PENDAHULUAN
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu dari
salah yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Masalah nyeri
pinggang yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering terjadi
LBP menyebabkan timbulnya rasa pegal, linu, ngilu, atau tidak enak pada
kronik dan akut. LBP akut akan terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu.
Sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 3 bulan. Yang termasuk dalam faktor
resiko LBP adalah umur, jenis kelamin, faktor indeks massa tubuh yang meliputi
Nyeri punggung bawah adalah salah satu alasan paling umum yang
membuat orang tidak dapat bekerja atau melakukan kegiatannya dengan baik.
dikutip oleh Yulianto A (2008), sebanyak 80% populasi orang dewasa dalam
akibatkan oleh nyeri punggung bawah pada seseorang sangat berat. Kehilangan
1
2
setelah penyakit saluran nafas atas. Sekitar 12% orang yang mengalami nyeri
Spanyol oleh Fernandez et al (2009) pada orang dewasa diperoleh pravelensi LBP
adalah 19,9%. LBP lebih banyak terjadi pada perempuan (67,5%) dari pada laki-
laki (33,5%). Penderita LBP dari kelompok 31-50 tahun 1,5 kali lebih banyak
Low back pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah suatu
gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis. Pada beberapa kasus gejalanya
sebagian besar kasus, diagnosisnya tidak pasti dan berlangsung lama (Wagiu,
2012). LBP atau NPB merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
150 jenis gangguan muskuloskeletal di derita oleh ratusan juta manusia yang
menyebabkan nyeri dan inflamasi yang sangat lama serta disabilitas atau
penderita. Nyeri yang diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya adalah
ditemukan diantara keluhan nyeri yang lain. Laporan ini berhubungan dengan
penetapan dekade 2000-2010 oleh WHO sebagai dekade tulang dan persendian
adalah 14,3% (Meliawan, 2009). Dalam satu tahun terdapat lebih dari 500.000
kasus nyeri punggung bagian bawah dan dalam 5 tahun angka insiden naik
30%. Sebanyak 80-90% kasus LBP akan sembuh dengan sendirinya selama 2
minggu. Dari 500.000 kasus tersebut 85% penderitanya adalah usia 18-56 tahun
(Wheeler, 2013). Di Swedia, LBP adalah penyebab tersering penyakit kronis pada
usia kurang dari 65 tahun dan peringkat kedua setelah penyakit vaskuler pada usia
65 tahun keatas (Kim, 2005). LBP merupakan salah satu masalah sosial utama
ekonomi utama di Inggris karena 13% alasan seseorang tidak masuk bekerja
disebabkan karena LBP. Insidensi setiap tahun pada orang dewasa mencapai 45%
kedua tertinggi setelah sefalgia (Meliala et al, 2003). Hasil penelitian secara
dengan rata-rata nilai VAS (Visual Analog2 Scale) sebesar 5,46 ± 2,56 yang
Nyeri yang bertambah berat dalam kurun waktu yang lama bisa
mengakibatkan masalah seksual, sulit buang air besar, kesulitan tidur, dan depresi
(Bull & Guice, 2007). Sedangkan menurut Lemone (2015) nyeri dapat membuat
4
saat ini dikenal memiliki efek yang segera dan jangka panjang, seperti imobilitas,
marah, dan ansietas, nyeri juga dapat menunda penyembuhan dan rehabilitas bagi
back pain yaitu memberikan perawatan yang sesuai dengan kondisi klien, perawat
agar dapat meningkatkan pengetahuan klien mengenai low back pain, perawat
Perry, 2009).
menyeluruh dan terpadu melalui kerjasama klien, keluarga klien dan tim
penulisan karya tulis ilmiah tentang penyakit low back pain dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn. R dengan Low Back Pain (LBP) di Ruang Rawat Inap
penelitian ini adalah bagaimanakah asuhan keperawatan pada tuan R dengan Low
Back Pain (LBP) di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
1.3. Tujuan
pada tuan R, dengan Low Back Pain (LBP) di ruang rawat inap Rumah Sakit
yang melakukan pengobatan Low Back Pain (LBP) LBP di di Poli Saraf
dengan Low Back Pain (LBP) di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum
dengan Low Back Pain (LBP) di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum
R dengan Low Back Pain (LBP) di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum
dengan Low Back Pain (LBP) di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum
penyakit LBP, dan klien dapat mengatasi penyakit yang diderita klien.
TINJAUAN PUSTAKA
Low back pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada regio
punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab. Gangguan
ini paling banyak ditemukan di tempat kerja, terutama pada mereka yang
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal
atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan 10 penjalaran nyeri ke arah tungkai
dan kaki. LBP yang lebih dari 6 bulan disebut kronik (Sadeli et al., 2011).
muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. LBP
adalah salah satu keluhan yang dirasakan oleh sebagian besar pekerja, biasanya
mulai dirasakan pada usia 25 tahun, dan meningkat pada usia 50 tahun (Yunus,
2008).
2.1.3 Penyebab
Umumnya nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai
7
8
tulang
pernafasan, sistem saraf, sistem penginderaan, sistem otot, dan sebagainya. Sistem
manusia. Dalam hal ergonomik, hal yang paling mempengaruhi yaitu sistem otot,
1. Anatomi Muskuloskeletal.
pengendali dan untuk menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut. Rangka
9
terdiri atas tulang tengkorak, tulang badan dan tulang anggota gerak.
dan otot sering disebut sebagai jaringan lunak, sedangkan tulang sendi
dalam mendesain atau merancang tempat kerja, peralatan kerja dan produk
baru yang harus disesuaikan dengan karakteristik manusia. Sistem otot dan
posisi ergonomi terutama saat bekerja karena bagian ini merupakan rangka
Terdiri dari tujuh tulang yang memiliki bentuk tulang yang kecil
belakang tulang) yang pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini
Terdiri dari lima tulang yang merupakan bagian yang paling tegap
Gambar 2.1
Tulang belakang
11
tulang dan berfungsi melindungi jalinan tulang belakang. Bagian luar dari
bantalan ini terdiri dari annulus fibrosus yang terbuat dari tulang rawan
dan nukleus pulposus yang berbentuk seperti jeli dan mengandung banyak
tulang belakang dan sebagai penahan jika terjadi tekanan pada tulang
bagian ini maka tulang dapat menekan syaraf pada tulang belakang
Struktur tulang belakang ini harus dipertahankan dalam kondisi yang baik
Gambar 2.2
Penampung tulang belakang potongan tranversal
12
Gambar 2.3
Penampung tulang belakang potongan sagital
pergerakan (body movement) dan menyusun sekitar 40% dari total massa
tubuh manusia. Sel otot merupakan sel khusus yang memiliki kemampuan
asam piruvat dan ATP yang menghasilkan energy untuk kontraksi otot
13
Terdapat dua jenis kerja otot, yaitu kerja otot statis dan dinamis. Dalam
energy yang lebih besar pada pekerjaan statis dibanding pekerjaan dinamis
kronis dan kelemahan. Selama wawancara awal, dikaji lokasi nyeri, sifatnya, dan
pelajaran sepanjang serabut saraf (sciatika). Nyeri yang berasal dari masalah
muskuloskeletal biasanya akan semakin jelas pada gerakan. Juga dievaluasi cara
motoris, dan persepsi sensoris, bersama dengan derajat ketidak nyamanan yang
hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal yang mungkin ada deformitas
tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam keadaan telungkup, otot paraspinal
akan relaksai dan deformitas yang diakibatkan oleh spasmus akan menghilang.
14
Kecemasan dan stres dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri
punggung bawah bisa merupakan manifestasi depresi atau konflik mental atau
reaksi terhadap stresor lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa penderita
2.1.5 Patofisiologi
Karena adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar dan
timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, resiko LBP hanya menunggu
waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti
dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodusschmorl.
yang mendasari low back pain subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh
nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iskhialgia atau siatika. Menjebolnya
radiks yang bersama-sama arteria radipularis yang berada dalam lapisan dura. Hal
15
itu terjadi jika penjebolan berada di sisi lateral tidak aka nada radiks yang terkena
Pada tingkat L2 dan terus ke bawah tidak terdapat medulla spinalis lagi,
maka herniasi yang berada di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada
bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral
dan HNP lateral. HNP sentral akan menunjukan paraparesis flasid, parestesia,
danretansi urine. Sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri
tekan yang terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah area bokong dan betis,
belakang tumit, dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang
dan reflex achiler negatife. Pada HNPlateral L4-L5rasa nyeri dan nyeri tekan
dan di dorsum perdis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan reflek patella
negatif. Sensibilitas dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun.
Pada percobaan tes laseque atau tes mengangkat tungkai yang lurus
(straight legraising), yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi pada
sendi panggul, akan dirasakan nyeri disepanjang bagian belakang (tanda laseque
positif).
b. Sifat nyeri khas dari posisi terbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat dan
saat batuk atau mengejan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang
ditekan.
bertambah tua. Pada orang muda diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan
tak teratur. Degenerasi diskus merupakan penyebab nyeri punggung yang biasa
diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling berat
atau kerusakan sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika
keluar dari kanalis spinalis yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang
saraf tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung bawah menderita hernia
Gambar 2.4
Bagan patofisiologi LBP
18
1. Pemeriksaan Laboratorium.
melihat laju endap darah (LED), morfologi darah tepi, kalsium, fosfor,
asam urat, alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen spesifik prostat (jika
2. Pemeriksaan Radiologis.
a. Foto Rontgen.
b. MRI.
MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta
c. CT.
badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan
2. Medis.
a. Formakoterapi.
radikuler.
c. Bedah.
- Sindroma kauda.
2.2.1 Pengkajian
I. Pengkajian
a) Identistas Klien.
b) Keluhan Utama.
keluhan & apakah menetap atau hilang timbul', hal apa yang
e) Riwayat Pekerjaan.
pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, dan kerja
statis.
a) Keadaan umum.
TD : Tekanan darah.
N : Nadi.
P : Pernapasan.
S : Suhu.
22
c) Antropometri.
BB : Berat badan.
TB : Tinggi badan.
d) Sistem pengidraan.
e) Sistem pernapasan.
ronchi, wheezing.
f) Sistem kardiovaskuer.
jantung.
g) Sistem gastrointestinal.
dan eliminasi.
h) Sistem integumen.
Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, dan warna permukaan kuku.
i) Sistem muskuloskletal.
j) Sistem endokrin.
k) Sistem reproduksi.
l) Sistem neurologis.
1) Fungsi cerebral.
4) Kemampuan bicara.
5) Fungsi kranial.
- Nervus I (Olfaktorius) :
- Nervus II (Optikus) :
penglihatan perifer.
mengikuti cahaya
- Nervus IV (Troklearis) :
dalam.
- Nervus V (Trigeminus) :
diatas pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi disentuh)
- Nervus VI (Abdusen) :
Uji pendengaran.
- Nervus IX (Glosofaringeus) :
- Nervus X (Vagus) :
- Nervus XI (Asesorius) :
6) Fungsi motorik :
7) Fungsi sensorik :
8) Fungsi cerebrum :
1. Neurologik.
radiks.
2. Radiologik.
perlengketan.
3. Laboratorium.
informasi.
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri berhungan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan agen cedera keperawatan 3 x 24 jam secara komprehensif
fisik pasien tidak mengalami 2. Observasi reaksi non
nyeri.’ verbal dari
ketidaknyamanan.
Kriteria hasil : 3. Bantu pasien dan keluarga
- Mampu mengontrol nyeri. untuk mencari dan
- Melaporkan bahwa nyeri menemukan dukungan.
berkurang dengan 4. Kontrol lingkungan yang
menggunakan manajemen dapat mempengaruhi
nyeri. nyeri seperti suhu
- Mampe mengenali nyeri. ruangan, pencahayaan,
- Menyatakan rasa aman dan kebisingan.
setelah nyeri berkurang. 5. Kaji kultur budaya yang
- Tanda vital dalam rentang mempengaruhi respon
normal. nyeri.
- Tidak mengalami gangguan 6. Kurangi faktor presipitasi
tidur. nyeri.
7. Gunakan teknik
komunikasi teraupetik
untuk mengetahui
27
pengalaman nyeri.
8. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menetukan
intervensi.
9. Ajarkan teknik non
farmokologi : nafas
dalam, relaksasi, distraksi,
kompres hangat / dingin.
10. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
11. Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang, dan
antisipasi ketidak-
nyamanan dari prosedur.
12. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik.
2. Ketidak-seimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari keperawatan 3 x 24 jam makanan
kebutuhan tubuh ketidak seimbangan nutrisi 2. Kaji intake dan output
berhubungan dengan teratasi. klien
faktor biologis. 3. Tingkatkan intake makan
Kriteria Hasil : melalui :
- Albumim serum. - Sajikan makanan
- Pre albumim serum. dalam kondisi hangat.
- Hematokrit. - Selingi makan dengan
- Hemoglobin. minum.
- Total iron binding capacity. - Berikan makan tapi
- Jumlah limfosit. sering.
4. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
5. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mengandung konstipasi.
6. Kaji tanda – tanda vital
klien.
7. Berikan makanan sering
tapi sedikit pada klien.
8. Monitor adanya
penurunan BB dan gula
darah.
9. Monitor lingkungan
selama makan.
10. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan.
11. Berikan semangat dan
pujian positif untuk
28
mendorong kepatuhan.
12. Monitor turgor kulit.
13. Monitor mual dan
muntah.
14. Informasikan pada klien
dan keluraga tentang
manfaat nutrisi.
15. Anjurkan banyak minum.
3. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring vital sign
fisik berhubungan keperawatan 3 x 24 jam sebelum dan sesudah
dengan nyeri. gangguan mobilitas fisik latihan dan lihat respon
teratasi. pasien saat latihan.
2. Koreksi tingkat
Kriteria hasil : kemampuan mobilisasi.
- Klien meningkat dalam 3. Konsultasikan dengan
aktifitas fisik. terapi fisik tentang
- Mengerti tujuan dari rencana ambulansi sesuai.
peningkatan mobilitas. 4. Bantu klien dalam
- Memverbalisasikan perubahan gerak.
perasaan 5. Observasi / kaji terus
- dalam meningkatakan kemampuan gerak
kekuatan dan kemampuan motorik, dan
berpindah. keseimbangan.
- Memperagakan penggunaan 6. Ajarkan pasien tenaga
alat bantu. kesehatan lain tentang
teknik ambulansi.
7. Anjurkan keluarga klien
untuk melatih dan
memberi motivasi.
8. Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi.
9. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain (fisioterapi
untuk pemasangan
konset).
10. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLS secara mandiri.
11. Berikan alat bantu jika
diperlukan.
4. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk
efektif berhubungan keperawatan 3 x 24 jam memaksimalkan ventilasi.
dengan nyeri. pasien menunjukan 2. Lakukan fisioterapi dada
keefektifan jalan nafas. jika perlu.
3. Keluarkan sekret atau
Kriteria Hasil : batuk menggunakan
- Mendemonstrasikan batuk suction.
- efektif dan suara nafas yang 4. Auskultasi suara nafas,
- bersih, tidak ada sianosis dan catat suara tambahan.
dan 5. Atur intake untuk cairan
- dyspneu. mengoptimalkan
- Menunjukan jalan nafas keseimbangan.
yang 6. Monotor respirasi dan
29
2.2.4 Implementasi
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kedalam suatu kamus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
2.2.5 Evaluasi
31