HASIL PENELITIAN
Oleh:
CHAIRUL IMAM MARDIANSYAH
O66114140
Judul Tugas Akhir : Uji Aktivitas Kombinasi Propolis dan Temulawak Sebagai
Antimikroba Saccharomyces cerevisiae dan Antioksidan
dengan Metode DPPH
Nama : Chairul Imam Mardiansyah
NPM : 066114140
Pembimbing II Pembimbing I
Dr. Ir. Akhmad Endang Zainal Hasan, M.Si. Sri Wardatun, M. Farm., Apt
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan islam,
nikmat ilmu dan amal, serta nikmat umur dan sehat kepada penulis, sehingga karena
Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir dengan judul “UJI
AKTIVITAS KOMBINASI PROPOLIS DAN TEMULAWAK SEBAGAI
ANTIMIKROBA Saccharomyces cerevisiae DAN ANTIOKSIDAN DENGAN
METODE DPPH”. Tugas akhir ini diajukan sebagai salahsatu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Farmasi dari Program Studi Farmasi, Fakultas
Matematikan dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Pakuan.
1. Sri Wardatun, M.Farm., Apt. selaku pembimbing I dan Dr. Ir. Akhmad
Endang Zainal Hasan, M.Si. selaku pembimbing II atas bimbingan yang
diberikan.
2. Dekan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pakuan-Bogor dan Ketua Program Studi Farmasi.
3. Ayah, Ibu, kakak, adik dan seluruh keluarga yang tercinta terimakasih atas
dukungannya sehingga bisa menjadi kekuatan dan semangat bagi penulis.
4. Teman – teman seperjuangan Farmasi 2014 dan sahabat tercinta terimakasih
telah memberi dukungan dan semangat untuk meraih gelar sarjana.
Penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tulisan ini sangat penulis harapkan.
Bogor, Juni 2019
Penulis
iii
RINGKASAN
iv
Kata Kunci: Propolis, Temulawak, Antioksidan, Induksi apoptosis, Response
Surface Methodology.
v
SUMMARY
Propolis is a resin substance (a type of plant sap) that comes from bark and
shoots of plants collected by bees and then mixed with wax and bee saliva. Curcuma
xanthorhiza Roxb is one of the medicinal plants of the Zingiberaceae family that
grows a lot and is used as a raw material for traditional medicines in Indonesia.
Antioxidant test of DPPH method and apoptosis induction test on Saccharomyces
cerevisiae cells was carried out on a combination of propolis and ginger. The
experimental design uses the Response Surface (RSM) method to determine the
boundaries and levels of two independent variables (propolis and ginger).
The maximum antioxidant activity test results found in sample No. 4 with
IC50 values of 48.57204μg / ml and minimum antioxidant activity found in sample
number 1 with IC50 value of 70.25756μg / mL. The maximum apoptosis induction
test results were found in sample number 8 with a percentage of petite cells of
91.8699% and a minimum apoptosis induction test found in sample number 1 with
a percentage of petitic cells 64.8579%.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................................ iv
SUMMARY ........................................................................................................... vi
2.4. Antioksidan...................................................................................... 5
vii
3.2.1. Bahan ................................................................................. 7
viii
4.5.1. Persentase Jumlah Sel Petit ............................................. 23
LAMPIRAN .......................................................................................................... 32
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian kali ini akan menguji
pengaruh kombinasi propolis dan temulawak sebagai penginduksi apoptosis sel
Saccharomyces cerevisiae dan sebagai antioksidan. Metode ekstraksi yang
digunakan untuk propolis yaitu maserasi dengan kombinasi gelombang mikro,
sedangkan pelarut yang digunakan adalah etanol 70%. Metode ekstraksi yang
digunakan untuk temulawak yaitu maserasi, sedangkan pelarut yang digunakan
adalah etanol 70%. Kombinasi komposisi propolis dan temulawak dirancang
dengan rancangan percobaan Response Surface Methodology (RSM) untuk
memperoleh pencapaian kombinasi terbaik.
1.3. Hipotesis
Kombinasi propolis dan temulawak mempunyai efek yang berhubungan
dibandingkan dengan tidak kombinasi terhadap aktivitas antioksidan dan aktivitas
induksi apoptosis sel Saccharomyces cereviciae.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Propolis
Propolis merupakan nama generik dari resin lebah. Kata propolis berasal
dari bahasa Yunani, yaitu “pro” artinya sebelum atau pertahanan dan “polis” artinya
kota. Propolis adalah pertahanan kota atau memiliki arti sebagai sistem pertahanan
pada sarang lebah. Karena sifatnya yang lengket seperti lem, propolis disebut
sebagai beeglue (Anonim, 2006).
2.2. Temulawak
Curcuma xanthoriza Roxb termasuk ke dalam keluarga Zingiberaceae. Curcuma
xanthorhiza Roxb merupakan tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga
lebih dari 1 m tetapi kurang dari 2 m, berwarna hijau atau coklat gelap (Rahmat,
1995).
2.3. Ekstraksi
Maserasi dilakukan dengan melakukan perendaman bagian tanaman secara
utuh atau yang sudah digiling kasar dengan pelarut dalam bejana tertutup pada suhu
kamar selama sekurang-kurangnya 3 hari dengan pengadukan berkali-kali sampai
semua bagian tanaman yang dapat larut melarut dalam cairan pelarut. Campuran ini
kemudian disaring dan ampas yang diperoleh dipress untuk memperoleh bagian
cairnya saja. Cairan yang diperoleh kemudian dijernihkan dengan penyaringan atau
dekantasi setelah dibiarkan selama waktu tertentu.
2.4. Antioksidan
Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron
(electron donor). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang
dapat menangkal atau meredam dampak negatif oksidan. Antioksidan bekerja
dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan
sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat di hambat (Winarti, 2010).
Metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhidrazyl) merupakan salah satu uji
untuk menentukan aktivitas antioksidan penangkap radikal. DPPH memberikan
serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm dengan warna violet gelap.
Penangkap radikal bebas menyebabkan elektron menjadi berpasangan yang
kemudian menyebabkan penghilangan warna yang sebanding dengan jumlah
elektron yang diambil (Sunarni, 2005).
Radikal bebas yang umumnya digunakan sebagai model dalam penelitian
antioksidan atau peredam radikal bebas adalah 1,1-difenil- 2-pikrilhidrazil (DPPH)
(Sawai et al., 1998; Senba et al., 1999; Yokozawa et al., 1998 cit Windono et al.,
2001 cit Pratimasari, 2009).
6
BAB III
METODE PENELITIAN
Bahan utama yang digunakan adalah raw propolis yang diambil dari sarang
lebah Trigona spp dari Pandeglang dan temulawak. Bahan-bahan kimia yang
digunakan adalah Etanol, 1,1-diphenyl-2-picrilhydrazil (DPPH), aquadest,
Saccharomyces cerevisiae merk Fermipan, media padat agar (yeast extract potato
dextrose, YEPD), NaCl fisiologis.
3.2.2. Alat
3.3.2. Determinasi
Determinasi adalah proses yang dilakukan untuk memastikan bahan baku
yang digunakan adalah bahan baku yang benar dan seragam, determinasi bagian
tanaman dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indoneia, Jl. Ir. Haji Djuanda
No. 13, Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16122.
8
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
Rendemen = x 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙
𝑤1−𝑤2
Kadar air = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 x 100%
ditara, diratakan. sampel dipijarkan dengan suhu 600°C perlahan – lahan hingga
arang habis, didinginkan dan ditimbang hingga bobot konstan ±0,25% jika dengan
cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, disaring dengan
kertas saring. Pijarkan sisa kertas dan kertas saring pada kurs yang sama. Filtrat
dimasukkan ke dalam kurs, diuapkan, dipijarkan, hingga bobot tetap, ditimbang.
Dihitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara (DepKes RI,
2000).
𝐶−𝐵
Kadar abu = x 100 %
𝐴
menggunakan kertas saring. Residu diekstrak ulang dengan perlakuan yang sama
dengan sebelumnya. Langkah selanjutnya dilakukan evaporasi dalam suhu ±60ºC,
pengeringan dengan pemanasan ±60ºC pada penangas air. Ekstrak yang diperoleh
kemudian ditimbang dan dihitung rendemennya. Rendemen ditentukan dengan
rumus sebagai berikut:
Bobot serbuk
Rendemen ekstrak (%) = (Bobot awal simplisia) x 100
Dibungkus cawan petri, tabung raksi dan alat lainnya dengan kertas, lalu
disterilisasi dengan oven pada suhu 180ºC selama 2 jam (Vita, 2014).
ml suspensi kedalam tebung reaksi lain dan ditambahkan NaCl fisiologis sampai 10
ml. Selanjutnya, diulang pengenceran sebanyak tiga kali. Semua langkah prosedur
dilakukan dalam keadaan aseptik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu parameter utama dari kualitas simplisia temulawak adalah kadar
airnya (RSNI, 2006). Mengingat mikroorganisme dapat tumbuh pada rimpang
temulawak dengan kadar air >10% yang akan mempengaruhi reaksi enzimatis
sehingga mempercepat pembusukan. Penetapan kadar air simplisia dilakukan
dengan metode gravimetri. Hasil rata-rata penetepan kadar air serbuk simplisia
temulawak sebesar 7,6931%.
hasil pengujian kadar abu simplisia dan ekstrak temulawak dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Tabel 3. Hasil Uji Fitokimia simplisia serbuk temulawak, ekstrak temulawak, dan
ekstrak propolis
Golongan Senyawa Temulawak Ekstrak
Serbuk Ekstrak Propolis
Simplisia
Flavonoid + + +
Tanin - - +
Alkaloid + - -
Saponin - - +
Keterangan: + = terdapat, -= tidak terdapat
Secara kualitatif, temulawak mengandung air, minyak atsiri, pati, serat, abu
(terlarut dan tak terlarut dalam asam), alkohol dan kurkumin. Sedangkan secara
fitokimia, temulawak mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin,
triterpenoid, dan glikosida. Kandungan alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpenoid
dan glikosida lebih dominan dibanding tanin, saponin dan steroid alkaloid yang
bersifat racun bagi manusia (Tetan, 2014).
Vitamin C
90
80
70 y = 1.6416x + 42.193
R² = 0.9906
60
Inhibisi (%)
50
40 % inhibisi
30 Linear (% inhibisi)
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi (ppm)
terdapat pada sampel no 1 pada konsentrasi propolis 55,340 µg/ml dan konsentrasi
temulawak 67,010 µg/ml yang menghasilkan nilai IC50 70,258 μg/mL. Nilai IC50
semua konsentrasi kombinasi percobaan terdapat pada tabel 4.
100
90
80
Nilai IC50 (μg/ml) 70
60
50
40 nilai ic50
30
20
10
0
vitamin C propolis temulawak pt maks pt min
Sampel
90
80
70
60
50 60 70 80 90 100
propolis
100
90
80
Jumlah sel petit (%)
70
60
50
40 jumlah sel petit (%)
30
20
10
0
propolis temulawak pt maks pt min
Sampel
80 – 85
7 85 – 90
> 90
4 5 6 7 8
propolis
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad E.Z.H., Djumali M., Titi C.S., Ono S., Agus S. 2013. Optimasi Ekstraksi
Propolis Menggunakan Cara Maserasi dengan Pelarut Etanol 70% dan
Pemanasan Gelombang Mikro serta Karakterisasinya sebagai Antikanker
Payudara. Fakultas Kedokteran Hewan IPB : Bogor.
Ali R., Ali K., Budi S., Hadi R., Dodik B. 2013. Potensi Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb) sebagai Antioksidan. Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Aswin T., Erwin1, Syafrizal. 2016. Uji Fitokimia, Toksisitas serta Antioksidan
Ekstrak Propolis Pembungkus Madu Lebah Trigona Incisa Dengan
Metode 2,2-Diphenyl-1-Picrylhidrazyl (DPPH). Universitas
Mulawarman: Samarinda
Choil WS, Kwak SS, Kim HI. 2006. Improvement of bioaviability of water
insoluble drugs: potential of nano-sized grinding technique. Asian J
Pharm Sci. 1:27-30.
29
de Castro PA, Savoldi M, Bonattio D, Barros MH, Goldman MHS, Berretta AA,
Goldman GH. 2011. Molecular Characterization of Propolis Induced Cell
Death in Saccharo-myces cerevisiae. Eucariotic Cell. 10 (3):398-411.
Dep. Kes. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Keehatan Republik
Indonesia
Dep. Kes. 2000. Parameter Standar Umum Ektrak Tumbuhan Obat. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Halaman: 10 -11
Harborne JB. 1987. Phytochemical Methods. Chapman and Hall, London, UK.
Pages: 97.
Los Banos. 2004. BEENET Symposium and Technofora. Los Banos: Univ. of the
Philippines. 311-315.
30
Lotfy M. 2006. Biological Activity of Bee Propolis in Health and Disease. Asian
Pac J Cancer Prev. 7:22-31.
Lotti C, de Castro GMM, de Sá LFR, da Silva BAFS, Tessis AC, Piccinelli AL,
Rastrelli L, Pereira AF. 2011. Inhibiton of Saccharomyces cerevisiae
Pdr5p by a natural com-pound extracted from Brazillian Red Propolis. J
Pharma Braz. 21(5): 901-908.
Lustosa SR, Galindo AB, Nunes LCC, Randau KP, Neto PJR. 2008. Própolis:
atualizações sobre a química e a farmacologia. Rev Bras Farmacog.
18:447- 454.
Meghana SK, Vaidya KK, Bhosale AV, Chaudhari PD. 2012. Solid Lipid
Nanoparticles and Nanostructured Lipid Carriers - an Overview. IJPCBS.
2(4):681-691.
Patravale VB, Date AA, Kulkani RM. 2004. Nanosuspensions: a promising drug
delivery strategy. J Pham Pharmacol. 56:827-840.
Prana, MS. 2008. The biologi of temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Bogor
(ID): Biopharmaca Research Center Bogor Agricultural University. Hal.
151-156.
Rahmat Rukmana, Ir. 1995. Temulawak Tanaman Rempah dan Obat. Yogyakarta.
Kanisius.
Zhang HF, Yang XH, Wang Y. 2011. Microwave assisted extraction of secondary
metabolites from plants: Current status and future directions. Trends Food
Sci Technol. 22: 672-688
32
LAMPIRAN
33
Data Absorbansi
Aktifitas Antioksidan Data Jumlah sel
yang mengalami
petit dan sel normal
Nilai IC50
Antioksidan
Nilai IC50
Kesimpulan Antisaccharomyces
34
Rumus:
W1−W2
Kadar air (%) = Bobot sampel x 100%
47,9413−47,7892
Kadar air 1 (%) = x 100% = 7,5989%
2,0016
64,3375−64,3255
Kadar air 2 (%) = x 100% = 7,7872%
2,0110
Rumus:
(Bobos krus+Bobot abu)−Bobot krus kosong
Kadar abu (%) = x 100%
Bobot sampel
36,9717−36,8903
Kadar abu 1 (%) = x 100% = 4,0596 %
2,0051
32,57537−32,4919
Kadar abu 2 (%) = x 100% = 4,1629 %
2,0034
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘
% Rendemen Simplisia = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 x 100%
880 𝑔
= 1100 𝑔 x 100%
= 80%
= 13,216%
0.86
0.858
0.856 Absorbansi
0.854
0.852
0.85
508 510 512 514 516 518 520 522
Panjang Gelombang
Vitamin C
90
80
70 y = 1.6416x + 42.193
R² = 0.9906
60
Inhibisi (%)
50
40 % inhibisi
30 Linear (% inhibisi)
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi (ppm)
: 48,9577 %
Contoh perhitungan Inhibisi
IC50 = bx + a
50 = 1,6416x + 42,193
1,6416x = 50 – 42,193
50−42,193
x = 1,6416
x = 4,7557 µg/ml
➢ Sampel 1
Konsentrasi Absorbansi Inhibisi IC50
(ppm) rata-rata (%) (ppm)
10 0,6127 26,17183
25 0,5546 33,17267
70,25756
50 0,4763 42,60754
75 0,3881 53,23533
38
Sampel 1
70
60
50 y = 0.3805x + 23.267
Inhibisi (%)
R² = 0.994
40
30 % inhibisi
20 Linear (% inhibisi)
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
➢ Sampel 2
Konsentrasi Absorbansi Inhibisi IC50
(ppm) rata-rata (%) (ppm)
10 0,531 36,01639
25 0,4925 40,6555
50 0,435 47,58405 58,32096
75 0,3675 55,71756
100 0,323 61,07965
Sampel 2
70
60
50
Inhibisi (%)
y = 0.2829x + 33.501
40 R² = 0.9962
30 % inhibisi
20 Linear (% inhibisi)
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
➢ Sampel 3
39
Sampel 3
70
60
50
Inhibisi (%)
y = 0.2994x + 31.746
40 R² = 0.996
30 % inhibisi
20 Linear (% inhibisi)
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
➢ Sampel 4
Konsentrasi Absorbansi Inhibisi IC50
(ppm) rata-rata (%) (ppm)
10 0,4891 41,06519
25 0,4618 44,35474
50 0,4145 50,05422 48,57204
75 0,3573 56,94662
100 0,3189 61,57368
40
Sampel 4
70
60
50
Inhibisi (%)
y = 0.2332x + 38.673
40 R² = 0.9969
30 % inhibisi
20 Linear (% inhibisi)
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
➢ Sampel 5
Konsentrasi Absorbansi Inhibisi IC50
(ppm) rata-rata (%) (ppm)
10 0,5971 28,05157
25 0,5428 34,59453
50 0,4685 43,54742 68,48577
75 0,3843 53,69322
100 0,3297 60,27232
Sampel 5
70
60
50 y = 0.3619x + 25.215
Inhibisi (%)
40 R² = 0.9945
30 % inhibisi
20 Linear (% inhibisi)
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
➢ Sampel 6
Konsentrasi Absorbansi Inhibisi IC50
(ppm) rata-rata (%) (ppm)
41
10 0,5143 38,02868
25 0,4808 42,06531
50 0,4271 48,53597 54,96772
75 0,3636 56,18749
100 0,3214 61,27244
Sampel 6
70
60
50
Inhibisi (%)
y = 0.2633x + 35.527
40 R² = 0.9967
30 % inhibisi
20 Linear (% inhibisi)
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
➢ Sampel 7
Konsentrasi Absorbansi Inhibisi IC50
(ppm) rata-rata (%) (ppm)
10 0,5798 30,13616
25 0,5298 36,16098
50 0,4599 44,58368 66,31887
75 0,3799 54,2234
100 0,328 60,47717
42
Sampel 7
70
60
50 y = 0.3412x + 27.372
Inhibisi (%)
R² = 0.995
40
30 % inhibisi
20 Linear (% inhibisi)
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
➢ Sample 8
Konsentrasi Absorbansi Inhibisi IC50
(ppm) rata-rata (%) (ppm)
10 0,5051 39,13725
25 0,4738 42,90878
50 0,4225 49,09025 52,81919
75 0,3613 56,46463
100 0,3205 61,38089
Sampel 8
70
60
50
y = 0.2522x + 36.679
Inhibisi (%)
40 R² = 0.9968
30 % inhibisi
20 Linear (% inhibisi)
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
➢ Sampel 9
Konsentrasi Absorbansi Inhibisi IC50
(ppm) rata-rata (%) (ppm)
10 0,5464 34,16074 61,26368
43
25 0,5048 39,17339
50 0,4432 46,59598
75 0,3716 55,22352
100 0,3246 60,88685
Sampel 9
70
60
50
Inhibisi (%)
y = 0.3015x + 31.529
40 R² = 0.996
30 % inhibisi
20 Linear (% inhibisi)
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
➢ Sampel 10
Konsentrasi Absorbansi Inhibisi IC50
(ppm) rata-rata (%) (ppm)
10 0,5416 34,73913
25 0,5012 39,60718
50 0,4408 46,88517 60.43287
75 0,3704 55,36812
100 0,3242 60,93505
Sampel 10
70
60
50
y = 0.2957x + 32.13
Inhibisi (%)
40 R² = 0.9961
30 % inhibisi
20 Linear (% inhibisi)
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
44
➢ Sampel 11
Konsentrasi Absorbansi Inhibisi IC50
(ppm) rata-rata (%) (ppm)
10 0,5463 34,17279
25 0,5047 39,18544
50 0,4432 46,59598 61,24088
75 0,3716 55,22352
100 0,3246 60,88685
Sampel 11
70
60
50 y = 0.3014x + 31.542
Inhibisi (%)
R² = 0.996
40
30 % inhibisi
20 Linear (% inhibisi)
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
➢ Sampel 12
Konsentrasi Absorbansi Inhibisi IC50
(ppm) rata-rata (%) (ppm)
10 0,5469 34,10049
25 0,5052 39,1252
50 0,4434 46,57188 61,34393
75 0,3717 55,21147
100 0,3247 60,8748
45
Sampel 12
70
60
50
y = 0.3021x + 31.468
Inhibisi (%)
40 R² = 0.9959
30 % inhibisi
20 Linear (% inhibisi)
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
➢ Sampel 13
Konsentrasi Absorbansi Inhibisi IC50
(ppm) rata-rata (%) (ppm)
10 0,5472 34,06435
25 0,5054 39,1011
50 0,4436 46,54778 61,37806
75 0,3718 55,19942
100 0,3246 60,88685
Sampel 13
70
60
50
Inhibisi (%)
y = 0.3026x + 31.427
40 R² = 0.996
30 % inhibisi
20 Linear (% inhibisi)
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
➢ Perhitungan jumlah sel petit, sel normal, sel petit dan sel normal, dan
persentase
Hasil mikroskopis Hasil perhitungan
% sel
No Sel Sel
Jumlah Sel petit Sel normal Jumlah petit
petit normal
1 251 136 387 125500000 68000000 193500000 64,86
2 361 58 419 180500000 29000000 209500000 86,16
3 251 90 341 125500000 45000000 170500000 73,61
4 150 52 202 75000000 26000000 101000000 74,26
5 160 58 218 80000000 29000000 109000000 73,39
6 126 32 158 63000000 16000000 79000000 79,75
7 101 11 112 50500000 5500000 56000000 90,18
8 113 10 123 56500000 5000000 61500000 91,87
9 216 34 250 108000000 17000000 125000000 86,40
10 103 18 121 51500000 9000000 60500000 85,12
11 172 46 218 86000000 23000000 109000000 78,90
12 150 33 183 75000000 16500000 91500000 81,97
13 190 34 224 95000000 17000000 112000000 84,82
Contoh perhitungan:
Sampel no. 1
• Sel petit
𝑛 . 𝐹𝑝
Σp = 0,02 x 103 sel/mL
251 . 10
Σp = x 103 sel/mL
0,02
Σp = 125500000 sel/mL
• Sel normal
𝑛 . 𝐹𝑝
Σn = 0,02 x 103 sel/mL
136 . 10
Σn = x 103 sel/mL
0,02
Σn = 68000000 sel/mL
• Persentase
47
Σp
% sel petit = Σpn x 100%
125500000 sel/mL
% sel petit = x 100%
68000000 sel/mL
% sel petit = 64.86%