Anda di halaman 1dari 5

GANGUAN SAURAN PERNAPASAN BAWAH

Gangguan saluran pernapasan bawah merupakan kondisi yang menghambat pambuluh


trakeobronkialdalam melakukan pertukaran gas di dalam paru-paru. Gangguan saluran
pernapasan bawah juga penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Gangguan yang termasuk
dalam golongan ini antaralain bronkitis kronis, bronkiektasis, amfisema, dan asma.
PPOK mengakibatkan penurunan kadar oksigen dalam tubuh hingga tingkat di bewah
normal, kondisi ini di sebut oksigen sulit untuk masuk sistem pernapasan hingga mencapai paru-
paru. Pada beberapa kasus, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru.
Pada saat bronkiolus menyempit terjadi obstruksi jalan pernapasan, yang di sebut
bronkospesme. Kondisi demikian menyebabkan peningkatan sekresi lendir yang selanjutnya
mengakibatkan penderita mengalami dispnea, yaitu kesulitan bernapas.
Pembahasan ini akan menguraikan beberapa gangguan yang tergolong dalam gangguan
pernapasan bawah, seperti tuberuulosis (TBC), penumonia, bronkiektatis, bronkitis kronis,
emfisema, dan asma.
1. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkolosis merupakan gangguan yang di tandai dengan batuk-batuk seperti
flu. Penyebab tuberkulosis adalah bakteri mycobakterium tuberculosis, yang tahan
terhadap ondisi asama.
Penyakit tuberkulosis dapat di tularka penderita ke orang lain disekitarnya
melalui kontakceiran tubuh, seperti tetesan air batuk. Bakteri selanjutnya terhirup
pada alveolus orang lain. Basil bakteri dapat beredar dari peru-paru keorgan tubuh
lain melaui sistem peredaran darahdan limfatik. Apabila keadaan tubuh individu
tersebut dalam keadan baik , fagosit bertindak dengan menghentikan jumlah basil.
Sebaliknya, apabila kondisi individu tersebut kurang baik, basil dapat beredar dan
memperbanyak jumlahnya ke seluruh tubuh.
Gejala tuberkulosis antara lain anoreksi, batuk terus menerus dalam jangka
waktu lama, memproduksi dahak, demam, keringat pada malam hari, penurunan berat
badan yang signifikan, serta tes BTA dalam dahak positif.
Tuberkulosis merupakan salah satu masalah terbesar di dunia. Tuberkulosis
sering kali menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti
penderita AIDS dan orang yang mengalami penurunan sistem imun lainnya.
2. Pneumonia
Peumonia merupakan infeksi yang di sebebkan oleh mikroorganisme seperti
virus, bakteri, atau jamur pada paru-paru. Gejala pneumonia antara lain demam,
menggigil, batuk, napas cepat, napas berbunyi, sesak, muntah, nyeri dada dan paru,
dan nafsu makan menurun. Pneumonia yang serius mengakibatkan tanda-tanda
hipoksia, yaitu penurunan kadar oksigen hingga kadar sangat rendah serta sianosis,
yaitu warna kebiruan pada mulut dan kuku.
Pengobatan pneumonia dibedakan berdasarkan penyebabnya, pneumonia
disebabkan oleh bakteri diobati dengan antibiotik, sedangkan pneumonia yang di
sebabkan oleh jamur diobati dengan antimikroba. Pneumonia yang di sebabkan oleh
virus diobati dengan bronkodilator, antipiretik, analgesik (ibuproven dll),
ekspektoran dan mukolitik untuk meringankan gejala batuk, dan supresan untuk
membantu pasien nyaman tidur. Pneumonia yang disebabkan oleh virus juga
diterapkan pada pneumonia yang disebabkan bakteri.
3. Bronkitis kronis
Bronkitis kronis meruakan kondisi peradangan pada bronkus dalam jangka
waktu relatif lama. Bronkitis kronis dapat disebebkan oleh aktifitas merokok,
termasuk perokok pasif dan polusi udara. Kondisi ini dapat di perparah oleh infeksi
dan alergi. Pada kasus bronkitis kronis seorang indifidu dapat memproduksi lendir
yang berlebihan hingga mengiritasibronkus, untuk selanjutnya menyebabkan batuk
erdahak. Kelebihan lebdir tersebut mengakibatkan penyumbatan pada jalur
pernapasan, sehingga menyebabkan penurunan gas CO2 dalam darah (hiperkapnia)
dan penurunan kadar oksigen dalam tubuh (hipoksemia)
4. Bronkeaktasis
Bronkeaktasis merupakan gangguan yang dikarakterisasi dengan dilatasi
abnormal yang disertai rusaknya dindingbronkus. Pada diding bronkus tersebut
biasanya ditemukan perubahan, seperti inflamasi transmural, pembengkakan (edema)
mukosa, ulserasi dengan neovaskularisasi, dan timbulnya obstruksi berulang yang
disebabkan oleh infeksi sehingga terjadi perubahan kondisi dinding bronkus serta
fungsinya. Bronkeaktasis sering kali di sebabkan oleh infeksi, kegagalan pengeluaran
cairan, obstruksi saluran napas, atau gangguan mekanisme imunitas.
5. Emvisema
Emvisema merupakan kelainan anatomis paru yang di tandai oleh pelebaran
rongga udara distal bronkiolus terminal, desertai kerusakan diding alveoli. Kondisi
ini mengakibatkan udara menjadi terperangkap hingga pertukaran oksigen dan karbon
dioksida tidak dapat berjalan dengan baik.
Pentyebab emfisema antara lain merokok, paparan zat kontaminasi dari
lingkungan yang masuk kedalam paru-paru atau kekurangan protein alfa1-antitripsin.
Akibat darifaktor tersebut, paru-paru menjadi mengandung bakteri yang melepaskan
enzim proteolitik yang dapat merusak alveolus. protein alfa1-antitripsinyang
mencukupi dapat mencegah kerusakan alveolus yang disebabkan enzim proteolitik.
Emfisema terjadi ketika asap rokok atau zat kontaminan masuk kedalam
pernapasan dan menyumbat jantungbronkiolus. Hal ini mengakbatkan jaringan
alveolus kehilangan serat sehingga tidak elastis lagi dan tidak dapat kembali kebentuk
semula setelah mengembang setelah inspirasi. Alveolus membengkak karna banyak
dindingnya yangrusa. Udara terperangkap dalam alveoli yang mengalami pelebaran,
yang menyebabkan pertukaran oksigen dan karbon dioksida tidak berjalan dengan
baik.
6. Asma
Asma merupakan penyakit saluran pernapasan reaktif (reactive airway
diseasa/RAD) yang merupakan akibatdari proses paru-paru merespon faktor
ekstrinsin atau intrinsik yang merangsang respon bronkokonstriktif. Selanjutnya
kondisi bronkospasme akan terjadi ang menyebabkan pasien mengi dan kesulitan
bernapas.
Asma disebabkan oleh alergi. Alergi dapat ditimbulkan oleh berbagai
bermacam faktor seperti debu, kelembapan, stres, asap, perubahan suhu, terhadap
obat tertentu seperti aspirin dan ibuprifen, serta berbagai faktor lainnya. Alergi
menyebabkan alergen menempel pada sel mast dan basofil dalam jaringan ikat yang
menyebabkan terjadinya reaksi antigen-antibodi. Sel mast merangsang pelepasan
mediator kimia. Mediator kimia tersebut selanjutnya mengakibatkan penempitan
saluran pernapasan, peningkatan reaksi mukosa, rangsangan respon inflamasi, dan
penyumbatan pada paru-paru. Zat yang berperan sebagaimediator kimia, antara lain
histamin, sitokin, serotinin, ECF-A, dan leukotrien.

Dalam mengenai berbagai gangguan dan penyakit diatas diperlukan obat


untuk meningkatkan atau mengobati gejala-gejala yang ditunjukan. Pembahasan
selanjutnya merupakan urayan obat yang digunakan untuk terapi gangguan pada
saluran pernapasan bawah.
D. OBAT UNTUK GANGGUAN SALURAN PERNAPASAN BAWAH
1. Bronkodilator
Bronkodilator merupakan obat untuk berbagai gangguan pulmonari kronis.
Bronkodilator agonis beta-2 serangan pendek (SABA) digunakan untuk meringankan
bronkospasma yang berkaitan denan pernapasan, seperti asma bronkial, bronkitis
kronis, dan emfisema. Gangguan tersebut mengakibatkan penurunan kapasitas
inspirasi dan ekspirasi paru-paru.
Contoh bronkilator agonis β2 mencakup albutarol, apinfrin, salmeterol, dan
terbutalin. Bronkodilator biasanya diberikan bersama denagn beberapa obat, sehingga
efektif dalam meringankan gejala asma.
Brokodilator dibedakan menjadi 2, yaitu bronkodilator adrenargis, dan
bronkodilator turunan xantin.
a. Bronkodilator adrenargis
Dalam sistem pernapasan dikenal istilah bronkokonstriksi
dan bronkodilatasi. Bronkokontriksi terjadi ketika respon (α)-
adrenargis dalam paru-paru terstimulasi, sebaliknya bronkodilatasi
terjadi ketika respon (β)-adrenargis terstimulasi. Beberapa teori
mengatakan baha gangguan asma terjadi karna kekurangan
stimulasi respon (β)-adrenargis
Ketika bronkospasma terjadi, terjadi penurunan lumen atau
diameter dalam bronkus yang selanjutnya menurukan jumlah udara
yang masuk kedalam paru-paru. Penurunan tersebut
mengakibatkan tekanan pada sistem pernapasan. Obat
bronkodilator berfungsi untuk membuka bronkus dan merelaksasi
otot halus, shingga memungkinkan masuknya udara keparu-paru,
yang lebh lanjut mengurangi atau menghilangkan tekanan pada
sistem pernapasan.
b. Bronkodilator turunan xantin
beberapa obat turunan xantin antara lain teofilin dan
aminofilin. Turunan xantin merupakan obat yang menstimulasi
sistem syaraf pusat untuk mendorong bronkodilatasi turunan
xantin mengakibatkan reaksi langsung pada otot halus bronkus.
Turunan xantin digunakan untukmaringankan dan
mencegah asma bronkial serta mengobatan bronkospasma yang
berkaitan dengan bronkitis kronis dan emfisema.
2. Obat asma
Obat asma dibedakan menjadi dua, yaitu pengobatan konstrol jangka panjang dan
pengobatan meringankangejala asma dengan cepat. Terapi untuk meringankan gejala
asma dengan cepat dan dapat menggunakan obat bronkodilator. Obat antiasmadigunakan
sehari hari untuk pengobtan kontrol asma yang persiapan dapat dicapai. Obat antiasa
menunjukan aksi yang efektif yang menurunkan inflamasi asma.
Obat antiasma dapat dibdakan menjadi berapa jenis sebagai berikut
a. Kortikosteroid yang di hirup
kortikosteroid yang dihirup merupakan pengobatan kontrol yang panjangcukup
efektif pada semua tahapan perawatan asma yang persisten. Kortikosteroid dapat
dapat dikombinasi dengan obat agonis beta-2 jangka panjang agar mengakibatkan
efek yang baik.
Kortikosteroid yang dihirup digunakan untukpengobatan inflamasi yang berkaitan
dengan asma kronis. Ia diberikan dengan inhalasi. Obat ini bekerja sebagai
antiinflamasi dengan mengurangi respon hiperresponsivitas jalur pernapasan,
menurunkan sel mest dalam jalur peraasan, menghambat reaksi terhadap alergi, dan
meningkatkan sensitivitas reseptor β2 hingga meningkatkan efektivitas reseptor β2.
Contoh kortikostiroid yang dihirup antara lain beklometason, flunisolida, dan
triomkinolon.
b. Penstabil sel mast
Penstabil mast digunakan untuk menstabilkan mebran sel mast, kemungkinan
denagn mencegah ion kalsium masuk kedalam sel mast sehingga mencegah pelepasan
mediator inflamasi seperti histamin leukotrien.
Penstabil sel mast diindikasikan untuk mencegah bronkospasma dan serangan
asma bronkial, yang diberikan melalui aerosol inhalasi. Namun demikian aksi spesifik
dari penstabil sel mast belum diketahui.
Contoh obat pnstabil sel mast antara lain cromolin (intal) dan nedokromil
(tilade).
c. Pemodifikasi leukotriana dan imonomodulator
Serangan asma sering kali dipicu oleh alergi dan kegiatan fisik yang
berlebihan. Leukotriena merupakan zat inflamatori yang merupakan salah satu zat
yang dilepaskan oleh sel mast selama seangan asma. Leukotriena dianggap sebagai
penyebab brokokonstriksi. Dengan demikian apabila produksi leukotriena dihambat
bronko dilatasi dapat berjalan dengan baik.
Antagonis reseptor leukotriena mencakup zieluton, montelukast, dan
zafirlikast. Zileuton merupakan suatu indikator yang bekerja menurunkan
pembentukan bekerja dengan menurunkan oembentukan leukotriena. Montelikest dan
zafirlukest juga menurunkan pembentukan leukotriena namun dengan cara yang
sedikit berbeda dengan zileuton. Keduanya menginhibidi situs reseptor leukotriena
dalam saluran pernapasan, shingga mencegah edema pada saluran pernapasan dan
memudahkan terjadonya bronkodilatasi. Selain obat-obatan yang diatas, juga terdapat
omalizumab yang bekefja dengan memodulasi respon imun dengan cara mencegah
ikatan imunoglobulin dan reseptor pada besofil dan sel mast sehingga membatasi
reaksi alegi.

Anda mungkin juga menyukai