Peranan Laboratorium Dalam Penanganan CMML
Peranan Laboratorium Dalam Penanganan CMML
PENDAHULUAN
dapat menunjukkan beberapa gejala klinis yang beragam, dan dalam kurun waktu
yang sama bisa didapatkan dua keadaan yang berbeda, yakni: gambaran persisten
sitopenia dan displasia yang melibatkan satu atau lebih galur dari mieloid dan lebih
menyerupai gambaran dari suatu myelodysplastic syndrome (MDS), dan pada saat
manifestasi klinis dari MD/MPN. Keadaan ini ditandai dengan ditemukan adanya
mieloblast, monoblast dan promonosit pada darah perifer dan sumsum tulang.
Penanganan pada kasus CMML menjadi sulit karena rata-rata kasus terjadi pada
pasien dengan usia lanjut (median umur 65-70 tahun), disertai dengan penyakit
komorbid non hematologi yang lain, relatif tidak dapat menoleransi terapi yang
diberikan, dan memiliki prognosis yang buruk.3 Oleh karena itu, penegakan
diagnosis secara dini dan pemantauan dari hasil terapi menjadi sangatlah penting.
1
Tinjauan pustaka ini akan membahas mengenai klasifikasi MDS/MPN, CMML,
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menunjukkan beberapa gejala klinis yang beragam, dan dalam kurun waktu yang
sama bisa didapatkan dua keadaan yang berbeda, yakni: gambaran persisten
sitopenia dan displasia yang melibatkan satu atau lebih galur myeloid, yang lebih
menyerupai gambaran myelodysplastic syndrome (MDS) dan pada saat yang sama
sebagai akibat proliferasi pada setidaknya satu galur mieloid. Blast yang ditemukan
selalu kurang dari 20% leukosit darah perifer dan kurang dari 20% dari sel-sel
berinti dalam sumsum tulang. Sama halnya dengan MDS, penyakit ini dapat
3
2.1.1 Klasifikasi CMML
klasifikasi WHO, FAB (seperti yang terlihat pada Tabel 2.1) mengklasifikasikan
berdasarkan jumlah sel darah putih (di bawah atau di atas 13.000 /mm3).5
4
Pada tahun 2001, WHO mengklasifikasikan CMML dalam kategori MDS/MPD
dan masih termasuk dalam klasifikasi MDS (Tabel 2.2). Pada tahun 2008,
Tabel 2.3 Klasifikasi WHO 2008 dari Myeloid Neoplasm dan Leukemia Akut
Myeloproliferative neoplasm (MPN)
Chronic myelogenous leukemia
Polycythemia vera
Primary myelofibrosis
Essential thrombocythemia
Chronic eosinophilic leukemia, not otherwise specified
Mastocytosis
Myeloproliferative neoplasms, unclassifiable
Myeloid and lymphoid neoplasm associated with eosinophillia and
abnormalities of PDGFRA, PDGFRB, or FGFR1
Myeloid and lymphoid neoplasms associated with PDGFRA rearrangement
Myeloid neoplasms associated with PDGFRB rearrangement
Myeloid and lymphoid neoplasms associated with FGFR1 abnormalities
Myelodysplastic/Myeloproliferative neoplasm (MDS/MPN)
Chronic myelomonocytic leukemia
Atypical chronic myeloid leukemia, BCR-ABL1-negative
Juvenile myelomonocytic leukemia
Myelodysplastic/myeloproliferative neoplasm, unclassifiable
Provosional entity: refractory anemia with ring sideroblasts and
thrombocytosis
Myelodysplastic syndrome (MDS)
Refractory cytopenia with unilineage dysplasia
Refractory anemia
Refractory neutropenia
Refractory thrombocytopenia
5
Refractory anemia with ring sideroblasts
Refractory cytopenia with multilineage dysplasia
Refractory anemia with excess blasts
Myelodysplastic syndrome with isolated del(5q)
Myelodysplastic syndrome, unclassifiable
Childhood myelodysplastic syndrome
Provisional entity: refractory cytopenia of childhood
Acute myeloid leukemia and related neoplasms
Acute myeloid leukemia with recurrent genetic abnormalities
AML with t(8;21)(q22;q22); RUNX1-RUNX1T1
AML with inv(16)(p13.1q22) or t(16;16)(p13.1;q22); CBFB-MYH11
APL with t(15;17)(q22;q12); PML-RARA
AML with t(9;11)(p22;q23); MLLT3-MLL
AML with t(6;9)(p23;q34); DEK-NUP214
AML with inv(3)(q21q26.2) or t(3;3)(q21;q26.2); RPN1-EVI1
AML (megakaryoblastic) with t(1;22)(p12;q13); RBM15-MKL1
Provisional entity: AML with mutated NPM1
Provisional entitu: AML with mutated CEBPA
Acute myeloid leukemia with myelodysplasia-related changes
Therapy-related myeloid neoplasms
Acute myeloid leukemia, not otherwise specified
AML with minimal differentiation
AML without maturation
AML with maturation
Acute myelomonocytic leukemia
Acute monoblastic/monocytic leukemia
Acute erythroid leukemia
-. Pure erythroid leukemia
-. Erythroleukemia, erythroid/myeloid
Acute megakaryoblastic leukemia
Acute basophilic leukemia
Acute panmyelosis with myelofibrosis
Myeloid sarcoma
Myeloid proliferations related to Down syndrome
Transient abnormal myelopoesis
Myeloid leukemia associated with Down syndrome
Blastic plasmacytoid dendritic cell neoplasm
Acute leukemias of ambiguous lineage
Acute undifferentiated leukemia
Mixed phenotype acute leukemia with t(9;22)(q34;q11.2); BCR-ABL1
Mixed phenotype acute leukemia with t(v;11q23);MLL rearranged
Mixed phenotype acute leukemia, B-myeloid, NOS
Mixed phenotype acute leukemia. T-myeloid, NOS
Provisional entity: natural killer (NK) cell lymphoblastic leukemia/lymphoma
B lymphoblastic leukemia/lymphoma
6
B lymphoblastic leukemia/lymphoma, NOS
B lymphoblastic leukemia/lymphoma with recurrent genetic abnormalities
B lymphoblastic leukemia/lymphoma with t(9;22)(q34;q11.2);BCR-
ABL1
B lymphoblastic leukemia/lymphoma with t(v;11q23);MLL rearranged
B lymphoblastic leukemia/lymphoma with t(12;21)(p13;q22) TEL-AML1
(ETV6-RUNX1)
B lymphoblastic leukemia/lymphoma with hyperdiploidy
B lymphoblastic leukemia/lymphoma with hypodiploidy
B lymphoblastic leukemia/lymphoma with t(5;14)(q31;q32) IL3-IGH
B lymphoblastic leukemia/lymphoma with t(1;19)(q23;p13.3);TCF3-
PBX1
T lymphoblastic leukemia/lymphoma
Dikutip dari: Blood4
pada darah perifer ( > 1 × 10 9/L dan paling sedikit 10% dari hasil hitung jenis
Etiologi dari penyakit CMML sampai saat ini masih belum diketahui. Pada dua
puluh sampai empat puluh persen kasus CMML ditemukan adanya kelainan
genetik, yakni terjadi trisomi 8, monosomi 7, delesi pada 12p atau 20q, selain itu
juga tidak ditemukan adanya fusi gen Breakpoint Cluster Region-ABL (BCR-
7
Sekitar 20 - 60% dari pasien dengan kasus CMML dilaporkan mengalami mutasi
dari Neuroblastoma Rat Sarcoma (NRAS) atau Kirsten Rat Sarcoma (KRAS).4,12
Pada beberapa kasus juga ditemukan adanya mutasi dari Janus Kinase 2 (JAK2)4.
Selain itu juga ditemukan adanya mutasi dan rearangement dari Run Related
Transcription Factor 1 (RUNX1), hal ini sering berkaitan dengan adanya RAS
perkembangan sel dan terjadi displasia.2,13 Kasus CMML terutama ditemukan pada
laki-laki dengan usia >60 tahun, dengan median antara usia 65-70 tahun, insidensi
2.2.2 Patogenesis
stimulating factor (GM-CSF), tetapi tidak pada faktor pertumbuhan lainnya. Seperti
menarik kompleks molekul sinyal dan adapter yang mencakup SHC dan Grb2.
Protein ini, kemudian merekrut Gab2, SHP-2 (yang dikode oleh PTPN11), dan
SOS, yang kemudian mengkatalisis pertukaran nukleotida guanin pada Ras dan
8
meningkatkan tingkat intraselular Ras-guanosin trifosfat (GTP-Ras). Setelah
dan mempercepat konversi activated Ras-GTP menjadi bentuk tidak aktif, yakni
9
2.2.3 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari kasus CMML ini menyerupai kasus leukemia mieloid
kronik, terutama ditemukan adanya demam dengan onset yang tiba-tiba, gejala-
gejala klinis yang timbul sebagai akibat adanya sitopenia, episode perdarahan atau
Selain itu ditemukan juga adanya peningkatan atau dapat juga didapatkan jumlah
2.3.1 Diagnosis
sediaan apus darah dan morfologi darah baik perifer maupun sumsum tulang, kadar
eritropoetin, kadar zat besi, feritin, TIBC dan kadar vitamin B12.16 Diagnosis dari
10
3. Tidak adanya Platelet-Derived Growth Factor Receptor Beta gene
(PDGFRB )
4. Persentase jumlah sel blast pada darah perifer dan sumsum tulang < 20%
Bila didapatkan adanya displasia minimal atau bahkan tidak ditemukan adanya
Subklasifikasi dari CMML, yakni CMML1 bila didapatkan adanya blast <5 %
pada darah perifer atau <10 % pada sumsum tulang (gambar 2.4), sedangkan
CMML2 bila didapatkan adanya blast antara 5 % sampai dengan 19 % pada darah
11
Gambar 2.2 Algoritma CMML
Dikutip dari Parikh7
12
Pada pemeriksaan sediaan apusan darah tepi dapat kita temukan gambaran
peningkatan lysozyme urine dan serum, dan dapat juga ditemukan adanya
polyclonal hypergammaglobulinemia.5
13
Gambar 2.4 CMML1 pada sumsum tulang
Dikutip dari: Aster8
14
Pemeriksaan menggunakan sitogenetik pada kasus CMML ini seringkali
CD 36, CD64 dan overekspresi pada CD56, namun dari semua aberansi yang
Laboratorium dalam hal ini berperanan dalam hal menilai respons terapi yang
Sama halnya dengan kasus MDS, allogenic stem cell transplantation (ASCT)
masih menjadi satu-satunya pilihan terapi yang potensial pada CMML. Namun,
terapi ini tidak dapat dilakukan pada semua kasus, terutama pada pasien-pasien
CMML yang sudah berusia lanjut. Angka kejadian relaps setelah terapi ini pun
mencapai 35%.5 Pada kasus dimana pasien tidak dapat menjadi kandidat baik terapi
hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit dan trombosit) serta sediaan apus darah tepi
dan morfologi dilakukan setiap 1 bulan sekali selama 3 bulan pertama setelah
bulan.17
ASCT saat ini masih sangat terbatas, hal ini terkait dengan rendahnya tingkat
15
dengan 5-azacitidine dan decitabine masih menjadi pilihan utama.17 Pemantauan
dari terapi pada CMML masih mengacu pada pemantauan respons terapi dari MDS,
16
Respon sitogenetik Komplit: hilangnya dari abnormalitas kromosom
tanpa disertai kemunculan kelainan yang lain.
Parsial: Setidak-tidaknya didapatkan reduksi 50%
dari abnormalitas kromosom.
Progresif Untuk pasien dengan:
Kurang dari 5% blasts: ≥ 50% blast meningkat
menjadi > 5% blasts
5%-10% blasts: ≥ 50% meningkat menjadi > 10%
blasts
10%-20% blasts: ≥ 50% meningkat menjadi > 20%
blasts
20%-30% blasts: ≥ 50% meningkat menjadi > 30%
blasts
Salah satu dibawah ini:
Setidak-tidaknya pengurangan 50% dari remisi
maksimum/respon pada granulosit atau trombosit;
reduksi pada Hb ≥ 2 g/dl; masih memerlukan
transfusi
Dikutip dari: Onida17
2.4 Prognosis
Prognosis pada kasus CMML memiliki median angka harapan hidup antara 20 -
yang terjadi pada 15-30% kasus.12 Tidak ditemukan adanya perbedaan prognosis
yang signifikan, baik pada CMML dengan gambaran displastik maupun dengan
yang proliferatif.5
17
BAB III
RINGKASAN
menyerupai gambaran suatu leukemia myeloid kronik, namun dibedakan dengan adanya
proliferasi pada mieloid, terutama monositik dan ditemukan adanya displasia pada seri
eritroid dan megakariosit. Penanganan pada kasus CMML menjadi sulit karena rata-
rata kasus terjadi pada pasien dengan usia lanjut (median umur 65-70 tahun),
disertai dengan penyakit komorbid non hematologi yang lain, relatif tidak dapat
Laboratorium dalam hal ini, memiliki peranan terutama dalam membantu klinisi
18
SUMMARY
of myeloid, mainly monocytic and the finding of dysplasia in the erythroid series
and megakaryocytes . Handling of CMML case can be difficult because the average
cases occurred in patients with advanced age (with median age 65-70 years) ,
Laboratories in this case, has a role particularly in helping clinicians make the
19
DAFTAR PUSTAKA
4. Vardiman JW, Thiele J, Arber DA, Brunning RD, Borowitz MJ, Porwit A,
2013;26(4):387-400.
6. Niederhuber JE, Armitage JO, Doroshow JH, Kastan MB, Shingleton WW,
2012:611 - 9.
20
8. Aster JC, Pozdnyakova O, Kutok JL. Chronic Myelomonocytic Leukemia.
hlm. 233-46.
14. Hoffman R, Benz EJ, Silberstein LE, Heslop HE, Weitz JI, Anastasi J.
21
17. Onida F, Barosi G, Leone G, Malcovati L, Morra E, Santini V, et al.
2013;10:1343-9.
22