ABSTRAK
ABSTRACT
This study aims to describe the use of WaBoSang media as sexual education in early
childhood. This research was conducted in Red Bridge River Surabaya City. This research uses
descriptive qualitative method with case study research type. Data collection uses observation,
interviews, and documentation. Data obtained then analyzed using interactive model proposed by
Miles and Huberman. From this research it is known that sexual education can be done through
media (WaBoSang). The use of wabosang media as sexual education, the child is able to know the
correct way of dressing, the child knows the parts of the body that must be closed, the child is able
to know only the mother and himself who can touch the covered body parts, the child is also able to
know what must be done when there are people who act evil
51
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59
yang dapat memotivasi dan menarik lawan jenis, dan pemahaman untuk
perhatian anak untuk mau mengikuti menghindarkan diri dari kekerasan
pembelajaran yang diberikan. Strategi seksual. Pendidikan seks yang
yang diterapkan oleh para relawan dimaksud adalah anak mulai
Komunitas Cahaya Bunda (KCB) di dikenalkan identitas diri dan keluarga,
bantaran sungai jembatan merah mengenal anggota tubuh mereka,
untuk memberikan pendidikan dapat menyebutkan ciri-ciri tubuh,
seksual pada anak dengan mengenal tubuh dan fungsinya, serta
menggunakan media WaBoSang. mengenalkan pada anak bentuk
Media WaBoSang merupakan sentuhan yang wajar dan melecehkan.
kependekan dari Wayang Bongkar Cara yang dapat digunakan
Pasang yang merupakan modifikasi mengenalkan tubuh dan ciri-ciri
dari alat permainan tradisional tubuh dapat melalui media gambar
bongkar pasang yang kemudian atau poster, lagu, dan permainan.
dibuat dari kardus dengan ukuran Pemahaman pendidikan seks
yang lebih besar. WaBoSang dibuat diharapkan agar anak dapat
dalam bentuk anak laki-laki dan anak memperoleh informasi yang tepat
perempuan yang hanya mengenakan mengenai seks. Hal ini dikarenakan
pakaian dalam. Tujuannya untuk adanya media lain yang dapat
memberikan pemahaman pada anak- mengajari anak mengenai pendidikan
anak tentang bagian tubuh mana yang seks, yaitu internet. Anak dapat
boleh disentuh dan tidak boleh memperoleh informasi yang kurang
disentuh, dan siapa saja yang boleh tepat melalui internet.
dan tidak boleh menyentuh bagian Pendidikan seksual pada anak
tubuh anak. WaBoSang juga penting untuk diberikan agar anak
dilengkapi dengan pakain-pakaian terhindar dari resiko negatif perilaku
yang dapat dipasang dan dilepas. seksual dan perilaku menyimpang.
Pakaian WaBoSang terbuat dari Kurangnya pendidikan seks pada
kertas manila. anak usia dini mengakibatkan
Penelitian ini bertujuan untuk semakin tingginya kekerasan seksual
mendeskripsikan pendidikan seksual pada anak. Hal ini dikarenakan
pada anak melalui media WaBoSang. kurangnya pemahaman pada anak
Selain itu penelitian ini juga bertujuan terkait dengan tindakan yang
menganalisis faktor sosial yang termasuk dalam tindak kekerasan
mendukung maupun menghambat seksual. Anak tidak tahu cara
pendidikan seksual melalui media memberikan perlawanan dan takut
WaBoSang. melaporkan kepada orang tua
Pendidikan seks pada anak dikarenakan takut dimarahi oleh
ditekankan bagaimana memberikan orang tua atau takut dengan ancaman
pemahaman pada anak akan kondisi yang diberikan oleh pelaku. Orang tua
tubuhnya, pemahaman terhadap ketika tahu anaknya mengalami
52
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59
53
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59
54
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59
55
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59
Tabel 1.
Kondisi Demografi dan Sosial Subyek Penelitian Sebagai Berikut.
Kondisi Demografi Kondisi Sosial
Subyek Interaksi dg
No Kondisi Bekerja
Penelitian Usia
Jenis
pernikahan
Pendidikan
atau
Pemahaman media
Kelamin anak agama anak massa/media
orang tua tidak
sosial
1 Putus
A (Lipa) 14 th P Utuh Bekerja Cukup Kurang
sekolah
2 B (Dika) 13 th L Cerai Sekolah Bekerja Kurang Cukup
3 Putus
C (Maya) 11 th P Utuh Cukup Kurang
sekolah
4 D (Dinda) 13 th P Utuh Sekolah Bekerja Cukup Cukup
5 Putus
E (Andik) 11 th L Utuh Bekerja Kurang Cukup
sekolah
6 Putus
F(Ardian 8 th L Utuh Bekerja Cukup Kurang
sekolah
56
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59
Tabel 2
Hasil Observasi dan Wawancara
A B C D E F
Materi Edukasi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Bagian tubuh √√ √ √ √ √ √
yang boleh disentuh
dan tidak boleh
disentuh oleh orang
lain kecuali ibu, atau
orang lain (tenaga
medis) dengan
pengawasan orang
tua
2. Contoh prilaku √ √ √ √ √ √
yang mengundang
perilaku jahat orang
lain,
3. Manfaat √ √ √ √ √ √
berpakaian yang
sopan,
4. Tindakan yang √ √ √ √ √ √
harus dilakukan
ketika orang lain
bertindak tidak
57
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59
A B C D E F
Materi Edukasi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
sopan/jahat pada
tubuh kita,
5. Contoh-contoh √ √ √ √ √ √
prilaku yang
termasuk tidak
sopan/kejahatan
pada tubuh kita atau
orang lain.
58
Naili Sa’ida1, Aristiana Prihatining Rahayu2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.1, Februari 2018 Hal 50 – 59
59