Anda di halaman 1dari 9

Sistern Imun Spesifik Selular

Yang berperan dalam sistem imun spesifilk selular adalah limfosit


T atau sel T. Sel tersebut juga berasal daril sel asal yang sama
seperti sel B, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di
dalam kelenjar timus. Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas
beberapa subset sel yang mempunyai fungsi yang berlainan.
Fungsi sel T umumnya ialah :
i. memproduksi antibody
ii. mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus
iii. mengaktifkan makrofag dalam fagositosis
iv. mengontrol ambang dan kualitas sistem imun
Sel T terdiri atas beberapa subset sel sebagai berikut :
a) Sel Th (T helper)
Sel Th dibagi menjadi Th1 dan Th2. Th2 menolong sel B
dalam memproduksi antibodi. Untuk memproduksi antibodi,
kebanyakan antigen (T dependent antigen) harus dikenal
terlebih dahulu, baik oleh sel T maupun sel B. Sel Th (Th1)
berpengaruh atas sel Tc dalam mengenal sel yang terkena
infeksi virus, jaringan cangkok alogenik dan sel kanker. Istilah
sel T inducer dipakai untuk menunjukkan aktivitas sel Th yang
mengaktifkan subset sel T lainnya. Sel Th juga melepas
limfokin; limfokin asal Th1 mengaktifkan makrofag, sedang
limfokin asal sel Th2 mengaktifkan sel B/sel plasma yang
membentuk antibodi.
b) Sel Ts (T supresor)
Sel Ts menekan aktivitas sel T yang lain dan sel B. Menurut
fungsinya, sel Ts dapat dibagi menjadi sel Ts spesifik untuk
antigen tertentu dan sel Ts non-spesifik.
c) Sel Tdh atau Td (delayed hypersensitivity)
Sel Tdh adalah sel yang berperan pada pengerahan makrofag
dan sel inflamasi lainnya ke tempat terjadinya reaksi lambat.
Dalam fungsinya, memerlukan rangsan gan dari sel Thl.
d) Sel Tc (cytotoxic)
Sel Tc mempunyai kemampuan untuk menghancurkan sel
alogpnik, sel sasaran yang mengandung virus dan sel kanker.
Sel Th dan Tc disebut juga sel T regulator sedang sel Tdh dan
sel Tc disebut sel efektor. Dalam fungsinya, sel Tc
memerlukan rangsangan dari sel Th.
e) Sel K
Sel K atau ADCC (Antibody Dependent Cell Cytotoxicity)
adalah sel yang tergolong dalam sistem imun non-spesifilk
tetapi dalam kerjanya memerlukan bantuan imunoglobulin
(molekul dari sistem imun spesifik).
SISTEM IMUN SPESIFIK SELULER

19 September 2012Fitria Ramdhany Permatasari

Sistem imun merupakan pertahanan atau perlawanan tubuh terhadapa infeksi. Adapun fungsi dari
SI (Sistem Imun) ini adalah sebagai berikut :

1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit, menghancurkan maupun


menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (baik jamur, bakteri,virus, maupun
parasit lainnya) yang masuk kedalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan yang rusak maupun sel yang rusak (derbis sel) untuk perbaikan
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang rusak.

Pertahanan imun terdiri atas :

1. Sistem imun alamiah atau non spesifik(natural / innate / native)


2. Ssistem imun yang didapat atau sistem imun spesifik (adaptive / acquired).

1. A. Pertahanan non spesifik, dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

1) Pertahan fisik

Pertahanan fisik diperankan oleh, kulit, selaput lendir, silia, batuk dan bersin, merupakan geris
terdepan terhadap infeksi.

2) Pertahanan biokimia

Diperankan oleh lisozim( keringat), asam lambung, laktoferin, dan sekresi sebaseus.

3) Pertanahan humoral/cairan

Pertahan humoral diperankan oleh komplemen, inrterferon dan CRP ( C Reaktif Protein / protein
fase akut), kolektin MBL 9 (Manan Binding Lectin).
4) Pertahanan seluler

Diperankan oleh sel-sel imun yang terdiri dari oleh fagosit, sel makrofag, sel dendrik, sel
mastosit.sel mast, sel NK (Natural Kiler).

1. B. Pertahanan Spesifik, terdapat dua mekanisme yaitu humoral dan selular.

1) Humoral

Peran utama dalam system imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B diproduksi
di sum-sum tulang dan pematangannya juga didalam sum-sum tulang. Bila sel B dirangsang oleh
benda asing maka sel ini akan segera berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
selanjutnya sel plasma ini akan menghasilkan antibodi.

Sel B memiliki reseptor yang disebut BCDF (B cell Diferentiation Factor) diperlukan untuk
berdiferensiasi dan BCGF (B Cell Growt Factor) diperlukan untuk berpoliferasi. Terkadang sel B
tidak dapat menjadi sel plasma dikarenakan kekurangan BCGF untuk berpoliferasi sehingga sel
yang tidak menjadi sel plasma ini akan menjadi sel B memori dan dapat hidup dalam waktu yang
cukup lama. Salah satu kelebihan dari respon imun spesfik karena memiliki sel memori yang
dapat mengenali langsung antigen yang pernah menginfeksi tubuh dengan struktur yang sama.

Antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma tadi akan berperan terhadap infeksi ekstra seluler serta
dapat menetralisasikan toxic yang dikeluarkan oleh antigen (Ag) tertentu.

2) Sistem imun spesifik seluler

Diperankan oleh sel T atau limfosit T. Sel T berfungsi untuk mengaktifkan sel-sel pertahanan
lain dalam tubuh. Sel tersebut juga berasal dari sum-sum tulang tetapi pematangan sel ini terjadi
di timus. Dalam timus sel ini akan diseleksi yakni seleksi positif dan seleksi negatif.
Seleksi positif merupakan penyeleksian sel T yang tidak dapat membedakan antara antigen
sendiri (self antigen) dan antigen luar (non self antigen). Dalam seleksi ini sel T yang dapat
hidup hanyalah sel T yang dapat mengenal MHC sendiri. Seleksi negatif merupakan seleksi sel T
yang dikarenakan infitasnya yang tinggi terhadap MHC sendiri sehingga ada kemungkinan sel
ini akan menyerang self Ag.

Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa sel subset dengan fungsi yang berlainan yaitu
sel T naif, sel T helper (TH), T delayed type hypersensitivity (Tdth), CTL (cytotoxic T Limfosit)
atau T cytotoxic atau T cytolitic (Tc) dan Ts / Tr (T supresor / regulator). Yang berperan pada
imunitas selular adalah CD4+ / Th yang mengaktifkan makrofag yang selanjutnya
menghancurkan mikroba dan CD8+ (Cluster of differentiation 8) / CTL yang memusnahkan sel
yang terinfeksi.

Sel T helper

Sel T helper adalah golongan sel darah putih yang bertindak sebagai adaptive immunity.
Dimana fungsi dari sel T helper sendiri antara lain adalah :

1. Membantu sel B untuk membentuk antibody, mengaktifkan sistem pertahanan adaptive


humoral atau adaptive cytolitic
2. Membantu perkembangan sel T sitotksik
3. Fasilitator sel-sel pertahanan lain dalam untuk melawan antigen

Sel T helper masih bisa berdiferensiasi menjadi sel T memori dan sel T penekan / supresor. Sel T
merupakan sel limfosit yang pertama kali berinteraksi dengan zat asing. Hal ini terjadi karena sel
T memiliki protein permukaan yang disebut CD4 dan CD8. CD4 atau CD8 akan mendeteksi
keberadaan antigen. Sebab dia akan mengenali sel yang memiliki reseptor MHC kelas 1 atau
MHC kelas 2. Apabila dia berinteraksi dengan sel yang tidak memiliki MHC maka dia akan
menganggap sel tersebut sebagai zat asing. Sehingga sel T akan berdifensiasi dan menyerang zat
asing tersebut.
Sel limfosit T-helper berkembang menjadi 2 jenis sel :

1. a. Sel TH1

 Bekerja pada sistem pertahanan cytolitic, mengatur imunitas seluler (cell – mediated
immune) untuk melawan antigen asing dari dalam (intraselluler) seperti virus.
 Memproduksi: cytokines: IL-2, IFN-γ, and TNF-a.
 Sitokin adalah protein hormon yang menengahi dua imun (kekebalan tubuh) alami dan
imun spesifik. Sitokin sebagian besar dihasilkan dengan mengaktifkan sel (limfosit)
selama sel kekebalan menengahi.
 Interleukin-2 (IL-2) adalah sebagian besar sitokin yang bertanggung jawab untuk
mengaktifkan pertumbuhan dan diferensiasi limfosit. IL-2 banyak menghasilkan sel T
CD4+ dan menghasilkan sedikit sel T CD8+ (cytotoksit sel T, atau CTLs). Fungsi utama
dari IL-2 ialah meningkatkan respons imun. IL-2 berperan dalam apoptosis sel T yang
teraktivasi bukan oleh antigen, hal ini penting untuk mencegah autoimunitas.
 IFN – γ (Interferon – γ), nama lainnya adalah Fibroblas IFN atau Tipe I. dihasilkan oleh
sel T helper dan hanya bekerja pada sel-sel tertentu, seperti makrofaga, sel endotelial,
fibroblas, sel T sitotoksik, dan limfosit B.
 TNF – a, (Tumor necrosis factor alpha) adalah sitokin yang diproduksi oleh makrofag
dan sel T yang mempunyai banyak fungsi dalam system imun. Merupakan protein yang
unik yang dihasilkan selama respon inflamasi. TNF-a tidak hanya akibat dari peradangan,
juga merupakan zat yang mempromosikan peradangan. Memiliki peran sebagai: Mediasi
inflamasi akut; Menstimulasi inflamasi pada sel endotel; dan Chemoattractant untuk sel
darah putih

1. b. Sel TH2

 Bekerja mengatur imunitas humoral, atau produksi antibody untuk melawan antigen
asing luar ( ekstraselluler ) seperti bakteri. berfungsi untuk mengaktifkan sel B untuk
berdiferensiasi menjadi sel – sel plasma yang selanjutnya menghasilkan antibodi
monomer IgA. Sel epitel juga menghasilkan secretory component yang berfungsi untuk
membawa SIgA keluar dari sel epitel.
 memproduksi: IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, dan IL-13.
 Interleukin-4 (IL-4), adalah glikoprotein dengan ukuran 18 – 20 kD yang terdiri dari
asam amino yang diproduksi oleh sel T, sel mast dan sel basofil. Efek IL – 4 yang paling
penting adalah perkembangan sel Th2 dan memerintahkan sel B untuk memproduksi Ig E
dan Ig G4, sedangkan pada endotel IL – 4 meningkatkan ekspresi VCAM-1. Merupakan
penanda proses inflamasi. IL-4 berperan dominan dalam sistem kekebalan untuk aktivasi
sel B pada produksi antibody.
 Interleukin-5 (IL-5) adalah sitokin dengan ukuran sekitar 20 kD yang di sekresi sel TH.
Fungsi IL – 5 yang paling penting adalah kemampuan untuk menstimulasi pertumbuhan
dan diferensiasi eosinofil dan aktivasi sel eosinofil matur. IL-5 juga bersifat kemotaktik
terhadap eosinofil, menyebabkan sekresi eosinofil dan meningkatkan antibody dependent
cytotoxicity.
 Interleukin-6 (IL-6) adalah sitokina yang disekresi dari jaringan tubuh ke dalam plasma
darah, terutama pada fasa infeksi akut atau kronis, dan menginduksi respon peradangan
transkriptis melalui pencerap IL-6 RA, menginduksi maturasi sel B. dan pencerap gp130.
 Interleukin-10 (IL-10) dalah sitokina yang banyak disekresi oleh monosit, yang memiliki
efek pleiotrofik pada sistem kekebalan dan peradangan. Pertama kali IL-10 dikenal
karena kemampuannya untuk menghambat aktivasi dan fungsi efektor dari sel T, monosit
dan makrofaga. Fungsi rutin IL-10 tampaknya terutama menghambat atau meniadakan
respon peradangan, selain mengendalikan perkembangan dan diferensiasi sel B, sel NK,
sel TH, sel T CD8, mastosit, granulosit, sel dendritik, keratinosit dan sel endotelial, dan
bersifat imunosupresif terhadap sel mieloid.
 Interleukin-13 (IL-13) adalah sebuah protein dengan fungsi sitokin yang disekresi
berbagai sel, tetapi terutama oleh sel TH2. Berbagai efek biologis IL-13, memiliki
sejumlah kemiripan dengan IL-4. Kedua sitokin diketahui berperan pada kejadian alergi
dengan mengatur isotype class switching pada sel B untuk menghasilkan Ig E,
menginduksi ekspresi MHC kelas II dan CD 23, menginduksi VCAM 1, eotaksin,
mengaktivasi sel mast dan eosinofil.
CTL (Cytotoxic T Limfosit)

Cytotoxic T Lymphocyte/CTL/ T cytotoxic/T cytolitic/Tc) atau sel T pembunuh (killer) adalah


sel tersebut mengenal antigen yang dipresentasikan bersama molekul MHC-I yang ditemukan
pada semua sel tubuh yang bernukleus. CTL merupakan sub-grup dari sel T yang berfungsi :

1. membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya) dengan
menghancurkan sel yang mengandung virus tersebut
2. membunuh berbagai bibit penyakit dan sel kanker
3. merusak dan mematikan pathogen intraseluler
4. menghancurkan sel ganas dan sel histoimkompatibel yang menimbulkan penolakan pada
transplantasi.

Sel T sitotoksik disebut juga sel T CD8+ karena terdapat glikoprotein CD8 pada permukaan sel
yang mengikat antigen MHC kelas I. Sel T sitotoksik dapat menjadi pasif pada status anergik,
seperti pada penyakit autoimun.

Sel limfosit T sitotoksik mengandung granula azurofilik yang berlimpah dan mampu
menghancurkan berbagai sel yang terinfeksi, sel tumor, tanpa sensitisati (rangsangan)
sebelumnya. Sel limfosit T sitotoksik ini diklasifikasikan sebagai sistem kekebalan tubuh bawaan
yang merupakan lapis ketiga pertahanan tubuh terhadap berbagai macam serangan. Secara
langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing atau abnormal di permukaan
mereka.

Sel limfosit T sitotoksik dalam meningkatkan system pertahanan dengan cara mengikutsertakan
sistem pertahanan yang lain. Mengenal kembali material asing oleh sistem imun oleh dirinya
sendiri, tidak selalu menghasilkan pengrusakan material tersebut. Sel dari sistem imun
melepaskan messenger kimiawi (seperti sitokin) yang mengambil dan mengaktifkan sel lain
seperti polimorf, makrofag dan sel mast atau sistem kimiawi (seperti komplemen, amine, kinin,
dan sistem lisosomal) untuk menghancurkan material asing

Anda mungkin juga menyukai