Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN RESIKO KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI

Novita Sari1), Endang Mulyani2), Safarudin M.Nuh2)

Abstrak
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor yang paling penting dalam
pencapaian suatu tujuan proyek. Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum
masih sering terabaikan. Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang
memiliki resiko kecelakaan kerja. Sering terjadinya kecelakaan kerja pada proyek konstruksi
diakibatkan kurang diperhatikannya Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3).
Pada penelitian dalam Tugas akhir ini akan diteliti mengenai manajemen resiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek konstruksi terutama konstruksi gedung. Hal
pertama yang dilakukan yaitu mengidentifikasi resiko K3 apa saja yang mungkin terjadi pada
pekerjaan konstruksi gedung. Setelah didapat resiko – resiko yang mungkin terjadi , dilakukan
analisa resiko. Analisa resiko tersebut untuk mengetahui resiko K3 yang paling sering terjadi pada
pekerjaan konstruksi gedung berdasarkan pendapat orang – orang yang bekerja pada pekerjaan
konstruksi gedung melalui penyebaran kuisioner di lapangan. Besarnya resiko K3 nantinya akan
dianalisa dengan menggunakan metode Fine. Selanjutnya akan dilakukan evaluasi resiko dan
terakhir yang dilakukan yaitu memberikan pengendalian resiko.
Pada penelitian ini diperoleh resiko tertinggi yaitu resiko terjatuh dari ketinggian pada
pekerjaan instalasi formwork (bekisting) sebesar 232,18. Dari Nilai resiko tersebut, resiko terjatuh
dari ketinggian termasuk ke dalam level resiko Priority 1 yaitu perlu dilakukan penanganan
secepatnya. Penanganan yang dilakukan yaitu dengan memberikan pengendalian resiko berupa
penerapan K3 dilapangan meliputi penggunaan APD, rambu – rambu peringatan dan standarisasi
pengaman pada saat bekerja di ketinggian.

Kata Kunci : manajemen resiko, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), kecelakaan kerja

1. Alumni Prodi Teknik Sipil FT Untan


2. Dosen Prodi Teknik Sipil FT Untan
1. PENDAHULUAN diakibatkan kurang diperhatikannya K3,
sehingga perlu diadakan analisis
1.1 Latar Belakang
mengenai K3 pada proyek konstruksi
Kecelakaan kerja di Indonesia untuk mengetahui bagaimana penerapan
cenderung meningkat dari tahun ke K3 pada proyek konstruksi.
tahun. Hal itu terbukti dengan masih
banyaknya kecelakaan kerja. Tahun Adanya kemungkinan kecelakaan yang
2013 tercatat setiap hari sembilan orang terjadi pada proyek konstruksi akan
meninggal akibat kecelakaan kerja. menjadi salah satu penyebab
Jumlah itu meningkat 50% dibanding terganggunya atau terhentinya aktivitas
tahun sebelumnya yang hanya mencatat pekerjaan proyek. Oleh karena itu, pada
enam orang meninggal akibat saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi
kecelakaan kerja. Direktur Pembinaan diwajibkan untuk menerapkan sistem
Norma Kecelakaan Kerja, Kementrian manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kerja (K3) di lokasi kerja dimana
Amri,AK kepada wartawan mengatakan, masalah keselamatan dan kesehatan
tingginya kecelakaan kerja itu kerja ini juga merupakan bagian dari
disebabkan empat hal. Pertama, perencanaan dan pengendalian proyek.
penerapan Keselamatan dan Kesehatan
1.2 Rumusan Masalah
Kerja (K3) di perusahaan dan
masyarakat rendah. Kedua, penerapan Berbagai bahaya Keselamatan dan
pemeriksaan uji K3 juga rendah. Ketiga, Kesehatan Kerja (K3) yang berada di
kualitas dan kuantitas pegawai tempat kerja yang berpotensi
pengawas baik pengawas menimbulkan berbagai macam resiko.
ketenagakerjaan maupun pengawas K3
1.3 Tujuan Penelitian
rendah dan keempat tugas dan fungsi
pegawai pengawas sejak otonomi daerah Tujuan dari penelitian ini adalah:
tidak maksimal, khususnya dalam 1. Untuk mengidentifikasi resiko K3
mengawasi K3. Sementara menurut data pada pekerjaan konstruksi.
International Labor Organization (ILO), 2. Untuk menganalisis resiko K3 yang
di Indonesia rata- rata pertahun terdapat terjadi pada pekerjaan konstruksi.
99.000 kasus kecelakaan kerja. Dari 3. Untuk mengevaluasi resiko K3 yang
total jumlah itu, sekitar 70 persen terjadi pada pekerjaan konstruksi.
berakibat fatal yaitu kematian dan cacat 4. Untuk memberikan pengendalian
seumur hidup. (www.possore.com, terhadap resiko K3 yang terjadi
April 2014). Industri jasa konstruksi pada pekerjaan konstruksi .
merupakan salah satu sektor industri
yang memiliki resiko kecelakaan kerja
yang cukup tinggi. Sering terjadinya
kecelakaan kerja pada proyek konstruksi

2
1.4 Batasan Masalah 2.2 Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Pembatasan masalah dari penelitian ini
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah:
merupakan faktor yang paling penting
a. Penelitian dilakukan pada pekerjaan
dalam pencapaian sasaran tujuan
konstruksi bangunan gedung
proyek. Hasil yang maksimal dalam
(gereja, kantor dan ruko).
kinerja biaya, mutu dan waktu tiada
b. Proses manajemen resiko yang
artinya bila tingkat keselamatan kerja
dilakukan yaitu identifikasi resiko,
terabaikan. Indikatornya dapat berupa
analisa resiko, evaluasi resiko, dan
tingkat kecelakaan kerja yang tinggi,
pengendalian resiko.
seperti banyak tenaga kerja yang
c. Kegiatan proyek konstruksi yang
meninggal, cacat permanen serta
diteliti adalah mulai dari kegiatan
instalasi proyek yang rusak, selain
penggalian, konstruksi sampai
kerugian materi yang besar (Husen ,
dengan kegiatan finishing.
2009).
d. Resiko yang diidentifikasi adalah
resiko K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) pada pekerjaan 2.3 Manajemen Resiko
konstruksi gedung secara umum.
2.3.1 Manajemen Resiko
e. Responden adalah pegawai yang
Berdasarkan Standar AS/NZS
terkait dengan proyek konstruksi
4360:2004
yang diteliti.
f. Metode yang digunakan yaitu
Manajemen resiko adalah suatu proses
metode Fine yang merupakan
yang terdiri dari langkah-langkah yang
metode analisis yang bersifat
semikuantitaif. telah dirumuskan dengan baik,
mempunyai urutan (langkah-langkah)
dan membantu dalam pengambilan
2. TINJAUAN PUSTAKA
keputusan yang lebih baik dengan
2.1 Proyek Konstruksi melihat resiko dan dampak yang
ditimbulkan.
Proyek Konstruksi merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang hanya satu kali
dilaksanakan dan umumnya berjangka 2.3.2 Manajemen Resiko Berbasis
ISO 31000:2009
waktu pendek. Dalam rangkaian
kegiatan tersebut, terdapat suatu proses
yang mengolah sumber daya proyek Ruang lingkup proses manajemen risiko
menjadi suatu hasil kegiatan yang terdiri dari:
berupa bangunan (Ervianto, 2005). a.Penentuan konteks kegiatan yang akan
dikelola risikonya
b. Identifikasi risiko,
c. Analisis risiko,
d. Evaluasi risiko,
e. Pengendalian risiko, 3.2 Pengumpulan Data
f. Pemantauan dan telaah ulang, a. Data Primer
g. Koordinasi dan komunikasi. Data primer yaitu data yang
didapatkan langsung dilapangan
Manajemen risiko adalah metode yang dengan melakukan survei lokasi
tersusun secara logis dan sistematis dari proyek konstruksi, penyebaran
suatu rangkaian kegiatan: penetapan kuisioner dan wawancara kepada
konteks, identifikasi, analisa, evaluasi, pihak – pihak yang terkait.
pengendalian serta komunikasi risiko. b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang
digunakan untuk melengkapi hasil
penelitian yang dilakukan.

3.3 Analisa Data


Adapun tahapan analisa data dalam
penelitian ini yaitu :
a. Melakukan identifikasi resiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3)
Gambar 1. Proses manajemen resiko b. Melakukan analisa resiko dengan
ISO 31000:2009 menggunakan metode
semikuantitatif yaitu menggunakan
3. METODE PENELITIAN Metode Fine yang dibuat oleh W.T.
3.1 Jenis Penelitian Fine untuk mengetahui konsekuensi
Penelitian yang dilakukan penelitian (consequence), paparan (exposure),
Deskriptif Analitis, yaitu penelitian yang dan kemungkinan (likelihood).
bertujuan untuk menggambarkan atau
menjelaskan suatu kondisi pekerjaan Tabel 1. Kriteria dan Nilai dari faktor
pada bidang konstruksi yang menjadi consequence
Faktor Tingkatan Deskripsi Ratin
faktor-faktor yang dapat menyebabkan
g
terjadinya suatu kecelakaan kerja dan Conseq catastroph Kerusakan fatal/parah 100
kemudian mengidentifikasi resiko uence e beragam fasilitas,
kecelakaan apa saja yang bisa (akibat aktivitas dihentikan,
ditimbulkan dari pekerjaan-pekerjaan itu yang terjadi kerusakan
mungki lingkungan yang
berdasarkan pengamatan dan hasil n sangat luas
analisa dari data dan fakta yang ada. ditimbul Disaster Kematian, kerusakan 50
Dan setelah keterangan tentang faktor kan dari permanen yang
penyebab resiko dan resiko yang suatu bersifat lokal terhadap
mungkin terjadi itu apa saja, kita dapat kejadian lingkungan.
atau Very Terjadi cacat 25
mencari upaya-upaya pencegahan dan peristiw serious permanen/penyakit
penanganan yang tepat. a parah, kerusakan
lingkungan yang tidak yang 50%
permanen. menyertai Unusual Tidak bisa namun 3
Serious Terjadi dampak yang 15 suatu but memiliki
serius tapi bukan cidera kejadian possible kemungkinan
dan penyakit parah atau terjadi
yang permanen, sedikit peristiwa) Remotely Suatu kejadian 1
berakibat buruk pada possible yang sangat kecil
lingkungan. kemungkinan
Important Membutuhkan 5 terjadinya
penanganan medis, Conceivab Tidak pernah 0,5
terjadi emisi buangan le terjadi kecelakaan
di lokasi tetapi tidak dalam tahun-
mengakibatkan tahun pemaparan
kerusakan. tetapi mungkin
Noticeable Terjadi cidera atau 1 terjadi
penyakit ringan, Practically Sangat tidak 0,1
memar bagian tubuh, imposible mungkin terjadi
kerusakan ringan atau
terhentinya proses
kerja sementara waktu.
Tabel 4. Level/Prioritas Resiko (Study
notes Prof. Jean Cross,1998)
Tingkat Comment Action
Tabel 2. Kriteria dan Nilai Faktor resiko
exposure >350 Very high Penghentian aktivitas,
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating resiko dikurangi
Exposure Continuously Sering terjadi 10 hingga mencapai
(paparan) dalam satu hari batas yang dapat
frekuensi Terjadi kira-kira diterima
pemapara Frequently satu kali dalam 6 180-350 Priority 1 Perlu dilakukan
n sehari penanganan
terhadap Terjadi satu kali secepatnya
bahaya Occasionally seminggu sampai 3 70 - 180 Substansial Mengharuskan ada
atau satu kali sebulan perbaikan secara
sumber Satu kali dalam teknis
resiko sebulan sampai 20 - 70 Priority 3 Perlu diawasi dan
Infraquent 2
satu kali dalam diperhatikan secara
setahun berkesinambungan
Diketahui kapan <20 Acceptable Intensitas kegiatan
Rare 1
terjadinya yang menimbulkan
Tidak diketahui resiko dikurangi
Very rare 0,5
kapan terjadinya seminimal mungkin

Tabel 3. Kriteria dan Nilai dari faktor c. Nilai resiko dapat dihitung secara
Probability manual berdasarkan rumus ;
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating Risk = consequence x exposure x
Probability Almost Kejadian yang 10 likelihood
(kemungkin certain paling sering
an terjadi d. Setelah nilai resiko diperoleh dari
terjadinya Likely Kemungkinan 6 setiap pekerjaan maka tingkat
bahaya terjadi kecelakaan resiko dapat ditentukan dalam
bentuk skorr
e. Setelah itu dilakukan 4. PEMBAHASAN
pengendalian resiko
4. 1 Identifikasi resiko
Dari beberapa sumber, baik dari
3.4 Bagan Alir Penelitian literatur maupun dari penelitian –
penelitian yang pernah dilakukan,
Mulai
penulis mendapatkan beberapa jenis
resiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) yang mungkin terjadi pada
Identifikasi dan Perumusan Masalah pekerjaan konstruksi gedung. Resiko
TAHAP K3 yang terjadi tidak hanya berbentuk
IDENTIFIKASI DAN
STUDI PUSTAKA
cedera pada tubuh tetapi juga
Tujuan Penelitian penyakit – penyakit akibat kerja yang
juga dikategorikan ke dalam
kecelakaan kerja.
Studi Pustaka
Tabel 5. Beberapa Variabel Resiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) Yang Mungkin Terjadi Pada
Pengumpulan Data Pekerjaan Konstruksi Gedung
 Data Primer No Sumber
Resiko

Data
TAHAP PENGUMPULAN Pekerjaan
sekunder yang beresiko Variabel
DATA
Pekerjaan : Tanah
1 Galian tanah 1. Tanah longsor/runtuhnya (Imam, 2007)
dinding samping
2. Pekerja terjatuh ke lubang
galian
Pekerjaan : Pondasi dan Struktur Atas
Identifikasi resiko 2 Penulangan 3. Tangan pekerja terkena (Imam, 2007)
barbender
4. Terjatuh dari ketinggian
5. Terluka karena besi
3 Hot Work 6. Pekerja terkena percikan api ( Imam, 2007 )
Analisa Resiko (Pengelasan, las
Menggunakan Metode Fine pemotongan) 7. Kebakaran akibat tabung bocor
TAHAP ANALISIS 8. Gangguan pernafasan akibat
DATA debu
4 Pemasangan 9. Pekerja jatuh dari ketinggian
kerangka baja 10. Kerangka jatuh dan menimpa
Nilai Resiko = Konsekuensi x paparan x kemungkinan tulangan pekerja/ fasilitas
11. Pekerja terhantam bagian baja
5 Instalasi 12. Terjatuh dari ketinggian ( Budiono ,
formwork 13. Bekisting jatuh dan menimpa 2007 )
(bekisting) pekerja
14. Tertusuk paku
Pengendalian Resiko
6 Pengecoran 15. Pekerja jatuh dari ketinggian (Marsudi,
TAHAP KESIMPULAN 16. Pekerja terjatuh saat mendirikan 2008)
DAN SARAN cetakan beton
17. Robohnya cetakan beton
7 Bongkar 18. Pekerja jatuh dari ketinggian (Imam, 2007)
Kesimpulan dan Saran pasang 19. Scaffolding jatuh dan menimpa
scaffolding pekerja/fasilitas
(Perancah) 20. Pekerja terluka ketika bekerja
Gambar 2. Rencana Diagram Alir 8 Lifting
material
21. Material terjatuh dari ketinggian
dan menimpa pekerja
(Almighty,
2009)
Penelitian dengan tower 22. Pekerja terkena debu dan
crane kotoran
23. Crane roboh
24. Sling putus
9 Pembersihan 25. Penyakit kulit dermatitis akibat (safety Sekaran (2003), validitas menunjukkan
debu
kotoran
dan debu – debu dan asap
26. Gangguan pernapasan akibat
officer,2011)
ketepatan dan kecermatan alat ukur
dengan
compressor
debu dalam melakukan fungsi ukurnya. Sebuah
pada item dikatakan valid bila r-hitung > r-
pekerjaan
pelat lantai tabel ( Wijaya, 2009). Pengujian yang
Pekerjaan : Atap
10 Pemasangan 27. Gangguan pernapasan akibat (safety officer,
biasa digunakan untuk validitas adalah
penutup atap pekerja terkena debu dari asbes
28. Terjatuh dari ketinggian
2011) Korelasi Pearson Product Moment.
11 Pemasangan 29. Pekerja/fasilitas terjatuh dari
plafon ketinggian
Pekerja : Dinding dan Keramik
12 Pemasangan 30. Gangguan pernapasan akibat (Eddy, 1999) Korelasi Pearson Product Moment
dinding
plasteran
dan debu pasir/semen
31. Terjatuh dari ketinggian
Analisis ini dengan cara
13 Pemasangan 32. Pekerja terluka akibat terkena (safety officer, mengkorelasikan masing – masing skor
keramik mesin potong keramik 2011)
33. Tersengat listrik (Anggun, item dengan skor total . Rumusnya Σ −(Σ )(Σ )

34. Pekerja menghirup debu 2009)


rxy =
√( Σ 2− (Σ )2)( Σ 2− (Σ )2)

14 Pekerjaan
potongan keramik
35. Terkena bor (Darma, 2009)
Keterangan :
pasang kusen 36. Terjepit pintu/kusen rxy = koefisien korelasi item – total
dan pintu 37. Tersengat listrik mesin/bor
38. Tertimpa pintu/kusen
x = skor item
15 Pekerjaan
pengecatan
39. Menghirup cat
40. Kejatuhan material
(Wicaksono,
2011)
y = skor total
41. Pekerja jatuh dari ketinggian n = banyaknya subjek
Pekerjaan : Plumbing
16 Instalasi 42. Pekerja terjatuh dari ketinggian (Imam, 2007) (responden) r tabel (95%, 16) = 0,4683
plumbing 43. Pekerja tertimpa peralatan dari
ketinggian
dikatakan valid jika r hitung > r tabel
44. Pekerja terluka ketika bekerja Uji validitas pada penelitian ini
dengan pipa
17 Instalasi listrik 45. Terdapat percikan api dan menggunakan bantuan program
menimbulkan kebakaran
46. Terkena sengatan listrik Microsoft Excel .
Pekerjaan: finishing
18 Pekerjaan 47. Tersengat listrik mesin (Darma, 2009)
finishing 48. Terkena mesin finishing 4.4 Analisa Resiko
49. Potongan partikel material
mengenai mata
Analisa resiko adalah sebuah tahap
4.2 Responden Penelitian dimana dilakukan pengukuran resiko
untuk mengetahui seberapa besar
Data penelitian yang digunakan dalam probabilitas, frekuensi dan konsekuensi
penulisan skripsi ini adalah data yang yang mungkin terjadi..
diperoleh dari hasil kuisioner yang
diberikan kepada pihak yang Rata-Rata Probabilitas(L)= (Σ
mengerjakan pekerjaan konstruksi probabilitas)/( Responden)
gedung di Kabupaten Ketapang.Jumlah Rata-Rata Frekuensi
responden pada penelitian ini berjumlah (F)=Σfrekuensi/Responden
18 responden yang didapat dari beberapa
proyek konstruksi. Rata-Rata Konsekuensi (C) =
Σkonsekuensi/Responden
4.3 UjiValiditas
Nilai Resiko= Probabilitas (L) x
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui frekuensi (F) x Konsekuensi (C)
apakah suatu instrumen alat ukur telah
menjalankan fungsi ukurnya. Menurut
Tabel 6. Analisa Resiko Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3)
Jenis Resiko N ilai Resik o

No Pekerjaan Yang Beresiko Variabel Probabilitas (L ) Frekuensi (F ) Konsekuensi (C ) ( LxFxC )


Pekerjaan : Tanah
1 Galian Tanah 1. Tanah longsor/runtuh 2,48 0,94 10,83 25,35
2. Pekerja terjatuh ke lubang galian 1,41 0,92 2,11 2,72
Pekerjaan : Pondasi dan Struktur Atas
2 Penulangan 3. Tangan pekerja terkena barbender 1,20 0,69 6,11 5,09
4. Terjatuh dari ketinggian 4,67 1,75 18,89 154,26
5. Terluka karena besi 4,78 2,47 6,78 80,06
3 Hot Work (pengelasan, 6. Pekerja terkena percikan api las 3,92 1,33 6,11 31,91
pemotongan )
7. Kebakaran akibat tabung bocor 0,72 1,06 65,28 49,38
8. Gangguan pernapasan akibat debu 2,33 4,56 5,78 61,42
4 Pemasangan kerangka baja 9. Pekerja jatuh dari ketinggian 4,31 1,69 16,11 117,54
tulangan 10. Kerangka jatuh dan menimpa pekerja/fasilitas 1,96 1,83 23,06 82,66
11. Pekerja terhantam bagian baja 1,82 1,75 2,33 7,42
5 Instalasi formwork 12. Terjatuh dari ketinggian 5,06 1,72 26,67 232,18
(Bekisting) 13. Bekisting jatuh dan menimpa pekerja 2,23 1,75 7,00 27,29
14. Tertusuk paku 5,78 2,17 3,67 45,90
6 Pengecoran 15. Pekerja jatuh dari ketinggian 3,42 1,78 25,00 151,85
16. Pekerja jatuh saat mendirikan cetakan beton 3,69 1,86 2,11 14,52
17. Robohnya cetakan beton 2,69 1,08 20,28 59,19
7 Bongkar pasang scaffolding 18. Pekerja jatuh dari ketinggian 2,53 1,75 26,11 115,76
(perancah) 19. Scaffolding jatuh dan menimpa
3,42 1,36 18,33 85,26
pekerja/fasilitas
20. Pekerja terluka ketika bekerja 3,06 2,08 7,78 49,51
8 Lifting material dengan tower 21. Material terjatuh dan menimpa pekerja 1,95 1,94 8,33 31,60
crane 22. Pekerja terkena debu dan kotoran 4,83 3,22 2,67 41,53
23. Crane roboh 2,89 0,89 63,89 164,06
24. Sling putus 2,56 1,00 25,28 64,60
9 Pembersihan debu dan 25. Penyakit kulit akibat debu-debu dan asap 2,17 1,47 3,00 9,57
kotoran dengan compressor
26. Gangguan pernapasan akibat debu 2,73 2,00 3,00 16,37
pada pekerjaan pelat lantai
Pekerjaan : Atap
10 Pemasangan penutup atap 27. Gangguan pernapasan akibat debu 2,42 2,50 2,78 16,78
28. Terjatuh dari ketinggian 3,61 1,44 22,22 115,91
11 Pemasangan plafon 29. Pekerja/fasilitas terjatuh dari ketinggian 3,67 1,22 24,44 109,55
Pekerjaan : Dinding dan Keramik
12 Pemasangan dinding dan 30. Gangguan pernapasan akibat debu 2,89 2,92 6,22 52,53
plesteran 31. Terjatuh dari ketinggian 4,28 1,44 7,78 48,06
13 Pemasangan keramik 32. Pekerja terluka akibat terkena mesin potong
1,28 1,28 6,78 11,07
keramik
33. Tersengat listrik 3,00 1,64 4,33 21,31
34. Pekerja menghirup debu potongan keramik 2,47 2,92 3,00 21,63
14 Pekerjaan pasang kusen dan 35. Terkena bor 0,76 1,72 7,33 9,54
pintu 36. Terjepit pintu dan Kusen 3,81 1,72 2,11 13,84
37. Tersengat listrik mesin/bor 1,42 1,78 2,78 7,02
38. Tertimpa pintu/kusen 1,03 3,17 2,11 6,91
15 Pekerjaan pengecatan 39. Menghirup cat 1,61 1,81 6,44 18,75
40. Kejatuhan material 2,19 2,03 8,11 36,09
41. Pekerja jatuh dari ketinggian 3,47 1,33 26,11 120,88
Pekerjaan : Plumbing
16 Instalasi plumbing (pipa 42. Pekerja terjatuh dari ketinggian 3,94 1,28 25,56 128,80
ledeng) 43. Pekerja tertimpa peralatan dari ketinggian 2,44 1,36 18,06 60,07
44. Pekerja terluka akibat pipa 1,49 1,08 6,56 10,61
17 Instalasi listrik 45. Terdapat percikan api 2,17 1,72 3,78 14,10
46. Terkena sengatan listrik 2,11 2,39 5,22 26,34
Pekerjaan : Finishing
18 Pekerjaan finishing 47. Tersengat listrik mesin/bor 1,24 2,03 7,11 17,86
48. Terkena mesin finishing 0,68 1,14 7,56 5,88
49. Potongan partikel material mengenai mata 1,75 0,92 6,00 9,63
Instalasi plumbing Pekerja jatuh dari
Dari hasil analisa resiko yang 5.
(pipa) ketinggian
128,80 Substansial

dilakukan dengan menggunakan 6.


Pekerjaan
pengecatan
Pekerja jatuh dari
ketinggian
120,88 Substansial
Pemasangan
metode fine didapat hasil sesuai tabel 7. kerangka baja
Pekerja jatuh dari
117,54 Substansial
ketinggian
4.2 di atas. Berdasarkan tabel tersebut tulangan
Terjatuh dari
8. Pemasangan atap 115,91 Substansial
dapat diambil 10 besar resiko Bongkar pasang
ketinggian
Pekerja jatuh dari
9. 115,76 Substansial
Keselamatan dan Kesehatan Kerja 10.
scaffolding
Pemasangan plafon
ketinggian
Pekerja/fasilitas 109,55 Substansial
(K3) pada pekerjaan konstruksi terjatuh dari ketinggian

gedung yaitu :
Dari tabel diatas, dapat diketahui
Tabel 7. Pekerjaan Yang Beresiko
level/prioritas resiko dari 10 besar
Menimbulkan Kecelakaan Kerja
Dalam Peringkat 10 Besar variabel pekerjaan yang beresiko pada
Nilai pekerjaan konstruksi gedung yaitu
No
1.
Pekerjaan Yang beresiko
Instalasi formwork
Variabel
Terjatuh dari ketinggian
Resiko
232,18
termasuk ke dalam 2 level priority 1
2.
(Bekisting)
Lifting material dengan tower
Crane roboh 173,53
dan substansial. Berdasarkan Tabel
crane
3. Penulangan Terjatuh dari ketinggian 154,26 3.4, penanganan yang dapat dilakukan
Pekerja jatuh dari
4. Pengecoran
ketinggian
151,85 pada level priority 1 yaitu perlu
Pekerja jatuh dari
5. Instalasi plumbing (pipa)
ketinggian
128,80
dilakukan penanganan secepatnya,
Pekerja jatuh dari
6. Pekerjaan pengecatan
ketinggian
120,88
sedangkan pada level substansial yaitu
Pemasangan kerangka baja Pekerja jatuh dari
7.
tulangan ketinggian
117,54
dengan cara mengharuskan ada
8. Pemasangan atap Terjatuh dari ketinggian 115,91
9. Bongkar pasang scaffolding
Pekerja jatuh dari
115,76
perbaikan secara teknis. Untuk
ketinggian
10. Pemasangan plafon
Pekerja/fasilitas terjatuh
109,55
penjelasan selanjutnya akan dilakukan
dari ketinggian
pada sub bagian pengendalian resiko.
4.5 Evaluasi Resiko
4.6 Pengendalian Resiko
Proses yang biasa digunakan untuk
menentukan manajemen risiko dengan Sedangkan pengendalian risiko
membandingkan tingkat risiko menurut OHSAS 18001 memberikan
terhadap standar yang telah pedoman pengendalian risiko yang
ditentukan, target tingkat risiko dan lebih spesifik untuk bahaya K3
kriteria lainnya. Dalam penelitian ini dengan pendekatan sebagai berikut :
digunakan standar level/prioritas 1) Eliminasi
resiko pada tabel 8 untuk Eliminasi merupakan langkah
mengetahui tingkat resiko dari setiap pengendalian yang paling baik
item resiko kecelakaan kerja pada untuk
pekerjaan konstruksi dapatmengendalikanpaparan
(frekuensi). Resiko dapat
Tabel 8. Level Resiko Keselamatan dan dihindarkan dengan
Kesehatan Kerja (K3) menghilangkan sumbernya. Jika
No
Pekerjaan Yang
beresiko
Variabel
Nilai
Resiko
Level
Resiko
sumber bahaya dihilangkan maka
1.
Instalasi formwork
(Bekisting)
Terjatuh dari
ketinggian
232,18 Priority 1 resiko yang akan timbul dapat
2.
Lifting material
dengan tower crane
Crane roboh 173,53 Substansial dihindarkan.
3. Penulangan
Terjatuh dari
154,26 Substansial
2) Substitusi
ketinggian
Pekerja jatuh dari
4. Pengecoran 151,85 Substansial
ketinggian
Substitusi adalah mengganti bahan, 2. Lakukan perencanaan terkait
alat atau cara kerja dengan yang lain bahaya, seperti :
sehingga kemungkinan kecelakaan  Mempersiapkan APD yang
dapat ditekan. diperlukan
3) Pengendalian teknis (Engineering  Menggunakan jaring pengaman
Control)  Memperhatikan apakah ada
Pengendalian teknis dapat merubah saluran listrik disekitar area
jalur transmisi bahaya atau bekerja
mengisolasi bahaya. Pengendalian  Memperhatikan beban
teknis antara lain : maksimum yang dapat ditahan
 Menjaga jarak yang aman oleh struktur dimana pekerja
 Penggunaan sistem pengaman bekerja
dan pelindung  Hati-hati ada kemungkinan
 Proses tertutup benda jatuh
4) Administratif  Mempersiapkan scaffolding
Prinsip dari pengendalian ini adalah  Perhatikan ada lubang atau
untuk mengurangi kontak antara pijakan yang tidak kuat. Beri
penerima dengan sumber bahaya. tanda pada tempat atau daerah
Pengendalian administratif yang berbahaya.
diantaranya :  Usahakan hindari bekerja
 Pengaturan waktu kerja menggunakan tangga
 Prosedur kerja aman (SOP) 3. Lakukan pekerjaan sesuai
 Pemilihan / seleksi pekerja perencanaan dan gunakan fall
5) Diri (APD) protection.
APD merupakan alat perlindungan Ada 2 jenis fall protection yaitu :
bagi pekerja yang bertujuan untuk  Collective fall protection
mencegah atau meminimalisir Adalah perangkat yang
dampak/akibat yang terjadi apabila mencegah pekerja jatuh seperti
kecelakaan kerja terjadi pagar/guardrail, platform kerja,
scaffold, dll. Tambahan
Berdasarkan tabel 8, resiko Keselamatan peralatan lain seperti jarring
dan Kesehatan Kerja (K3) yang (safety net), air bags atau crash
mempunyai resiko paling besar dan decking.
paling banyak adalah resiko pekerja  Individual fall protection
jatuh dari ketinggian. Adalah perangkat yang
Untuk meminimalkan resiko pekerja melindungi pekerja jika pekerja
jatuh dari ketinggian pada saat bekerja jatuh seperti fall arrest system.
pada ketinggian, yaitu: Dapat menggunakan full body
1. Cari alternative lain selain bekerja harness dan line.
di ketinggian 4. Hentikan pekerjaan jika diperlukan
Pengendalian resiko pekerjaan 7) Pemasangan kerangka baja
lifting material dengan crane yaitu : tulangan: Pekerja jatuh dari
o Pemilihan lokasi penempatan ketinggian
yang memiliki landasan yang 8) Pemasangan atap :
rata yang mampu menahan Terjatuh dari ketinggian
beban crane 9) Bongkar pasang scaffolding:
o Pemeriksaan crane secara Pekerja jatuh dari ketinggian
berkala 10) Pemasangan plafon
o Pengoperasian harus dihentikan :Pekerja/fasilitas terjatuh dari
jika kecepatan angin > 20 mph ketinggian
o Pemeriksaan crane sebelum 2.Setelah dilakukan analisa resiko maka
digunakan diperoleh nilai resiko tertinggi yaitu
o Perawatan secara berkala pada pekerjaan instalasi formwork
o Jangan mengangkat beban (bekisting) dengan resiko terjatuh dari
melebihi batas yang ditentukan ketinggian dengan nilai resiko sebesar
232,18 .
5. KESIMPULAN DAN SARAN 3.Berdasarkan literatur, wawancara dan
kondisi di lapangan, akibat yang
5.1 Kesimpulan memungkinkan terjadinya resiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kesimpulan yang dapat diambil dari (K3) adalah faktor manusia dan
analisis dan pembahasan yang dilakukan lemahnya penerapan K3 pada
adalah : lingkungan kerja. Faktor manusia itu
1.Dari proses identifikasi resiko yang sendiri diantaranya meliputi usia,
dilakukan didapat 10 pekerjaan yang masa kerja, pengalaman, disiplin
beresiko paling tinggi menimbulkan kerja, waktu kerja, kondisi fisik dan
kecelakaan kerja pada pekerjaan mental. Sedangakan penerapan K3
konstruksi gedung yaitu : dilingkungan kerja masih sangat
1) Instalasi formwork (bekisting) : kurang seperti APD, dan rambu –
Terjatuh dari ketinggian rambu peringatan.
2) Lifting material dengan tower 4.Setelah dilakukan evaluasi resiko
crane: Crane roboh terhadap 10 pekerjaan paling beresiko
3) Penulangan : Terjatuh dari maka diperoleh level/prioritas resiko
ketinggian berdasarkan metode Fine yaitu
4) Pengecoran: termasuk ke dalam 2 level yaitu
Pekerja jatuh dari ketinggian priority 1 dan substansial.
5) Instalasi plumbing (pipa) : 5.Berdasarkan analisa yang dilakukan,
Pekerja jatuh dari ketinggian maka diperoleh alternative
6) Pekerjaan pengecatan : pengendalian resiko yang dilakukan
Pekerja jatuh dari ketinggian untuk meminimalisir kemungkinan
resiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) pada pekerjaan konstruksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
gedung khususnya pada resiko pekerja antara lain :
jatuh dari ketinggian dan lifting 1. Setiap perusahaan konstruksi baik
material dengan crane, yaitu : yang skala besar ataupun kecil
A. Resiko pekerja jatuh dari diharapkan menerapkan
ketinggian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di lingkungan proyek.
1) Cari alternatif lain selain 2. Sebaiknya perusahaan konstruksi
bekerja di ketinggian mempunyai tenaga ahli dibidang K3
2) Mempersiapkan APD ( Alat yang telah mempunyai sertifikat ahli
Pelindung Diri ) dibidang K3.
 Safety Helmet (Helm) 3. Setiap pekerja diwajibkan
 Safety Boot ( Sepatu boot ) menggunakan alat-alat pelindung
 Masker hidung diri .
 Kacamata Pelindung 4. Dilakukan pengawasan secara
 Baju kerja langsung kepada para pekerja agar
 Sarung tangan para pekerja dapat bekerja secara
 Tali / sabuk pengaman serius dan lebih bertanggung jawab
3) Lakukan pekerjaan sesuai agar proyek dapat selesai tepat
perencanaan waktu.
4) Gunakan fall protection 5. Pemberian pengarahan kepada
5) Perhatikan keamanan daerah setiap pekerja sebelum melakukan
sekitar dimana pekerja bekerja pekerjaan.
6) Hentikan pekerjaan 6. Sebaiknya setiap perusahaan
jika diperlukan konstruksi mencatat setiap kejadian
B. Resiko Crane roboh kecelakaan kerja yang terjadi pada
1) Pemeriksaan crane proyek yang dikerjakannya dan
secara berkala melaporkannya kepada instansi
2) Pengoperasian harus dihentikan terkait untuk mengantisipasi agar
jika kecepatan angin tinggi kejadian yang sama tidak terulang
3) Perawatan secara berkala lagi
4) Jangan mengangkat beban
melebihi batas yang ditentukan
5) Pemilihan lokasi penempatan
yang memiliki landasan yang
rata yang mampu menahan
beban crane.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan


untuk mencegah dan mengurangi resiko

11
DAFTAR PUSTAKA Samsuri. 2014. Manajemen Risiko
Asesmen Manajemen Risiko Berbasis Kecelakaan Kerja Pada
ISO 31000;2009. Kuliah Proyek Pembangunan
Online, IKK-363- Manajemen Perluasan Hotel Mercure 8
Risiko dan Pencegahan Lantai Pontianak. Skripsi
Kerugian. Fakultas Teknik Universitas
Tanjungpura, Pontianak.
AS/NZS 4360 (2004). 3rd Edition The
Australian And New Zealand Sucita, I ketut dan Broto, Agung Budi.
Standard on Risk 2011. Identifikasi dan
Management. Broadleaf Penanganan Risiko K3 Pada
Capital International Pty Ltd. Proyek Konstruksi Gedung.
NSW Australia. Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Jakarta
Dickson, Tracey J. 2001. Calculating Kampus UI Depok.
Risk : Fine’s Mathematical
Formula 30 Years Later. Wicaksono, Iman.K. dan Singgih,
Australian Journal of Outdoor Moses. 2011. Manajemen
Education. Resiko K3 (Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja) Pada
International Labour Organization. Proyek
2013. Keselamatan Dan Pembangunan Apartemen
Kesehatan Kerja Sarana Puncak Permai Surabaya.
Untuk Produktifitas Modul 5. Prosiding Seminar Nasional
Jakarta: International Labour Manajemen Teknologi XIII,
Office. Program Studi MMT-ITS,
Surabaya.
Pos Sore. 2014. Kecelakaan Kerja
Cenderung Naik. April 27, Wijayanti, Nia Tri. 2008. Pengaruh
2014. Penerapan Safety
http://possore.com/kecelakaa Management Terhadap
n-kerja-cenderung-naik.html. Kinerja Produktifitas Tenaga
Kerja Kuisioner Validasi
Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman awal. Fakultas Teknik
Praktis Manajemen Resiko Universitas Indonesia.
dalam Perspektif K3 OHS Risk
Management. Jakarta: Dian Yuliani, Uppit. 2011. Manajemen
Rakyat. Resiko Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Pada
Proyek Infrastruktur Gedung.
Jakarta Timur.

12
13

Anda mungkin juga menyukai