Anda di halaman 1dari 10

Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59


ISSN 2528-4967 (print) dan ISSN 2548-219X (online)

Penggunaan Wabosang Sebagai Media Pendidikan Seksual Pada


Anak-Anak Bantaran Sungai Jembatan Merah Surabaya

Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2


Program Studi PG PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surabaya
Email: nailisaida@fkip.um-surabaya.ac.id1, aristianapr@yahoo.co.id2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penggunaan media wabosang sebagai


pendidikan seksual pada anak usia dini. Penelitian ini dilakukan di Bantaran Sungai Jembatan Merah
Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan jenis
penelitian studi kasus (case study). Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan interactive model yang
dikemukakan oleh Miles and Huberman. Dari penelitian ini diketahui bahwa pendidikan seksual
dapat dilakukan melalui media (WaBoSang). Penggunaan media wabosang sebagai pendidikan
seksual, anak mampu mengetahui tata cara berpakain yang benar, anak mengetahui bagian-bagian
tubuh yang harus ditutup, anak mampu mengetahui hanya ibu dan dirinya sendiri yang boleh
menyentuh bagian-bagian tubuh yang tertutupi, anak juga mampu mengetahui apa yang harus
dilakukan ketika ada orang yang bertindak jahat.

Kata Kunci: Anak, Pendidikan Seksual, Wabosang

ABSTRACT

This study aims to describe the use of WaBoSang media as sexual education in early
childhood. This research was conducted in Red Bridge River Surabaya City. This research uses
descriptive qualitative method with case study research type. Data collection uses observation,
interviews, and documentation. Data obtained then analyzed using interactive model proposed by
Miles and Huberman. From this research it is known that sexual education can be done through
media (WaBoSang). The use of wabosang media as sexual education, the child is able to know the
correct way of dressing, the child knows the parts of the body that must be closed, the child is able
to know only the mother and himself who can touch the covered body parts, the child is also able to
know what must be done when there are people who act evil

Keywords: Child, Sexual Education, Wabosang

PENDAHULUAN seksual pada anak usia dini diberikan


Pendidikan seksual pada anak dengan cara mengajarkan cara
usia dini sangat penting untuk berpakaian yang baik, mengenalkan
diajarkan. Pendidikan seksual pada bagian-bagian tubuh yang harus
anak dapat memberikan pemahaman dilindungi dan tidak boleh disentuh
cara menjaga diri dengan baik, oleh semua orang, hanya anak dan
sehingga mampu melindungi anak ibunya saja yang boleh menyentuh.
dari kejahatan seksual. Pendidikan Anak juga diajarkan bagaimana
50 Copyright © 2018, Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Axiologiya/index
DOI: http://dx.doi.org/10.30651/aks.v2i1.1250
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59

bentuk perlawanan ketika ada orang memenuhi kebutuhan hidupnya.


yang akan bertindak jahat kepadanya. Anak jalanan tinggal di tempat-
Pada saat ini banyak sekali tempat terbuka karena tidak memiliki
kejahatan seksual terjadi, tidak hanya tempat tinggal. Anak yang tinggal
pada orang dewasa tetapi juga pada dipemukiman yang padat penduduk
anak-anak. Tindak kejahatan seksual sangat rawan untuk mengalami
yang marak terjadi menurut berita kekerasan seksual karena anak-anak
yang dimuat di web tidur bercampur dengan orang dewasa
hukumonline.com (Minggu, 18 Mei tanpa sekat. Oleh sebab itu, sangat
2014) ada 15 macam tindak penting untuk diberikan pendidikan
kejahatan seksual diantaranya seksual pada anak-anak tersebut.
pemerkosaan, intimidasi seksual yang Seperti anak-anak di daerah bantaran
meliputi ancaman dan percobaan sungai Jembatan Merah, mayoritas
perkosaan, pelecehan seksual, mereka hanya tinggal di depan
eksploitasi seksual, perdagangan gudang di pinggir sungai JMP
perempuan untuk tujuan seksual, tersebut dengan tempat tinggal
prostitusi paksa, perdagangan terbuat dari terpal berupa tenda
seksual, perkawinan paksa bongkar pasang. Selain itu, sebagian
(pernikahan dini yang dipaksakan tinggal di kamar kontrakan di
orangtua), pemaksaan kehamilan, perkampuangan padat penduduk,
pemaksaan aborsi, pemaksaan dengan kondisi berhimpit-himpitan
kontrasepsi dan sterilisasi, dengan tetangganya. Untuk
penyiksaan seksual, penghukuman melakukan aktivitas sehati-hari
tidak manusiawi dan bernuansa seperti mandi dan berganti pakaian
seksual, praktik tradisi bernuansa misalnya, anak-anak tidak memiliki
seksual yang membahayakan dan tempat yang aman. Mereka sebagian
mendiskriminasi perempuan, serta mandi di ruang terbuka (sungai) atau
kontrol seksual. Hal ini diakibatkan sumur umum yang sangat dengan
oleh lemahnya upaya penanganan mudah dilihat orang lain. Pada
oleh pemerintah, ketidaktahuan anak kondisi inilah, celah kejahatan bisa
terhadap tindakan-tindakan yang muncul.
termasuk tindak kekerasan seksual, Pendidikan seksual pada anak-
dan kurangnya perlindungan dari anak jalanan harus dilakukan dengan
orang tua. menggunakan strategi yang menarik,
Pelecehan dan kekerasan karena anak-anak jalanan motivasi
seksual rawan terjadi pada anak-anak belajarnya rendah. Rendahnya
dengan kondisi ekonomi keluarga motivasi anak dipengaruhi oleh faktor
rendah (miskin) dan anak-anak lingkungan dan kondisi mereka yang
jalanan. Orang dari ekonomi yang merupakan anak-anak putus sekolah.
rendah mayoritas banyak yang Pendidikan pada anak jalanan
menghalalkan segala cara demi memerlukan strategi yang menarik

51
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59

yang dapat memotivasi dan menarik lawan jenis, dan pemahaman untuk
perhatian anak untuk mau mengikuti menghindarkan diri dari kekerasan
pembelajaran yang diberikan. Strategi seksual. Pendidikan seks yang
yang diterapkan oleh para relawan dimaksud adalah anak mulai
Komunitas Cahaya Bunda (KCB) di dikenalkan identitas diri dan keluarga,
bantaran sungai jembatan merah mengenal anggota tubuh mereka,
untuk memberikan pendidikan dapat menyebutkan ciri-ciri tubuh,
seksual pada anak dengan mengenal tubuh dan fungsinya, serta
menggunakan media WaBoSang. mengenalkan pada anak bentuk
Media WaBoSang merupakan sentuhan yang wajar dan melecehkan.
kependekan dari Wayang Bongkar Cara yang dapat digunakan
Pasang yang merupakan modifikasi mengenalkan tubuh dan ciri-ciri
dari alat permainan tradisional tubuh dapat melalui media gambar
bongkar pasang yang kemudian atau poster, lagu, dan permainan.
dibuat dari kardus dengan ukuran Pemahaman pendidikan seks
yang lebih besar. WaBoSang dibuat diharapkan agar anak dapat
dalam bentuk anak laki-laki dan anak memperoleh informasi yang tepat
perempuan yang hanya mengenakan mengenai seks. Hal ini dikarenakan
pakaian dalam. Tujuannya untuk adanya media lain yang dapat
memberikan pemahaman pada anak- mengajari anak mengenai pendidikan
anak tentang bagian tubuh mana yang seks, yaitu internet. Anak dapat
boleh disentuh dan tidak boleh memperoleh informasi yang kurang
disentuh, dan siapa saja yang boleh tepat melalui internet.
dan tidak boleh menyentuh bagian Pendidikan seksual pada anak
tubuh anak. WaBoSang juga penting untuk diberikan agar anak
dilengkapi dengan pakain-pakaian terhindar dari resiko negatif perilaku
yang dapat dipasang dan dilepas. seksual dan perilaku menyimpang.
Pakaian WaBoSang terbuat dari Kurangnya pendidikan seks pada
kertas manila. anak usia dini mengakibatkan
Penelitian ini bertujuan untuk semakin tingginya kekerasan seksual
mendeskripsikan pendidikan seksual pada anak. Hal ini dikarenakan
pada anak melalui media WaBoSang. kurangnya pemahaman pada anak
Selain itu penelitian ini juga bertujuan terkait dengan tindakan yang
menganalisis faktor sosial yang termasuk dalam tindak kekerasan
mendukung maupun menghambat seksual. Anak tidak tahu cara
pendidikan seksual melalui media memberikan perlawanan dan takut
WaBoSang. melaporkan kepada orang tua
Pendidikan seks pada anak dikarenakan takut dimarahi oleh
ditekankan bagaimana memberikan orang tua atau takut dengan ancaman
pemahaman pada anak akan kondisi yang diberikan oleh pelaku. Orang tua
tubuhnya, pemahaman terhadap ketika tahu anaknya mengalami

52
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59

kekerasan seksual seharusnya tidak Sedangkan pelecehan seksual verbal,


langsung memarahi anak. Reaksi ditandai dengan kata-kata sensual
yang ditunjukkan orangtua akan (dapat berupa rayuan maupun
menyebabkan anak tambah merasa komentar yang bersifat negatif) yang
bersalah karena menceritakan hal ditunjukkan kepada korban. Tindak
tersebut. Perasaan bersalah dan pelecehan seksual disebabkan oleh: 1)
ketakutan akan membuat anak penampilan fisik (cara berpakaian
tersebut menarik diri dan korban yang menampakkan bentuk
memutuskan untuk menutup rapat- tubuhnya), 2) kepolosan dan ketidak
rapat peristiwa yang dialami. Narulita berdayaan korban. Kepolosan korban
(2015) menjelaskan bahwa orangtua menjadi sasaran utama pelaku untuk
yang mengetahui anaknya mengalami memuaskan sahwatnya karena anak
kekerasan seksual seharusnya dapat yang polos sangat mudah dbohongi
mengontrol dan mengendalikan diri, dan tidak berani melakukan
memberikan rasa aman kepada anak, perlawanan ketika korban disakiti, 3)
dan menggali informasi dengan anak mengalami cacat tubut, retardasi
pertanyaan-pertanyaan terbuka. Sikap mental atau gangguan perilaku. Anak-
yang ditunjukkan oleh orangtua anak pada tipe ini sering menjadi
tersebut, dapat memberikan rasa sasaran pelaku kekerasan seksual
aman dan mengurangi trauma yang karena tingkat keamanannya lebih
dialami oleh anak. terjamin. Anak tidak bisa
Kekerasan seksual pada anak memberikan perlawanan dan
banyak dilakukan oleh orang-orang menceritakan kepada orang lain
terdekat. Tidak sedikit kasus berkaitan tindak kekerasan seksual
kekerasan seksual dilakukan oleh yang diterima karena anak tersebut
ayah kandung, ayah tiri, tetangga, dan mengalami gangguan perilaku. 4)
orang-orang terdekat korban. Rendahnya tingkat ekonomi. Kondisi
Berdasarkan berita dari Liputan 6 ekonomi yang sulit, pada beberapa
(11/01/20017:Ferri Oscar) ada kasus menyebabkan sebagian orang
seorang ayah berusia 47 tahun yang tua yang pijakan agama dan kasih
mencabuli dua anak kandungnya sayang pada anaknya lemah, dengan
berusia 7 dan 4 tahun. Hal ini tega menyuruh anaknya untuk
menunjukkan bahwa kebanyakan menjual diri sebagai cara yang mudah
kekerasan seksual dilakukan oleh untuk mendapatkan uang. Tidak
orang-orang terdekat korban. sedikit anak yang diperjual belikan
Jenis pelecehan seksual ada dua oleh orangtuanya tersebut masih di
yaitu fisik dan verbal (Narulita, 2015: bawah umur. Ada juga yang karena
22). Pelecehan seksual fisik, ditandai merasa bahwa perkerjaan tersebut
dengan adanya sentuhan yang bersifat dapat menghasilkan banyak uang
sensual yang tidak diinginkan oleh tanpa harus bekerja keras.
korban di area-area tubuh korban.

53
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59

Kekerasan seksual pada anak METODE PENELITIAN


dapat mempengaruhi kesehatan Penelitian ini menggunakan
dikemudian hari dan trauma yang pendekatan penelitian deskriptif
berkepanjangan, bahkan hingga kualitatif. Penelitian kualitatif
dewasa. Menurut Noviana (2015) merupakan suatu penelitian yang
dampak trauma akibat kekerasan dilakukan untuk memahami
seksual pada anak diantaranya: fenomena tentang subjek penelitian
penghianatan atau hilangnya misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
kepercayaan anak pada orang dewasa tindakan, dan lain-lain secara
(betrayal), trauma secara seksual menyeluruh. Jenis penelitian ini
(traumatic sexualization), merasa adalah penelitian studi kasus (case
tidak berdaya (powerlessness), dan study). Penelitian studi kasus (case
stigma (stigmatization). Secara fisik study) atau penelitian lapangan
memang mungkin tidak ada hal yang dimaksudkan untuk mempelajari latar
harus dipermasalahkan pada anak belakang, keadaan, unit sosial tertentu
yang menjadi korban kekerasan yang bersifat apa adanya secara
seksual, tetapi secara psikis bisa mendalam sehingga hasil penelitian
menimbulkan ketagihan, trauma, memberikan gambaran luas dan
bahkan pelampiasan dendam. Bila mendalam mengenai unit sosial
tidak ditangani serius, kekerasan tertentu (Damin, 2002: 54-55).
seksual terhadap anak dapat Penelitian studi kasus bertujuan untuk
menimbulkan dampak sosial yang mengidentifikasi faktor-faktor yang
luas di masyarakat. Penanganan dan menyebabkan permasalahan itu
penyembuhan trauma psikis akibat muncul (Tohirin, 2012: 23). Data
kekerasan seksual haruslah mendapat yang diperoleh dalam penelitian ini
perhatian besar dari semua pihak yang adalah data kualitatif atau tentang
terkait, seperti keluarga, masyarakat fakta yang berupa kata-kata yang
maupun negara. Oleh karena itu, diperoleh dari subyek yang disebut
didalam memberikan perlindungan sumber data. Sumber data penelitian
terhadap anak perlu adanya ini adalah responden dan informan.
pendekatan sistem, yang meliputi Responden dan informan adalah
sistem kesejahteraan sosial bagi anak- orang yang memberikan informasi
anak dan keluarga, sistem peradilan terkait dengan fokus penelitian dapat
yang sesuai dengan standar berupa pertanyaan-pertanyaan dari
internasional, dan mekanisme untuk peneliti. Responden dan informan
mendorong perilaku yang sesuai tersebut akan diwawancara secara
dengan nilai-nilai moral dan sosial mendetail.
yang ada di dalam masyarakat. Analisis data yang digunakan
adalah interactive model yang
dikemukakan Miles and Huberman,
terdapat tiga langkah yaitu reduksi

54
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59

data, penyajian data, dan penarikan seksual melalui media wabosang.


kesimpulan. Data diperoleh dengan Rating scale merupakan alat
teknik pengumpulan data berupa pengumpul data yang digunakan
wawancara, observasi, dan dalam observasi untuk menjelaskan,
dokumentasi. Wawancara mengguna- menggolongkan, menilai individu
kan jenis wawancara tidak terstruktur atau situasi. Rating scale yang
karena peneliti tidak menyiapkan digunakan untuk mengetahui tingkat
pertanyan-pertanyaan berkaitan pemahaman materi pendidikan
dengan apa yang akan diteliti. seksual melalui wabosang yaitu: 1)
Observasi yang digunakan tidak memahami, 2) kurang
menggunakan jenis observasi memahami, 3) cukup memahami, 4)
berperan serta karena peneliti ikut memahami
dalam kegiatan tetapi tidak mengajar Rating scale diukur
atau memberikan pendidikan hanya berdasarkan kondisi subyek peneltian
melakukan pengamatan. Setelah data dari aspek demografis dan sosial.
terkumpul dan dianalisis selanjutnya Faktor demografis meliputi, usia
di uji keabsahannya dengan uji anak, jenis kelamin anak, kondisi
triangulasi, yang menggunakan jenis pernikahan orang tua. Faktor sosial
triangulasi teknik yang berarti yang dikaji meliputi, pendidikan
menggunakan teknik yang berbeda- anak, pendidikan orang tua, aktivitas
beda untuk mengumpulkan data yang keseharian anak (bekerja, sekolah,
sama. bekerja dan sekolah),
Responden dalam penelitian ini pemahaman/pengamalan nilai agama
terdiri dari 6 orang, yaitu: anak laki- oleh anak, tingkat interaksi anak
laki dan perempuan berusia 9 -15 dengan media massa/sosial.
tahun dengan kriteria tertentu yang
ditetapkan dalam penelitian ini. HASIL DAN PEMBAHASAN
Informan dalam penelitian ini adalah Pendidikan seksual pada anak-
relawan sosial, dan orang-orang di anak bantaran sungai Kalimas
lingkungan sekitar lokasi penelitian. Jembatan Merah diberikan melalui
Teknik pengambilan sampel dalam penggunaan media pembelajaran
penelitian ini menggunakan teknik berupa media WaBoSang.
purposive sampling atau sampel WaBoSang digunakan para relawan
bertujuan. Data yang diperoleh untuk mengenalkan pada anak
melalui hasil dokumentasi, observasi tentang bagian-bagian tubuh. Anak
dan wawancara secara mendalam di juga ditunjukkan bagian tubuh mana
lapangan yang dilakukan selama 2 yang harus ditutupi dengan menunjuk
bulan. Variabel yang diamati diukur bagian tubuh pada WaBoSang.
menggunakan rating scale, untuk Penggunaan WaBoSang sebagai
mengukur secara kualitatif besaran pendidikan seksual disertai dengan
pemahaman anak tentang pendidikan sebuah cerita yang menceritakan

55
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59

tindak kekerasan seksual yang menyentuh bagian-bagian tubuh yang


dilakukan oleh orang jahat. Relawan tertutupi. Disamping itu, anak juga
juga mengenalkan cara berpakaian tahu bagaimana cara melawan orang
yang sopan menggunakan yang akan berbuat jahat, contohnya
WaBoSang. WaboSang juga seperti berteriak dengan keras,
dilengkapi oleh baju-baju yang dapat berlari, dan melaporkannya kepada
dilepas, sehingga dapat digunakan orang orangtua atau orang yang ada di
untuk mengenalkan kepada anak- sekitar anak pada saat ada orang yang
anak bagaimana cara berpakain yang mau berbuat jahat.
sopan agar terhindar dari tindak Melalui materi edukasi
kekerasan seksual. Anak-anak terlihat tersebut peneliti melakukan observasi
sangat antusias mendengarkan cerita dan wawancara tentang bagaimana
para relawan dengan menggunakan tingkat pemahaman subyek penelitian
media WaBoSang. pendidikan seksual. Ada 5 materi
Pendidikan seksual yang yang menjadi garis besar pengamatan
diberikan relawan KCB dapat sesuai peneliti yakni: 1) bagian tubuh yang
dengan tujuan dan sasaran yang boleh disentuh dan tidak boleh
ditentukan dengan Wabosang. Hal ini disentuh oleh orang lain kecuali ibu,
dibuktikan dengan banyak anak yang atau orang lain (tenaga medis) dengan
mengajukan beberapa pertanyaan pengawasan orang tua, 2) contoh
terkait dengan tindak kekerasan perilaku yang mengundang perilaku
seksual. Anak-anak menjadi paham jahat orang lain, 3) manfaat
tentang bagian-bagian tubuh yang berpakaian yang sopan, 4) tindakan
harus dilindungi dan ditutupi. Anak yang harus dilakukan ketika orang
dapat menyebutkan kembali bagian- lain bertindak tidak sopan/jahat pada
bagian tubuh mana yang boleh dan tubuh kita, 5) contoh-contoh perilaku
tidak boleh disentuh. Anak juga tahu yang termasuk tidak sopan/kejahatan
siapa saja yang boleh dan tidak boleh pada tubuh kita atau orang lain

Tabel 1.
Kondisi Demografi dan Sosial Subyek Penelitian Sebagai Berikut.
Kondisi Demografi Kondisi Sosial
Subyek Interaksi dg
No Kondisi Bekerja
Penelitian Usia
Jenis
pernikahan
Pendidikan
atau
Pemahaman media
Kelamin anak agama anak massa/media
orang tua tidak
sosial
1 Putus
A (Lipa) 14 th P Utuh Bekerja Cukup Kurang
sekolah
2 B (Dika) 13 th L Cerai Sekolah Bekerja Kurang Cukup
3 Putus
C (Maya) 11 th P Utuh Cukup Kurang
sekolah
4 D (Dinda) 13 th P Utuh Sekolah Bekerja Cukup Cukup
5 Putus
E (Andik) 11 th L Utuh Bekerja Kurang Cukup
sekolah
6 Putus
F(Ardian 8 th L Utuh Bekerja Cukup Kurang
sekolah

56
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59

Dari tabel 1 dapat dijelaskan Pemahaman agama yang kurang ini


bahwa, subyek penelitian memiliki berdampak pada karakter/perilaku
latar belakang yang beragam. Subyek responden yang masih sering
penelitian A misalnya memiliki latar melakukan hal-hal negatif
belakang keluarga yang utuh artinya (merugikan) orang lain dengan
bapak dan ibunya masih terikat frekuensi lebih dibanding subyek
perkawinan, meski tidak berada pada penelitian lainnya. Hal lain yang sama
tempat tinggal yang sama. A untuk antara subyek penelitian B dan E
memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah mereka memiliki intensitas
hidup keluarganya harus ikut bekerja interaksi dengan media massa
sebagai pengamen. Kondisi yang maupun media internet (sosial) lebih
sama juga terjadi pada subyek sering dibanding dengan subyek
penelitian D, E, F , namun yang penelitian lainnya. Subyek penelitian
membedakan orang tua mereka D, memiliki intensitas yang sama
tinggal bersama. Subyek penelitian dengan B dan E, karena D
A,C,E, dan F meski dalam keseharian menggunakan internet sebagai media
mereka bekerja dan menghasilkan untuk mengerjakan tugas sekolah,
uang, namun ketiganya putus sekolah. pergaulan sosial dan hiburan. B dan D
Dari keempat responden tersebut, adalah 2 dari 6 subyek penelitian yang
hanya B dan E yang memiliki hingga kini masih bersekolah.
pemahaman agama kurang.

Tabel 2
Hasil Observasi dan Wawancara
A B C D E F
Materi Edukasi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Bagian tubuh  √√ √ √ √ √ √
yang boleh disentuh
dan tidak boleh
disentuh oleh orang
lain kecuali ibu, atau
orang lain (tenaga
medis) dengan
pengawasan orang
tua
2. Contoh prilaku √ √ √ √ √ √
yang mengundang
perilaku jahat orang
lain,
3. Manfaat √ √ √ √ √ √
berpakaian yang
sopan,
4. Tindakan yang √ √ √ √ √ √
harus dilakukan
ketika orang lain
bertindak tidak

57
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59

A B C D E F
Materi Edukasi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
sopan/jahat pada
tubuh kita,
5. Contoh-contoh √ √ √ √ √ √
prilaku yang
termasuk tidak
sopan/kejahatan
pada tubuh kita atau
orang lain.

Berdasarkan tabel 2 di atas Pada materi tiga, semua


dapat dideskripsikan bahwa pada responden lebih mudah memahami
materi pertama mengenai bagian materi edukasi yang diberikan, karena
tubuh yang boleh disentuh dan tidak materi ini sangat bersifat lebih umum
boleh disentuh oleh orang lain kecuali dan mudah dipahami oleh responden
ibu, atau orang lain dengan yang menjadi subyek penelitian. Pada
pengawasan orang tua menunjukkan materi keempat tentang tindakan yang
5 dari 6 subyek penelitian mampu harus dilakukan ketika orang lain
memahami. Hanya satu yakni F saja bertindak tidak sopan/jahat pada
yang punya skala cukup. Hal ini tubuh kita, menunjukkan 5 dari 6
sangat dimungkinkan karena F responden mampu memahami dan
merupakan responden paling muda menjelaskan materi tersebut. Hanya 1
dan putus sekolah sehingga tinggal orang yakni C, yang memiliki skala
pemahaman akan materi yang cukup. Hal ini karena C memiliki latar
diberikan kurang dibanding subyek belakang putus sekolah dan jarang
penelitian lainnya. Pada materi kedua, mengakses pengetahuan karena
tentang contoh perilaku yang dalam keseharian C harus bekerja
mengundang jahat orang lain, dari 6 (mengamen) untuk membantu
subyek penelitian, 3 anak, yakni A,B, menopang ekonomi keluarga. Pada
dan D mampu memahami dan materi 5 (terakhir), tentang contoh-
menjelaskan materi tersebut. contoh perilaku yang termasuk tidak
Sedangkan C, E, dan F memiliki skala sopan/kejahatan pada tubuh kita atau
cukup dalam memahami dan orang lain, menunjukkan sama
menjelaskan. Hal ini sangat dengan materi empat, yakni 6 dari 5
dipengaruhi kondisi pendidikan C, E responden memiliki skala yang
dan F yang putus sekolah, mampu memahami materi tersebut.
wawasannya kurang dan usia yang Hanya satu responden yang cukup.
lebih muda dari A sehingga masih Bila pada materi 4 subyek
sulit untuk memahami, menjelaskan penelitian C yang memiliki skala
dan menganalisa materi perilaku yang cukup, maka pada materi 5,
mengundang perilaku jahat orang menunjukkan bahwa F memiliki skala
lain. cukup dalam memahami materi. Hal

58
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59

ini sangat dipengaruhi oleh kondisi F DAFTAR PUSTAKA


yang putus sekolah dan kurang
memiliki akses terhadap informasi Bungin, Burhan. (2015). Penelitian
kualitatif edisi kedua. Jakarta:
dan pengetahuan. Selain itu usia yang
Kencana
masih muda diantara subyek Damin, Sudarwan. (2002). Menjadi
penelitian lain juga menjadi faktor peneliti kualitatif
mengapa F lebih sering memiliki ancangan. Metodelogi,
skala cukup dibanding subyek presentasi, dan publikasi
penelitian yang lain. hasil penelitian untuk
Berdasarkan hasil penelitian di mahasiswa dan peneliti pemula
bidang ilmu-ilmu sosial,
atas maka terlihat bahwa penggunaan
pendidikan, dan humaniora.
Wayang Bongkar Pasang Bandung: CV Pustaka Setia
(WaBoSang) efektif membantu anak http://regional.liputan6.com/read/282
dalam pemahaman pendidikan 3212/6-aksi-bejat-para-penjahat-
seksual. Setelah mendapatkan materi seksual-di-awal-
pendididikan seksual dengan 2017?source=search
menggunakan WaBoSang anak http://www.hukumonline.com/berita/
baca/lt5a100c53aa58a/15macam
menjadi paham anak akan kondisi -tindak-kejahatan-seksual
tubuhnya, paham terhadap lawan Narulita, Sari. (2015). Cara islami
jenis, dan paham untuk cegah kekerasan seksual pada
menghindarkan diri dari kekerasan anak. Cibubur: PT Enka
seksual. Parahiyangan
Noviana, Ivo. (2015). Kekersan
seksual terhadap anak: dampak
SIMPULAN
dan penanganannya.
Wayang bongkar pasang ___________
(WaBoSang) yang digunakan sebagai Santrock, John W. (2007).
media edukasi dalam memberikan perkembangan anak edisi
pendidikan seksual terbukti sangat keseblas jilid 2. Jakarta:
efektif dalam membantu pemahaman Erlangga
subyek penelitian terhadap materi Seefeldt, Carol&Wasi, Barbara A.
(2008). Pendidikan anak usia
yang diberikan. Efektifitas
dini. Jakarta: PT Indeks
WaBoSang dipengaruhi beberapa hal Tohirin. (2012). Metode
diantaranya, WaBoSang sangat penelitian kualitatif. Jakarta: PT
menarik dalam segi bentuk dan Rajagrafindo Persada.
penggunaannya dalam penyampaian
materi sehingga materi edukasi yang
diberikan lebih mudah dipahami oleh
anak (subyek penelitian).

59

Anda mungkin juga menyukai