Cotohlaporan Pratikum Elmes 2
Cotohlaporan Pratikum Elmes 2
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan ini yaitu :
1. Memenuhi tugas dosen mata kuliah Elemen mesin II.
2. Menambah wawasan mengenai Kopling Flensa
3. Mengetahui macam – macam dari Kopling Flensa
4. Mengetahui dimensi poros dan baut yang aman
5. Mahasiswa memahami dan mampu membuat konsep perancangan kopling tetap flensa
sesuai kaidah yang berlaku pada disiplin ilmu teknik mesin.
1
1.3 Konsep Perancangan
MULAI
Factor corection
Safety factor
Aman
Diameter poros
Diameter PCD
Ukuran baut
SELESAI
2
Tahap 1 :
Tahap 2 :
perkiraan pembebanan yang terjadi pada poros,baut dan kopling flensa. Selain
itu,jenis daya yang akan ditansmisikan juga menjadi bahan pertimbangn dalam
perancangan.
Tahap 3:
dalam perancangan.
Tahap 4 :
Tahap 5 :
Tahap 6 :
Tegangan geser yang di izinkan pada poros, baut dan kopling flensa dijadikan
Tahap 7 :
3
Tahap 8 :
Tahap 9 :
Menghitung tegangan geser yang terjadi pada poros, baut dan kopling flensa.
Tahap 10 :
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Untuk menghubungkan dua unit poros yang dibuat secara terpisah, seperti poros motor
dengan roda atau poros generator dengan mesin. Kopling mampu memisahkan dan
menyambung dua poros untuk kebutuhan perbaikan dan penggantian komponen.
Untuk mendapatkan fleksibilitas mekanis, terutama pada dua poros yang tidak berada
pada satu aksis.
Untuk mengurangi beban kejut ( shock load ) dari satu poros ke poros yang lain.
Untuk menghindari beban kerja berlebih.
Untuk mengurangi karakteristik getaran dari dua poros yang berputar
5
2.2.2. Kopling Tidak Tetap
a. Kopling Cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif hingga tidak dapat slip.
b. Kopling Plat
Merupakan suatu kopling yang menggunakan satu plat atau lebih yang
dipasang di antara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut
sehingga daya dapat diteruskan melalui gesekan antara kedua sisi gesek. Bentuk
dari kopling ini cukup sederhana, dapat dihubungkan dan dilepaskan dalam
c. Kopling Kerucut
Kopling kerucut (cone clutch) merupakan komponen mesin yang digunakan
untuk meneruskan putaran dari satu poros ke poros yang lain dengan bagian
penggerak berupa kerucut terbuka dan bagian yang digerakkan berupa kerucut
tertutup.
d. Kopling Friwil
Koling ini hanya dapat menerskan momen dalam satu arah putaran sehingga
6
3. Menghitung tegangan geser yang diizinkan
a. Poros
1
𝜏𝑖𝑧𝑖𝑛 = . 𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛
2
1 𝜎
= 2 . 𝑠𝑓1 .𝑢𝑠𝑓2
Sf : safety factor
b. Baut
𝑚𝑝 .2
Ft total =
𝑝𝑐𝑑
Dimana : mp : moment punter (Nmm)
Pcd : pitch diameter (mm)
𝐹𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Ft pada satu baut =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑢𝑡
7
𝐹𝑡 (1 𝑏𝑎𝑢𝑡)
𝜏 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 baut =
𝐴𝑏𝑎𝑢𝑡
𝐹𝑡 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑢𝑡
𝜏 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 𝜋
. 𝑑 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 2
4
Dimana: d : diameter minor baut (mm)
8
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penyelesaian:
1. Menghitung daya rencana
𝑃𝑑 = 𝑃 . 𝑓𝑐 = 1,13 . 1,2 = 1,356 𝐾𝑊 = 𝟏𝟑𝟓𝟔 𝒘𝒂𝒕𝒕
2. Menghitung momen yang di rencanakan
𝑃𝑑 1356
𝑇= =
2. 𝜋. 𝑛 2 (3,14) 655
60 60
1356
=
68,5566 667
= 19,77925803471581 𝑁𝑚 = 19,77925803471581 × 𝟏𝟎𝟑 𝑵𝒎𝒎
3. Menghitung tegangan geser yang di izinkan
a. Poros
- Mencari 𝜏 𝑖𝑗𝑖𝑛
1 1
𝜏= . 𝜎 𝑈 = . 470,88 = 𝟐𝟑𝟓, 𝟒𝟒 𝑵⁄𝒎𝒎𝟐
2 2
𝜏 235,44 235,44
𝜏 𝑖𝑗𝑖𝑛 = = = = 𝟑𝟎𝟔, 𝟎𝟕𝟓 𝑵⁄𝒎𝒎𝟐
𝑠𝑓1 . 𝑠𝑓2 1 . 1,3 1,3
16 . 19,77925803471581×103 𝑁𝑚𝑚
𝑑3= [ ]
3,14 𝑥306,072
9
316468,128
𝑑3= [ ]
961,066
𝑑 3 = 329,228
3
𝑑 = √329,228
d = 6,208 mm
5. Menghitung tegangan geser yang terjadi
a. Poros
Mencari 𝜏 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
5,1 × 𝑇
𝜏 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =
𝑑3
10
Dikarenakan pada buku sularso diameter minimal nya 20 mm untuk poros
kopling flens dan hasil perhitungan saya 9,49 mm untuk poros kopling flens, maka
saya menggunakan data nilai dari buku sularso yang memiliki nilai minimal 20 mm
untuk poros kopling flens.
11
3.2 Analisis Perhitungan Baut
a) Kekuatan baut
- Mencari Ft total
𝑀𝑃 . 2 2 (19,779 × 103 𝑁𝑚𝑚 )
𝐹𝑡 = =
𝑝𝑐𝑑 75 𝑚𝑚
39558,516
= = 𝟓𝟐𝟕, 𝟒𝟒𝟔 𝑵
75
12
- 𝐹𝑡 : 527,446 𝑁
- 𝐹𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 1 𝑏𝑎𝑢𝑡 : 131,861 𝑁
- 𝜏 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑢𝑡 : 2,394 𝑁⁄𝑚𝑚2
- 𝜏 𝑖𝑗𝑖𝑛 : 358,442 𝑁⁄𝑚𝑚2
Syarat aman untuk baut adalah nilai 𝜏 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 ≤ 𝜏 𝑖𝑗𝑖𝑛, setelah melakukan perhitungan
maka diketahui bahwa nilai 𝜏 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 lebih kecil dari nilai 𝜏 𝑖𝑗𝑖𝑛. Dapat dipastikan bahwa
baut AMAN.
Ulir dalam
Diameter Diameter Diameter
Ulir
Jarak bagi Tinggi luar D efektif 𝐷2 dalam 𝐷1
p kaitan 𝐻1 Ulir luar
Diameter Diameter Diameter
1 2 3
luar d efektif 𝑑2 inti 𝑑1
M6 1 0,541 6,000 5,350 4,917
M7 1 0,541 7,000 6,350 5,917
M8 1,25 0,677 8,000 7,188 6,647
M9 1,25 0,677 9,000 8,188 7,647
1,5 0,812 10,000 9,026 8,376
M 10
M 11 1,5 0,812 11,000 10,026 9,376
1,75 0,947 12,000 10,863 10,106
M 12
M 14 2 1,083 14,000 12,701 11,835
M 16 2 1,083 16,000 14,701 13,835
M 18 2,5 1,353 18,000 16,376 15,294
M 20 2,5 1,353 20,000 18,376 17,294
M 22 2,5 1,353 22,000 20,376 19,294
M 24 3 1,624 24,000 22,051 20,752
3 1,624 27,000 25,051 23,752
M 27
M 30 3,5 1,894 30,000 27,727 26,211
M 33 3,5 1,894 33,000 30,727 29,211
M 36 4 2,165 36,000 34,402 31,670
M 39 4 2,165 39,000 36,402 34,670
M 42 4,5 2,436 42,000 39,077 37,129
4,5 2,436 45,000 42,077 40,587
M 45
M 48 5 2,706 49,000 44,752 42,587
M 52 5 2,706 52,000 48,752 46,587
M 56 5,5 2,977 56,000 52,428 50,046
M 60 5,5 2,977 60,000 56,428 54,046
6 3,248 64,000 60,103 57,505
M 64
M 68 6 3,248 68,000 64,103 61,505
Table 3.2 ukuran standar ulir kasar metris (JIS B 0205)
Catatan: (1) kolom 1 merupakan pilihan utama. Kolom 2 atau 3 hanya dipilih jika terpaksa.
13
BAB IV
KESIMPULAN
14
BAB V
PEMODELAN DAN SIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN
15