Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ELEMINASI URINE

OLEH
FIRDAUS RAJA FAKSI

STIKES KHARISMA KARAWANG


2010
LAPORAN PENDAHULUAN
ELIMINASI URINE

1. Konsep Kebutuhan Eliminasi Urine

a. Definisi / Deskrifsi Kebutuhan eliminasi urin

Eliminasi urin tergantung kepada fungsi ginjal, uereter, kandung kemih, dan ureter.
Ginja menyaring produk limbah dari darah membentuk urine. Ureter mentrasnpor urine
dari ginjal kekandung kemih. Kandung kemih menyimpan urine sampai timbul keinginan
untuk berkemih. Urine keluar dari tubuh malalui ureter. Semua organ sistem perkemihan
harus utuh dan berfungsi supaya urine berhasil dikeluarkan dengan baik. (Brunner &
Suaddarth)

b. Fisiologi system / fungsi normal eliminasi urine


 Saluran perkemihn terdiri atas ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
 Ginjal
Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada dua di kiri dan kanan. Ginjal
terletak di kedua sisi medulla spinalis, di balik rongga peritoneum. Ginjal kiri
lebih besar dari pada ginjal kanan., dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih besar
dari pada permpuan (syaifuddin, 1994). Ginjal terdiri atas satu juta unit fungsional
nefron yang bertugas menyaring darah dan membuang darah dan membuang
limbah metabolik. Selain itu, ginjal juga bertugas mempertahankan homeostasis
cairan tubuh melalui beberapa cara, yakni :

a. pengaturan volume cairan,

 jumlah cairan dan elektrolit dalam tubuh berfluktuasi.

b. Pengaturan jumlah elektrolit tubuh,

 kandungan elektrolit dalam tubuh cendrung konstan. Kondisi ini dipertahankan


melalui dua proses, yaitu laju filtrasi glomerulus (GFR) dan proses reabsorbsi
yang selektif ditubulus ginjal akibat pengaruh hormon.

c. pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh,


 ginjal merupakan mekanisme pengaturan keseimbangan asam-basa yang paling
kuat. Dalan menjalankan fungsinya, ginjal tidak hanya mengubah-ubah
pengeluaran H+, tetapi juga menahan atau membuang HCO3- sesuai dengan
status asam-basa tubuh.

d. Ekresi sisa-sisa metabolisme,

 Ginjal mengeksekresikan zat-zat racun (mis., ureum, asam urat, kreatinin,


sul;fat,fosfat) dan obat-obatan dalam tubuh.

e. Reabsorpsi bahan yang bersifat vital,

 Normalnya, bahan-bahan organic seperti glukosa dan asm amino direabsorpsi


secara total ke dalam darah, dan biasanya tidak dieksekresikan ke dalam urine.
Upaya ini mencegah hilangnya nutrien-nutrien penting dalam tubuh.

f. fungsi hormonal dan metabolisme,

 Ginjal menyekresikan hormone rennin untuk mempertahankan keseimbangan


cairan-elektrolit dan tekanan darah (system rennin-angiotensin-aldosteron). Selain
itu, ginjal juga berperan dalam proses metabolisme zat-zat tertentu.

 Ureter
Uretar adalah tabung yang berasal dari ginjal dan bermuara di kandung
kemih. Panjang sekitar 25 cm dan diameternya 1,25 cm. bagian atas ureter
berdilatasi dan melekat pada hilus ginjal, sedangkan bagian bawahnya memasuki
kandungkemih pada sudut posterior dasar kandung kemih. Urine didorong
melewati ureter dengan gelombang peristalsis yang terjadi sekitar 1-4 kali
permenit. Pada pertemuan antara ureter dan kandung kemih, terdapat membrane
mukosa yang bertindak sebagai katup guna mencegah refluk urine kembali ke
ureter sehingga mencegah penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas.

 Kandung kemih
Kandung kemih (vesika urinaria) adalah kantung muscular tempat urin
bermula dari ureter. Ketika kosong atau setengah terisi, kandung kemih terletak di
blakang simpibis pubis. Pada peria, kandung kemih terletak pada kelenjar prostat
dan rectum; pada wanita, kandung kemih terletak pada uterus vagina. Din ding
kandung kemih sangat elastic sehingga mampu menahan renggangan yang sangat
besar. Saat penuh, kandung kemih bias melebihi simfisis pubis, bahkan bias
setinggi umbilicus.

 Uretra
Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra. Panjang utertra
pada sekitar 20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis.
Uretra pria terdiri atas tiga bagian, yaitu uretra pars prostatika, uretra pars
membranosa, uretra pars spongiosa. Pada wanita, panjang panjang uretra sekitar 3
cm dan membentang dari kandung kemih sampai lubang di antar labia minora, 2,5
cm di belakang klitoris. Karena uretranya yang pendek, wanita lebih rentan
mengalami infeksi saluran kemih.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi eliminasi urin

1). Pertumbuhan dan perkembangan

Jumlah urin yang diekskresikan dapat dipengaruhi oleh usia dan berat badan
seseorang. Normalnya, bayi dan anak-anak mengeksekresikan 400-500 ml urine perhari.
Sedangkan orang dewasa mengeksekresikan 1500-1600 ml urie perhari, sedangkan ibu hamil
dapat mengalami peningkatan keinginan miksi akibat adanya penekanan pada kandung kemih

2). Asupan cairan dan makanan

Kabiasaan mengkonsumsin jenis makanan atau minuman tertentu


(kopi,teh,coklat,alcohol) dapat menyebabkan peningkatan ekresi urine karena dapat
menghambat hormone antidiuretik (ADH).

3). Kebiasaan/gayahidup
Gaya hidup adakaitanya dengan kebiasaan seseorang ketika berkemih.
Seseorang yang terbiasa buang air kecil di sungai atau di alam bebas akan mengalami
kesulitan ketika harus berkemih di toiletatau menggunakan pispot pada saat sakit.
4). Faktor psikologis
Kondisi stres dan kecemasan dapat menyababkan peningkatan stimulus
berkemih., di samping stimulus buang air besar (diare) sabagai upaya konpensasi.

5). Aktifitas dan tonus otot


Eliminasi urine membutuhkan kerja (kontraksi) otot-otot kandung kemih,
abdomen, dan pelvis. Jika terjadi gangguan pada kemampuan tonus otot, dorongan
untuk berkuh juga akan berkurang. Aktifitas dapat meningkatkan kemampuan
metabolism dan produksi urine secara optimal.

6). Kondisi patologis


Kondisi sakit seperti demam dapat menyababkan penurunan produksi urine
akibat banyaknya cairan yang dikeluakan penguapan kulit. Kondisi inflamasi dan
iritasi organ kemih dapat menyebabkan retensi urine.

7). Medikasi
Penggunaan obat-obat tertentu (diuretic) dapat meningkatkan haluan urine,
sedangkan penggunaan antikolinergik dapat menyebabkan retensi urine

d. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada system eliminasi urin


1). Inkontinensia urine
Kondisi ketika dorongan berkemih tidak mampu dikontrol oleh sfingter
eksternal. Sifatnya bisa menyeluruh ( inkontenensia komlet) atau sebagian
(inkontenensial parsial).
2). Retensi urine
Kondisi bertahannya urine tertahannya urine di kandung kemih akibat
terganggunya proses pengosongan kandung kemih sehingga kandung kemih menjadi
renggang. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh obstruksi ( hipertrropi prostat).
3). Enuresis (mengompol)
Peristiwa berkemih yang tidak disadari oleh anak yang usianya yang
melampau batas usia normal kontrol kandung kemih sehrusnya tercapai. Enuresis
lebih banyak terjadi pada anak-anak di malam hari (enuresis nokturnal). Faktor
penyebabnya antralain kapasitas kandung kemih yang kurang dari normal, infeksi,
saluran kemih, konsumsi makanan yang banyak mengadung garam dan mineral, takut
keluar malam, dan gangguan pola miksi.
4). Sering berkemih (Frekuensi)
Sering berkemih meningkatnya frekuensi berkemih tampa disertai peningkatan
asupan cairan.
5). Disuria
Rasanyeri dan kesulitan saat berkemih.biasanya terjadi pada kasus infeksi
uretra, saluran kemih, trauma kandung kemih

2. Rencana asuhan keperawatan klien dengan ganggun kebutuhan eliminasi

Pengkajian
1). Riwayat keperawatan eleminasi urin
a). pola berkemih
ini bergantung pada individu, apakah pola berkemihnya termasuk dalam
kategori normal dan apakah dia merasa ada perubahan pola berkemihnya.
b). Frekuensi berkemih
- 5 kali/hari, tergantung kebiasan seseorang
- 70% miksi pada siang hari, sedangkan sisanya dilakukan pada malam hari,
menjelang dan sesudah bangun tidur.
- Berkemih dilakukan pada saat bangun tidur dan sebelum tidur.
c). volume berkemih
kaji perubahan berkemih untuk mengetahui adanya ketidakseimbangan cairan
dengan membandingkannya dengan volume berkemih normal.
d). Asupan dan haluaran cairan
- catat haluaran urine selama 24 jm
- kaji kebiasaan minum klien setiap hari (jenis dan jumlah cairan yang di
minum)
- catat asupan cairan per oral, lewat makanan, lewat cairan infus, atau NGT
(jika ada)

2). Pemeriksaan Fisik eleminasi urin


a). Abdomen, kaji dengan cermat adanya pembesran, adanya distensi kandung
kemih, pembesaran ginjal, nyeri pada kandung kemih.
b). Genetalia, kaji kebersihan genetalia. Amati adanya bengkak, atau radang pada
meatus uretra. Pada laki-laki, kaji adanya lesi, nodul,dan adanya radang pada labia
minora maupun mayora.
c). Urin, kaji karekteristik urine klien, bandingkan dengan karakteristik urine
normal.

3). Pemeriksaan penunjang eleminasi urin


a). pemeriksaan urin, hal yang perlu dikaji meliputi warna, kejernihan, bau urin.
Untuk melihat adanya kejanggalan, bias dilakukan pemeriksaan protei, glukosa dll.
b). Tes darah, pemeriksaan meliputi BUN, bersihan kreatinin, nitrogen non-protein
(NPN), sistoskopi, intravenous pyelogram (IVP).

3. Diagnosa
A. INKONTENENSIA URINE
- Tidak mamapu mengatur dalam eliminasi urin pada waktunya untuk
menghindari ketidaksengajaan pengeluaran (mengompol)

Batasan karakteristik

- Waktu yabg diperlukan untuk ketoilet melebihi waktu untuk menahan


menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan
- Urin keluar sebelum sampai ketoilet
- Inkontinesia pada siang hari
- Membutuhkan rangsang untuk pengosongan
- Mampu mengosongkan bladder dengan sempurna

Faktor yang berhubungan

- Saluran keluar (outlet) kandungkemih yang tidak kompeten, sekunder


akibat anomaly saluran kemih congenital
- Perubahan degenerative pada otot panggul, sekunder akibat defisiensi
estrogen
- Tekanan abdomen yang tinggi dan otot panggul yang lemah, sekunder
akibat obesitas/kehamilan/jenis kelamin/hygiene personal yang buruk
- Kelemahan otot panggul yang struktur pendukung, sekunder akibat
persalinan
- Penurunan tonus otot

B. RETENSI URINE
Keadaan individu yang mengalami ketidak sempurnaan pengosongan kandung
kemih.

Batasan karakteristik

 Subjektif
- Disuria
- Sensasi kandung kemih

 Objektif
- Distensi kandung kemih
- Urine menetes
- Inkontinensia yang melimpah
- Urine masih tersisa
- Haluaran urine sedikit, sering atau tidak ada

Faktor yang berhubungan


- Pembesaran prostat
- Kerusakan jalan aferen, sekunder akibat / cedera serebrovaskuler /
neuropati diabetic / infeksi atau tumor pada otak / sklerosis multiple
- Obstruksi outlet kandung kemih kerusakan jalan eferen, sekunder akibat
terapi obat antihistamin / epinefrin / antikolinergik

1). Tujuaan dan kriteria hasil inkontinensia Urine

- Menunjukan Kontinensia Urine, dibuktikan dengan indicator. Tidak ada


pengeluaran urine dengan peningkatan tekanan abdome

Intervevsi inkontinensia Urine


 Kaji factor penyebab inkontinensia
 Jelaskan pengaruh otot dasar panggul yang tidak kompeten terhadap
kontinensia
R : pada inkontinensia stres, otot dasar panggul (pubokoksigeus) dan
otot lavatorani telah melemah atau meregang akibat kelahiran anak,
trauma, atrofi menopause.obesitas.
 Ajarkan cara melatih otot panggul kepada klien
R : Latihan otot panggul menguatkan dan mengancangkan otot dasar
panggul. latihan ini dapat memberikan tekanan urettra atau tekanan
tambahan yang memadai untuk mencegah inkontinensia stress ringan.

2). Tujuan dan kriteria hasil retensi urine

- Individu akan mencapai kondisi kering (tidak mengompol) yang dapat


memuaskan individu secara personal

Intervensi Retensi urine


 Kaji factor yang menyebabkan retensi urine
R : menentukan intervensi selanjutnya
 Ajarkan cara melakukan peregangan abdomen dan maneuver valsalva.
R : untuk meningkatkan saat berkemi, klien harus melatih reflex berkemih dengan
mengkonsumsi cairan yang adekuat dengan menghambat kontraksi kandung kemih.
 Ajarkan cara melakukan maneuver crede
R : pada banyak klien, maneuver crede dapat membantu pengosongan kandung
kemih.
Daftar Pustaka

 Potter, P., Perry A, . (1997) Buku Ajar Fundamental keperawatan. Jakarta : EGC
 Doengoes, E Marylin. (1993) Rencana Asuhan keperawatan. Jakarta : EGC
 Mubarak, W Iqbal., Chayatin N,. (2005) Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta
 NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa keperawatan

Anda mungkin juga menyukai