PENDAHULUAN
Esensi dari Penggunaan Barang Milik Negara (BMN) berupa tanah dan/atau
menyelenggarakan tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan, BMN tersebut wajib
Tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan dalam menyelenggarakan tugas dan
fungsi Kementerian/Lembaga (selanjutnya disebut BMN idle) dan telah diserahkan kepada
negara.
Dilihat dari realitas saat ini, pengelolaan BMN masih belum sepenuhnya mencapai
strategic objective yang telah ditetapkan. Meskipun demikian, penertiban BMN yang
dilakukan mulai tahun 2007 merupakan lompatan besar menuju tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance), khususnya dalam pengelolaan aset negara. Satu hal yang
menjadi perhatian Pemerintah adalah cukup banyak BMN berupa tanah dan/atau bangunan
yang tidak digunakan oleh Kementerian/Lembaga (K/L) dan dibiarkan terbengkalai dalam
tersebut juga menyedot anggaran yang tidak sedikit, baik pada saat pengadaan aset, maupun
Pajak (KPP) dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB). Hal tersebut
membuat beberapa bangunan KP PBB hanya digunakan untuk gudang, sehingga kurang
memberikan nilai tambah terhadap BMN tersebut. Permasalahan BMN Idle seperti contoh
dimaksud hampir terjadi di seluruh K/L sehingga dapat mengakibatkan potential loss yang
cukup besar.
Dalam kondisi ideal, seharusnya sudah tidak ada lagi BMN yang idle atau dibiarkan
terbengkalai, atau setidaknya, jika terdapat BMN yang idle, jumlahnya sedikit dan
menyerahkan BMN idle dalam waktu yang sudah ditetapkan. Sanski tersebut antara lain
adalah pembekuan dana pemeliharaan atas BMN Idle dimakssud serta penundaan
diajukan oleh Pengguna Barang. Penerapan sanksi pembekuan dana pemeliharaan perlu
mempertimbangkan potensi bila BMN Idle tersebut rusak atau digunakan oleh pihak lain
B. Permasalahan
Cakupan permasalahan yang secara mendalam akan dibahas dan dianalisis dalam
- Menganalisis dan mengetahui landasan dan asas hukum yang menjadi faktor
Keuangan terkait BMN idle, pengawasan dan pengendalian BMN beserta sanksi
kepada Negara
2. Aspek Terapan
D. Keaslian/Orisinalitas Penelitian
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis/Penelitian/Disertasi ini asli dan
gagasan, rumusan dan penelitian yang saya buat sendiri tanpa adanya bantuan dari
pihak lain.
E. Kerangka Teori/Konsep
Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan lainnya yang sah meliputi:
d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
dan pengendalian.
tersebut adalah azas fungsional, yakni bahwa Pengelola, maupun Pengguna / Kuasa
Pengguna melaksanakan kewenangan dan tanggung jawabnya sesuai fungsi yang telah
ditentukan pada peraturan perundangan yang berlaku. Sesuai PP nomor 27 tahun 2014
negara;
4) mengajukan usul pemindahtanganan barang milik negara berupa tanah dan bangunan
5) memberikan keutusan atas usul pemindahtanganan barang milik negara berupa tanah dan
bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPR sepanjang dalam batas kewenangan
Menteri Keuangan;
negara berupa tanah dan bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPR dalam
10)memberikan keputusan atas usul pemanfaatan barang milik negara selain tanah dan
bangunan;
11)melakukan koordinasi dalam plaksanaan inventarisasi barang milik negara serta
Prinsip dasar penggunaan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan
tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan dalam menyelenggaraan tugas dan fungsi
instansi yang bersangkutan, wajib diserahkan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Tanah dan atau bangunan yang tidak digunakan dalam menyelanggarakan tugas
dan fungsi Kementerian/Lembaga (selanjutnya disebut BMN idle) dan telah diserahkan
pemerintahan negara.
Satuan Kerja yang masih menyewa ruang kerja kepada pihak ketiga namun terdapat juga
Satuan Kerja yang memiliki tanah dan/atau bangunan yang berlebih dan tidak digunakan.
Untuk hal semacam ini, Pengelola Barang harus menempatkan posisinya untuk
mengalokasikan BMN idle kepada K/L yang membutuhkan dan meminta BMN yang tidak
Kriteria BMN idle adalah BMN yang sedang tidak digunakan dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga; atau BMN yang digunakan tetapi
tidak sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga. Dalam hal K/L telah
tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi K/L tersebut maka tidak termasuk
sebagai BMN idle. Perencanaan penggunaan tersebut telah ada sebelum berakhirnya tahun
ketiga terhitung sejak BMN terindikasi sebagai BMN idle. Sedangkan perencanaan
pemanfaatan tersebut telah ada sebelum berakhirnya tahun kedua terhitung sejak BMN
tidak digunakan pada saat ini adalah BMN idle, terdapat kemungkinan bahwa Pengguna
Barang telah memiliki rencana penggunaan sebagaimana diungkap dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian /Lembaga
(RKAKL) atau Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKBMN). Demikian pula jika
Pengguna Barang menyatakan telah memiliki rencana untuk memanfaatkan BMN tersebut,
dibuktikan dengan adanya surat menyurat dengan calon mitra maupun usulan kepada
Pengelola Barang atau tercantum dalam Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara.
Prosedur penetapan BMN idle dimulai dari adanya informasi indikasi BMN idle.
Sesuai ketentuan tersebut, Pengelola Barang harus menindaklanjuti atas informasi terkait
indikasi BMN idle yang diterimanya. Pengelola Barang memproses dengan melakukan
Berdasarkan hasil penelitian, dilakukan penetapan BMN sebagai BMN idle dan serah
terima BMN antara Pengguna Barang dengan Pengelola Barang. Dalam hal hasil penelitian
menyimpulkan bahwa BMN tersebut bukan dikategorikan sebagai BMN idle maka harus
yang telah diserahterimakan dari Pengguna Barang. Biaya untuk melakukan pengamanan
administrasi, pengamanan fisik, pengamanan hukum dan pemeliharaan BMN idle berasal
dari APBN. Dalam rangka pengamanan, Pengelola Barang dalam lima tahun sekali
Pada prinsipnya Pengelola Barang harus mengelola BMN idle yang telah
diserahkan oleh Pengguna Barang dengan merujuk kepada PMK Nomor 96/PMK.06/2007
penyelanggaraan tugas dan fungsinya dapat mengajukan kepada Pengelola Barang. Alokasi
BMN idle kepada Pengguna Barang yang membutuhkan merupakan kegiatan Pengelola
Barang dalam penelitian pengajuan Rencana Kebutuhan BMN yang diajukan oleh
Pengguna Barang sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 226/PMK.06/2011 tentang
idle dalam waktu yang sudah ditetapkan. Sanksi tersebut diantaranya adalah pembekuan
dana pemeliharaan atas BMN idle dimaksud serta penundaan penyelesaian atas usulan
BMN idle tersebut, rusak atau digunakan oleh pihak lain karena tidak adanya
pengelolaan BMN perlu mempertimbangkan adanya gugatan dari Pihak lain yang merasa
dirugikan.
BMN idle nya kepada Pengelola. Selain itu peraturan ini tidak akan efektif menjaring BMN
idle tanpa didukung pengaturan mengenai pengawasan dan pengendalian BMN yang benar-
benar mengikat dan memiliki sanksi bagi K/L yang tidak melaksanakannya.
politicon, artinya manusia merupakan makhluk yang hidup bermasyarakat. Sejak lahir
hingga meninggal, manusia hidup ditengah-tengah masyarakat dan melakukan hubungan
dengan manusia yang lain. Hubungan antara seseorang dengan orang-orang lain mungkin
bermasyarakat antara manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Kebutuhan
dapat sama dengan satu yang lainnya, atau bahkan dapat bertentangan/berlawanan.
di dalam masyarakat, untuk mengatasinya diadakan ketentuan yang mengatur yaitu tata
yang merupakan hukum yang berkembang bersama-sama masyarakat atau dengan lain
Menurut Utrecht sebagaimana yang dikutip oleh Soeroso dalam bukunya yang
berjudul Pengantar Ilmu Hukum, mengatakan bahwa ilmu hukum merupakan himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah) dan larangan-larangan yang mengatur tata tertib dalam
sesuatu masyarakat dan seharusnyalah ditaati oleh anggota masyarakat itu. Oleh karena itu,
pelanggaran petunjuk tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah terhadap
masyarakat itu.
bertujuan agar menimbulkan tata kedamaian atau keadilan. Pelaksanaan peraturan hukum
itu dapat dipaksakan artinya bahwa hukum mempunyai sanksi, berupa ancaman dengan
dengan sanksi. Hal ini dapat dipahami karena pada dasarnya hukum itu memiliki sifat
mengatur dan memaksa. Didalam sifat hukum yang mengatur, terdapat larangan-
Sanksi hukum ini bersifat memaksa, hal ini berarti bahwa tertib itu akan bereaksi
dari adanya pelanggaran tersebut. Dengan cara memaksa, maka suatu penderitaan
menghendakinya.
measure that results from failure to comply with a law, rule, or order (a sanction for
discovery abuse)” atau sebuah hukuman atau tindakan memaksa yang dihasilkan dari
tanggungan (tindakan atau hukuman) untuk memaksa orang menepati perjanjian atau
1
Samsul Ramli dan Fahrurrazi, 2014, Bacaan Wajib Swakelola Pengadaan Barang/Jasa, Visimedia Pustaka,
Jakarta, h. 191
Berbagai tipe ideal dapat dirumuskan atas dasar cara-cara perilaku manusia
tertentu apabila perintah itu ditaati atau dilanggar. Suatu tertib sosial dapat pula
Menurut Hans Kelsen, sanksi didefinisikan sebagai reaksi koersif masyarakat atas
tingkah laku manusia (fakta sosial) yang mengganggu masyarakat. Setiap sistem norma
dalam pandangan Hans Kelsen selalu bersandar pada sanksi. Esensi dari hukum adalah
organisasi dari kekuatan, dan hukum bersandar pada sistem paksaan yang dirancang untuk
menjaga tingkah laku sosial tertentu. Dalam kondisi-kondisi tertentu digunakan kekuatan
untuk menjaga hukum dan ada sebuah organ dari komunitas yang melaksanakan hal
tersebut. Setiap norma dapat dikatakan “legal” apabila dilekati sanksi, walaupun norma itu
a. Sanksi Pidana
Sanksi pidana merupakan sanksi yang bersifat lebih tajam jika dibandingkan dengan
pemberlakuan sanksi pada hukum perdata maupun dalam hukum administrasi. Pendekatan
2
Antonius Cahyadi dan E. Fernando M. Manullang, 2007, Pengantar Ke Filsafat Hukum, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, h. 84.
yang dibangun adalah sebagai salah satu upaya untuk mencegah dan mengatasi kejahatan
Roeslan Saleh, sebagaimana yang dikutip oleh Samsul Ramli dan Fahrurrazi,
mengemukakan pendapat bahwa pidana adalah reaksi atas delik dan ini berwujud suatu
nestapa yang dengan sengaja ditimpakan negara pada pembuat delik (perbuatan yang dapat
pidana menentukan sanksi terhadap pelanggaran peraturan larangan. Sanksi itu dalam
b. Sanksi Perdata
Hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti
kegiatan usaha, dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya. Bentuk sanksi hukum
perdata dapat berupa kewajiban untuk memenuhi prestasi (kewajiban) dan atau hilangnya
suatu keadaan hukum, diikuti dengan terciptanya suatu keadaan hukum baru. Bentuk
1. Putusan Constitutif yakni putusan yang menghilangkan suatu keadaan hukum dan
3
Samsul Ramli dan Fahrurrazi, op. cit., h. 192.
2. Putusan Condemnatoir yakni putusan yang bersifat menghukum pihak yang dikalahkan
untuk memenuhi kewajibannya, contohnya adalah putusan hukum untuk wajib membayar
3. Putusan Declaratoir yakni putusan yang amarnya menciptakan suatu keadaan yang sah
contohnya adalah putusan sengketa tanah atas penggugat atas kepemilikan yang sah.
c. Sanksi Administratif
untuk menjalankan fungsinya dan melindungi warga terhadap sikap administrasi negara,
serta melindungi administrasi negara itu sendiri. Peran pemerintah yang dilakukan oleh
perlengkapan negara atau administrasi negara harus diberi landasan hukum yang mengatur
Sanksi dalam Hukum Administrasi yaitu “alat kekekuasaan yang bersifat hukum publik
yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas ketidakpatuhan terhadap
kewajiban yang terdapat dalam norma Hukum Administrasi Negara.” Berdasarkan definisi
ini tampak ada empat unsur sanksi dalam hukum administrasi Negara, yaitu alat kekuasaan
4
Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, PT. RajaGrafindo, Jakarta, h. 315
d. Sanksi Pidana Administratif
Bidang hukum administratif dikatakan sangat luas karena hukum administratif menurut
Black Law Dictionary sebagaimana dikutip oleh Barda Nawawi Arief dalam bukunya
seperangkat hukum yang diciptakan oleh lembaga administrasi dalam bentuk undang-
Bertolak dari pengertian diatas, maka hukum pidana administrasi dapat dikatakan sebagai
1. Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan lainnya yang sah meliputi:
2. Dalam perlakuan akuntansi, PP.24 tahun 2005 membagi BMN menjadi aset lancar, aset
tak berwujud, aset lainnya, dan aset bersejarah.
a. Dikategorikan sebagai aset lancar apabila BMN tersebut diadakan dengan tujuan
segera dipakai atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal perolehan. BMN yang memenuhi kriteria ini diperlakukan sebagai Persediaan.
b. Dikategorikan sebagai aset tetap apabila BMN mempunyai masa manfaat lebih dari
12 (duabelas) bulan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal Kuasa
Pengguna Barang, dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Termasuk dalam kategori aset tetap adalah: Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan
5. Pengelola barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan
negara.
7. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara yang tidak dipergunkan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi kementrian/lembaga dalam bentuk sewa, pinjam pakai,
kerjasama pemanfaatan, dan bangun serah guna/bangun guna serah dengan tidak
8. Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara oleh pihak lain
dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak
F. Metode Penelitian
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini mengenai Tinjauan Yuridis Terkait Pengelolaan BMN Idle
atau BMN yang tidak digunakan untuk melaksanakan tugas dan fungsi oleh
Kementerian Lembaga.
Dalam penelitian hukum normatif data dan sumber data yang digunakan adalah
data sekunder yang berasal dari bahan hukum primer yaitu peraturan perundang-
serta berasal dari bahan hukum skunder diantaranya adalah buku-buku literatur
Data yang disampaikan oleh penulis disini merupakan analisis dengan cara
G. Sistematika Penulisan
pokok, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, konsep operasional dan
Yang menjadi objek penelitian ini adalah Barang Milik Negara (BMN) berupa tanah
Palembang dimana didaerah ini masih terdapat satker yang menelantarkan tanah
dan/atau bangunan.
Adapun rencana kegiatan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Pengelolaan Kekayaan Negara (PKN) Kanwil DJKN Sumsel, Jambi dan Babel
Tanah dan/atau bangunan mana yang tidak digunakan untuk tugas dan fungsinya
(idle)
Hukum dan Humas DJKN tentang sanksi yang tepat untuk selanjutnya
A. Buku-Buku
Jakarta, 2002
Doli D Siregar, Harta Kekayaan Negara, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002
2007
2009.
California, 1992.
C. Peraturan Perundang-Undangan