KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Penyitaan
oleh penyidik untuk menguasai secara hukum atas suatu barang, baik barang
bergerak maupun barang tidak bergerak yang diduga terkait erat dengan tindak
menerima laporan dan atau pengaduan dari masyarakat atau diketahui sendiri
terjadinya tindak pidana, kemudian di tuntut oleh penuntut umum dengan jalan
alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak
14
15
2. Tujuan Penyitaan
bukti di muka sidang peradilan. Kemungkinan besar tanpa barang bukti, perkara
tidak dapat di ajukan ke sidang pengadilan. Oleh karena itu, agar perkara tadi
menetapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat (Ratna Nurul
Afiah, 1988:13).
undang-undang dibedakan beberapa bentuk dan tata cara penyitaan. Antara lain
sebagai berikut :
16
a. Penyitaan biasa
Penyitaan dengan bentuk biasa dan prosedur biasa merupakan aturan umum
penyitaan. Selama masih mungkin dan tidak ada hal-hal yang luar biasa atau
ditempuh dan diterapkan penyidik. Penyimpangan dari aturan bentuk dan tat
Harahap, 2007:266).
Adapun tata cara pelaksanaan penyitaan bentuk biasa atau umum adalah
Pertama, harus ada surat izin penyitaan dari ketua pengadilan. Kedua,
disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dengan dua orang saksi.
mendesak ialah bilamana di suatu tempat diduga keras terdapat benda atau
barang bukti yang perlu segera dilakukan penyitaan, atas alasan patut di
khawatirkan bahwa benda atau barang bukti itu akan segera dilarikan atau
17
penyitaan biasa berdasar aturan umum yang diuraikan terdahulu, Pasal 38 ayat
cara yang ditentukan Pasal 38 ayat (1) KUHAP. Hal ini diperlukan untuk
segera bertindak dalam keadaan yang “sangat perlu dan mendesak”, dapat
dan mendesak”.
Adapun tata cara penyitaannya adalah sebagai berikut : Pertama, tanpa surat
izin dari Ketua Pengadilan. Kedua, hanya terbatas atas benda bergerak saja
2007:269-270).
Dalam hal tertangkap tangan, penyidik berwenang menyita paket atau surat
tersangka atau bersal daripadanya dan untuk itu kepada tersangka dan atau
menyita suatu benda dan alat yang ternyata digunakan untuk melakukan
tindak pidana atau benda yang “patut diduga” telah dipergunakan untuk
melakukan tindak pidana atau benda lain yang dapat digunakan sebagai
paket atau surat dan benda-benda pos lainnya, sehingga terhadap benda-benda
Harahap, 2007:271-272).
Benda yang hendak di sita tidak langsung di datangi dan diambil sendiri oleh
penyidik dari tangan dan kekuasaan orang yang memegang dan menguasai
menyerahkan sendiri benda yang hendak disita dengan sukarela. Atas dasar
19
tangan dan upaya paksa penyidik dalam melakukan penyitaan, tidak secara
langsung dan nyata dalam pengambilan benda sitaan, tetapi diserahkan sendiri
Yang dimaksud dengan surat atau tulisan lain pada Pasal 43 KUHAP adalah
surat atau tulisan yang “disimpan” atau “dikuasai” oleh orang tertentu yang
Negara. Adapun mengenai syarat dan cara penyitaannya adalah hanya dapat
untuk merahasiakan. Misalnya akta notaris atau sertifikat, hanya dapat disita
harus atas “izin khusus” Ketua Pengadilan Negeri jika tidak ada persetujuan
4. Kewenangan Penyitaan
Ketua Pengadilan Negeri setempat. Dalam keadaan yang sangat perlu dan
mendesak, bilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk
hanya atas benda bergerak dan untuk itu wajib segera melaporkan kepada
penyidik. Baik benda itu diambil dari pemilik, penjaga, penyimpan, penyewa
dan sebagainya, maupun benda yang langsung diambil dari penguasaan atau
harta atau barang yang berharga dan segala sesuatu yang berwujud atau
barang sebagiannya yang dilakukan menurut putusan hakim atau oleh polisi
Negara, yaitu :
21
a. Benda sitaan Negara adalah benda yang disita oleh penyidik, penuntut
lain.
dapat disita menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ialah hanya
benda-benda yang ada hubungannya dengan tindak pidana. Jika suatu benda
tidak ada kaitannya atau keterlibatan dengan tindak pidana, terhadap benda-
22
benda tersebut tidak dapat dilekatkan sita (M. Yahya Harahap, 2007 : 274-
275).
atau barang seperti itu oleh hukum, tidak bisa dilepaskan dari pemilikan hak
terhadapnya. Artinya, sejauh bisa ada hak yang melekat padanya, maka itu
adalah benda atau barang dalam arti hukum. Oleh sebab itu, walaupun benda
tak nyata wujudnya, tetapi karena benda itu bisa dimiliki maka hak yang ada
diatasnya pun akan bisa dan boleh diperalihkan (Nikolas Simanjutak, 2009 :
100).
penyitaan benda yang memberi batasan tentang benda yang dapat dikenakan
a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian
diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana
pidana.
yang dilakukan.
f. Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata atau karena pailit,
sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak
KUHAP).
c. Surat atau tulisan lain dari mereka yang berkewajiban menurut undang-
a. Benda terlarang, seperti senjata api tanpa izin, bahan peledak, bahan kimia
majalah porno, film porno, uang palsu, dan lain-lain (M.Yahya Harahap,
2007 : 292).
Yang dimaksud dengan benda yang dirampas untuk Negara ialah benda
b. Alternatif kedua, atas benda terlarang atau benda yang dilarang diedarkan,
untuk dimusnahkan.
Begitulah tata cara penyelesaian benda sitaan yang bersifat terlarang atau
dilarang diedarkan, hanya dapat dirampas untuk Negara atau dirampas untuk
dimusnahkan. Jika benda tersebut itu dirampas untuk Negara, penggunaan dan
benda sitaan yang diperlukan sebagai barang bukti dalam proses peradilan
putusan hakim dan benda tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun
juga.
segala benda sitaan dari seluruh instansi (M.Yahya Harahap, 2007 : 277-278).
Pada masa yang lalu, banyak diantara pejabat penegak hukum yang
menguasai dan menikmati benda sitaan. Akibatnya banyak benda sitaan yang
tidak tentu rimbanya, dan pada saat pelaksanaan eksekusi atas benda sitaan,
tidak ada lagi bekas dan jejaknya. Ada yang beralih menjadi milik pejabat dan
ada pula yang sudah hancur atau habis. Atas alasan pengalaman tersebut,
peradilan dan benda tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun juga.
tertib sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan (juklak) dan Petunjuk Teknis (juknis)
benda tersebut agar tidak rusak serta tidak berubah kualitas maupun kuantitasnya
sejak penerimaan sampai dengan pengeluarannya (Bima Priya Santosa, dkk, 2010
: 18-19).
berdasarkan putusan hakim (PP No. 27 tahun 1983, Pasal 27 ayat (1)).
M.04.PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rutan dan
pengecualian, yakni dalam hal benda sitaan tidak mungkin dapat disimpan
dengan sifat dan tempat penyimpanan benda sitaan yang bersangkutan (M.
RUPBASAN, yaitu :
Pemerintah No. 27/1983 jo. Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Kehakiman
No. M.05.UM.01.06/1983).
kuantitas benda sitaan, yang lebih lanjut diatur dalam Bab II Peraturan
yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini adalah sebagai berikut :
negara.
teknis pengelolaan benda sitaan negara dan rampasan negara. Hal ini
lingkupnya meliputi :
1. Penerimaan
menyerahkan.
pendaftaran.
32
menyerahkan.
negara.
3. Pendaftaran
yang bersangkutan.
4. Penyimpanan
1) Tingkat Penyidikan.
2) Tingkat Penuntutan.
1) Kertas.
2) Logam.
3) Non Logam.
7) Berbentuk gas.
10) Tanah.
f. Terhadap benda sitaan dan rampasan negara yang dipinjam oleh pihak
5. Pemeliharaan
jenis, mutu, macam dan jumlah benda sitaan dan rampasan negara.
6. Pemutasian
1) Mutasi administratif.
2) Mutasi fisik.
pemeriksaan, yaitu :
36
yang menyita.
peradilan.
yuridis.
b. Tugas pengeluaran :
kegiatan:
lagi.
37
tinggi.
diambil.
keamanan RUPBASAN.
keamanan lainnya.
39
undangan.
keamanan.
RUPBASAN.
RUPBASAN.
rampasan negara.
40
instansi lain.
pengamanan :
dinas.
41
9. Pelaporan
a. Laporan Tertulis
Pemasyarakatan.
b. Pengeluaran Akhir
Dalam hal terjadi peristiwa yang luar biasa, segera dilaporkan kepada