Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN THYPOID

1. Definisi Tifoid
Typhoid Abdominalis (demam typhoid, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demamyang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguankesadaran (Ngastiyah, 2005).
Typhoid Abdominalis merupakan penyakit infeksi akut usus halusdengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai dengan gangguanpencernaan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran, disebabkan olehSalmonella typhosa dan hanya didapatkan pada manusia
(Rampengan, 2007)
Typhoid Abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yangdisebabkan
oleh kuman Salmonella typhosa (nugroho, 2011).
TyphoidAbdominalis adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan
oleh Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi A, B, dan C (widoyono, 2008) .
Menurut (widoyono, 2008) Sumber penularan penyakit ini adalah melalui airdan
makanan. Kuman Salmonella dapat bertahan lama dalam makanan. Penggunaan air
minum secara masal yang tercemar bakteri seringmenyebabkan terjadinya (KLB)
kejadian luar biasa, faktor berupa seranggajuga berperan dalam sumber penularan
penyakit.Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Typhoid
Abdominalis adalah infeksi akut yang menyerang pada saluran pencernaanyang
disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi, yaitu sejenis bakteri gramnegatif yang dapat
menyebabkan gangguan pencernaan dan terkadang disertaidengan gangguan kesadaran
pada klien.

2. Etiologi
Etiologi demam tifoid adalah Salmonella tyjpi. Sedangkan demam paratifoid di
sebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies Salmonella enteritidis, yaitu S.
enteritidis bioserotipe paratyphi A, S. enteritidis bioserotipe paratyphi B, S. enteridis
bioserotipe paratifi C. Kuman-kuman ini lebih dikenal dengan nama S. paratyphi A, S.
schottmuelleri, dan S. hirschfeldii.
3. Patofisiologi
Masuknya kuman Salmonella typhi (S. typi) dan Salmonella paratyphi (S. paratyphi)
ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian
kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos ke dalam usus dan selanjutnya
berkembang biak(Soegijanto, 2002). Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus
kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel-M) dan selanjutnya
ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel
fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam
makrofag dan selanjutnya dibawa ke plague peyeri ileum distal dan kemuadian ke
kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang
terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan
bakteremia pertama yang asimtomatik) dan menyebar keseluruh organ retikuloendotelial
tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meningggalkan sel-sel fagosit
dan kemudianberkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke
dalamsirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai
tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.
Pada proses fagosit ini, kuman yang dapat difagosit akan mati,sedangkan yang tidak
difagosit akan tetap hidup dan menyebabkan bakteriemiakedua. Kuman yang masuk ke
aliran darah akan menyebabkan roseola padakulit dan lidah hiperemia. Selanjutnya
kuman masuk ke dalam usus halus danmenyebabkan peradangan sehingga menimbulkan
nausea dan vomitus sertaadanya anorexia masalah tersebut akan menyebabkan intake
klien yang tidakadekuat dan kebutuhan nutrisi yang kurang dari tubuh yang bisa
menyebabkan diare sehingga diperlukan bedrest untuk mencegah kondisi klien akan
menjadibertambah buruk. Selanjutnya kuman masuk ke dalam hepar yang selanjutnya
mengeluarkan endotoksin yang akan merusak hepar sehingga terjadihepatomegali dan
juga mengakibatkan splenomegali yang disertai denganmeningkatnya SGOT/SGPT.
Selain itu, kuman dapat menyebar ke hipotalamusyang menekan termoregulasi yang
mengakibatkan demam remiten danhipertermi sehingga klien akan mengalami malaise
dan akhirnya menggangguaktivitasnya (Muttaqin, 2011).
Di dalam hati, kuman masuk kedalam kandung empedu, berkembang biak, dan
bersama cairan empedu diekskresikan secara intermittent dalam lumen usus. Sebagian
kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi kedalam sirkulasi setelah
menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah
teraktivasi dan hiperaktif, maka saat fagositosis kuman salmonella terjadi pelepasan
beberapa mamediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi
inflamasi sistemik seperti demam, malaise, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vascular,
gangguan mental dan koagulasi.
Didalam plague peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan
(S.thypi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe lambat, hyperplasia
jaringan dan nekrosis organ). Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi
pembuluh darah sekitar plague peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia
akibat akumulasi sel-sel mononuclear di dinding usus. Proses patologis jaringan limfoid
ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, sehingga dapat mengakibatkan perforasi.
Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya
komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernapasan, dan
gangguanorgan lainnya.

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Typhoid Abdominalis tergantung dari virulensi dan dayatahan
tubuh. Masa inkubasi rata-rata sekitar 10 hari , pada penderita yang khasdan tidak diobati
dengan antimikroba maka penyakit ini berlangsung selama 4minggu (Mansjoer, 2000).
Dengan tahapan sebagai berikut:
1. Minggu pertama.
Keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya,yaitu
demam yang remiten suhu tubuh menurun pada siang hari dan kembali naik pada
malam hari, nyeri kepala, pusing , nyeri otot, anoreksia, nausea danvomitus,
obstipasi atau diare, dan bradikardi (Dermawan & Rahayuningsih,2010).
2. Minggu kedua.
Gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam kontinue, terus-
menerus,bradikardi relatif, lidah coated tongue (kotor di tengah, tepi dan ujung
merahtremor), delirium, hepatomegali, splenomegali, meteorismus,
gangguankesadaran berupa somnolen sampai koma.
3. Minggu ketiga.
Pada minggu ketiga panas suhu tubuh klien mulai berangsur-angsur normal.
Peningkatan uji Widal pada minggu keduan dan ketiga memastikan diagnosepasti
typhoid, diare “pea soup”
4. Minggu keempat.
Fase minggu keempat adalah masa penyembuhan, kembalinya keadaansuhu tubuh
menjadi normal dan menghilangnya gejala-gejala yang terjadiselama masa
inkubasi dari kuman.

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan rutin
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan leucopenia,
dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis. Leukositosis dapat terjadi
walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.Selain itu pula dapat ditemukan anemia ringan
dan trombositopenia.Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia
maupun limfopenia.Laju endap darah pada demam tifoid dapat meningkat.
SGOT dan SGPT seringkali meningkat,tetapi akan kembali menjadi normal setelah
sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan khusus.

b. Uji Widal
Uji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman S.typhi pada uji widal
terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman s.typhi dengan anti bodi yang disebut
agglutinin. Antigen gen yang digunakan pada uji widal adalah supensi salmonella yang
sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.
Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita
demam typoid yaitu:
1) Aglutinin o ( dari tubuh kuman)
2) Agglutinin h ( flagella kuman)
3) Agglutinin Vi ( simpai kuman).
Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin o dan H yang digunakan untuk diagnosis
demam typhoid.Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman
ini.
Pembentukan agglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demam, kemudian
meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada minggu ke-empat, dan tetep tinggi
selama beberapa mingggu.Pada fase akut mula-mula timbul algutinin O masih dapat
dijumpai 4-6 bulan, sedangkan agglutinin h menetap lebih lama antara 9-12 bulan.oleh
karena itu uji widal bukan untuk menentukan kesembuhan penyakit.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi uji widal yaitu:
1. Pengobatan dini dengan antibiotic
2. Ganguan pembentukan antibody, dan pemberian kartikosteroid
3. Waktu pengambilan darah
4. Daerah endemic atau non-endemik
5. Riwayat vaksinasi
6. Reaksi anamnestik, yaitu peningkatan titer agglutinin pada infeksi bukan demam
tifoid akibat infeksi demam tifoid masa lalu atau vaksinasi
7. Factor teknik pemeriksaan laboratorium,akibat aglutinasi silang, dan strain
salmonella yang digunakan untuk supensi antigen
Saat ini belum ada kesamaan pendapat mengenai titer agglutinin yang bermakna
diagnostic utuk demam tifoid. Batas titer yang sering dipakai hanya kesepakatan saja ,
hanya berlaku setempat dan batas ini bahkan dapat berbeda di berbagai laboratorium
setempat

c. Kultur darah
Hasil biakan darah yang positif memastikan deman tifoid, akan tetapi hasil negative
tidak menyingkirkan demam tifoid karena mungkin disebabkan oleh beberapa hal
sebagai berikut:
1. Telah mendapat terapi antibiotik,bila pasien sebelum dilakukan kultur darah telah
mendapat antibiotik pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
mungkin negative
2. Volume darah yang kurang ( diperlukan kurang lebih 5 cc darah). Bila darah yang
dibiak terlalu sedikit hasil biakan bisa negative.darah yang diambil sebaiknya
secara bedside langsung dimasukan ke dalam media cair empedu ( oxgall) untuk
pertumbuhan kuman;
3. Riwayat vaksinasi. Vaksinasi di massa lampau menimbulkan antibody dalam
darah pasien. Antibody ( agglutinin) ini dapat menekan bakteremia hingga biakan
darah dapat negative.
4. Saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat agglutinin semakin
meningkat.

6. Penatalaksanaan
Sampai saat ini masih dianut trilogy penatalaksanaan demam typoid yaitu:
1. Pemberian antibiotic; untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman.
Antibiotik yang dapat digunakan :
a) Kloranfenikol; dosis hari pertama 4x250 mg,hari ke dua 4x 500 mg, diberikan
selama demam, dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam ,kemudian dosis
diturunkan menjadi 4x250 mg selam 5 hari kemudian. Penelitian terakhir (
Nelwan,dkk. Di RSUP persahabatan),penggunaan kloranfenikol masih
memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat-obat terbaru
dari jenis kuinolon
b) Ampisilin/Amoksisilin;dosis 50-150 mg/kb BB, diberikan selama 2 minggu.
c) Kotrimokazol; 2x2 tablet ( 1 tablt mengandung 400 mg sulfametoksazol-80
mg trimetropin, diberikan selama 2 minggu pula
d) Sefalosporin generasi II dan III. Di Subbagian penyakit tropic dan Infeksi
FKUI-RSCM, pemberian sefalosporin berhasil mengatasi demam typhoid
dengan baik. Demam pada umumnya mengalamimereda pada hari ke-3 atau
menjelang hari ke-4. Regimen yang dipakai adalah:
 Seftriakson 4 g/hari selama 3 hari
 Norfloksasin 2x400 mg/hari selama 14 hari
 Siprofloksasin 2x500 mg/hari selama 6 hari
 Oflaksasin 600 mg/hari selama 7 hari
 Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
 Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari

2. Istirahat dan perawatan professional; bertujuan mencegah komplikasi dan


mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolute sampai minimal 7
hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan
bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Dalam perawatan perlu sekali
dijaga hygiene perseorangan, kebersihan tempat tidur,pakaian,dan peralatan yang
dipakai oleh pasien. Pasien dengan kesadaran menurun, posisinya perlu diubah-
ubah untuk mencegah dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang
air kecil perlu diperhatikan, karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi
urin.
3. Diet dan terapi penunjang ( simtomatis dan suportif)
Pertama pasien diberi diet ubur saring,kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi
sesuai tingkat kesembuhan pasien. Namun beberapa penelitian menunjukan
bahwa pemberian makanan padat ini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa
( pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman. Juga
diperlukan pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk mendukung keadaan
umum pasien. Diharapkan dengan menjaga keseimbangan dan homeostasis,
system imun akan tetep berfungsi dengan optimal.
Pada kasus perforasi intestinal septic diperlukan perawatan intensif dengan nutrisi
parenteral total.Spektrum antibiotik maupun kombinasi beberapa obat yang
bekerja secara sinergis dapat dipertimbangkan.Kartikosteroid selalu perlu
diberikan pada renjatan septic.Prognosis tidak begitu baik pada kedua keadaan
diatas.
8. Pencegahan
Pencegahan demam Tifoid dapat dilakukan dengan berbagai cara , yaitu :
a. Preventif dan Kontrol penularan
Tindakan preventif sebagai upaya pencegahan penularan dan peledakan
kasus luar biasa (KLB) demam tifoid mencakup banayak aspek, mulai dari segi
kuman Salmonella typhi sebagai agen penyakit dan faktor host serta faktor
lingkungan.
b. Indentifikasi dan Eradikasi S.Typhi pada Pasien Tifoid Asimtomatik, Karier dan
Akut.
Tindakan identifikas atau penyaringan pengidap kuman S.typhi ini cukup
sulit dan memerlukan biaya cukup besar baik ditinjau dari pribadi maupun skala
nasional.Cara pelaksanaannya dapat secara aktif yaitu mendatangi sasaran
maupun pasif menunggu bila ada penerimaan pegawai di suatu instansi atau
swasta.
c. Pencegahan Transmisi Langsung dari Penderita Terinfeksi S.Typhi
Kegiatan ini dilakukan di rumah sakit, klinik maupun dirumah dan
lingkungan sekitar orang yang telah diketahui penginap kuman S.typhi.
d. Proteksi pada Orang yang Beresiko Tinggi Tertular Dan Terinfeksi.
Sarana proteksi pada populasi ini dilakukan dengan cara vaksinasi tifoid di
daerah endemik maupun hiperendemik. Sasaran vaksinasi tergantung daerahnya
endemis atau non-endemis, tingkat risiko tertularnya yaitu berdasarkan tingkat
hubungan perorangan dan jumlah frekuensinya, serta golongan individu berisiko,
yaitu golongan imunokompromais maupun golongan rentan.
e. Vaksinasi
Vaksin pertama kali ditemukan tahun 1896 dan setelah tahun 1960 efektivitas
vaksinasi telah ditegakkan, keberhasilan proteksi sebesar 51-88 % (WHO) dan
sebesar 67% ( Universitas Maryland) bila terpapar 105 bakteri tetapi tidak mampu
proteksi bila terpapar 107 bakteri.
Vaksinasi tifoid belum dianjurkan secara rutin di USA, demikian juga di daerah
lain. Indikasi vaksinasi adalah bila,
a. Hendak mengunjungi daerah endemik, resiko terserang demam tifoid semakin
tinggi untuk daerah berkembang (Amerika Latin, Asia, Afrika)
b. Orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid,
c. Petugas laboratorium/mikrobiologi kesehatan.
Adapun jenis vaksin yang digunakan yaitu : Vaksin oral Ty21a (vivotif Berna)
belum beredar di Indonesia dan Vaksin Parenteral ViCPS (Typhim Vi/Pasteur
Merieux), vaksin kapsul polisakarida.
9. Asuhan Keperawatan Teoritis
a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan menggunakan teknik diantaranya teknik wawancara, observasi,
pemeriksaan medis, melalui catatan medis, dan pemeriksaan penunjang. Adapun data subjektif
dan objektif yang dapat di temukan pada pasien Demam Typoid antara lain :
1) Data Subjektif
Pasien mengatakan badannya panas sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah
sakit, Panas dirasakan mucul saat sore hingga malam
Pasien mengatakan meriang sejak 6 hari yang lalu
Pasien mengatakan ada mual dan muntah
Pasien mengatakan pusing
Pasien mengatakan perutnya terasa nyeri

2) Data Objektif
Klien tampak lemas dan pucat
Klien tampak memegangi perutnya
Klien sering berkeringat di malam hari
Bibir klien tampak kering

b. Diagnosa keperawatan
Menurut Mutaqin & Kumala (2011), diagnose keperawatan yang dapat muncul pada penyakit
demam thypoid adalah:
a. Ketidak efektifan termoregulasi berhubungan dengan infeksi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan saluran gastrointestinal.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan asupan nutrisi.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
e. Diare berhubungan dengan proses infeksi.
f. Konstipasi berhubungan dengan asupan cairan yang tidak mencukupi.
g. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit, mis intepretasi informasi.
h. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah interpretasi
informasi,kurang pajanan,kurang minat dan belajar.

i. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.

c. Intervensi

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

1 Hipertermi NOC : NIC :


Definisi : fruktuasi suhu ‐ Hidration Temperature regulation
diantara hipotermi dan ‐ Immune status ‐ Monitor suhu minimal tiap
hipertermia ‐ Risk control 2 jam
‐ Risk detection - Rencanakan monitoring
Batasan karakteristik ‐ Adherence behaviour secara kontinyu
‐ kenaikan suhu tubuh diatas - Monitor TD, nadi, dan RR
rentang normal Kriteria Hasil : - Monitor warna dan suhu
‐ serangan atau konvulsi ‐ Suhu tubuh dalam kulit
(kejang) rentang normal - Monitor tanda hipertermi
‐ kulit kemerahan ‐ Nadi dan RR dalam dan hipotermi
‐ pertambahan RR rentang normal - Tingkatkan intake cairan
‐ takikardi ‐ Tidak ada perubahan dan nutrisi
‐ saat disentuh tangan terasa warna kulit dan tidak - Selimuti pasien untuk
hangat ada pusing, tidak ada mencegah hilangnya
‐ Faktor faktor yang kejang kehangatan tubuh
berhubungan : - Ajarkan pada pasien cara
‐ penyakit/ trauma mencegah keletihan akibat
‐ peningkatan metabolisme panas
‐ aktivitas yang berlebih - Diskusikan tentang
‐ pengaruh medikasi/anastesi pentingnya pengaturan
‐ ketidakmampuan/penurunan suhu dan kemungkinan
kemampuan untuk efek negatif dari
berkeringat kedinginan
‐ terpapar dilingkungan panas - Beritahukan tentang
‐ dehidrasi indikasi terjadinya
‐ pakaian yang tidak tepat keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan
- Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
- yang diperlukan
- Berikan anti piretik jika
perlu

2 Kekurangan volume cairan NOC: Fluid management


Definisi : Penurunan cairan - Fluid balance - Pertahankan catatan intake
intravaskuler, interstisial, - Hydration dan output yang akurat
dan/atau intrasellular. Ini - Nutritional Status : - Monitor status hidrasi
mengarah ke dehidrasi, Food and Fluid Intake (kelembaban membran
kehilangan cairan dengan mukosa, nadi adekuat,
pengeluaran sodium Kriteria Hasil : tekanan darah ortostatik),
‐ Mempertahankan urine jika diperlukan
Batasan Karakteristik
output sesuai dengan - Monitor vital sign
- Kelemahan usia dan BB, BJ urine - Monitor masukan makanan
- Haus normal, HT normal atau cairan dan hitung
- Penurunan turgor kulit/lidah ‐ Tekanan darah, nadi, intake kalori harian
- Membran mukosa/kulit suhu tubuh dalam - Lakukan terapi IV
kering batas normal - Monitor status nutrisi
- Peningkatan denyut nadi, ‐ Tidak ada tanda tanda - Berikan cairan
penurunan tekanan darah, dehidrasi, elastisitas - Berikan cairan IV pada
penurunan volume/tekanan turgor kulit baik, suhu ruangan
nadi membran mukosa - Dorong masukan oral
- Pengisian vena menurun lembab - Berikan penggantian
- Perubahan status mental nasogastrik sesuai output
- Konsentrasi urine - Dorong keluarga untuk
meningkat membantu pasien makan
- Temperatur tubuh - Kolaborasi dokter jika
meningkat tanda cairan berlebih
- Hematokrit meninggi muncul meburuk
- Kehilangan berat badan
seketika (kecuali pada third
spacing)
Faktor-faktor yang
berhubungan:

- Kehilangan volume cairan


secara aktif
- Kegagalan mekanisme
pengaturan

3 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan Nutritional Status: Nutrition Management
tubuh - food and Fluid Intake - Kaji adanya alergi
Definisi :Asupan nutrisi tidak ‐ Nutritional Status : makanan
cukup untuk memenuhi nutrient intake - Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan metabolik ‐ Wieght control untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : dibutuhkan pasien.
- Kram abdomen - Adanya peningkatan - Anjurkan pasien untuk
- Nyeri abdomen berat badan sesuai meningkatkan protein dan
- Berat badan 20% atau lebih dengan tujuan vitamin C
dibawah berat badan ideal - Berat badan ideal - Berikan makanan yang
- Kurang makan, kurang minat sesuai dengan tinggi terpilih atau yang sudah
pada makanan badan dikonsultasikan dengan
- Membran mukosa pucat - Mampu ahli gizi
mengidentifikasi - Monitor jumlah nutrisi dan
Faktor-faktor yang kebutuhan nutrisi kandungan kalori
berhubungan : - Tidak ada tanda tanda - Berikan informasi tentang
‐ Ketidakmampuan malnutrisi kebutuhan nutrisi
pemasukan atau mencerna ‐ Tidak terjadi - Kaji kemampuan pasien
makanan atau mengabsorpsi penurunan berat badan untuk mendapatkan nutrisi
zat-zat gizi berhubungan yang berarti yang dibutuhkan
dengan faktor biologis,
psikologis atau ekonomi. Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya penurunan
berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan intake
nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
- Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

4 Nyeri akut NOC: NIC : Pain Management


Definisi: ‐ Pain level ‐ Lakukan pengkajian nyeri
Pengalaman sensori dan ‐ Pain control secara komprehensif
emosional yang tidak ‐ Comfort level termasuk lokasi,
menyenangkan yang muncul karakteristik, durasi,
akibat kerusakan jaringan Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan
yang aktual atau potensial - Mampu mengontrol factor presipitasi
atau digambarkan dalam hal nyeri ‐ Observasi reaksi nonverbal
kerusakan sedemikian rupa - Melaporkan bahwa dari ketidaknyamanan
(International Association for nyeri berkurang ‐ Gunakan komunikasi
the study of Pain): awitan dengan menggunakan terapeutik untuk
yang tiba-tiba atau lambat dan manajemen nyeri mengetahui pengalaman
intensitas ringan hingga berat - Mampu mengenali nyeri pasien
dengan akhir yang dapat nyeri (skala,intensitas, ‐ Tingkatkan istirahat
diantisipasi atau diprediksi frekuensi dan tanda ‐ Kolaborasi dengan dokter
dan berlangsung <6 bulan. nyeri) jika ada keluhan dan
‐ Menyatakan rasa tindakan nyeri tidak
Batasan Karakteristik : nyaman setelah nyeri berhasil
- Perubahan selera makan berkurang ‐ Monitor penerimaan pasien
- Perubahan tekanan darah tentang manajemen nyeri
- Perubahan frekwensi
jantung Analgesic anministration
- Perubahan frekwensi ‐ Tentukan lokasi,
pernapasan karakteristik, kualitas dan
- Laporan isyarat derajat nyeri sebelum
- Diaforesis pemberian obat.
- Perilaku distraksi ‐ Cek riwayat alergi
(mis,berjaIan mondar- ‐ Pilih analgesic yang
mandir mencari orang lain diperlukan atau kombinasi
dan atau aktivitas lain, dari analgesic ketika
aktivitas yang berulang) pemberian lebih dari satu
- Mengekspresikan perilaku ‐ Tentukan pilihan analgesic
(mis, gelisah, merengek, tergantung tipe dan
menangis) beratnya nyeri
- Masker wajah (mis, mata ‐ Pilih rute pemberian secara
kurang bercahaya, tampak IV, IM untuk pengobatan
kacau, gerakan mata nyeri secara teratur.
berpencar atau tetap pada ‐ Monitor vital sign sebelum
satu fokus meringis) dan sesudah pemberian
- Sikap melindungi area nyeri analgesic pertama kali
- Fokus menyempit (mis, ‐ Berikan analgesic tepat
gangguan persepsi nyeri, waktu terutama saat nyeri
hambatan proses berfikir, hebat
penurunan interaksi dengan ‐ Evaluasi efektivitas
orang dan lingkungan) analgesic, tanda dan gejala
- Indikasi nyeri yang dapat
diamati
- Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
- Sikap tubuh melindungi
- Dilatasi pupil
- Melaporkan nyeri secara
verbal
- Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan


‐ Agen cedera (msl: biologis,
zat kimia, fisik, psikologis)

5 Defisiensi pengetahuan NOC NIC


Definisi: - Knowledge : Disease Teaching : Disease Proses
Ketiadaan atau defisisensi Process ‐ Berikan penilaian tentang
informasi kognitif yang - Knowledge : Health tingkat pengetahuan pasien
berkaitan dengan topic Hehavior tentang proses penyakit
tertentu yang spesifik
Kriteria Hasil : ‐ Jelaskan patofisiologidari
Batasan Karakteristik : - Pasien dan keluarga penyakit dan bagaimana
- Perilaku Hiperbola menyatakan hal ini berhubungan dengan
‐ Ketidakakuratan mengikuti pemahaman tentang anatomi dan fisiologi,
perintah penyakit, kondisi, dengan cara yang tepat.
- Ketidakakuratan melakukan prognosis, dan ‐ Gambarkan tanda dan
tes program pengobatan gejala yang biasa muncul
- Perilaku tidak tepat - Pasien dan keluarga pada penyakit, dengan cara
(hysteria, bermusuhan, mampu melaksakan yang tepat
agitasi, apatis,) prosedur yang ‐ Identifikasi kemungkinan
- Pengungkapan masalah dijelaskan secara benar penyebab, dengan cara
- Pasien dan keluarga yang tepat
Factor yang berhubungan : mampu menjelaskan ‐ Sediakan informasi pada
- Keterbatasan kognitif kembali apa yang pasien tentang kondisi,
- Salah interpretasi informasi dijelaskan perawat/tim dengan cara yang tepat
- Kurang pajanan kesehatan lainnya ‐ Hindari jaminan yang
- Kurang minat dalam belajar kosong
- Kurang dapat mengingat - Sediakan bagi keluarga
‐ Tidak familier dengan atau SO informasi tentang
informasi kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
‐ Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang
akan datang dan ata proses
pengontrolan penyakit
‐ Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
‐ Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
- Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
local, dengan cara yang
tepat
- Intruksikan pasien
mengenal tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

6 Konstipasi NOC NIC:


Definisi :Penurunan pada ‐ Bowel elimination Constipation/ Impaction
frekuensi normal defakasi ‐ Hydration Management
yang disertai oleh kesulitan ‐ Monitor tanda dan gejala
atau pengeluaran tidak Kriteria hasil: konstipasi
lengkap feses atau ‐ Mempertahankan ‐ Monior bising usus
pengeluaran feses yang bentuk feses 1-3 hari ‐ Monitor feses: frekuensi,
kering, keras, dan banyak. ‐ Bebas dari konsistensi dan volume
ketidaknyamanan dan ‐ Konsultasi dengan dokter
Batasan Karakteristik: konstipasi tentang penurunan dan
‐ Nyeri abdomen ‐ Mengidentifikasi peningkatan bising usus
‐ Nyeri tekan abdomen indicator untuk ‐ Jelaskan etiologi dan
‐ Perubahan pada pola mencegah konstipasi rasionalisasi tindakan
defekasi ‐ Feses lunak dan terhadap pasien
‐ Penurunan volume feses berbentuk ‐ Identifikasi faktor
‐ Distensi abdomen penyebab dan kontribusi
‐ Tidak dapat makan, mual konstipasi
‐ Tidak dapat mengeluarkan ‐ Dukung intake cairan
feses ‐ Kolaborasikan pemberian
‐ Muntah laksatif

Faktor yang berhubungan


1. Fungsional :

‐ Kelemahan otot abdomen


‐ kebiasaan mengabaikan
dorongan defekasi
‐ Kurang aktivitas
‐ fisik, kebiasaan defekasi
tidak teratur.

2. Psikologis:

‐ Depresi, stres, emosi,


konfusi mental
3. Farmakologis:

‐ Antidepresan, garam
bismuth, diuretic,
antasida mengandung
aluminium, kalsium
karbonat.
4. Mekanis :

‐ Ketidakseimbangan
elektrolit, kemoroid,
obesitas, kehamilan,
pembesaran prostat,
fisura anak rectal,
rektokel, tumor.
5. Fisiologis :

‐ Perubahan pola makan,


perubahan makanan,
dehidrasi, asupan serat
tidak cukup, asupan
cairan tidak cukup,
kebiasaan makan buruk,
penurunan motilitas
traktus gastrointestinal.

7 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Definisi : ketidakcukupan  Self Care : ADL Activity Therapy
energi secara fisiologis atau  Toleransi aktivitas ‐ Kolaborasikan dengan
psikologis pada seseorang  Konservasi energi Tenaga Rehabilitasi Medik
untuk bertahan aau Kriteria Hasil : dalammerencanakan
menyelesaikan aktivitas sehri- ‐ Berpartisipasi dalam progran terapi yang tepat.
hari yang harus atau ingin aktivitas fisik tanpa ‐ Bantu klien untuk
dilakukan disertai peningkatan mengidentifikasi aktivitas
Batasan karakteristik: tekanan darah, nadi yang mampu dilakukan
‐ Respon tekanan darah dan RR ‐ Bantu untuk memilih
abnormal terhadap aktivitas ‐ Mampu melakukan aktivitas konsisten
‐ Respon frekuensi jantung aktivitas sehari hari yangsesuai dengan
abnormal terhadap aktivitas (ADL’s) secara kemampuan fisik, psikologi
‐ Perubahan EKG yang mandiri dan social
mencerminkan aritmia / ‐ Keseimbangan ‐ Bantu untuk
iskemia aktivitas dan istirahat mengidentifikasi dan
‐ Ketidaknyamanan setelah ‐ Mampu berpindah mendapatkan sumber yang
beraktivitas dengan atau tanpa diperlukan untuk aktivitas
‐ Menyatakan merasa letih bantuan alat yang diinginkan
‐ Menyatakan merasa lemah ‐ Level kelemahan ‐ Bantu untuk mendpatkan
‐ Faktor yang berhubungan ‐ Energy psikomotor alat bantuan aktivitas
: ‐ Status seperti kursi roda, krek
‐ Tirah Baring atau kardiopulmonary ‐ Bantu untu
imobilisasi adekuat mengidentifikasi aktivitas
‐ Kelemahan umum ‐ Sirkulasi status baik yang disukai
‐ Ketidakseimbangan antara ‐ Status respirasi : ‐ Bantu klien untuk membuat
suplei dan kebutuhan pertukaran gas dan jadwal latihan diwaktu
oksigen ventilasi adekuat luang
‐ Immobilisasi ‐ Bantu pasien/keluarga
‐ Gaya hidup yang untuk mengidentifikasi
dipertahankan (monoton) kekurangan dalam
beraktivitas
‐ Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
‐ Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
‐ Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual

Energy Management
‐ Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
‐ Dorong anal untuk
mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
‐ Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
‐ Monitor nutrisi dan sumber
energi tangadekuat
‐ Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
‐ Monitor respon
kardivaskuler terhadap
aktivitas
‐ Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
8 Ansietas NOC : NIC:
Definisi : Perasaan tidak ‐ Anxiety control Anxiety Reduction
nyaman atau kekhawatiran ‐ Anxiety Level (penurunan kecemasan)
yang samar disertai respon ‐ Coping ‐ Gunakan pendekatan yang
autonom (sumber seringkali menenangkan
tidak spesifik atau tidak ‐ Kriteria Hasil : ‐ Nyatakan dengan jelas
diketahui oleh individu). ‐ Klien mampu harapan terhadap pelaku
Perasaan takut yang mengidentifikasi dan pasien
desebabkan oleh antisipasi mengungkapkan ‐ Jelaskan semua prosedur
terhadap bahaya. Hal ini gejala cemas dan apa yang dirasakan
merupakan isyarat ‐ Mengidentifikasi, selama prosedur
kewaspadaan yang mengungkapkan dan ‐ Temani pasien untuk
memperingatkan individu menunjukkan tehnik memberikan keamanan dan
akan adanya bahaya dan untuk mengontol mengurangi takut
memberi kemampuan individu cemas ‐ Berikan informasi faktual
untuk bertindak menghadapi ‐ Vital sign dalam batas mengenai diagnosis,
ancaman. normal tindakan prognosis
‐ Postur tubuh, ekspresi ‐ Dorong keluarga untuk
Batasan Karakteristik: wajah, bahasa tubuh menemani anak
‐ Perilaku: dan tingkat aktivitas ‐ Lakukan back / neck rub
‐ Penurunan produktivitas menunjukkan ‐ Dengarkan dengan penuh
‐ Gerakan yang ireleven berkurangnya perhatian
‐ Gelisah kecemasan ‐ Identifikasi tingkat
‐ Melihat sepintas kecemasan
‐ Insomnia ‐ Bantu pasien mengenal
‐ Kontak mata yang buruk situasi yang menimbulkan
‐ Affektif kecemasan
‐ Fisiologis ‐ Dorong pasien untuk
‐ Simpatik mengungkapkan perasaan,
‐ Parasimpatik ketakutan, persepsi
‐ Kognitif ‐ Instruksikan pasien
menggunakan teknik
Faktor yang berhubungan: relaksasi
‐ Perubahan dalam (status ‐ Berikan obat untuk
ekonomi, lingkungan, mengurangi kecemasan
kesehatan, pola interaksi,
fungsi peran, status peran)
‐ Pemajanan toksin
‐ Terkait keluarga
‐ Herediter
‐ Infeksi / kontaminan
interpersonal
‐ Penularan penyakit
interpersonal
‐ Kirisis situasional, krisis
maturasi
‐ Stress, ancaman kematian
‐ Penyalahgunaan zat
‐ Ancaman pada(status
ekonomi, lingkungan,
kesehatan, pola interaksi,
fungsi peran, status peran,
konsep diri)
‐ Konflik tidak disadari
mengenai tujuan penting
hidup
‐ Konflik tidak disadari
mengenai nilai yang
esensial/penting
‐ Kebutuhan yang tidak
dipenuhi
9 Diare NOC NIC
Definisi : ‐ Bowel elimination Diarhea Management
Pasase feses yang lunak dan ‐ Fluid Balance ‐ Evaluasi efek samping
tidak berbentuk ‐ Hydration pengobatan terhadap
- Electrolyte and Acid gastrointestinal
Batasan karakteristik base Balance ‐ Ajarkan pasien untuk
- Nyeri abdomen sedikitnya menggunakan obat
tiga kali defekasi per hari Kriteria Hasil : antidiare
- Kram ‐ Feses berbentuk, BAB ‐ Instruksikan pasien /
- Bising usus hiperaktif sehari sekali tiga hari keluarga untuk mencatat
- Ada dorongan ‐ Menjaga daerah sekitar warna, jumlah, frekuensi
rectal dari iritasi dan konsistensi dari feses
Faktor Yang Berhubungan : ‐ Tidak mengalami diare ‐ Evaluasi intake makanan
Psikologis ‐ Menjelaskan penyebab yang masuk
- Ansietas diare dan rasional ‐ Identifikasi faktor
- Tingkat stres tinggi tindakan penyebab dari diare
Situasional ‐ Mempertahankan ‐ Monitor tanda dan gejala
- Efek samping obat turgor kulit diare
- PenyaIah gunaan alkohol
- Kontaminan
- Penyalahgunaan laksatif
- Radiasi, Toksin
- Melakukan perjalanan
- Slang makan
Fisiologis
- Proses infeksi dan parasit
- Inflamasi dan Iritasi
- Malabsorbsi
WOC

Fekal cuci tangan tidak bersih makanan terkontaminasi salmonella thypii

masuk saluran pencernaan

bersarang di dinding usus halus

Demam Thypoid

Bakterimia kuman masuk peredaran darah ke seluruh


tubuh terutama di organ RES
Kuman
mengeluarkan Usus halus
endotoksin

Termoregulator Proses inflamasi Sistem cerna terganggu Resiko komplikasi


di hipotalamus
terganggu
Distensi abdomen Terjadi gangguan hipoperistaltik
nyeri epigastric motilitas usus
mekanisme
Ketidakefektifan patologis konstipasi
termoregulasi
hiperperistaltik

Anoreksia
Nyeri akut
Peningkatan Diare mual muntah
metabolisme
Penurunan tonus otot
Ketidakseimbangan
Kehilangan cairan nutrisi kurang dari
tubuh dehidrasi Kelemahan fisik kebutuhan

Kekurangan Dirawat di rumah sakit


Kurang terpaparnya informasi
volume cairan

Bedrest total
Intoleransi aktifitas
Defisiensi pengetahuan
Dampak hospitalisasi

Ansietas

Anda mungkin juga menyukai