Laporan Kasus Uveitis Anterior
Laporan Kasus Uveitis Anterior
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
- Nama : Tn. Z
- Usia : 59 tahun
- Agama : Islam
B. ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan mata kanan
berair sejak 2 minggu sebelum datang ke poli. Pasien merasakan keluhan ini sangat
mengganggu karena pasien harus terus menerus mengelap mata kanannya. Awalnya 2
minggu sebelum datang ke poli, pasien mengaku kelilipan saat sedang mengantar
penumpang. Keesokan paginya mata kanan pasien merah dan agak sakit jika
digerakkan. Pasien merasa mata kanannya tidak gatal. Saat ini, mata kanan pasien
semakin terasa silau jika berada di tempat yang terang serta pasien merasa penglihatan
sebelah kanan tambah menurun. Pasien mengatakan mata kanannya jarang terdapat
kotoran. Pasien menggunakan kacamata jika membaca. Riwayat mata terbentur sesuatu
dan demam disangkal. Batuk, sesak napas disangkal. Penurunan nafsu makan dan berat
badan turun drastis disangkal. Muncul gelembung berisi cairan pada mulut atau alat
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini. Pasien mempunyai riwayat tekanan
darah tinggi. Riwayat sakit mata, kencing manis, batuk lama, keganasan disangkal.
Tidak ada yang menderita keluhan yang sama di keluarga. Riwayat darah tinggi,
RIWAYAT PENGOBATAN
Sehari sebelum ke rumah sakit, pasien ke puskesmas dan diberi obat tetes serta 4
macam obat minum untuk mengobati matanya. Pasien lupa nama obat yang diberikan
namun ingat bahwa diberikan obat untuk radang, gatal, vitamin dan satu lagi tidak tahu
untuk apa. Obat tersebut dikonsumsi tapi pasien mengatakan tidak ada perubahan.
Pasien juga pernah datang ke poli seminggu yang lalu dan diberikan obat tetes yang
setiap hari.
RIWAYAT ALERGI
Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat-obatan, debu, udara dan lainnya.
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pasien bekerja sebagai tukang ojek. Pasien mengatakan selalu memakai helm namun
kadang-kadang lupa memakai pelindung mata saat bekerja. Pasien tidak punya
C. PEMERIKSAAN FISIK
- Kesadaran : Composmentis
- Tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
Suhu : 36,80C
D. STATUS OFTALMOLOGIKUS
KEDUDUKAN
Ortoforia Ortoforia
BOLA MATA
PERGERAKAN
BOLA MATA
Madarosis (-) SUPRA SILIA Madarosis (-)
SUPERIOR: SUPERIOR:
Edema (-), Hiperemis (-), Nyeri Edema (-), Hiperemis (-), Nyeri
Edema (-), Hiperemis (-), Nyeri Edema (-), Hiperemis (-), Nyeri
BULBI: BULBI:
Siliar (+), Injeksi Episkleral (-) Siliar (-) Injeksi Episkleral (-)
Jernih, Edema (-), Sikatriks (-) KORNEA Jernih, Edema (-), Sikatriks (-)
KAMERA
Hipopion (-), hifema (-), tidak Hipopion (-), hifema (-), tidak
OKULI
dangkal dangkal
ANTERIOR
E. RESUME
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan mata kanan
berair sejak 2 minggu sebelum datang ke poli. Awalnya 2 minggu sebelum ke poli,
pasien mengaku kelilipan saat sedang mengantar penumpang. Keesokan paginya mata
kanan pasien merah dan agak sakit jika digerakkan. Mata kanan terasa silau (+), berair
(+), visus mata kanan menurun dibandingkan sebelumnya. Pasien sudah mengobati
matanya dengan obat yang diberikan puskesmas dan dokter di poli namun keluhan
tidak ada berubah. Pasien bekerja sebagai tukang ojek dan selalu memakai helm saat
bekerja tapi pasien mengaku suka lupa menurunkan pelindung wajah saat bekerja.
oftalmologikus didapatkan: Mata kanan: visus: 1/300, injeksi siliar (+), kripte iris tidak
jelas, sinekia posterior (+), pupil bulat, diameter 2 mm, refleks cahaya langsung dan
F. DIAGNOSIS
G. TERAPI
Non-Medikamentosa
Topical:
Sistemik:
Kortikosteroid: Prednisone
H. PROGNOSIS
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Uveitis anterior adalah peradangan mengenai iris dan jaringan badan siliar
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya uveitis anterior dibagi menjadi beberapa golongan antara lain:
autoimun, infeksi, keganasan, dan lain-lain. Penyebab autoimun terdiri dari: artritis
limfoma, melanoma maligna. Sedangkan yang lainnya berasal dari: iridopati, uveitis
C. KLASIFIKASI
Secara klinis (menurut cara timbul dan lama perjalanan penyakitnya) uveitis
anterior dibedakan menjadi uveitis anterior akut dan uveitis anterior kronis. Uveitis
anterior akut biasanya timbulnya mendadak dan perjalanan penyakitnya kurang dari 5
granulomatosa dan non granulomatosa. Tipe granulomatosa infiltratnya terdiri dari sel
epiteloid dan makrofag. Sedangkan tipe non granulomatosa infiltratnya terdiri dari sel
D. PATOFISIOLOGI
Peradangan traktus uvealis banyak penyebabnya dan dapat mengenai satu atau
ketiga bagian secara bersamaan. Bentuk uveitis paling sering terjadi adalah uveitis anterior
akut (iritis), umumnya unilateral dan ditandai dengan adanya riwayat sakit, fotopobia dan
oreng dewasa dan usia pertengahan. Pada kebanyakan kasus penyebabnya tidak diketahui.
Berdasarkan patologi dapat dibedakan dua jenis besar uveitis: yang non-granulomatosa
Uveitis non-granulomatosa terutama timbul di bagian anterior traktus ini, yaitu iris
dan korpus siliaris. Terdapat reaksi radang, dengan terlihatnya infiltrat sel-sel limfosit dan
sel plasma dengan jumlah cukup banyak dan sedikit mononuklear. Pada kasus berat dapat
Badan siliar berfungsi sebagai pembentuk cairan bilik mata (humor aqueus) yang
memberi makanan kepada lensa dan kornea. Dengan adanya peradangan di iris dan badan
siliar, maka timbullah hiperemi yang aktif, pembuluh darah melebar, pembentukan cairan
bertambah, sehingga dapat menyebabkan glaukoma sekunder. Selain oleh cairan bilik
mata, dinding pembuluh darah dapat juga dilalui oleh sel darah putih, sel darah merah, dan
eksudat yang akan mengakibatkan tekanan osmose cairan bilik mata bertambah dan dapat
mengakibatkan glaukoma. Cairan dengan lain-lainya ini, dari bilik mata belakang melalui
celah antar lensa iris, dan pupil ke kamera okuli anterior. Di kamera okuli anterior, oleh
karena iris banyak mengandung pembuluh darah, maka suhunya meningkat dan berat jenis
cairan berkurang, sehingga cairan akan bergerak ke atas. Di daerah kornea karena tidak
mengandung pembuluh darah, suhu menurun dan berat jenis cairan bertambah, sehingga di
sini cairan akan bergerak ke bawah. Sambil turun sel-sel radang dan fibrin dapat melekat
pada endotel kornea, membentuk keratik presipitat yang dari depan tampak sebagai
segitiga dengan endapan yang makin ke bawah semakin besar. Di sudut kamera okuli
anterior cairan melalui trabekula masuk ke dalam kanalis Schlemn untuk menuju ke
pembuluh darah episklera. Bila keluar masuknya cairan ini masih seimbang maka tekanan
mata akan berada pada batas normal 15-20 mmHg. Sel radang dan fibrin dapat pula
menyumbat sudut kamera okuli anterior, sehingga alirannya terhambat dan terjadilah
glaukoma sekunder. Galukoma juga bisa terjadi akibat trabekula yang meradang atau sakit.
Elemen darah dapat berkumpuk di kamera okuli anteror dan timbullah hifema (bila
banyak mengandung sel darah merah) dan hipopion (yang terkumpul banyak mengandung
sel darah putihnya). Elemen-elemen radang yang mengandung fibrin yang menempel pada
pupil dapat juga menagalami organisasi, sehingga melekatkan ujung iris pada lensa.
Perlekatan ini disebut sinekia posterior. Bila seluruh iris menempel pada lensa, disebut
seklusio pupil sehingga cairan yang dari kamera okuli posterior tidak dapat melalui pupil
untuk masuk ke kamera okuli anterior, iris terdorong ke depan, disebut iris bombe dan
menyebabkan sudut kamera okuli anterior menyempit, dan timbullah glaukoma sekunder.
Perlekatan-perlekatan iris pada lens menyebabkan bentuk pupil tidak teratur. Pupil dapat
pula diisi oleh sel-sel radang yang menyebabkan organisasi jaringan dan terjadi oklusi
pupil. Peradangan badan siliar dapat pula menyebabkan kekeruhan pada badan kaca, yang
tampak seperti kekeruhan karena debu. Dengan adanya peradangan ini maka metabolisme
pada lensa terganggu dan dapat mengakibatkan katarak. Pada kasus yang sudah lanjut,
kekeruhan badan kaca pun dapat mengakibtakan organisasi jaringan yang tampak sebagai
membrana yang terdiri dari jaringan ikat dengan neurovaskularisasi dari retina yang
disebut retinitis proloferans. Pada kasus yang lebih lanjut lagi dapat mengakibatkan ablasi
retina.
E. GEJALA KLINIS
1. Gejala Subyektif
Gejala subyektif uveitis anterior dapat berupa rasa nyeri, fotofobia ,
lakrimasi, dan mata kabur. Masing-masing gejala akan dijelaskan di bawah ini.
a) Nyeri
Nyeri disebabkan oleh iritasi saraf siliar bila melihat cahaya dan penekanan
saraf siliar bila melihat dekat. Sifat nyeri menetap atau hilang
timbul.Lokalisasi nyeri bola mata, daerah orbita dan kraniofasial. Nyeri ini
dan peradangan uvea serta ambang nyeri pada penderita, sehingga sulit
fotofobia.
c) Penglihatan kabur
Derajat kekaburan bervariasi mulai dari ringan sedang, berat, atau hilang
Disebabkan oleh kekeruhan lensa, badan kaca, dan kelainan kornea seperti
edema, lipatan Descemet, vesikel epitel dan keratopati. Edema kornea akibat
pannus kornea.
Gejala Obyektif
a) Hiperemi
ungu.
Merupakan tanda patognomonik dan gejala dini. Bila hebat hiperemi dapat
b) Perubahan kornea
Keratik presipitat
Terjadi karena pengendapan agregasi sel radang dalam bilik mata depan
pada endotel kornea akibat aliran konveksi akuwos humor, gaya berat dan
c) Kelainan kornea
tuberkulosis, sifilis, lepra, herpes simpleks, herpes zoster atau reaksi uvea
Descemet dan vesikel pada epitel kornea. Harus dibedakan dari keratitis
e) Efek tyndal
mata
eksaserbasi peradangan.
f) Sel
Sel radang berasal dari iris dan badan siliar. Pengamatan sel akan
terganggu bila efek Tyndall hebat. Pemeriksaan dilakukan dengan lampu celah
dalam ruangan gelap dengan celah 1 mm dan tinggi celah 3 mm dengan sudut
45. Dapat dibedakan sel yang terdapat dalam bilik mata depan. Jenis sel :
g) Fibrin
Dalam humor akuos berupa gelatin dengan sel, berbentuk benang atau
bercabang, wama kuning muda, jarang mengendap pada kornea. Terdapat pada
iridosiklitis akut dan berat karena eksudasi fibrin ke dalam bilik depan mata (iritis
plastik).
h) Hipopion
Merupakan pengendapan sel radang pada sudut bilik mata depan bawah.
Pengendapan terjadi bila derajat sel dalam bilik depan lebih dari 4+. Hipopion dapat
ditemui pada uveitis anterior hiperakut dengan sebutan sel lekosit berinti banyak,
disebabkan oleh iridoskisis, atrofi iris esensial, limfoma maligna, leukemi, sarkoma
i) Hiperemi iris
eksudasi pada stroma iris, keadaan ini dipermudah karena iris kaya dengan pembuluh
darah sehingga struktur iris normal hilang dan gambaran iris kusam coklat keabuan.
terlihat karma ditutupi oleh eksudasi sel. Gambaran hiperemi ini harus dibedakan
dari rubeosis iridis dengan gambaran hiperemi radial tanpa percabangan abnormal.
j) Miosis pupil
Pupil mengecil karena edema dan pembengkakan stroma iris karena iritasi
akibat peradangan langsung pada sfingter pupil. Reaksi pupil terhadap cahaya lambat
disertai nyeri.
k) Nodul iris
Nodul tidak sesuai karena pengendapan agregasi sel dalam stroma tidak
selalu menimbulkan kerusakan jaringan. Dibentuk oleh limfosit, sel plasma dan
jarang makrofag. Dapat ditemui pada iritis atau iridosiklitis kronik. Nodul iris tidak
l) Nodul Kocppe
warna putih keabuan. Proses lama nodul Kocppe mengalami pigmentasi baik pada
m) Nodul Busacca
Merupakan agregasi sel yang tcrjadi pada stroma iris nodul Koeppe, terlihat
scbagai benjolan putih pada permukaan depan iris. Juga dapat ditemui bentuk
kelompok dalam liang setelah mengalami organisasi dan hialinisasi. Nodul Busacca
n) Granuloma iris
lepra dan lain-lain. Ukuran lebih besar dari kelainan pada iris lain. Terdapat hanya
tunggal, tebal padat, menimbul, warna merah kabur, dengan vaskularisasi dan
menetap. Bila granuloma hilang akan meninggalkan parut karena proses hialinisasi
anterior karena eksudasi fibrin dan pigmen, kemudian mengalami proses organisasi
Sinekia posterior
berbentuk benang atau dengan dasar luas dan tebal. Bila luas akan menutupi
memblokade pupil (iris bombe). Kelainan ini dapat dijumpai pada uveitis
subakut, dengan fibrin cukup banyak. Ditemui juga pada bentuk residif bila
Sinekia anterior
mata.
p) Oklusi pupil
Ditandai dengan adanya blok pupil oleh seklusi dengan membran radang
Eksudasi protein dalam bilik depan mata disertai tarikan hebat dacrah pupil.
q) Atrofi iris
Terlihat derajat tertentu dari bendungan dan hiperemi stroma, sehingga iris
bintik atau sektoral. Atrofi iris sektoral terdapat pada iridosiklitis akut
mata dan insufisiensi vaskular. Kista iris melibatkan stroma yang dilapisi epitel
seperti pada epitel kornea.Pada beberapa keadaan, epitel yang melapisi kista
keratinisasi sehingga lesi diisi oleh bahan keratin, yang terlihat seperti mutiara.
pada kapsul lensa. Pada pemeriksaan lampu celah ditemui kekeruhan kecil
permukaan lensa.
Pengendapan pigmen
Bila terdapat kelompok pigmen yang besar pada permukaan kapsul depan
Kekeruhan badan kaca timbul karena pengelompokan sel, eksudat fibrin dan
sisa kolagen, di depan atau belakang, difus, berbentuk debu, benang, menetap atau
bergerak. Agregasi terutama oleh sel limfosit, plasma dan makrofag. Iridosiklitis
dapat dibedakan dari iritis dengan ditemui sel dan kekeruhan di ruang belakang lensa
Pada kasus uveitis anterior residif dan kronik tidak terkontrol, akan
mengalami regresi dan pemecahan jaringan kolagen, pencairan dan retraksi, sehingga
mengakibatkan lepas badan kaca. Efek Tyndall dan set dalam ruang belakang badan
kaca akibat masuknya eksudasi radang melalui hialod belakang yang rusak. Badan
bersama set radang dan membentuk eksudat berupa salju, tipikal pada uveitis
Pada uveitis anterior tidak begitu berat, terjadi perubahan bagian depan
badan kaca, tetapi dapat meluas ke seluruh badan kaca dan setelah mengalami proses
Tekanan bola mata pada uveitis anterior dapat rendah (hipotoni), normal
Non-granulomatosa Granulomatosa
Pupil Kecil dan tidak teratur Kecil dan tidak teratur (bervariasi)
difus
F. DIAGNOSIS
Uveitis sering berhubungan dengan penyakit sistemik lainnya. Oleh sebab itu ada
baiknya dilakukan anamnesis yang komprehensif serta pemeriksaan fisik yang menyeluruh
pada setiap pasien dengan inflamasi intraokuler. Pemeriksaan yang menyeluruh tersebut
dapat membantu dalam penentuan diagnosis yang tepat sehingga faktor penyebab dapat
gerakan bola mata, periksa setiap jaringan bolat mata dengan slit lamp,
Konjungtivitis: penglihatan tidak kabur, respon pupil normal, ada tahi mata dan
Keratitis atau keratokunjungtivitis: penglihatan dapat kabur dan ada rasa sakit dan
fotofobia. Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simpleks dan herpes zooster dapat
H. PENATALAKSANAAN
diberikan pada siang hari dalam bentuk tetes dan malam hari dalam bentuk salep.
menghambat neurotransmiter pada reseptor sfingter iris dan korpus silier. Pada pengobatan
2. Mencegah adesi iris ke kapsula lensa anterior (sinekia posterior), yang dapat
I. PROGNOSIS
beberapa hari sampai minggu dan sering kambuh. Uveitis granulomatosa berlangsung
berbulan-bulan sampai tahunan, kadang-kadang dengan remisi dan eksaserbasi, dan dapat