1. Pengertian Asma Bronchial adalah gangguan inflamasikronik saluran napas yang
melibatkan banyak sel inflamasi dan mediator. Inflamasikronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas terhadap bermacam-macam stimulus dan penyempitan jalan napas yang menimbulkan gejaia episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam dan atau dini hari. Derajat penyempitan bervariasi yang dapat membaik secara spontan dengan pengobatan. 2. Tujuan Sebagai acuan kerja petugas di UPT Puskesmas Martapura I dalam melaksanakan terapi asma bronchiale. 3. Kebijakan Keputusan Kepala UPT. Puskesmas Martapura 1 Nomor : 011/SK/UKP- VII/PKM-MTP1/2018 Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis 4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Tingkat Pertama. 5. Prosedur / a. Petugas melakukan anamnesis, untuk mengkaji keluhan yang dirasakan Langkah-langkah seperti sesak napas yang episodik, batuk berdahak yang sering memburuk pada malam dan pagi hari menjelang subuh dan timbul suara mengi, serta pengkajian faktor resiko seperti faktor pejamu (ada riwayat atopi pada penderita atau keluarganya, hipersensitif saluran napas, jenis kelamin, ras atau etnik), faktor lingkungan ( bahan-bahan di dalam ruangan: tungau, debu rumah, binatang, kecoa; di luar ruangan: tepung sari bunga, jamur; makanan-makanan tertentu: bahan pengawet, penyedap dan pewarna makanan; Obat-obatan tertentu ; Iritan: parfum, bau-bauan merangsang; ekspresi emosi yang berlebihan; asap rokok ; polusi udara dari luar dan dalam ruangan; infeksi saluran napas ; Exercise-inducedasthma (asma kambuh ketika melakukan aktivitas fisik tertentu) dan perubahan cuaca) b. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, timbul tanda patognomonis seperti sesak napas, mengi pada auskultasi, pada serangan berat digunakan otot bantu napas (retraksi supraclavikula,intercostal,dan epigastrium) c. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang (bila di perlukan) dengan Arus Puncak Ekspirasi(APE) menggunakan Peak Flowmeter dan pemeriksaan darah (eosinofil dalam darah) d. Petugas menetapkan diagnosis klinis dengan berdasar pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, yaitu terdapat kenaikan ≥ 15% rasio APE sebelum dan sesudah pemberian inhalasi salbutamol. Klasifikasi derajat asma Derajat asma Gejala Penataksanaan Intermitten Bulanan Tidak perlu penggobatan - Gejala < 1x/minggu - Tanpa gejala diluar serangan, dan serangan berlangsung singkat - Gejala pada malam hari ≤ 2x sebulan
Persisten Mingguan Glukokortikosteroid inhalasi
ringan - Gejala >1x/minggu (200-400µg BB/hr) contoh - Serangan dapat pulmicort, beclametason mengganggu dipropionate, flunisodine aktivitas dan tidur - Gejala pada malam hari >2x sebulan Persisten Harian Glukokortikosteroid inhalasi sedang - Gejala setiap hari (200-400µg BB/hr ditambah - Serangan agonis beta-2 (salbutamol) mengggangu aktivitas dan tidur - Membutuhkan bronkodilator tiap hari - Gejala pada malam hari >1x/seminggu Persisten Kontinyu Glukokortikosteroid inhalasi berat - Gejala terus (200-400µg BB/hr ditambah menerus agonis beta-2, dan ditambah ≥ - Sering kambuh 1obat seperti - Aktivitas fisik teofilin/aminopliline lepas terbatas lambat, glikokortikosteroid - Gejala pada malam Alternatif pilihan - hari sering glikortikosteroid sistemik prednisolon/metil prednisolon/dexametashone oral selang sehari di tambah agonis beta-2, dan ditambah ≥ 1obat seperti teofilin lepas lambat 6. Diagram Alir 7. Unit Terkait a. Ruangan Pemeriksaan Umum dan Tindakan b. Ruangan Lansia c. Ruangan Kesehatan Gigi dan Mulut d. Ruangan KIA Rekam Historis
NO Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan Tgl