Jurnal
Jurnal
Oleh:
Erda Aufar
NPM 1415103007
ABSTRAK
Industri kecil menjadi tolak ukur kemajuan suatu Negara. Semakin maju
perindustrian yang ada di Negara tersebut maka semakin maju pula
perekonomiannya. Tantangan dalam perekonomian di setiap wilayah di negara
Indonesia ini secara umum hampir sama, tidak terkecuali Kota Sukabumi.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang merupakan modal utama dalam
perekonomian adalah salah satu tantangan yang cukup besar bagi setiap wilayah
untuk dapat meningkatan perekonomian. Kendala-kendala para pengusaha
industri kecil Kota Sukabumi menunjukkan bahwa keberhasilan usaha para
pengusaha masih rendah. Kompetensi manajerial diperlukan pengusaha untuk
dilatih dan dikembangkan agar mampu menghasilkan kinerja terbaik dalam
mengelola usahanya. Penelitian ini menggunakan Metode Survey Eksplanasi.
Sampel yang digunakan penelitian ini sebanyak 116 responden para pengusaha
industri kecil Kota Sukabumi yang terdaftar sebagai peserta wirausaha baru Jawa
Barat. Analisis deskriptif dengan regresi berganda menjadi alat analisis pada
penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti menemukan beberapa hasil penelitian
yaitu pertama, kondisi mengenai kompetensi manajerial para pengusaha peserta
wirausaha baru Kota Sukabumi berada pada kategori cukup efektif. Kedua,
kondisi mengenai keberhasilan usaha para pengusaha peserta wirausaha baru Kota
sukabumi secara keseluruhan berada pada kategori sedang. Ketiga, Kompetensi
manajerial yang tediri kemampuan konsep, kemampuan berhubungan dengan
orang lain dan kemampuan teknikal secara simultan memiliki pegaruh positif
terhadap keberhasilan usaha.
Latar Belakang
Industri kecil menjadi tolak ukur kemajuan suatu Negara. Semakin maju
perindustrian yang ada di Negara tersebut maka semakin maju pula
perekonomiannya. Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 99 tahun
1998, Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam
bidang usaha yang mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi
untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
Negara Indonesia memiliki berbagai macam industri yang mempunyai peran
besar dalam upaya pengembangan perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari
kontribusi UMKM terhadap lapangan kerja, pemerataan pendapatan, serta
pembangunan ekonomi daerah. Menurut sensus ekonomi yang dilaksanakan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia sebanyak 56.534.592 Juta dan
mengalami peningkatan sebesar 2,41% dari tahun 2011, dimana menyerap tenaga
kerja UMKM sebanyak 107.657.509 Juta Jiwa dan mengalami peningkatan
sebesar 5,83% dari tahun 2011.
Pada tahun 2016 ratio wirausaha di Indonesia seperti dilansir dari laman
kementrian koperasi dan UKM berada sekitar 3,1 persen sekitar 7,8 juta orang
dari 252 juta jumlah penduduk, maka saat ini kita dapat lihat dampaknya terhadap
kesejahteraan masyarakat.
Seorang sosiolog bernama David McCleland mengemukakan bahwa, apabila
sebuah negara ingin menjadi makmur, minimal sejumlah 2% dari prosetase
keseluruhan penduduk di negara tersebut menjadi wirausahawan. Meskipun saat
ini Indonesia memang sudah lebih dari 2 persen yang menjadi salah satu syarat
minimal masyarakat dapat sejahtera. Namun angka ini masih dibawah malaysia 5
persen dari populasi 31,19 juta di tahun yang sama. serta China 11 persen, Jepang
10 persen bahkan di bawah Singapura 7 persen dari populasi 5,607 juta jiwa.
Upaya pemeritah dalam meningkatkan UMKM di Indonesia salah satunya
membuat program Wirausaha Baru (WUB). Program Wirausaha Baru (WUB)
yang dimiliki oleh provinsi Jawa Barat, Program Pencetakan Seratus Ribu
Wirausaha Baru (WUB) Jawa Barat ini adalah program pemerintah Provinsi Jawa
Barat yang berupaya secara bertahap mewujudkan kesejahteraan masyarakat
melalui Program dan Kegiatan yang langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh
semua pihak. WUB dapat membantu para pemilik usaha baru mengasah
kompetensi manajerial dalam mengelola usahanya agar bisa mengembangkan
usaha yang dikelola sehingga dapat bersaing dengan pengusaha dalam negeri
maupun luar negeri.
Dipilihnya UMKM sebagai titik perhatian Pemerintah dalam dalam upaya
pengentasan kemiskinan adalah karena UMKM mempunyai karakteristik yang
unik yaitu :
a) Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi
b) Tidak sensitive terhadap suku bunga
c) Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter
d) Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan
asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
Semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan, karena terbatasnya lapangan
pekerjaan dan terbatasnya kemampuan, mendorong orang untuk membuka usaha
sendiri. Kalau dilihat akhir-akhir ini banyak bermunculan usaha-usaha baru,
khususnya usaha mikro dan kecil . Anggapan mereka hanya usaha inilah yang
dapat mereka lakukan untuk menopang kebutuhan keluarga yang dari hari ke hari
semakin sulit. Kebanyakan mereka melakukan usaha secara asal-asalan, tanpa
banyak pertimbangan dan perencanaan. Sehingga tak heran bila banyak
diantaranya yang bagai pepatah, hidup segan mati pun tak mau, hanya asal bisa
bertahan saja. Banyak kendala yang dihadapi dalam upaya membuat Usaha Mikro
dan Kecil berhasil.
Pemerintah Indonesia menetapkan Sukabumi menjadi kawasan ekonomi
khusus (KEK) di Jawa Barat akan memberikan keuntungan bagi UMKM dalam
mengembangkan usahanya. Disperindag Kota Sukabumi mencatat Jumlah
usaha/perusahaan meningkat sebesar 26,21 persen, dari sebanyak 31.680
usaha/perusahaan di tahun 2006 menjadi sebanyak 39.982 usaha/perusahaan di
tahun 2016. Dimana 39.059 usaha (97,69 persen) termasuk berskala usaha mikro
kecil (UMK). Secara keseluruhan usaha/perusahaan tersebut mampu menyerap
97.237 tenaga kerja. Sejalan dengan jumlah usaha yang didominasi oleh UMK,
penyerapan tenaga kerja juga lebih banyak di usaha/perusahaan yang termasuk
UMK. Sekitar 77,38 persen dari total tenaga kerja yang terserap di Kota
Sukabumi berada pada UMK. Meski begitu, kontribusi jumlah UMKM Kota
Sukabumi masih jauh tertinggal dengan jumlah kota-kota lain di Jawa Barat. Kota
Sukabumi baru berkontribusi 0,86% dari jumlah UMKM Jawa Barat.
Peningkatan jumlah UMKM dapat membantu perekonomian di suatu
daerah, salah satunya dalam meningkatkan pendapatan asli Daerah (PAD).
Anggota DPRD Kota Sukabumi Rozab Asyari dalam jabar.pojoksatu.id tahun
2017 menuturkan realisasi kenaikan PAD hanya sekitar 11,52 persen atau senilai
Rp 37,3 Miliar. Padahal sudah ditargetkan raihan pendapatan tersebut harus
mencapai 15 persen dari total PAD tahun sebelumnya Rp323,8 Miliar. Maka
dapat disimpulkan saat ini PAD Kota Sukabumi dianggap masih lemah. Laju
pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi menjadi ukuran perusahaan-perusahaan
dalam mencapai keberhasilan usahanya.
Laju pertumbuhan ekonomi wilayah Sukabumi dan sekitarnya ditampilkan
pada tabel di atas. Tahun 2011 tampak Kota Sukabumi memiliki laju pertumbuhan
ekonomi diatas kecepatan 2 wilayah terdekatnya, yaitu Kabupaten Cianjur dan
Kabupaten Sukabumi. Akan tetapi di tahun 2016 posisi laju tertinggi dipegang
oleh Kabupaten Cianjur. Sebagai daerah perkotaan, Kota Sukabumi memiliki rata-
rata laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding 2 wilayah kabupaten di
sekitarnya selama periode 2011-2016, yaitu 5,60 persen per tahun. Namun masih
dibawah rata-rata kecepatan Jawa Barat yang sebesar 5,86 persen per tahun.
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi dalam tabel diatas cenderung
menurun dari tahun 2011 hingga 2016. Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan
ekonomi terjadi apabila ada inovasi dari para pengusaha. Dalam hal ini, inovasi
merupakan langkah dalam mengindikasikan keberhasilan usaha para pengusaha.
Menurut Suyanto (2010) keberhasilan usaha industri kecil di pengaruhi oleh
berbagai faktor. Kinerja usaha perusahaan merupakan salah satu tujuan dari setiap
pengusaha. Kinerja usaha industri kecil dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan dalam pencapaian maksud atau tujuan yang diharapkan. Sedangkan
Glancey dalam Sony Heru Priyanto (2009) Wirausaha yang memiliki kemampuan
mengambil keputusan yang superior akan dapat meningkatkan performansi usaha
seperti peningkatan profit dan petumbuhan usaha.
Faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor internal dan faktor eksternal,
dapat diketahui tingkat keberhasilan kinerja UMKM itu sendiri dari beberapa
indikator penilaian keberhasilan kinerja suatu usaha/UMKM , yaitu tecermin pada
tingkat pertumbuhan penjualan/omset penjualan yang meningkat, tingkat
pertumbuhan modal/financial yang meningkat, tingkat pertumbuhan tenga kerja
yang tinggi, tingkat pertumbuhan pasar yang luas, dan tingkat pertumbuhan
profit/keuntungan yang terus meningkat
Keberhasilan sebuah usaha tidak terlepas dari peran seorang wirausaha yang
memiliki kompetensi manajerial dalam mengelola bisnis mereka. Kompetensi
manajerial diperlukan dalam menghadapi persaingan secara lokal dan global
(Ng& Kee, 2013). Kompetensi manajerial menjadi lebih utama dalam rangka
mengambil langkah proaktif terhadap tantangan lingkungan bisnis. Hal ini
dikarenakan pemilik usaha kecil umumnya bertindak sebagai manajer, pengelola
dan juga pemimpin usaha yang memimpin usaha dan memimpin manusia
(Zimmer er & Scarborough, 2004), sehingga kompetensi sebagai manajer
yang mencakup perencana, pengorganisasi, administrator, dan komunikator
diperlukan untuk meningkatkan kinerja usaha mereka (Cyhe et al., 2010). Sifat
kompetensi manajerial mengindikasikan sebagai konsep penting untuk
meningkatkan kewirausahaan (Wickramaratne et. al. 2014). Dengan kata lain,
kompetensi manajerial pelaku wirausaha memainkan peran yang semakin
signifikan dalam kesuksesan UMKM.
Robert L. Kazt dalam Yuniarsih, dkk. (2013:13) mengungkapkan bahwa
kemampuan dan kompetensi yang dibutuhkan manajer dalam memimpin
perusahaan untuk sukses mencapai tujuan, terdiri dari 3 keterampilan manajemen
yaitu technical skill(kemampuan teknik), human skill(kemampuan hubungan
kemanusiaan), dan conceptual skill (kemampuan konseptual).
Kemampuan teknik adalah kemampuan yang berhubungan erat dengan
penggunaan alatalat, prosedur, metode dan teknik dalam suatu aktivitas
manajemen secara benar (working withthings), sedangkan kemampuan hubungan
kemanusiaan merupakan kemampuan untuk menciptakan dan membina hubungan
baik, memahami dan mendorong orang lain sehingga mereka bekerja secara suka
rela, tiada paksaan dan lebih produktif (working with people). Kemampuan
konseptual adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasikan, dan memadukan
semua kepentingan serta kegiatan organisasi. Dengan kata lain, kemampuan
konseptual ini terkait dengan kemampuan untuk membuat konsep (working with
ideas) tentang berbagai hal dalam lembaga yang dipimpinnya. Kompetensi
manajerial merupakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terhubung satu
dengan lainnya, yang diperlukan pengusaha untuk dilatih dan dikembangkan agar
mampu menghasilkan kinerja terbaik dalam mengelola usahanya. Laguna (2012)
menyimpulkan bahwa kompetensi managerial berpengaruh signifikan dalam
menjalankan bisnis. Kompetensi manajerial merupakan kompetensi umum yang
dimiliki oleh manajer yang sukses dan efektif. Kinerja manajerial sangat
tergantung pada seperangkat kompetensi manajer memilikinya. Penilaian
kompetensi manajer penting dalam rangka untuk menentukan kesenjangan
keterampilan dan memiliki hasil kinerja yang diperlukan untuk membantu
organisasi dalam mengembangkan program-program pelatihan dan
pengembangan yang efektif untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
operasional.(Bhardwaj & Punia, 2013)
Tetapi pada kenyataannya ada beberapa pemilik usaha yang tingkat
kompetensi masih rendah dalam mengelola usahanya sehingga masih sulit untuk
dapat mengembangkan usahanya tersebut. Terjadi kesenjangan akan adanya
tuntutan tingginya kompetensi manajerial agar usaha yang dijalankan bisa menjadi
usaha yang sukses, semakin berkembang dan dapat bersaing di pasar. Banyak
kendala yang menyebabkan para pengusaha usaha kecil dan menengah di Kota
Sukabumi belum bisa mengembangkan usahanya secara baik. Menurut Yuniarsih,
Suwatno dan Adman (2013:2) beberapa kendala para pengusaha industri kecil
yang dialami oleh hampir semua daerah adalah:
a) Kurangnya pengetahuan mengenai teknologi dan kualitas kontrol yang
disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan
teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan.
b) Kurangnya pengetahuan akan pemasaran, akibat dari minimnya mendapatkan
informasi mengenai perkembangan pasar saat ini.
c) Keterbatasan sumber daya manusia (sdm) yang memiliki keterampilan.
d) Kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akuntansi.
e) Keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem
informasi pemasaran).
Kendala-kendala tersebut menunjukkan kompetensi manajerial para
pengusaha kecil yang masih rendah. Hal ini berdampak pada pencapaian
keberhasilan usaha para pengusaha kecil.
Setelah mendapatkan data mengenai WUB Kota Sukabumi, ditemukan
masalah sulitnya dalam mencapai keberhasilan usaha para pemilik usaha di WUB
Kota Sukabumi. Ini terlihat dari masih adanya beberapa usaha yang dimiliki oleh
pemilik usaha yang tergabung dalam WUB Kota Sukabumi yang belum
berkembang atau belum bisa melakukan ekspansi. Hanya ada beberapa pemilik
usaha yang mampu mengembangkan usahanya.
Kompetensi manajerial sangat penting dimiliki oleh seorang wirausaha
dalam mengelola usahanya untuk dapat mencapai suatu keberhasilan dalam
kegiatan usahanya, kemudian kompetensi manajerial juga diperlukan untuk tetap
bertahan dan berkembang ditengah – tengah persaingan yang semakin ketat
karena tidak semua wirausaha memiliki kompetensi manajerial.
Kompetensi manajerial sangat penting dimiliki oleh setiap pengusaha untuk
tetap dapat bertahan dan mengembangkan usahanya. Saat kompetisi mengalami
peningkatan, maka para pengusaha dituntut memiliki kompetensi yang tinggi
untuk dapat bertahan dan untuk dapat bersaing. Batasan masalah berupa alasan
pemilihan ruang lingkup adalah pada variabel kompetensi manajerial dan
keberhasilan usaha.
Saat kompetisi mengalami peningkatan maka para pengusaha memerlukan
lebih dari sekedar keterampilan dan ilmu pengetahuan dasar untuk mengelola
bisnis yang mereka miliki. Salah satu cara untuk mengatasi perubahan sosial
adalah dengan mengembangkan sebuah kompetensi yang relevan atau
berhubungan dengan permintaan atau tuntutan sepanjang waktu. Seperti istilah
“The man behind a gun” maksud dalam istilah ini yaitu sebuah perusahaan akan
mencapai sasaran yang ingin ditujunya dengan tepat disebabkan karena
keterampilan dan kemampuan seseorang. Keberhasilan usaha dapat ditingkatkan
dengan meningkatkan pula kompetensi manajerial pengusahanya.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Ani selaku humas WUB Jabar terdapat
beberapa para pemilik usaha di Kota Sukabumi masih mengandalkan sekedar
pengalaman usaha saja dalam mengelola usahanya, itu sebabnya usaha yang
mereka kelola belum bisa berkembang hingga saat ini. Para pemilik usaha kurang
melatih kompetensi lain seperti kompetensi manajerial dan cenderung hanya
menggunakan pengetahuan dasar dan pengalaman dalam mengelola usahanya. Hal
ini terjadi diduga karena tingkat pendidikan yang masih rendah karena rata-rata
para pengusaha yang tergabung dalam WUB Jabar adalah lulusan SMA.
Selain dari tingkat pengetahuan yang masih rendah, tingkat ketermapilan
para pengusaha di Kota Sukabumi pula masih rendah. Berdasarkan berita dari
Pikiran Rakyat (2017), pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) asal Kota
Sukabumi, baru kurang dari lima persen yang memanfaatkan pemasaran dengan
teknologi. Minimnya pelaku usaha memanfaatkan teknologi tersebut diduga
akibat penguasaan teknologi yang masih terbatas. Serta Kepala Bidang UKM dan
Koperasi Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Sukabumi,
Ai Rochatika (kompas.com:2017) menyatakan baru 3 Persen UMKM di
Sukabumi yang Paham Pemasaran Online serta menurut BPS Kota Sukabumi baru
tercatat 36% dari jumlah UMKM di Kota Sukabumi yang memiliki perizinan
legalitas. Hal ini menggambarkan kemampuan Teknik serta kemampuan
hubungan dengan orang lain masih diabaikan.
Berdasarkan data yang penulis dapatkan terdapat beberapa hal yang
membuat penulis tertarik untuk melakukan penilitian ini, yaitu :
a) Kota Sukabumi dengan Luas daerah tidak terlalu besar namun merupakan
salah satu daerah yang memiliki daerah yang strategi.
b) Upaya pemerintah Kota Sukabumi dalam mendorong UMKM naik kelas
dirasakan belum cukup efektif.
c) Pemilik usaha yang tergabung menjadi peserta Wirausaha Baru (WUB)
Jawa Barat dari Kota Sukabumi, kompetensi manajerial yang dimiliki oleh
beberapa pemilik usaha masih rendah dalam mengelola usahanya sehingga
sulit untuk dapat mengembangkan usaha yang dijalankannya. Sebagian besar
para pemilik usaha masih menggunakan pendekatan tradisional atau hanya
berdasarkan pengalaman dalam mengelola usahanya. Maka dari itu, penulis
ingin mengetahui apakah kompetensi manajerial seorang pelaku bisnis
mempengaruhi keberhasilan usaha yang sedang dijalankannya.
d) Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang seharusnya ada pada
kompetensi manajerial para pengusaha di Kota Sukabumi masih tergolong
rendah.
Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui seberapa besar tingkat kompetensi
manajerial yang diwakili kemampuan konseptual, kemampuan hubungan dengan
orang lain, dan kemampuan teknikal dapat berpengaruh terhadap keberhasilan
usaha para pengusaha Kota Sukabumi, khususnya pada peserta WUB Jawa Barat
Kota Sukabumi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan agar
pemilik usaha dapat terus mengembangkan usahanya dan dapat bersaing dalam
negeri maupun luar negeri.
Berdasarkan uraian di atas,maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
untuk mengetahui pengaruh kompetensi manajerial terhadap keberhasilan usaha
pada peserta WUB Kota Sukabumi.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi tingkat kompetensi manajerial para pengusaha industri
kecil peserta wirausaha baru Kota Sukabumi.
2. Bagaimana kondisi tingkat keberhasilan usaha para pengusaha industri
kecil peserta wirausaha baru Kota Sukabumi.
3. Seberapa besar kompetensi manajerial mempengaruhi keberhasilan usaha
para pengusaha industri kecil peserta wirausaha baru Kota Sukabumi.
Kajian Pustaka
Konsep Kompetensi Manajerial
Konsep “kompetensi” merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris
competence yang berarti kecakapan, dan kemampuan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1988:516) “kompetensi’ berarti kewenangan atau kekuasaan
untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Berkenaan dengan batasan
kemampuan dalam konsep kompetensi, VHVroom dalam As’ad (1987:41)
mengemukakan bahwa kemampuan adalah atribut non motivasional yang dimiliki
oleh individu untuk melaksanakan tugas, atau merupakan suatu potensi untuk
melakukan sesuatu.
Kemampuan ditentukan oleh tiga hal, yaitu : (1) kondisi sensoris dan
kognitif, (2) pengetahuan tentang cara merespon yang benar, (3) kemampuan
untuk melaksanakan respon tersebut (As’ad,1987:60). Pendapat ini
menyimpulkan bahwa kemampuan merupakan proses respon, dari menerima
respon, memilah dan menilai, serta melakukan tindakan yang sudah dipilih
sebagai alternatif untuk merespon sesuatu. Bila seseorang memahami kondisi
kerjanya kurang mendukung bagi terlaksananya tugas, maka pegawai tersebut
akan membuat beberapa pilihan tindakan yang ditujukan untuk mengatasi masalah
tersebut, selanjutnya melaksanakan apa yang sudah menjadi pilihannya.
Echols dan Shadily (1997:42) menyatakan bahwa keterampilan sepadan
dengan kata kecakapan, dan kepandaian yang disebut dengan skill,sedangkan
manajerial merupakan kata sifat yang berhubungan dengan kepemimpinan dan
pengelolaan. Kebanyakan dalam kepustakaan, kata manajerial sering disebut
sebagai asal kata dari management yang berarti melatih kuda atau secara harfiah
diartikan sebagai to handle yang berarti mendosen, menangani, atau
mengendalikan, sedangkan management merupakan kata benda yang dapat berarti
pengelolaan, tata pimpinan atau ketatalaksanaan (Silalahi, 2002:135).
Manajemen kinerja menurut Amstrong dalam Dharma (2009;223) istilah
kompetensi mengacu kepada dimensi perilaku dari sebuah peran perilaku yang
diperlukan seseorang untuk dapat melaksanakan pekerjaannya secara memuaskan.
Sebagaimana didefinisikan oleh Amstrong kompetensi mencakup : karakteristik
perilaku yang dapat menunjukkan perbedaan antara mereka yang berkinerja tinggi
yang dalam konteks ini menyangkut prestasi (Dharma, 2009:102). Kompetensi
adalah apa yang dibawa oleh seseorang ke dalam pekerjaannya dalam bentuk jenis
dan tingkatan perilaku yang berbeda. Ini harus dibedakan dari kemampuan
tertentu (pengetahuan, keahlian dan kepiawaian) yang dibutuhkan untuk
melaksanakan berbagai tugas yang berhubungan dengan suatu pekerjaan.
Kompetensi menentukan aspek-aspek proses dari kinerja suatu pekerjaan
(Dharma, 2009:102).
Prinsip pengertian manajemen mempunyai beberapa karakteristik sebagai
berikut : 1). Ada tujuan yang ingin dicapai; 2) sebagai perpaduan ilmu dan seni; 3)
merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, koperatif, dan terintegrasi dalam
memanfaatkan unsur- unsurnya; 4) ada dua orang atau lebih yang bekerjasama
dalam suatu organisasi; 5) didasarkan pada pembagian kerja, tugas dan tanggung
jawab; 6) mencakup beberapa fungsi; dan 7) merupakan alat untuk mencapai
tujuan (Hasibuan, 2001:3).
Manajemen merupakan suatu proses pengelolaan sumber daya yang ada
mempunyai empat fungsi yaitu perencanaan, peng-organisasian, penggerakan, dan
pengawasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Terry dalam Sutopo (1999:14) yang
menyatakan bahwa fungsi manajemen mencakup kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya (Sutopo, 1999:14).
Kompetensi Manajerial (Managerial Competence) adalah pengetahuan
dan kemampuan yang berhubungan dengan berbagai kemampuan manajerial yang
dibutuhkan dalam menangani tugas-tugas organisasi.(SANKRI,2003:2) Untuk
dapat melakukan tugas dan tanggung jawab tersebut, pimpinan perlu memiliki
berbagai kemampuan yang diperlukan.
Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel
yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori
yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan
sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang
diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk
merumuskan hipotesis.
Dalam sebuah teori kewirausahaan terdapat teori perilaku, dimana seorang
wirausahawan harus memiliki kecakapan dalam mengorganisasikan suatu usaha,
memanaje keuangan dan hal-hal terkait, membangun jaringan, dan memasarkan
produk, dibutuhkan pribadi yang supel dan pandai bergaul untuk memajukan
suatu usaha. Menurut Suyanto (2010:179) keberhasilan usaha industri kecil di
pengaruhi oleh berbagai faktor. Kinerja usaha perusahaan merupakan salah satu
tujuan dari setiap pengusaha. Kinerja usaha industri kecil dapat diartikan sebagai
tingkat keberhasilan dalam pencapaian maksud atau tujuan yang diharapkan.
Sebagai ukuran keberhasilan usaha suatu perusahaan dapat dilihat dari berbagai
aspek, seperti: kinerja keuangan dan image perusahaan. Menurut Glancey dalam
Sony Heru Priyanto (2009:73) Wirausaha yang memiliki kemampuan mengambil
keputusan yang superior akan dapat meningkatkan performansi usaha seperti
peningkatan profit dan petumbuhan usaha. Seperti yang dikemukakan oleh
Suryana (2011:66) bahwa “Untuk menjadi wirausaha yang sukses harus memiliki
ide atau visi bisnis (business vision) yang jelas, kemudian ada kemauan dan
keberanian untuk menghadapi resiko baik waktu maupun uang”. Erliah (2007:49)
mengatakan bahwa “Suatu usaha dikatakan berhasil di dalam usahanya apabila
setelah jangka waktu tertentu usaha tersebut mengalami peningkatan baik dalam
permodalan, skala usaha, hasil atau laba, jenis usaha atau pengelolaan” . Menurut
Sony Heru Priyanto (2009:59) Seseorang yang memiliki kewirausahaan tinggi dan
digabung dengan kemampuan manajerial yang memadai akan menyebabkan dia
sukses dalam usahanya.
Kompetensi manajerial sangat berkaitan erat dengan manajemen
kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan dapat dikatakan sebagai perilaku
memotivasi orang lain untuk bekerja kearah pencapaian tujuan tertentu.
Kepemimpinan yang baik seharusnya dimiliki dan diterapkan oleh semua jenjang
organisasi agar bawahanya dapat bekerja dengan baik dan memiliki semangat
yang tinggi untuk kepentingan organisasi. Oleh karena itu, seorang manajer perlu
memiliki kemampuan dalam mengelola sumber daya agar dapat mencapai tujuan
perusahaan.
Robert L. Kazt dalam Yuniarsih, dkk. (2013:13) mengungkapkan bahwa
kemampuan dan kompetensi yang dibutuhkan manajer dalam memimpin
perusahaan untuk sukses mencapai tujuan, terdiri dari 3 keterampilan manajemen
yaitu technical skill(kemampuan teknik), human skill(kemampuan hubungan
kemanusiaan), dan conceptual skill(kemampuan konseptual).
Kompetensi merupakan salah satu hasil dari Knowledge management yang
dapat mempengaruhi produktivitas. (Sangkala:2007:3) Knowledge management
serta kompetensi manajerial mempunyai keterkaitan dalam meningkatkan
produktivitas perusahaan. (Boulter et.al.,1996:16) Kompetensi manajerial.
Soongsatitanoon (2007:2) mengungkapkan kompetensi manajerial merupakan
pengetahuan yang penting dan kemampuan seseorang yang dibutuhkan dalam
manajemen. Selain itu, pengetahuan, keterampilan, sumber daya yang ada,
bersama-sama dengan proses dan teknologi operasional merupakan faktor yang
saling melengkapi dalam berhasil dalam tanggung jawab juga. Indikator
kompetensi manajerial yang digunakan dalam penelitian ini yaitu memahami dan
merancang model bisnis, memiliki pemikiran ke depan, berfikir sistematis,
mampu mengintegrasikan dan mengelola sumber daya, manajemen resiko,
memasarkan ide/gagasan, mengelola stakeholder, memimpin dan mengelola
perubahan, mengembangkan sumberdaya manusia dan peningkatan nilai.
Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kompetensi
manajerial terhadap keberhasilan usaha para pengusaha industri kecil Kota
Sukabumi. Penelitian ini menggunakan dua variabel, menurut Uma Sekaran
(2013:68), variabel adalah segala sesuatu yang memiliki perbedaan atau variasi
nilai. Nilai-nilai tersebut dapat berbeda untuk berbagai objek atau orang yang
sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda.
Metode penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, sedangkan
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode
verifikatif.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidak samaan varian dari sutu pengamatan ke pengamatan yang
lain, suatu model regresi mengandung masalah heteroskedasitas artinya varian
variabel dalam model tersebut tidak konstan (Purwanto dan Sulistyastuti, 2011).
Dasar pengambilan keputusan dalam uji heteroskedasitas adalah jika nilai
signifikansi > 0,05 , maka kesimpulannya tidak terjadi heteroskedisitas.
Dimana :
= koefisien korelasi linear tiga variabel
= koefisien korelasi variabel Y dan
= koefisien korelasi variabel Y dan
= koefisien korelasi variabel , ,
Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel X (Kemampuan konsep,
Kemampuan berhubungan dengan orang lain dan Kemampuan teknikal) terhadap
variabel Y (Keberhasilan usaha), maka digunakan koefisien determinasi dengan
rumus sebagai berikut :
Rumus :
Kd = r2 x 100%
Dimana :
Kd = Koefisien determinasi
R = Koefisien Korelasi
Nilai Kd di atas menunjukan berapa besar persen suatu variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat.
Pengujian Hipotesis
a. Uji Simultan (Uji F)
Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-
sama (simultan) variabel-variabel independen (bebas) terhadap variabel
dependen (terikat). Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan nilai
fhitung dengan ftabelpada tingkat kepercayaan 5% dan derajat kebebasan df=(n-
k-1) dimana n adalah responden dan k adalah jumlah variabel.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah :
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat. Uji t dilakukan dengan membandingkan antara t hitung
dengan ttabel. Nilai ttabel ditentukan dengan tingkat signifikasi 5% dengan
derajat kebebasan df= (n-k-1) dimana n adalah jumlah responden dan k
adalah jumlah variabel independen.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilitian yang telah dilakukan kepada para pengusaha
peserta wirausaha baru Kota Sukabumi dengan menggunakan metode survey
eksplanasi antara kompetensi manajerial terhadap keberhasilan usaha, maka
berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kondisi mengenai kompetensi manajerial para pengusaha peserta wirausaha
baru Kota Sukabumi secara umum dapat dilihat dari dimensi-dimensinya yang
terdiri dari kemampuan konseptual (X1), kemampuan hubungan dengan orang
lain (X2) , dan kemampuan teknikal (X3) yang berada pada kategori cukup
efektif. Dimensi kemampuan konseptual menjadi dimensi yang paling rendah
atau dinilai tidak efektif, hal ini yang menyebabkan para pengusaha perlu
meningkatkan kembali pengetahuan serta kreatif dalam mengembangkan ide
agar dapat berhasil dalam usahanya. Dimensi hubungan dengan orang lain
menjadi yang tertinggi namun dinilai efektif dibanding dengan kemampuan
yang lain.
2. Kondisi mengenai keberhasilan usaha para pengusaha peserta wirausaha baru
Kota sukabumi dapat dilihat dari dimensi-dimensinya yang terdiri dari
peningkatan modal, jumlah produksi, jumlah pelanggan, perluasan usaha,
perluasan daerah pemasaran, perbaikan sarana fisik, pendapatan usaha secara
keseluruhan berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil penilitian maka
keberhasilan usaha para pengusaha peserta wirausaha baru Kota Sukabumi
masih perlu ditingkatkan.
3. Kompetensi manajerial yang tediri kemampuan konsep, kemampuan
berhubungan dengan orang lain dan kemampuan teknikal secara simultan
memiliki pegaruh positif terhadap keberhasilan usaha sebesar 41,1%,
sedangkan sisanya dapat disebabkan oleh pengaruh faktor-faktor lain seperti
pendidikan dan latihan, motivasi, perilaku/karakteristik pengusaha. Oleh
karena itu, dengan meningkat kompetensi manajerial maka akan
meningkatkan pula keberhasilan usaha para pengusaha peserta wirausaha baru
Kota Sukabumi.
Saran
Berdasarkan hasil peneitian maka penulis menyarankan beberapa hal
mengenai kompetensi manajerial yang mempengaruhi terhadap keberhasilan
usaha para pengusaha peserta wirausaha baru Kota Sukabumi, yaitu :
1. Kompetensi manajerial terbukti dapat meningkatkan keberhasilan usaha para
pengusaha peserta wirausaha baru Kota Sukabumi dapat menjadi perhatian
untuk para pengusaha peserta wirausaha baru dalam menjalankan usahanya.
Rekomendasi penulis sebagai berikut:
a. Kemampuan konseptual
Untuk meningkatkan kemampuan konseptual maka para pengusaha
disarankan untuk mengikuti pelatihan pengembangan usahanya, bergabung
dalam komunitas bidang usahanya untuk menambah pengetahuan, serta
meningkatkan kreatifitas dengan melakukan ide-ide baru.
b. Kemampuan hubungan dengan orang lain
Untuk meningkatkan kemampuan hubungan dengan orang lain maka para
pengusaha disarankan untuk membuat struktur serta jobdesk karyawan
dengan jelas dan terperinci, mengkomunisakan selalu apa visi misi dari
perusahaan kepada karyawan, serta mengetahui dan memperhatikan siapa
saja stakeholder perusahaan tanpa mengabaikan salah satu.
c. Kemampuan teknikal
Untuk meningkatkan kemampuan teknikal yang dirasa cukup perlu bagi
para pengusaha disarankan untuk dapat mengetahui dan mengelola resiko
perusahaan dengan kemampuan mengelola resiko akan dapat lebih
terampil dalam menangani suatu masalah, dapat meningkatkan
kemampuan keuangan terutama dalam membaca laporan keuangan dengan
kemampuan tersebut para pengusaha dapat mengetahui hal apa saja yang
menjadi sumber daya perusahaan.
2. Untuk meningkatkan keberhasilan usaha para pengusaha peserta wirausaha
baru Kota Sukabumi diharapkan para pengusaha memperhatikan dan
meningkatkan kompetensi manajerial yang dimilikinya serta terlebih dahulu
mengevaluasi nilai perusahaannya. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan balanced scorecard perusahaan yang dirasa perlu oleh penulis
karena dengan hal itu para pengusaha dapat mengetahui kekurangan dari
perusahaannya, serta melakukan businessplan agar dapat mengetahui tujuan
dari perusahaan secara jelas. Para pengusaha pula disarankan agar mempunyai
keinginan untuk ekspansi atau perkembangan usaha dengan mempunyai usaha
baru daerah pemasaran yang baru.
3. Berdasarkan penelitian ini, kompetensi manajerial dapat mempengaruhi
keberhasilan usaha maka para pengusaha disarankan agar dapat meningkatkan
kompetensi manajerial, terutama dalam meningkat kemampuan konseptual
disarankan lebih tinggi dibanding kemampuan lainnya, yang dapat
ditingkatkan dengan menambah pengetahuan, kepandaian dan kreatifitas
ide/gagasan pengusaha dalam menjelankan usahanya.
DAFTAR PUSTAKA