Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia senantiasa selalu bergerak secara dinamis untuk memenuhi setiap
kebutuhan. Perpindahan ini tidak selalu lancar tanpa halangan. Kendala-kendala
seperti sungai atau jurang sering menjadi penghalang yang dapat menghambat
pergerakan manusia. Jembatan merupakan suatu struktur yang mampu mengatasi
berbagai hambatan tersebut. Jembatan dibangun sebagai penghubung yang
melintasi suatu rintangan berupa sungai, jurang, jalan, dsb sehingga manusia
dapat melintasi rintangan tersebut dengan aman.

Indonesia dengan beragam kondisi wilayah tentu membutuhkan prasarana-


prasarana yang dapat mendukung berbagai pergerakan masyarakat, termasuk
akses jalan dan jembatan. Namun pada kenyataannya, masih banyak daerah-
daerah terpencil di Indonesia yang tidak memiliki akses jalan dan jembatan yang
memadai. Tidak hanya jembatan besar yang dapat dilalui oleh kendaraan, namun
juga jembatan kecil bagi pejalan kaki. Jembatan pejalan kaki sebagai
infrastruktur penghubung pada daerah terpencil kurang mendapatkan perhatian
serius dari pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jembatan pejalan kaki
yang rusak. Tentu saja hal ini akan membahayakan bagi masyarakat yang
melintasi jembatan tersebut seperti yang terjadi di salah satu daerah tertinggal di
Indonesia, yaitu Distrik Wari, Kabupaten Tolikara, Papua. Sejumlah warga
terpaksa melintasi jembatan gantung yang telah rusak untuk menuju kampung
seberang (Gambar 1.1). Hal serupa juga harus dilakukan oleh para pelajar untuk
menuju ke sekolah mereka masing-masing (Gambar 1.2).

1
2

Gambar 1.1 Sejumlah


mlah warga menyeberang melalui jembatan
j gantung rusak di
Kabupaten Tolikara, Papua
(Sumber: http://www.antaranews.com/foto/65926/infrastruktur papua)
http://www.antaranews.com/foto/65926/infrastruktur-rusak-papua

Gambar 1.2 Para pelajar melintasi jembatan dengan lantai kayu yang telah rusak
(Sumber: http://www.antaranews.com/foto/65926/infrastruktur papua)
http://www.antaranews.com/foto/65926/infrastruktur-rusak-papua

Salah satu kendala dalam penanganan jembatan rusak ataupun pembangunan


jembatan baru di daerah terpencil Indonesia adalah keterbatasan alat dan material
yang tersedia di tempat serta keterbatasan akses dan media pengangkutan
pengangkutannya.
Sebagai contoh, material penyusun beton berupa semen dan agregat kasar yang
cukup berat tentu akan menyulitkan dalam pengangkutan ke area yang dituju.
Sedangkan baja, material ini relatif memiliki harga yang mahal, membutuhkan
3

pemeliharaan khusus, dan memiliki kelemahan yaitu mudah korosi. Sedangkan


bambu, material ini memiliki tingkat keawetan yang rendah.

Alternatif material jembatan lain untuk mengatasi hal tersebut adalah baja canai
dingin (nama pasar: “baja ringan”). Saat ini, aplikasi baja canai dingin masih
identik dengan rangka atap, pergola, atau struktur dinding. Baja canai dingin
memiliki keuntungan dengan berat material yang ringan sehingga mudah dalam
pengangkutan, memiliki kuat tarik yang tinggi, tahan korosi sehingga lebih awet
dan pemeliharaan lebih mudah. Namun, profil baja canai dingin yang tipis
dengan rasio dimensi lebar terhadap tebalnya yang sangat besar menyebabkan
tingkat kekakuannya rendah. Akibat dari beban yang menghasilkan momen dan
gaya tekan besar, sering kali profil baja canai dingin mengalami local buckling
(tekuk lokal) sebelum mencapai kekuatan maksimumnya.

Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kekuatan baja canai
dingin dalam menahan beban tekan antara lain dengan memperpendek batang
baja canai dingin dengan penambahan breising sehingga panjang tekuk
berkurang, membuat struktur rangkap baja canai dingin, dan membuat struktur
komposit baja canai dingin dengan pengisi material lain seperti kayu atau beton
ringan.

Sesuai pemaparan di atas, pada tugas akhir ini penulis akan melakukan
perancangan jembatan pejalan kaki tipe rangka berbahan komposit baja canai
dingin dengan pengisi kayu. Kayu merupakan sumber daya alam yang mudah
didapatkan di Indonesia. Sebagai bahan bangunan, kayu banyak dipilih karena
berbagai alasan, yaitu relatif mudah dikerjakan dan dibentuk, harga relatif murah,
dan tentu saja memiliki kekuatan yang tinggi. Selain itu, penampilannya yang
menarik serta ramah lingkungan tentu menjadi nilai tambah kayu sebagai bahan
bangunan.
4

1.2 Rumusan Masalah


Berapa bentang maksimum yang dapat dicapai untuk jembatan pejalan kaki
dengan bahan material komposit baja canai dingin dengan pengisi kayu.

1.3 Tujuan Perancangan


Tujuan perancangan jembatan pejalan kaki tipe rangka komposit baja canai
dingin dengan pengisi kayu ini adalah :
a. mengetahui bentang maksimum jembatan pejalan kaki yang dapat dicapai
dengan menggunakan material komposit baja canai dingin dengan pengisi
kayu;
b. menghitung kebutuhan material untuk membangun jembatan pejalan kaki tipe
rangka komposit baja canai dingin dengan pengisi kayu.

1.4 Batasan Masalah


Dalam perancangan ini hanya ditinjau jembatan pejalan kaki kelas II tipe rangka
dengan batasan dan asumsi sebagai berikut :
a. jembatan pejalan kaki dirancang berbentuk pratt truss dan digunakan bagi
kelas pengguna II (hanya untuk pejalan kaki) dengan beban merata 4 kPa;
b. jembatan pejalan kaki direncanakan mempunyai lebar bersih sebesar 1,4
meter dan tinggi bersih 2 meter;
c. trial jembatan dilakukan pada bentang 8, 10, 12, dan 14 m;
d. material utama jembatan yang dominan menahan beban tekan menggunakan
komposit baja canai dingin profil Z75/08 dengan pengisi kayu mahoni
dengan sifat mekanika yang diperoleh dari penelitian terdahulu (Rahmawati,
2014 dan Danastri, 2014);
e. material utama jembatan yang dominan menahan beban tarik menggunakan
baja canai dingin profil CN75/08 tanpa isian;
f. batas material yang digunakan yaitu 4 profil baja canai dingin CN75/08,
profil komposit ganda baja canai dingin dengan pengisi kayu, lantai jembatan
checkered plate tebal 3 mm, alat penyambung baut diameter 8 mm dan pelat
sambung baja 2 mm;
5

g. analisis hanya dilakukan untuk struktur atas jembatan;


h. efek dinamik sudah termasuk dalam nilai beban hidup yang dihitung secara
statik;
i. area yang ditinjau sebagai dasar penentuan analisis gempa adalah Kabupaten
Tolikara, Papua (Zona 2) dengan jenis tanah teguh atau agak padat.

1.5 Manfaat Perancangan


Dari hasil perancangan ini diharapkan dapat diperoleh desain dan bentang
maksimum jembatan pejalan kaki yang masih dapat dikerjakan dengan material
alternatif dari komposit baja canai dingin dengan pengisi kayu yang sesuai dan
memenuhi persyaratan keamanan dan kenyamanan.

1.6 Keaslian Perancangan


Sampai saat ini, perancangan jembatan pejalan kaki tipe rangka sudah banyak
dilakukan. Perancangan jembatan pejalan kaki tipe rangka pada umumnya
menggunakan material baja atau material lain seperti bambu. Perancangan
jembatan pejalan kaki tipe rangka yang pernah ada sebelumnya antara lain :
1. Perancangan Jembatan Penyeberangan untuk Pejalan Kaki Pratt Truss:
Perbandingan Satu Bentang dan Dua Bentang oleh Ramadhani (2010)
membahas mengenai perancangan dua buah jembatan penyeberangan pejalan
kaki tipe Pratt Truss dengan menggunakan profil baja konvensional dan
dengan jumlah bentang yang berbeda namun bentang total sama, yaitu 32,4
meter;
2. Perancangan Alternatif Jembatan Dodogan Kabupaten Bantul dengan Rangka
Baja Tipe Warren Truss oleh Putra (2005) membahas mengenai perancangan
alternatif Jembatan Dodogan menggunakan rangka baja dengan menerapkan
peraturan Bridge Management System 1992 dan PPPJR 1987;
3. Perancangan Jembatan Pejalan Kaki dengan Struktur Warren Truss (with
Verticals) Menggunakan Bambu Petung oleh Danastri (2013) membahas
mengenai perancangan jembatan bambu dengan bentang 10 m, 15 m, dan 20
m untuk pejalan kaki dengan truss tipe warren (with verticals).
6

Sedangkan pada perancangan dengan material komposit baja canai dingin dengan
pengisi kayu, selama ini hanya dilakukan penelitian-penelitian seperti pada
laporan-laporan berikut :
1. Perilaku Tekan Komposit Laminasi Kayu-Baja Canai Dingin dengan
Konektor Geser Sekrup oleh Rahmawati (2014) membahas mengenai
penelitian dengan model eksperimen batang komposit laminasi kayu-baja
canai dingin sehingga dapat diketahui peningkatan kapasitas tekan serta
perilaku mekanik batang komposit laminasi kayu-baja canai dingin;
2. Studi Sambungan Komposit Baja Canai Dingin-Laminasi Kayu dengan Alat
Sambung Baut oleh Danastri (2014) membahas mengenai analisis perilaku
sambungan komposit baja canai dingin-kayu baik secara eksperimental
maupun dengan program DOWEL dan European Yield Model Theory;
3. Prediksi Kekuatan Struktur Truss 2D Komposit Baja Canai Dingin-Kayu
Laminasi oleh Wibowo (2014) membahas mengenai peningkatan kekuatan
truss dan analisis struktur truss komposit baja canai dingin dengan kayu
laminasi;
4. Perancangan Struktur Truss 2D Komposit Baja Canai Dingin-Kayu Laminasi
dengan Bentang 25 meter oleh Sebastian (2015) membahas mengenai
perancangan truss 2D dengan bentang 25 meter menggunakan profil
komposit baja canai dingin Z75/08 dan CN65/08 dengan pengisi kayu
laminasi untuk batang tekan dan profil baja canai dingin Z75/08 dan CN65/08
untuk batang tarik.

Berdasarkan referensi berbagai tugas akhir dan tesis yang ada di Jurusan Teknik
Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, perancangan
jembatan pejalan kaki tipe struktur rangka dengan menggunakan material
komposit baja canai dingin dengan pengisi kayu ini bersifat asli dan belum
pernah dilakukan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai