diancam dengan pidana denda paling
penampung untuk pasal-pasal 245 dan 247”. banyak Rp4.500,-.
8
Dengan demikian, apabila ada hal yang Di atas telah diuraikan tindak-tindak pidana
tidak dapat dicakup oleh pasal 245 dan 247, pemalsuan mata uang dan uang kertas
maka telah tersedia pasal 249 ini. berdasarkan urutan pasal dalam Bab X dari
Buku II KUHPidana dan pasal 519
6. Mempunyai benda untuk meniru, memalsu KUHPidana.
atau mengurangi nilai uang. Mengenai perbedaan antara pasal-pasal ini
Pasal 250 KUHPidana menentukan bahwa dengan kejahatan-kejahatan dalam
barang siapa membuat atau mempunyai KUHPidana, dikatakan oleh Sianturi bahwa,
persediaan bahan atau benda yang “yang diatur pada Undang-undang No.1
diketahuinya bahwa itu digunakan untuk Tahun 1946 jo Undang-undang No.73 Tahun
meniru, memalsu atau mengurangi nilai 1958 titik beratnya bukanlah kepada
mata uang, atau untuk meniru atau peniruan, pemalsuan atau pengurangan nilai
memalsu uang kertas negara atau bank, uang, melainkan pembuatan “alat
diancam dengan pidana penjara paling lama pembayaran” di luar yang ditentukan oleh
6 tahun atau pidana denda paling banyak pemerintah . . . “9
Rp4.500,-. Hal ini misalnya dapat dilihat dalam
Pasal ini berkenaan dengan rumusan pasal IX Undang-undang Nomor 1
sarana/prasarana untuk meniru atau Tahun 1946 yang menentukan,
memalsukan mata uang atau uang kertas, atau Barang siapa membikin benda semacam
untuk mengurangi nilai mata uang. mata uang atau uang kertas dengan maksud
untuk menjalankannya atau menyuruh
7. Menyimpan atau memasukkan ke menjalankannya sebagai alat pembayaran
Indonesia kepin-keping yang mungkin yang syah, dihukum dengan hukuman
dianggap mata uang. penjara, setinggi-tingginya lima belas tahun.
10
Pasal 251 KUHPidana mengancam dengan
pidana penjara paling lama 1 tahun atau
pidana denda paling banyak Rp10.000,-,
9
Ibid.
10
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang
8
Ibid., hlm. 399. Peraturan Hukum Pidana.
112
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017
Dalam pasal ini, sebagaimana dikemukakan dollar dan di Irian Barat uang rupiah
oleh S.R. Sianturi, diberikan tekanan pada istimewa”.11
persoalan akan digunakannya benda Uraian tentang kejahatan berkenaan dengan
semacam mata uang atau uang kertas itu uang dalam UU No. 1 Tahun 1946 menunjukkan
sebagai alat pembayaran yang sah. bahwa perbuatan yang dilarang adalah
Tekanan yang seperti ini dapat ditemukan perbuatan menggunakan mata uang lain dari
juga dalam pasal-pasal lainnya, yaitu pasal X, pada yang diakui oleh Pemerintah Indonesia.
XI, dan XII. Contohnya, menurut kutipan dari Wirjono
Pasal X : Barang siapa dengan sengaja Prodjodikoro, di Kepulauan Riau dahulu pernah
menjalankan sebagai alat pembayaran yang sah beredar uang Straits-dollar. Mata uang seperti
mata uang atau uang kertas sedang ia sewaktu ini tidak diakui oleh Pemerintah Indonesia dan
menerimanya mengetahui atau setidak- diancam pidana dalam UU No. 1 Tahun 1946.
tidaknya patut dapat menduga bahwa benda- Tampak bahwa hampir tiap tindak pidana
benda itu oleh pihak Pemerintah tidak diakui Rupiah palsu dalam Pasal 36 dan Pasal 37 UU
sebagai alat pembayaran yang sah, atau dengan No. 7 Tahun 2011 ada bandingannya dalam
maksud untuk menjalankannya atau menyuruh Buku II Bab X KUHPidana; kecuali bandingan
menjalankannya sebagai alat pembayaran yang untuk sebagian dari tindak pidana dalam Pasal
sah, menyediakannya atau memasukkannya ke 36 ayat (4) UU No. 7 Tahun 2011 tentang
dalam Indonesia, dihukum dengan hukuman “membawa ke luar Wilayah Indonesia” dan
penjara setinggi-tingginya 15 tahun. sebagian dari tindak pidana dalam Pasal 36 ayat
Pasal XI : Barang siapa dengan sengaja (5) tentang “mengekspor Rupiah palsu”.
menjalankan sebagai alat pembayaran yang sah Dengan kata lain, dalam Buku II Bab X tidak ada
mata uang atau uang kertas yang dari pihak ancaman pidana untuk perbuatan membawa
Pemerintah tidak diakui sebagai alat keluar Wilayah Indonesia atau mengekspor
pembayaran yang sah dalam hal di luar uang yang ditiru atau dipalsu.
keadaan sebagai yang tersebut dalam pasal Perbedaan yang paling utama antara tindak
yang baru lalu dihukum dengan hukuman pidana Rupiah palsu dalam Pasal 36 dan Pasal
penjara setinggi-tingginya 15 tahun. 37 UU No. 7 Tahun 2011 dengan tindak pidana
Pasal XII : Barang siapa menerima sebagai meniru dan memalsu uang dalam Buku II Bab X
alat pembayaran atau penukaran atau sebagai KUHPidana, yaitu tindak pidana dalam UU No. 7
hadiah atau penyimpanan atau mengangkut Tahun 2011, termasuk juga Pasal 36 dan Pasal
mata uang atau uang kertas, sedangkan ia 37, hanya berkenaan dengan Rupiah semata-
mengetahui, bahwa benda-benda itu oleh Pihak mata, dengan kata lain hanya berkenaan
Pemerintah tidak diakui sebagai alat dengan mata uang Indonesia seja. Sedangkan
pembayaran yang sah, dihukum dengan tindak pidana dalam Buku II Bab X KUHPidana
hukuman penjara setinggi-tingginya 5 tahun. yang berjudul “Pemalsuan Uang Logam dan
Pasal XIII hanya memuat pidana tambahana Uang Kertas Negeri dan Uang Kertas Bank”,
terhadap tindak-tindak pidana sebelumnya. karena tidak menyebut mata uang tertentu
Ditentukan dalam pasal ini bahwa kalaua orang atau menunjuk pada suatu negara, maka ia
dihukum karena melakukan salah satu mencakup mata uang Indonesia (Rupiah) dan
kejahatan seperti tersebut dalam pasal 9, 19, juga mata uang semua negara di dunia ini.
11 dan 12 maka mata uang atau uang kertasnya Berdasarkan perbedaan ini maka pengaruh
serta abenda lain yang dipergunakan untuk tindak pidana Rupiah palsu dalam Pasal 36 dan
melakukan salah satu kejahatan itu dirampas, Pasal 37 UU No. 7 Tahun 2011 terhadap pasal-
juga kalau benda-benda itu bukan kepunyaan pasal peniruan dan pemalsuan uang dalam
terhukum. Buku II Bab X KUHPidana hanyalah sepanjang
Mengenai pasal-pasal dalam Undang- berkenaan dengan uang atau mata uang
undang Nomor 1 Tahun 1946 ini dikatakan oleh Rupiah. Jika terjadi pemalsuan Rupiah atau
Wirjono Prodjodikoro, “Ternyata pasal-pasal ini peredaran Rupiah palsu di Indonesia, maka
kemudian juga perlu dengan pernah
11
beredarnya di Kepulauan Riau uang Straits- Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di
Indonesia, op.cit., hlm. 186.
113
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017
yang akan diterapkan sekarang adalah Jika dibandingkan, ancaman pidana untuk
ketentuan pidana dalam UU No. 7 Tahun 2011. perbuatan meniru dan memalsu uang logam
Tetapi jika yang dipalsu atau diedarkan adalah atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara
mata uang asing (baik uang logam maupun atau bank dalam Pasal 244 KUHPidana adalah
uang kertas) maka yang akan diterapkan adalah pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
ketentuan dalam Buku II Bab X KUHPidana tahun; sedangkan untuk perbuatan memalsu
karena berada di luar cakupan UU No. 7 Tahun Rupiah diancam paling banyak 10 (sepuluh)
2011. tahun dan denda paling banyak 10 (sepuluh)
Suatu hal yang sebenarnya juga perlu milyar rupiah. Perbedaan ancaman hukuman
mendapat perhatian berkenaan dengan Pasal seperti ini sebaiknya dihilangkan dengan
36 dan Pasal 37 UU No. 7 Tahun 2011 yaitu melakukan perubahan terhadap ancaman
berlakunya asas universalitas berkenaan pidana dalam Pasal 244 KUHPidana dan pasal-
dengan kejahatan terhadap uang dikarenakan pasal lainnya kejahatan terhadap uang dalam
Negeri Belanda menjadi anggota Traktat KUHPidana atau secepatnya melakukan
(Conventie) Geneva tertanggal 20 April 1929 pembaruan Kitab Undang-Undang Hukum
yang dibuat supaya dapat memberantas secara Pidana agar ancaman hukuman dapat
internasional pemalsuan uang atau membuat disesuaikan antara UU No. 7 Tahun 2011 dan
uang palsu. Sekalipun Indonesia tidak lagi kejahatan terhadap uang dalam KUHPidana.
berada di bawah penjajahan Belanda, tetapi
Indonesia seharusnya tetap terikat dengan PENUTUP
Konvensi Jenewa tertanggal 20 April 1929. A. Kesimpulan
Pasal 5 dari International Convention For The 1. Tindak pidana Rupiah palsu dalam Pasal 36
Suppression Of Counterfeiting Currency dan Pasal 37 UU No. 7 Tahun 2011
(Geneva, 20 April 1929) menentukan bahwa, memiliki cakupan yang luas, mulai dari (1)
“No distinction should be made in the scale of perbuatan memalsu Rupiah, (2)
punishments for offences referred to in Article 3 menyimpan Rupiah palsu, (3)
between acts relating to domestic currency on mengedarkan dan/atau membelanjakan
the one hand and to foreign currency on the Rupiah palsu, (4) membawa ke dalam atau
other; this provision may not be made subject ke luar Wilayah Indonesia Rupiah palsu, (5)
to any condition of reciprocal treatment by law mengimpor atau mengekspor Rupiah
or by treaty”12 (Tidak ada perbedaan boleh palsu, (6) perbuatan-perbuatan berkenaan
dibuat dalam beratnya hukuman untuk tindak dengan alat untuk membuat Rupiah palsu
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 seperti memproduksi dan menyimpan
antara tindakan yang berkaitan dengan mata pelat cetak untuk membuat Rupiah palsu,
uang domestik di satu pihak dan untuk mata dan (7) perbuatan-perbuatan berkenaan
uang asing di lain pihak; ketentuan ini tidak dengan bahan baku Rupiah untuk
boleh dijadikan sebagai subjek untuk suatu membuat Rupiah palsu seperti
syarat dari tindakan timbal balik berdasarkan memproduksi dan menyimpan bahan baku
hujkum atau berdasarkanb traktat). Rupiah (kertas untuk membuat Rupiah
Menurut ketentuan Pasal 5 Konvensi palsu dan sebagainya).
Jenewa tentang Penanggulangan Pemalsuan 2. Pengaruh tindak pidana Rupiah palsu
Uang, 20 April 1929, tersebut suatu negara dalam Pasal 36 dan Pasal 37 UU No. 7
tidak boleh menentukan hukuman yang Tahun 2011 terhadap Buku II Bab X
berbeda untuk pemalsuan mata uang domestik KUHPidana hanyalah sepanjang berkenaan
(negeri sendiri) dan pemalsuan mata uang dengan uang atau mata uang Rupiah. Jika
asing. Dengan kata lain, berat hukumannya terjadi pemalsuan Rupiah atau peredaran
harus sama. Rupiah palsu di Indonesia, maka yang akan
diterapkan sekarang adalah ketentuan
pidana dalam UU No. 7 Tahun 2011. Tetapi
12
Liga Bangsa-bangsa, “International Convention For The
jika yang dipalsu atau diedarkan adalah
Suppression Of Counterfeiting Currency” mata uang asing (baik uang logam maupun
www.paclii.org/pits/en/treaty_database/1929/3.rtf, uang kertas) maka yang akan diterapkan
diakses tanggal 22/09/2016.
114
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017
adalah ketentuan dalam Buku II Bab X Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus
KUHPidana karena berada di luar cakupan Besar Bahasa Indonesia, ed.3 cet.2, Balai
UU No. 7 Tahun 2011. Pustaka, Jakarta, 2002.
Widnyana, I Made, Asas-asas Hukum Pidana,
B. Saran Fikahati Aneska, Jakarta, 2010.
1. Buku II Bab X KUHPidana tidak memiliki
ketentuan yang mengancamkan pidana Sumber Internet:
terhadap pelaku yang membawa ke luar Liga Bangsa-bangsa, “International Convention
Wilayah Indonesia atau mengekspor uang For The Suppression Of Counterfeiting
palsu, sehingga perlu dilakukan perubahan Currency”
terhaap Buku II Bab X KUHPidana. www.paclii.org/pits/en/treaty_database/1
2. Ancaman pidana dalam Buku II Bab X 929/3.rtf, diakses tanggal 22/09/2016.
KUHPidana perlu disesuaikan dengan Ya’cob Billiocta, “Polisi bongkar peredaran uang
ancaman pidan adalam UU No. 7 Tahun palsu 10 negara di Subang”
2011 sehingga tidak ada perbedaan antara http://www.merdeka.com/peristiwa/polisi
ancaman pidana untuk pemalsuan uang -bongkar-peredaran-uang-palsu-10-
domestik (Rupiah) dan mata uang asing. negara-di-subang.html, diakses tanggal
14/09/2016.
DAFTAR PUSTAKA Vera Bahali, “Pemilik Uang Palsu di Jeneponto
Apeldoorn, L.J. van, Pengantar Ilmu Hukum, Ternyata Anak Kepala Desa”,
cet.29, terjemahan Oetarid Sadino dari http://news.rakyatku.com/read/10008/20
Inleiding tot de studie van het Nederlandse 16/06/21/pemilik-uang-palsu-di-
recht, Pradnya Paramita, Jakarta, 2001. jeneponto-ternyata-anak-kepala-desa-,
Hartono, Sunaryati, Penelitian Hukum di diakses tanggal 14/09/2016.
Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, Alumni,
Bandung, 1994. Peraturan Perundang-undangan:
Lamintang, P.A.F. dan C.D. Samosir, Hukum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang
Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, Peraturan Hukum Pidana.
1983. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, cet.2, Pengesahan United Nations Convention
Bina Aksara, Jakarta, 1984. Against Transnational Organized Crime
Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Pidana di Indonesia, cet.3, PT Eresco, Menentang Tindak Pidana Transnasional
Jakarta-Bandung, 1981. Yang Terorganisasi) (Lembaran Negara
_______, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 5,
Indonesia, ed.3 cet.4, Refika Aditama, Tambahan Lembaran Negara Republik
Bandung, 2012. Indonesia Nomor 4960).
Sianturi, S.R., Tindak Pidana di KUHP Berikut
Uraiannya, Alumni AHM-PTHM, Jakarta, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang
1983. Mata Uang (Lembaran Negara Republik
Soekanto, S. dan Sri Mamudji, Penelitian Indonesia Tahun 2011 Nomor 64,
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Tambahan Lembaran Negara Repoublik
ed.1 cet.7, RajaGrafindo Persada, Jakarta, Indonesia Nomor 5223).
2003.
Soesilo, R., Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Serta Komentar-
komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
Politeia, Bogor, 1991.
Tim Penerjemah BPHN, Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta,
1983.
115