Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
telah terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah besar,
Usus Halus
1. Duodenum
Usus Besar
3 cara, yaitu:
Fisiologi Defekasi
oleh keinginan kuat untuk buang air besar,. Ketika gerakan massa
Upaya volunter
Dipermudah dengan :
Terjadi defekasi
Fleksi otot femur
Posisi saat defekasi
seperti jongkok
1. Usia
2. Diet
3. Asupan Cairan
4. Tonus Otot
Tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas
5. Faktor Psikologis
6. Pengobatan
peristaltik. Akan tetapi, jika digunakan dalam waktu lama, kedua obat
antikolinergik.
8. Penyakit
konstipasi.
9. Gaya Hidup
proses defekasi.
11. Nyeri
menyebabkan konstipasi.
12. Kehamilan
paralitik.
Diagnosa 1: Diare
1) Definisi
BAB cair atau tidak terbentuk (NANDA 2005-2006: 67)
2) Batasan Karakteristik
Sedikitnya BAB cair lebih dari 3 kali dalam sehari
Suara usus hiperaktif
Nyeri perut
Kram
Urgensi
3) Faktor yang berhubungan
a. Psikologis
Tingkat stres dan cemas tinggi
b. Situasional
Alkoholik
Keracunan
Penyalahgunaan laksatif
Radiasi
Pemberian makan melalui selang
Efek samping obat
Kontaminasi
Travelling
c. Fisiologis
Inflamasi
Malabsorbsi
Proses infeksi
Iritasi
Parasit
Diagnosa 2: Konstipasi
1) Definisi
Penurunan frekuensi defekasi dengan diikuti kesulitan atau
pengeluaran feses yang tidak tuntas atau feses kering dank keras
(NANDA 2005-2006: 44)
2) Batasan Karakteristik
Perubahan pola BAB
Darah merah terang dalam feses
Feses lembut seperti pasta di rectum
Distensi abdomen
Fese gelap, hitam seperti ter
Peningkatan tekanan abdomen
Perkusi abdomen dullness
Nyeri saat defekasi
Penurunan volume feses
Tegang saat defekasi
Frekuensi BAB menurun
Feses kering keras dan berbentuk
Teraba massa pada rectum
Perasaan rectal penuh atau tertekan
Nyeri abdomen
Tidak mampu mengeluarkan feses
Anoreksia
Nyeri kepala
Perubahan dalam bunyi perut
Indigesti
Terdapat atipikal pada orang dewasa (contoh: perubahan dalam
status mental, inkontensiaurin, jatuh, peningkatan suhu tubuh)
Suara usus hipoaktif atau hiperaktif
Teraba massa abdomen
Teraba lembut di abdomen dengan atau tanpa teraba tahanan
otot
Mual dengan atau tanpa muntah
Feses seperti lumpur
1) Definisi
Risiko mengalami penurunan frekuensi dalam defekasi diikuti oleh
kesulitan atau pengeluaran feses yang tidak tuntas atau feses kering
dan keras (NANDA 2005-2006: 47)
2) Faktor risiko
a. Fungsional
Kebiasaan abaikan keinginan BAB
Perubahan lingkungan
Toileting tidak adekuat
Kebiasaan BAB tidak teratur
Kelemahan otot abdomen
b. Psikologis
Stress emosional
Kebingungan mental
Depresi
Psikologis
Kurang intake serat
Kurang intake cairan
Dehidrasi
Kebersihan gigi dan mulut tidak adekuat
Kebiasaan makan buruk
Perubahan pola makan dan makanan
Penurunan motilitas traktus gastrointestinal
c. Farmakologis
Antikonvulsan
Antilipemik
Laksatif overdosis
Kalsium karbonat
Antacid dengan aluminium
NSAID
Opiate
Antikolinergik
Diuretic
Garam besi
Phenothiazid
Sedasi
Simpatomimetik
Garam bismuth
Antidepresan
Penghambat kalsium
d. Mekanik
Abses rektum atau ulser
Kehamilan
Fisura anal rektal
Tumor
Megakolon
Ketidakseimbangan elektrolit
Prolaps rektal
Pembesaran rektal
Kelemahan neurologis
Striktura anal rektal
Rektocele
Obstruksi post op
Hemoroid
Obesitas
c. Perencanaan
Diagnosa 1: Diare
Pasien akan:
diare
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Observasi frekuensi defekasi, 1. Diare sering terjadi setelah
karakteristik, dan jumlah memulai diet
2. Dorong diet tinggi serat/ bulk 2. Meningkatkan konsistensi
dalam batasan diet, dengan feses. Meskipun cairan perlu
masukan cairan sedang sesuai diet untuk fungsi tubuh optimal,
yang dibuat kelebihan jumlah
mempengaruhi diare
3. Batasi masukan lemak sesuai 3. Diet rendah lemak
indikasi menurunkan resiko feses
cairan dan membatasi efek
laktasif penurunan absorpsi
lemak
4. Observasi tanda sindrom
4. Pengosongan cepat
dumping, mis; diare, cepat makanan dari lambung
berkeringat, mual dan kelemahan dapat mengakibatkan
setelah makan distress gaster dan
mengganggu fungsi usus
Kolaborasi
1. Awasi elektrolit serum 1. Peningkatan kehilangan
gaster potensial resiko
ketidakseimbangan
elektrolit. Dimana dapat
menimbulkan komplikasi
lebih serius/ mengancam
Diagnosa 2: Konstipasi
tidak ada).
samping pengobatan
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Catat adanya distensi 1. Distensi dan hilangnya peristaltic usus
abdomen dan merupakan tanda bahwa fungsi
auskultasi peristaltic defekasi hilang yang kemungkinan
usus berhubungan dengan kehilangan
persarafan paasimpatik usus besar
dengan tiba-tiba
2. Gunakan bedpan 2. Meningkatkan rasa nyaman dan
ukuran kecil sampai menurunkan ketegangan pada otot
pasien mampu untuk
defekasi turun dari 3. Meningkatkan kenyamanan secara
tempat tidur (ke toilet) psikologis
3. Berikan privasi
4. Menstimulasi peristaltic yang
memfasilitasi kemungkinan
terbentuknya flatus
4. Anjurkan untuk
melakukan pergerakan/
ambulasi sesuai
kemampuan
Kolaborasi
1. Mulai untuk 1. Makanan padat akan dimulai
meningkatkan diet pemberiannya sampai peristaltic
sesuai toleransi pasien kembali timbul/ sampai ada flatus
2. Berikan selang rektal, 2. Mungkin perlu untuk menghilangkan
suposituria, dan enema distensi abdomen, meningkatkan
jika diperlukan kebiasaan defekasi yang normal
3. Berikan laktasif, 3. Melembekkan feses, meningkatkan
pelembek feses sesuai fungsi defekasi sesuai kebiasaan,
kebutuhan menurunkan ketegangan