Anda di halaman 1dari 4

ASMA BRONCHIALE

Nomor Dokumen : 182 /UKP/PKM-MTP1/2018


No.Revisi : 00

SOP Tanggal Terbit : 15/01/2018

Halaman : 1/4

UPT Puskesmas dr. Hj. Siti Nurmah Megawati


Martapura 1 NIP.19701115 201001 2 001

1. Pengertian Asma Bronchial adalah gangguan inflamasikronik saluran napas yang


melibatkan banyak sel inflamasi dan mediator. Inflamasikronik menyebabkan
peningkatan hiperesponsif jalan napas terhadap bermacam-macam stimulus
dan penyempitan jalan napas yang menimbulkan gejaia episodik berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada
malam dan atau dini hari. Derajat penyempitan bervariasi yang dapat membaik
secara spontan dengan pengobatan.
2. Tujuan Sebagai acuan kerja petugas di UPT Puskesmas Martapura I dalam
melaksanakan terapi asma bronchiale.
3. Kebijakan Keputusan Kepala UPT. Puskesmas Martapura 1 Nomor : 011/SK/UKP-
VII/PKM-MTP1/2018 Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
di Tingkat Pertama.
5. Prosedur / a. Petugas melakukan anamnesis, untuk mengkaji keluhan yang dirasakan
Langkah-langkah seperti sesak napas yang episodik, batuk berdahak yang sering memburuk
pada malam dan pagi hari menjelang subuh dan timbul suara mengi, serta
pengkajian faktor resiko seperti faktor pejamu (ada riwayat atopi pada
penderita atau keluarganya, hipersensitif saluran napas, jenis kelamin, ras
atau etnik), faktor lingkungan ( bahan-bahan di dalam ruangan: tungau,
debu rumah, binatang, kecoa; di luar ruangan: tepung sari bunga, jamur;
makanan-makanan tertentu: bahan pengawet, penyedap dan pewarna
makanan; Obat-obatan tertentu ; Iritan: parfum, bau-bauan merangsang;
ekspresi emosi yang berlebihan; asap rokok ; polusi udara dari luar dan
dalam ruangan; infeksi saluran napas ; Exercise-inducedasthma (asma
kambuh ketika melakukan aktivitas fisik tertentu) dan perubahan cuaca)
b. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, timbul tanda patognomonis seperti
sesak napas, mengi pada auskultasi, pada serangan berat digunakan otot
bantu napas (retraksi supraclavikula,intercostal,dan epigastrium)
c. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang (bila di perlukan) dengan Arus
Puncak Ekspirasi(APE) menggunakan Peak Flowmeter dan pemeriksaan
darah (eosinofil dalam darah)
d. Petugas menetapkan diagnosis klinis dengan berdasar pada anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, yaitu terdapat kenaikan ≥
15% rasio APE sebelum dan sesudah pemberian inhalasi salbutamol.
Klasifikasi derajat asma
Derajat asma Gejala Penataksanaan
Intermitten Bulanan Tidak perlu penggobatan
- Gejala < 1x/minggu
- Tanpa gejala diluar
serangan, dan
serangan
berlangsung singkat
- Gejala pada malam
hari ≤ 2x sebulan

Persisten Mingguan Glukokortikosteroid inhalasi


ringan - Gejala >1x/minggu (200-400µg BB/hr) contoh
- Serangan dapat pulmicort, beclametason
mengganggu dipropionate, flunisodine
aktivitas dan tidur
- Gejala pada malam
hari >2x sebulan
Persisten Harian Glukokortikosteroid inhalasi
sedang - Gejala setiap hari (200-400µg BB/hr ditambah
- Serangan agonis beta-2 (salbutamol)
mengggangu
aktivitas dan tidur
- Membutuhkan
bronkodilator tiap
hari
- Gejala pada malam
hari >1x/seminggu
Persisten Kontinyu Glukokortikosteroid inhalasi
berat - Gejala terus (200-400µg BB/hr ditambah
menerus agonis beta-2, dan ditambah ≥
- Sering kambuh 1obat seperti
- Aktivitas fisik teofilin/aminopliline lepas
terbatas lambat, glikokortikosteroid
- Gejala pada malam Alternatif pilihan
- hari sering glikortikosteroid sistemik
prednisolon/metil
prednisolon/dexametashone
oral selang sehari di tambah
agonis beta-2, dan ditambah ≥
1obat seperti teofilin lepas
lambat
6. Diagram Alir
7. Unit Terkait a. Ruangan Pemeriksaan Umum dan Tindakan
b. Ruangan Lansia
c. Ruangan Kesehatan Gigi dan Mulut
d. Ruangan KIA
Rekam Historis

NO Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan Tgl

Anda mungkin juga menyukai