Anda di halaman 1dari 12

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(SMK3)

Nama : M. Erizal
Nim : 16011201
Mata Kuliah : Sistem Maanajemen K3
Prodi/Semester : Kesmas / VI AR (PEMINATAN K3)
Dosen MAKUL : Muhamadiah, SKM.,M.Kes.
Tugas : Resume PP No 50 Tahun 2012, Tentang SMK3

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN


2012
TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Tanggal Berlaku : 12 april 2012

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 87 ayat (2)


Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4279);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970
Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2918);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN


SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA.

PASAL 1

1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah


bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
3. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.
4. Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah
atau imbalan dalam bentuk lain.
5. Perusahan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak,
milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum,
baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan
pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain
6. pengusaha adalah orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum
yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri atau menjalankan
perusahaan bukan miliknya.
7. Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen
terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu
hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan
SMK3 di perusahaan.
8. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang ketenagakerjaan.

PASAL 2

Tujuan SMK3 :

1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja


yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi
2. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh.
3. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktivitas.

PASAL 3

Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang


SMK3.

PASAL 5

Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya, Jika ada;

 Mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang.


 Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.

PASAL 6

Penerapan SMK3 berdasarkan kebijakan nasional

1. Penetapan kebijakan K3
2. Perencanaan K3
3. Pelaksanaan rencana K3
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.

PASAL 7
Tinjauan awal penerapan Kebijakan SMK3 :

1. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko


2. Perbandingan penerapan SMK3 dengan perusahaan dan sektor lain yang
lebih baik
3. Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan
4. Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang
berkaitan dengan keselamatan
5. Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.

Kebijakan Penerapan SMK3 harus memuat :

 Visi
 Tujuan perusahaan
 Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan
 Kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara
menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional.

PASAL 8

Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan


kepada seluruh pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada di
perusahaan, dan pihak lain yang terkait.

PASAL 9

Menyusun rencana SMK3 pengusaha harus mempertimbangkan :

1. Hasil penelaahan awal


2. Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko
3. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
4. Sumber daya yang dimiliki.

Rencana SMK3 paling sedikit memuat :

1. Tujuan dan sasaran


2. Skala prioritas
3. Upaya pengendalian bahaya
4. Penetapan sumber daya
5. Jangka waktu pelaksanaan
6. Indikator pencapaian
7. Sistem pertanggungjawaban.

PASAL 10

SDM yang ditunjuk untukSMK3 harus memiliki :

1. Kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat


2. Kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi
dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang berwenang.

Sarana dan Prasana pendukung harus memiliki :

1. Organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3


2. Anggaran yang memadai
3. Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian
4. Instruksi kerja.

PASAL 11

Kegiatan Rencana SMK3 harus memiliki :

1. Tindakan pengendalian
2. Perancangan (design) dan rekayasa
3. Prosedur dan instruksi kerja
4. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan
5. Pembelian/pengadaan barang dan jasa
6. Produk akhir
7. Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri
8. Rencana dan pemulihan keadaan darurat.

PASAL 12

Syarat pelaksana kegiatan SMK3 Pengusaha harus :

1. Menunjuk sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi kerja dan


kewenangan di bidang K3
2. Melibatkan seluruh pekerja/buruh
3. Membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja/buruh,
orang lain selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain
yang terkait
4. Membuat prosedur informasi
5. Membuat prosedur pelaporan
6. Mendokumentasikan seluruh kegiatan.

PASAL 13

Prosedur pelaporan dalam kegiatan SMK3 :

1. Terjadinya kecelakaan di tempat kerja


2. Ketidaksesuaian terhadap peraturan perundangundangan dan/atau standar
3. Kinerja K3
4. Identifikasi sumber bahaya
5. Yang diwajibkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pendokumentasian kegiatan SMK3 meliputi :

1. Peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar di bidang K3


2. Indikator kinerja K3
3. Izin kerja
4. Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko
5. Kegiatan pelatihan K3
6. Kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan
7. Catatan pemantauan data
8. Hasil pengkajian kecelakaan di tempat kerja dan tindak lanjut
9. Identifikasi produk termasuk komposisinya
10. Informasi mengenai pemasok dan kontraktor
11. Audit dan peninjauan ulang SMK3.

PASAL 14

Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3, baik


memakai orang dalam maupun orang luar untuk menilai dan dilaporkan ke
Pengusaha serta dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
dan/atau standar.

PASAL 15

Perbaikan dan peningkatan kinerja dapat dilaksanakan dalam hal :

1. Terjadi perubahan peraturan perundangundangan


2. Adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar
3. ;Adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan
4. Terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan
5. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk
epidemiologi
6. Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja
7. Adanya pelaporan; dan/atau h. adanya masukan dari pekerja/buruh.

PASAL 16

Penilaian dilakukan melalui Audit SMK3 yang meliputi :

1. Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen


2. Pembuatan dan pendokumentasian rencana K3
3. Pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak
4. Pengendalian dokumen
5. Pembelian dan pengendalian produk
6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3
7. Standar pemantauan
8. Pelaporan dan perbaikan kekurangan
9. Pengelolaan material dan perpindahannya
10. Pengumpulan dan penggunaan data
11. Pemeriksaan SMK3 dan pengembangan keterampilan dan kemampuan

PASAL 18

Pengawasan meliputi :

1. Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen


2. Organisasi
3. Sumber daya manusia
4. Pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3
5. Keamanan bekerja
6. Pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3
7. Pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri
8. Pelaporan dan perbaikan kekurangan
9. Tindak lanjut audit.

PASAL 22

Peraturan Pemerintah mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar


setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Dalam menerapkan SMK3, setiap perusahaan wajib melaksanakan:


A. Penetapan kebijakan K3
B. Perencanaan K3
C. Pelaksanaan rencana K3
D. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
E. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.

A. PENETAPAN KEBIJAKAN K3
l. Penyusunan kebijakan K3 dilakukan melalui:
 tinjauan awal kondisi K3
 proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/buruh.
2. Penetapan kebijakan K3 harus:
 disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan
 tertulis, tertanggal dan ditanda tangani
 secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3
 dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, tamu,
kontraktor, pemasok, dan pelanggan
 terdokumentasi dan terpelihara dengan baik
 bersifat dinamik
 ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan
tersebut masih sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam
perusahaan dan peraturan perundang-undangan.
3. pengusaha dan pengurus harus:
 menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat Menentukan
keputusan perusahaan
 menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-
sarana lain yang diperlukan di bidang K3
 menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang
dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3
 membuat perencanaan K3 yang terkoordinasi
 melakukan penilaian kinerja"dan tindak lanjut pelaksanaan K3.

B. PERENCANAAN K3
1. Pengusaha menyusun rencana K3 berdasarkan:
 Hasil Penelaahan awal rnerupakan tinjauan awal kondisi K3
perusahaan yang telah dilakukan pada penyusunan kebijakan
 ldentifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
harusdipertimbangkan pada saat merumuskan rencana
 Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya,
ditetapkan, dipelihara, diinventarisasi dan diidentifikasi oleh
perusahaan dan disosialisasikan kepada seiuruh pekerja/buruh
2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat:
 Tujuandan Sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara
teratur sesuai dengan perkimbangan. Tujuan dan sasaran K3 paling
sedikit memenuhi kualifikasi: dapatdiukur, satuan/indikator
pengukuran, dan sasaran Pencapaian.
 Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3, pengusaha harus
berkonsultasi dengan: wakilPekerja/buruh, ahli K3, P2K3; dan
pihak-pihak lain yang terkait.
 Sistem Pertanggung Jawaban
Sistem pertanggung jawaban harus ditetapkan dalam pencapaian
tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen
perusahaan yang bersangkutan untuk menjamin perencanaan
tersebut dapat dilaksanakan. Peningkatan K3 akan efektif apabila
semua pihak dalam perusahaan didorong untuk berperan serta
dalam penerapan dan pengembangan SMK3, dan memiliki budaya
perusahaan- yang mendukung dan memberikan kontribusi bagi
SMK3. Berdasarkan hal tersebut pengusaha harus:
 menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan
mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat
di bidang K3 dan wewenang untuk bertindak dan
menjelaskan hubungan pelaporan untuk semua tingkatan
manajemen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan
pengunjung
 mempunyai prosedur untuk memantau dan
mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan
tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan
program K3
 memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi
yang menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.

C. PELAKSANAAN RENCANA K3
 menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi
dan kemampuan terjamin
 sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenangsurat. izin kerja/operasi atau instansi yang
berwenang.
 Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan
padatingkatan manajemen perusahaan menyelenggarakan
pelatihan yang dibutuhkan.
 Pembuatan ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi
K3 secara efektif
 Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan
saran para ahli
 Pembuatan peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan
keterlibatan pekerja/buruh secara aktif.

 menyediakan prasarana dan saranayang memadai


Organisasi/Unit yang bertanggung jawab di bidang K3 Perusahaan
wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang selanjutnya disingkat P2K3 yang bertanggung jawab di
bidang K3. P2K3 adalah badan pembantu di tempat kerja yang
merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan tenaga kerja
atau pekerja/buruh untuk mengembangkan kerjasama saliqg
pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja. Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur
pengusaha dan tenaga kerja atau pekerja/buruh yang susunannya
terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota. P2K3 mempunyai tugas
memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak
kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan
dan kesehatan kerja
 Anggaran
Perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3
secara menyeluruh antara lain untuk:
 keberlangsungan organisasi K3
 pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja
 pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evakuasi,
peralatan pengendalian, peralatan pelindung diri.

 Prosedur informasi K3 harus menjamin pemenuhan kebutuhan


untuk:
 mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, temuan
audit dan tinjauan ulang manajemen dikomunikasikan pada
semua pihak dalam perusahaan yang bertanggung jawab
dan memiliki andil dalam kinerja perusahaan;
 melakukan identifrkasi dan menerima informasi K3 dari
luar perusahaan
 menjamin bahwa informasi K3 yang terkait
dikomunikasikan

D. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA


l. Pemeriksaan, Pengujian, dan Pengukuran
 personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian
yang cukup
 catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang sedang
berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi manajemen, tenaga
kerja dan kontraktor kerja yang terkait peralatan dan metode
pengujian yang memadai harus digunakan untuk menjamin telah
dipenuhinya standar K3
 penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk menemukan
penyebab permasalahan dari suatu insiden
 hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang.

2. Audit Internal SMK3


Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk
mengetahui keefektifan penerapan SMK3. Audit SMK3 dilaksanakan secara
sistematik dan independen oleh personil yang memiliki kompetensi kerja dengan
menggunakan metodologi yang telah ditetapkan.

E. PENINJAUANI DAN PENINGKATAN KINERJA SMK3


1. melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3 secara berkala
 Tinjauan ulang penerapan SMK3, paling sedikit meliputi:
 evaluasi terhadap kebijakan K3
 tujuan, sasaran dan kinerja K3
 hasil temuan audit SMK3
 Evaluasi efektifitas penerapan SMK3, dan kebutuhan unftrk
pengembangan SMK3
2. tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap
seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja
perusatraan.

Anda mungkin juga menyukai