PDF To Word
PDF To Word
INTISARI
Absorpsi merupakan salah satu proses perpindahan massa yang bertujuan untuk
memisahkan suatu gas dari campurannya dengan menggunakan absorben yang sesuai.
Percobaan gas liquid absorption ini bertujuan untuk mengamati karakteristik
hidrodinamik dari kolom packed, menentukan karakteristik aliran dari kolom, dan
menghitung koefisien perpindahan masa untuk penyerapan CO2. Pada percobaan ini
variabel yang digunakan berupa flowrate gas dan flowrate absorben. Flowrate gas yang
digunakan adalah sebesar 15 dan 25 l/min, sedangkan flowrate absorben yang
digunakan adalah 0,25; 0,5; 0,75; 1; dan 1,25 l/min. Gas yang digunakan merupakan
campuran dari udara dan CO2, dimana CO2 berperan sebagai absorbat sedangkan NaOH
berperan sebagai absorben. Prosedur percobaan gas liquid absorption yang pertama
adalah melarutkan NaOH sebanyak 200 gr ke dalam 23 liter air pada bak. Didapatkan
konsentrasi NaOH pada bak adalah sebesar 0,22 N. Selanjutnya NaOH diumpankan ke
dalam packed bed dan dikontakkan dengan udara dan CO2. NaOH, udara, dan CO2
diatur laju alirnya sesuai variabel dengan mengatur valve masing-masing. Setelah
NaOH dan CO2 saling kontak, larutan sampel yang terbentuk diambil 10 ml untuk
dititrasi. Titrasi dilakukan oleh HCl 0,1 N dengan indikator phenolpthalein (PP). Dari
hasil perhitungan, didapat bahwa laju alir dari absorben mempengaruhi banyaknya CO2
yang terserap. Selain itu, juga semakin besar konsentrasi larutanyang dihasilkan, maka
nilai koefisien perpindahan massanya juga semakin besar. Koefisien perpindahan massa
ini menandakan besarnya massa yang terserap (absorbat) oleh absorben. Didapatkan
pula perbedaan nilai koefisien perpindahan massa antara flowrate gas 15 l/min dan 25
l/min yang disebabkan oleh perbedaan laju alir CO2. Semakin meningkatnya laju alir
CO2 akan menyebabkan harga Kga akan semakin kecil.
DAFTAR ISI
Intisari .......................................................................................................................................... i
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Percobaan ............................................................................................ 1
1.2. Dasar Teori ........................................................................................................ 1
DAFTAR TABEL
Tabel 3. Hasil perhitungan kadar CO2 yang terserap oleh NaOH ............................. 10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses absorbsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik amonia ............... 2
Gambar 3. Grafik hubungan antara laju alir NaOH dengan mol CO2 terserap .. 12
BAB I
PENDAHULUAN
Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas
dalam larutan penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh peristiwa ini adalah
absorbsi gas CO2 dengan larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan sebagainya. Aplikasi dari
absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik amonia.
Absorbsi kimia (chemosorbtion) ditandai dengan pertukaran elektron (electron
exchange) antara absorbat dengan absorben. Interaksi yang terjadi sangat kuat sehingga
terbentuk senyawa kimia dengan energi ikatnya sekitar 300 kJ/mol (Nieuwenhuizen,
1987). Proses absorbsi molekul dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain
Gambar 1. Proses absorbsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik amonia
Dimana :
y0 = fraksi mol gas pada outlet
y1 = fraksi mol gas pada inlet
y = fraksi mol gas bulk
y* = fraksi mol gaspada esetimbangan dengan liquid pada titik di kolom
G = molar laju reaksi padagas, mol/s
Zr= tinggi kolom, m
Kga= koefisien perpindahan massa overall berdasarkan fasa gas, mol/m.s.fraksi mol
A = Area cross sectional pada kolom, m2
Untuk gas encer dalam aliran gas inert, persamaan di atas dapat disederhanakan ke
persamaan :
=∫
........................................................ (2)
− ∗
Gaya dorong pada sisi lain dari persamaan dapat diestimasikan dari tekanan parsial ke
aliran gas
=(log ) ..................................... (3)
Diasumsikan gas ideal pada fasa uap, koefisien perpindahan massa (Kga) pada absorpsi
CO2 menggunakan NaOH dapat dicari dari persamaan (Kurniati, 2011)
ln( )
= ( ) .............. ............ ............ ............ .....
(4)
( − )
Dimana
Pi = tekanan parsial dari komponen absorsorpsi di inlet stream
P0 = tekanan parsial dari komponen absorpsi di outlet sream
P = tekanan total pada kolom
Dimana K’ya merupakan koefisien perpindahan massa overall. Total ketinggian dari
kolom untuk perpindahan dapat dicari menggunakan persamaan
= ......................................................... (6)
NOG adalah nilai dari perpindahan unit dari kolom, fungsi dari komposisi dan tergantung
pada kondisi operasi, seperti G, L, T, P. NOG dapat didefinisikan pada persamaan
( 0− )
..........................................................
=
( − ∗ )
(7)
Dimana (yA-y*A) adalah rata-rata gaya dorong untuk absorbsi. Ketinggian oleh
perpindahan unit dihitung dengan persamaan
= ⁄ ............................................................. (8)
Hasil eksperimen akan dibandingkan dengan nilai teoritis HOG dengan menggunakan
persamaan berikut
= + ....................................................... (9)
Dimana
HOG = ketinggian overall teoritis dari perpindahan unit fasa gas (m)
HG = ketinggian oleh fasa gas perpindahan unit (m)
M = slope dari garis kesetimbangan G,
L = laju alir gas dan liquid (kmol.m.s)
HL= perpindahan unit fasa liquid (m)
Kandungan berlebih gas CO2 dalam udara akan menyebabkan efek greenhouse.
Efek greenhouse ini akan meningkatkan suhu atmosfer sehingga menimbulkan efek
pemanasan global. Selain itu, dalam konsentrasi yang tinggi CO2 akan menyebabkan
kelumpuhan pusat pernafasan, tetapi pada konsentrasi gas CO2 dalam udara yang kurang
dari 1,5% volume tidak akan membahayakan. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode
untuk menekan angka polusi akibat kandungan berlebih gas CO2 dalam udara tersebut,
salah satunya adalah dengan proses absorpsi. Untuk memahami proses absorpsi, penting
sekali mengetahui fenomena perpindahan massa yang terjadi di dalamnya. Solvent yang
dapat dipakai untuk menyerap gas CO2 dalam udara adalah cairan KOH dan
Monoethanolamine (MEA) (Aboudheir, 1998).
BAB II
PERCOBAAN
Mulai
Membiarkan larutan mengalir ke kolom dan mengukur perbedaan tekanan (∆P) untuk
menaikkan laju aliran gas
Untuk setiap aliran cairan, menaikkan laju aliran gas perlahan-lahan dengan
penambahan 10 liter per menit dan mencatat perbedaan tekanan (∆P)
Analisa data
Hasil perhitungan
Selesai
Mulai
Melakukan perhitungan
Selesai
BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Flowrate Flowrate V V
N
NaOH gas NaHCO3 HCl N CO2 n CO2 Kga
NaHCO3
(l/min) (l/min) (ml) (ml)
0,25 10 14,2 0,142 0,142 0,0014 0,0074
0,5 10 13,5 0,135 0,135 0,00135 0,00705
0,75 15 50 45,8 0,0916 0,092 0,00092 0,0048
1 10 8,4 0,084 0,084 0,00084 0,0044
1,25 10 6 0,06 0,06 0,0006 0,00314
0,25 10 3,1 0,031 0,031 0,00031 0,00162
0,5 10 3 0,03 0,03 0,0003 0,00157
0,75 25 10 2,7 0,027 0,027 0,00027 0,00141
1 10 2,5 0,025 0,025 0,00025 0,00131
1,25 10 2,3 0,023 0,023 0,00023 0,0012
3.3. Pembahasan
Absorpsi merupakan salah satu proses perpindahan massa yang bertujuan untuk
memisahkan suatu gas dari campurannya dengan menggunakan absorben yang sesuai
(Kumoro, 2000). Menurut Altway (2008), proses tersebut terjadi jika campuran gas
dikontakkan dengan suatu liquid yang kemudian salah satu komponen gas akan diserap
oleh liquid tersebut.
dalam praktikum ini memiliki kadar sebesar 10%, sedangkan udara yang digunakan
berasal dari udara bebas.
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah membuat larutan
NaOH di dalam kolom isian. Larutan NaOH dibuat dengan melarutkan 200 gram
padatan NaOH ke dalam air. Selanjutnya mengatur laju alir dari udara, CO2, dan NaOH.
Laju alir dari udara, CO2, dan NaOH diatur dengan mengontrol valve flow control
hingga pada indikator menunjukkan angka yang sesuai dengan variabel. Dalam
percobaan ini, kolom absorpsi yang digunakan adalah packed bed. Kolom ini berbentuk
silinder yang dilengkapi dengan packed berupa raschig ring. Rasching ring ini
berfungsi untuk memecah kerapatan dari liquid dan gas sehingga dapat memperluas
kontak antara absorben dan absorbat. Semakin luas kontak antara absorben dan
absorbat, maka proses absorpsi akan semakin maksimal. Prinsip kerja dari packed bed
adalah cairan didistribusikan secara merata dari atas kolom hingga membasahi raschig
ring, dan mengalir melewatinya membentuk lapisan tipis, kemudian keluar melalui
bagian bawah. Sementara itu, gas dialirkan secara counter-current dengan liquid
dimana tempat pemasukannya berada dibawah kolom dan mengalir keluar melalui atas
kolom. CO2 akan mengalami kontak langsung dengan larutan NaOH dan terjadi proses
penyerapan CO2 oleh NaOH sesuai dengan reaksi berikut
NaHCO3 yang terbentuk akan keluar melalui kolom bed dan diambil sebanyak 10 ml
untuk dititrasi. NaHCO3 ditetesi dengan fenolpthalein (PP) sehingga menjadi warna
merah muda keunguan. Selanjutnya larutan NaHCO3 dititrasi menggunakan HCL 0,1 M
hingga larutan mengalami perubahan menjadi bening. Titrasi yang berlangsung sesuai
dengan reaksi berikut
Pada percobaan ini, absorpsi yang berlangsung adalah absorpsi kimia. Absorpsi
kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam larutan
penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Absorpsi gas CO2 dengan larutan hidroksid
yang kuat merupakan proses absorpsi yang disertai dengan reaksi kimia orde 2 antara
CO2 dan ion OH- membentuk ion CO32- dan H2O. Sedangkan reaksi antara CO2 dengan
CO32- membentuk ion HCO3- biasanya diabaikan (Danckwerts, 1970).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan jumlah dari CO2 yang
terserap dalam proses absorpsi yang ditampilkan dalam grafik berikut
0.0012
Flowrate gas
0.0010
15 l/min
0.0008
0.0006
Flowrate gas
0.0004 25 l/min
0.0002
0.0000
0 0.5 1 1.5
Laju alir NaOH (l/min)
Gambar 3. Hubungan antara laju alir NaOH dengan mol CO2 yang terserap
Dari grafik pada gambar 3 diatas, diketahui bahwa pada flowrate gas 15 dan 25 l/min
kurva berjalan menurun. Pada flowrate gas 15 l/menit, dengan laju alir NaOH sebesar
0,25 l/menit dapat menyerap CO2 sebesar 0,0014 mol dan dengan laju alir NaOH
sebesar 1,25 l/menit dapat menyerap CO2 sebesar 0,0006 mol. Pada flowrate gas 25
l/menit, dengan laju alir NaOH sebesar 0,25 l/menit dapat menyerap CO2 sebesar
0,00031 mol dan dengan laju alir NaOH sebesar 1,25 l/menit dapat menyerap CO2
sebesar 0,00023 mol. Adanya penurunan kurva ini menunjukkan bahwa semakin besar
laju alir dari NaOH, maka semakin sedikit CO2 yang dapat diserap. Hal ini sesuai
dengan literatur, dimana dinyatakan bahwa pada operasi absorpsi dengan laju alir besar,
waktu kontak antara NaOH dengan CO2 untuk jumlah molekul yang sama akan semakin
kecil. Waktu kontak yang singkat ini menyebabkan transfer massa yang terjadi lebih
sedikit dan jumlah CO2 yang terserap juga lebih sedikit (Maarif, 2009). Kemudian pada
flowrate gas 15 l/min dapat dilihat bahwa penurunan nilai CO2 yang terserap lebih besar
dibandingkan dengan flowrate gas 25 l/min. Adanya perbedaan ini disebabkan pada
flowrate gas 15 l/min, CO2 yang terserap semakin sedikit sehingga perbedaannya
semakin besar. Sedangkan pada flowrate 25 l/min, CO2 yang terserap sudah mendekati
konstan sehingga perbedaannya semakin kecil.
0.0040
0.0030
Flowrate gas
0.0020 25 l/min
0.0010
0.0000
0 0.05 0.1 0.15
N NaHCO3
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa baik pada flowrate gas 15 dan 25 l/menit
menunjukkan kurva yang naik. Pada flowrate gas 15 l/menit, dengan konsentrasi
NaHCO3 sebesar 0,06 N didapatkan koefisien perpindahan massa (Kga) sebesar 0,0031,
sedangkan dengan konsentrasi NaHCO3 sebesar 0,142 N didapatkan koefisien
perpindahan massa (Kga) sebesar 0,0074. Pada flowrate gas 25 l/menit, dengan
konsentrasi NaHCO3 sebesar 0,023 N didapatkan koefisien perpindahan massa (Kga)
sebesar 0,0012, sedangkan dengan konsentrasi NaHCO3 sebesar 0,031 N didapatkan
koefisien perpindahan massa (Kga) sebesar 0,00162. Adanya kenaikan grafik ini
menandakan bahwa konsentrasi NaHCO3 berbanding lurus dengan koefisien
perpindahan massa (Kga), dimana semakin besar konsentrasi dari NaHCO3, maka
semakin besar pula nilai koefisien perpindahan massa (Kga). Hal ini sesuai dengan
percobaan yang dilakukan oleh Srihari (2011) yang menyatakan bahwa semakin tinggi
konsentrasi yang digunakan, maka semakin banyak gas CO2 yang dapat terserap dan
perpindahan massa yang terjadi semakin besar. Semakin tinggi konsentrasi, maka
semakin dekat jarak antar molekul sehingga peluang terjadi tumbukan antar molekul
semakin besar.
Selain itu, dapat dilihat pula pada gambar 4, bahwa nilai koefisien perpindahan
massa untuk flowrate gas 15 l/menit, lebih besar dibandingkan dengan flowrate 25
l/menit untuk besar laju alir absorben yang sama. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
nilai dari flowrate CO2 yang digunakan, dimana pada flowrate 15 l/min, laju alir CO2
yang digunakan adalah sebesar 1,2 l/min, sedangkan pada flowrate 25 l/min flowrate
yang digunakan sebesar 2 l/min. Adanya perbedaan nilai koefisien perpindahan massa
ini sesuai dengan percobaan yang dilakukan oleh Srihari (2011) yang menyatakan
bahwa meningkatnya laju alir CO2 akan menyebabkan harga Kga akan semakin kecil.
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Altway, Ali. 2008. Perpindahan Massa Disertai Reaksi Kimia. Jakarta: BeeMarketer
Institute
Brown, G. G. 1950. Unit Operation. New York: John Willey and Sons Inc.
Danckwerts, P.V. 1970. Gas Liquid Reactions 5th edition. New York: McGraw-Hill
Book Company, Inc
Kumoro, A.C., dan Hadiyanto. 2000. Absorpsi Gas Karbondioksida dengan Larutan
Soda Api dalam Unggun Tetap. Forum Teknik Jilid 24 (2)
Kurniati, Muliasari, Adi, M., dan Sofiana, Eva. 2011. Absorpsi CO2 dengan Larutan
NaOH. Laboratorium Proses Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Universitas
Diponegoro
Maarif, F., dan Januar A.F. 2009. Absorbsi Gas Karbondioksida (CO2) dalam Biogas
dengan Larutan NaOH secara Kontinyu. Tugas akhir S1 Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
Mantell, C. L. 1951. Adsorption 2nd edition. New York: McGraw-Hill Book Co.Inc.
Srihari, Endang, dkk. 2011. Absorpsi Gas CO2 Menggunakan Monoetanolamine. Jurnal
Teknik Kimia, Universitas Surabaya
DAFTAR NOTASI
APPENDIKS
M= = = 0,2155 M
volume 23,205
N = Vs x Ns
= 14,2 x 0,1 = 0,142 N
CO2
Vt 10
VCO2
0,01
2 0,00142
= = = 0,0074
0,5169 0,74016 0,5