Definisi negara kesejahteraan (welfare state) sangatlah luas dan beragam. Di satu sisi defi nisi
negara kesejahteraan adalah keterlibatan negara dalam menyediakan pekerjaan penuh bagi
rakyat. Pekerjaan adalah sumber pendapatan rakyat, jika negara dapat menyediakan pekerjaan
secara penuh maka kemiskinan rakyat akan berkurang dan rakyat akan sejahtera. Secara
etimologis istilah negara kesejahteraan ini dapat dimaknai sebagai suatu negara yang
memberikan jaminan berupa tunjangan sosial (social security benefi ts) yang luas seperti
pelayanan kesehatan oleh negara, pensiun atau tunjangan hari tua, tunjangan sakit dan
pengangguran, dan lain sebagainya (Pass dan Lowes, tt).
Secara singkat, istilah negara kesejahteraan didefinisikan sebagai suatu negara yang mana
pemerintahan negara dianggap bertanggung jawab menjamin standar kesejahteraan hidup
minimum bagi setiap warga negaranya (Husodo, 2006). Negara kesejahteraan ini merupakan
sebuah model ideal pembangunan yang difokuskan pada peningkatan kesejahteraan melalui
pemberian peran yang lebih penting kepada negara dalam memberikan pelayanan sosial
secara universal dan komprehensif kepada warganya. Negara yang dimaksud di sini adalah
suatu agency (alat) yang mengatur suatu masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk
mengatur hubunganhubungan antar manusia.
Wujud dari komitmen negara kesejahteraan adalah tunjangan-tunjangan yang diberikan oleh
negara untuk mendukung para keluarga. Beberapa program kesejahteraan antara lain,
pemberian pensiun kepada orang lanjut usia, skema asuransi dan bantuan kesehatan,
pendidikan, makan di sekolah, pengawasan terhadap defi siensi mental, penanganan kelahiran
dan pengasuhan ibu dan bayi.
Marshal mendefi nisikan negara kesejahteraan sebagai bagian dari sebuah
masyarakat modern yang sejalan dengan ekonomi pasar kapitalis dan struktur
politik demokratis (Soule, 1994). Inggris, Amerika, Australia, dan Selandia
Baru serta beberapa negara-negara bagian di Eropa Barat dan Utara adalah
negara-negara yang termasuk dalam kategori ini. Sedangkan negara-negara
bekas Uni Soviet dan “Blok Timur” tidaklah termasuk dalam kategori ini
karena mereka tidak termasuk negara-negara demokratis maupun kapitalis.
Hal ini menjadi menarik karena dapat dikatakan bahwa negara
kesejahteraan merupakan jalan tengah dari ideologi kapitalisme dan
sosialisme. Namun demikian, negara kesejahteraan justru tumbuh subur di
negara-negara demokratis dan kapitalis, bukan di negara-negara sosialis. Di
negara-negara Barat, negara kesejahteraan sering dianggap sebagai ‘penawar
racun’ bagi kapitalisme dari dampak negatif ekonomi pasar bebas. Karenanya,
negara kesejahteraan sering disebut sebagai bentuk dari ‘kapitalisme baik
hati’ (compassionate capitalism) (Suharto, 2006).
Menurut Esping-Andersen, negara kesejahteraan bukanlah suatu konsep yang menggunakan
pendekatan baku. Negara kesejahteraan pada umumnya diidentikkan dengan ciri-ciri yang
mengikutinya yakni pelayanan dan kebijakan sosial yang disediakan oleh negara kepada
warganya, seperti pelayanan kesehatan, tunjangan pensiun, pengurangan kemiskinan, transfer
pendapatan. Sehingga keduanya antara negara kesejahteraan dan kebijakan sosial sering
diidentikkan bersama. Akan tetapi pada dasarnya kuranglah tepat karena kebijakan sosial
tidaklah mempunyai relasi biimplikasi dengan negara kesejahteraan. Kebijakan sosial bisa
diterapkan dengan tanpa adanya negara kesejahteraan, sedangkan negara kesejahteraan akan
selalu membutuhkan kebijakan sosial untuk mendukung keberadaannya (Esping-Andersen,
1990)
Suatu negara bisa digolongkan sebagai negara kesejahteraan apabila terdapat empat pilar
utama, yaitu: 1) social citizenship; 2) full democracy; 3) modern industrian relation systems;
serta 4) rights to education and the expansion of modern mass education systems. Keempat
pilar tersebut harus diupayakan terdapat dalam negara kesejahteraan karena negara wajib
memperlakukan penerapan kebijakan sosial sebagai penganugerahan hak-hak sosial kepada
warganya yang berdasarkan atas basis kewarganegaraan dan bukan atas dasar kinerja atau
kelas sosial (Triwibowo dan Bahagijo, 2006). Dengan syarat-syarat ekonomi, sosial dan
politik tersebut di atas, tidak semua negara dengan penduduk yang berpendapatan tinggi tidak
dapat dianggap sebagai negara kesejahteraan.
Negara kesejahteraan mengacu pada peran pemerintah yang bertanggungjawab dalam
mengelola dan mengorganisasikan perekonomian. Dengan demikian, negara diharapkan
mampu menjalankan tanggungjawabnya untuk menjamin ketersediaan pelayanan
kesejahteraan dasar dalam tingkat tertentu bagi warganya (Esping-Andersen, 1990;
Triwibowo dan Bahagijo, 2006). Dalam konteks ini, negara memperlakukan penerapan
kebijakan sosial sebagai “penjaminan hak-hak sosial” (the granting of social rights) kepada
warganya (Triwibowo dan Bahagijo, 2006). Semua perlindungan sosial yang dibangun dan
didukung negara tersebut sebenarnya dibiayai oleh masyarakatnya melalui produktifi tas
ekonomi yang semakin makmur dan merata, sistem perpajakan dan asuransi, serta investasi
sumber daya manusia (human investment) yang terencana dan melembaga.
Konsep ini dipandang sebagai bentuk keterlibatan negara dalam memajukan kesejahteraan
rakyat setelah mencuatnya bukti-bukti empirik mengenai kegagalan pasar (market failure)
pada masyarakat kapitalis dan kegagalan negara (state failure) pada masyarakat sosialis
(Husodo, 2006). Oleh karena itu, meskipun menekankan pentingnya peran negara dalam
pelayanan sosial, negara kesejahteraan pada hakekatnya bukan merupakan bentuk dominasi
negara. Melainkan, wujud dari adanya kesadaran warga negara atas hak-hak yang dimilikinya
sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Negara diberi mandat untuk melaksanakan
kewajibannya dalam memenuhi hak-hak warga negara.
Dalam perspektif politik, negara kesejahteraan adalah suatu negara atau pemerintahan yang
mempromosikan kesejahteraan umum (public welfare) melalui berbagai macam program
seperti kesehatan, pendidikan, kompensasi pengangguran, jaminan pensiun, perumahan, dan
lain-lain. Sedangkan dalam perspektif ekonomi, negara kesejahteraan adalah suatu sistem
ekonomi yang mengkombinasikan keunggulan-keunggulan kapitalisme dan sosialisme
dalam model penguasaan kepemilikan pribadi yang dipraktekkan suatu pemerintah untuk
membuat suatu perundang-undangan tentang program yang luas mengenai kesejahteraan
sosial dan masyarakat
Negara Indonesia ialah negara hukum, ketentuan ini dijamin dalamUndang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRITahun1945),pada Pasal 1 ayat (3).Sebagai
negara hukum Indonesiamemilikikewajibanuntukmelindungi segenap rakyat Indonesia,
termasuk mengatur kemanfaatan semuaaspek kehidupanagarmampu memberikan
kemakmuran bagi seluruh rakyatIndonesia.Negara hukum Indonesia didasarkan pada konsep
negara kesejahteraan(walfare state),yang bertujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Hal ini merupakan amanah konstitusipada Pasal 33 ayat (3)yang menyatakanbahwa,”bumi,
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat”.
Pengelolaan AsetMenurut Dodi, D. Siregar (2004), pengelolaan aset merupakan suatu proses
perencanaan, pengadaan, pengelolaan dan perawatan, hingga penghapusan suatu sumber daya
yang dimilki individu atau organisasi secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan
individu atau organisasi tersebut.Menurut Nurcholis, (2011:94) pengelolaan kekayaan desa
dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi,
akuntabilitas dan kepastian nilai. Pengelolaan kekayaan desa harus berdayaguna dan
berhasilguna untuk meningkatkan pendapatan desa. Pengelolaan kekayaan desa harus
mendapatkan persetujuan dari BPD. Biaya pengelolaan kekayaan desa dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja desa. Kekayaan desa dikelola oleh pemerintah desa dan
dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan,dan pelayanan masyarakat desa.Lalu Permendagri Nomor 1 Tahun 2016 Bab II
Pengelolaan Pasal 7, menyebutkan bahwa Pengelolaan aset Desa meliputi: perencanaan,
pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan,
Pengelolaan Aset Desa dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan (Dewi
Risnawati)205pemindahtanganan, penatausahaan, pelaporan, penilaian, pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian.Kesejahteraan Tingkat kepuasan dan kesejahteraan adalah
sebuah hubungan yang tidak dapat dipisahkan karna saling berkaitan. Yang dimana tingkat
kepuasan merujuk kepada individu atau kelompok, yang mana pada tingkat kesejahteraan
mengacu kepada keadaan kelompok masyarakat luas. Kesejahteraan adalah kondisi agrerat
dari kepuasan individu –individu.Menurut Suud (2006), kondisi sejahtera biasanya merujuk
kepada kondisi social, sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan material dan non material.
Berdasarkan definisi kesejahteraan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kesejahteraan social
sebagai suatu keadaan, kesejahteraan sebagai suatu kegiatan atau pelayanan dan
kesejahteraan sebagai ilmu.
Faktor penghambat dalam Pengelolaan Aset Desa dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat di Desa Krayan Bahagia Kecamatan Long IkisFaktor penghambat dalam
Pengelolaan Aset Desa dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa
Krayan Bahagia Kecamatan Long Ikisyaitu Kendala yang dihadapi Pemerintah Desa dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat mengenai pemahaman yang keliru dikalangan
masyarakat tentang (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan Anggaran Dana Desa)
dimana masyarakat mengira bahwasanya pemerintah desa adalah lumbung pendanaan atau
keuanganyang dapat menutupi semua kebutuhan desa. Jikadana tersebut dibagi per tiap
bagian itu kurang dari cukup walaupun begitu pemerintah desa dapat menggunakannya
secara maksimal. Lalu faktor penghambat selanjutnya adalah kurangnya kesadaran dari
masyarakat desanya sendiri terhadap budaya gotong –royong dan rasa tanggung jawabnya
akan kesadaran bersama memelihara aset –aset desa yang bersifat bergerak dan tidak
bergerak, selanjutnya faktor penghambat yang lain adalah kurangnya Sumber Daya Manusia
(SDM) yang memadai yakni di kantor desa krayan bahagia kekurangan staf ahli yang khusus
mengurusi pengelolaan aset desa, dan yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah staf
desa yang mengurusi aset desa sekarang kurang mengatahui bagaimana pengelolaan aset desa
yang baik dan benar sehingga berpengaruh pada proses pemanfaatan aset dan kesejahteraan
di desa krayan bahagia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Optimalisasi adalah berasal dari kata dasar optimal
yang berarti terbaik, tertinggi, paling menguntungkan, menjadikan paling baik, menjadikan
paling tinggi, pengoptimalan proses, cara, perbuatan mengoptimalkan (menjadikan paling
baik, paling tinggi, dan sebagainya) sehingga optimalisasi adalah suatu tindakan, proses, atau
metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain, sistem, atau keputusan) menjadi
lebih/sepenuhnya sempurna, fungsional, atau lebih efektif.7Menurut Machfud Sidik berkaitan
denganOptimalisasi suatu tindakan/kegiatan untuk meningkatkan dan Mengoptimalkan.
Untuk itu diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan. Dalam
jangka pendek kegiatan yang paling mudah dan dapat segera dilakukan adalah dengan
melakukan intensifikasi terhadap obyek atau sumber pendapatan daerah yang sudah ada
terutama melalui pemanfaatan teknologi informasi. Dengan melakukan efektivitas dan
efisiensi sumber atau obyek pendapatan daerah, maka akan meningkatkan produktivitas
PendapatanAsli Daerah (PAD) tanpa harus melakukan perluasan sumber atau obyek
pendapatan baru yang memerlukan studi, proses dan waktu yang panjang.8Dukungan
teknologi informasi secara terpadu guna mengintensifkan pajak mutlak diperlukan dari sistem
pelayanan pajakyang dilaksanakan cenderung tidak optimal, Masalah ini tercermin pada
sistem dan prosedur. Perlu adanya batasan waktu dan penentuan tata cara pelaksanaan.