Anda di halaman 1dari 7

TEORI PEMBAHASAN

 Kejang demam merupakan kelainan  Pada kasus ini seorang anak laki-
neurologis akut yang paling sering laki usia 1 tahun 7 bulan diantar
dijumpai pada anak yang terjadi oleh keluarganya dengan keluhan
pada suhu badan yang tinggi yang kejang disertai demam sejak 2 jam
disebabkan oleh kelainan SMRS sebanyak 15 kali. Kejang
ekstrakranial. Derajat tinggi suhu pertama dimulai dari tangan dan
yang dianggap cukup untuk diagnosa kaki pasien yang tampak menegang
kejang demam adalah 38 derajat dan kaku dan seluruh badan
celcius di atas suhu rektal atau lebih. tampak kaku. Lama kejang
Kejang demam kompleks (hanya menurut ibu pasien ± 10 menit.
dengan salah satu kriteria berikut) Selama bangkitan kejang, pasien
- Kejang berlangsung lama, lebih tidak menoleh saat dipanggil oleh
dari 15 menit. ibunya. Setelah kejang selesai,
- Kejang fokal atau parsial satu pasien sadar kembali dan tampak
sisi, atau kejang umum didahului lemas. Kemudian 15 menit
dengan kejang parsial. kemudian pasien kembali kejang,
- Kejang berulang 2 kali atau lebih kaki dan tangan tampak kaku, lama
dalam 24 jam, anak sadar kejang ±5 menit. Pasien tidak
kembali di antara bangkitan menoleh saat dipanggil ibunya,
kejang. setelah kejang selesai, pasien sadar
kembali dan tampak lemas. Kejang
berikutnya sama dengan kejang
yang pertama dan kedua. ± 1 jam
setelah itu pasien dibawa ibunya ke
rumah sakit, di IGD, pasien
mengalami kejang kembali. Proses
dan gambaran kejang yang
berikutnya sama seperti kejang
yang pertama dan sebelumnya
dengan lama kejang ± 5 menit.
Sejak 1 hari SMRS, pasien
mengalami demam. Demam naik
turun, turun dengan obat penurun
demam. Ibu pasien mengeluhkan
anak batuk (+), pilek (+), muntah
(+) frekuensi 5 kali, muntahan
berisi makanan dan minuman yang
dikonsumsi, sesak nafas (-), bintik-
bintik merah dikulit (-), nyeri pada
telinga/ keluar cairan dari telinga (-
). Riwayat BAK dan BAB dalam
batas normal. Pasien juga tidak
mempunyai riwayat kejang pada
saat tidak demam.
 Etiologi dan patogenesis kejang  Pada pemeriksaan fisik frekuensi
demam sampai saat ini belum nadi 110 x/i reguler, cukup,
diketahui, akan tetapi umur anak, frekuensi nafas 24 x/i, regular,
tinggi dan cepatnya suhu meningkat suhu tubuh 39,3oC. Kemudian
mempengaruhi terjadinya kejang. didapatkan adanya hiperemis pada
Faktor hereditas juga mempunyai faring dan tonsil T2-T2 yang
peran yaitu 8-22% anak yang dicurigai sebagai penyebab kejang
mengalami kejang demam demam akibat tonsilofaringitis.
mempunyai orang tua dengan Dari hasil pemeriksaan neurologis
riwayat kejang demam pasa masa kaku kuduk (-), rangsang
kecilnya. Semua jenis infeksi meningeal (-) dan refleks patologis
bersumber di luar susunan saraf (-).
pusat yang menimbulkan demam
dapat menyebabkan kejang demam.
Penyakit yang paling sering
menimbulkan kejang demam adalah
infeksi saluran pernafasan atas
terutama tonsillitis dan faringitis,
otitis media akut, gastroenteritis
akut, exantema subitum dan infeksi
saluran kemih. Selain itu, imunisasi
DPT dan campak juga dapat
menyebabkan kejang demam.
 Dalam penanggulangan kejang  Tatalaksana yang diberikan pada
demam ada 4 faktor yang perlu pasien ini adalah :
dikerjakan, yaitu :  IVFD RL 33 gtt/i (mikro)
1. Mengatasi kejang secepat  Inj. Cefotaxime 600 mg/8
mungkin. Apabila pasien datang jam/IV
dalam keadaan kejang, obat  Inj. Gentamicin 60 mg/24
paling cepat untuk menghentikan jam/IV
kejang adalah diazepam yang  Inj. Ranitidin 15 mg/12 jam/IV
diberikan secara intravena  Inj. Diazepam 1.5 mg/IV (jika
dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB kejang)
perlahan-lahan dengan kecepatan  Inj. Ondansetron 2 mg/12 jam/
1-2mg/menit atau dalam waktu IV
3-5 menit.  Paracetamol drips 120 mg/8
2. Pengobatan penunjang. jam
Pengobatan penunjang dapat
 Fenitoin tablet 25 mg + B
dilakukan dengan memonitor
complex ¼ tablet -> 3 x 1
jalan nafas, pernafasan, sirkulasi
pulvis
dan memberikan pengobatan
 Bromhexin HCL
yang sesuai. Sebaiknya semua
(Mucohexin®) syrup 3 x ¾ cth
pakaian ketat dibuka, posisi
kepala dimiringkan untuk
mencegah aspirasi lambung.
Penting sekali mengusahakan
jalan nafas yang bebas agar
oksigenasi terjamin, kalau perlu
dilakukan intubasi atau
trakeostomi. Pengisapan lendir
dilakukan secara teratur dan
pengobatan ditambah dengan
pemberian oksigen. Cairan
intavena sebaiknya diberikan dan
dimonitor sekiranya terdapat
kelainan metabolik atau
elektrolit. Fungsi vital seperti
kesadaran, suhu, tekanan darah,
pernafasan dan fungsi jantung
diawasi secara ketat. Tidak
ditemukan bukti bahwa
penggunaan antipiretik
mengurangi resiko terjadinya
kejang demam, namun para ahli
di Indonesia sepakat bahwa
antipiretik tetap dapat diberikan.
Dosis parasetamol yang
digunakan adalah 10 – 15
mg/kgBB/kali diberikan 4 kali
sehari dan tidak lebih dari 5 kali.
Dosis ibuprofen 5 – 10
mg/kgBB/kali, 3 – 4 kali sehari.
3. Memberikan pengobatan rumat
Kejang demam kompleks
merupakan salah satu indikasi
seorang pasien untuk dirawat di
rumah sakit selain adanya
hiperpireksia, pasien < 6 bulan,
kejang demam yang pertama
kali, dan terdapat kelainan
neurologis. Pengobatan ini
dibagi atas dua bagian, yaitu:
 Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terulangnya
kejang di kemudian hari,
penderita kejang demam
diberikan obat campuran anti
konvulsan dan antipiretika yang
harus diberikan kepada anak
selama episode demam.
Antipiretik yang diberikan
adalah paracetamol dengan dosis
10-15 mg/kg/kali diberikan 4
kali sehari atau ibuprofen dengan
dosis 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali
sehari. Antikonvulsan yang
ampuh dan banyak dipergunakan
untuk mencegah terulangnya
kejang demam ialah diazepam,
baik diberikan secara rektal
dengan dosis 5 mg pada anak
dengan berat di bawah 10 kg dan
10 mg pada anak dengan berat di
atas 10 kg, maupun oral dengan
dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam
pada saat tubuh ≥ 38,50C.
Profilaksis intermitten ini
sebaiknya diberikan sampai
kemungkinan anak untuk
menderita kejang demam
sedehana sangat kecil yaitu
sampai sekitar umur 4 tahun.
Fenobarbital, karbamazepin dan
fenition pada saat demam tidak
berguna untuk mencegah kejang
demam.
 Profilaksis jangka panjang
Profilaksis jangka panjang
gunanya untuk menjamin
terdapatnya dosis teurapetik yang
stabil dan cukup di dalam darah
penderita untuk mencegah
terulangnya kejang di kemudian
hari. Pengobatan jangka panjang
dapat dipertimbangan jika terjadi
hal berikut:
1. Kejang demam ≥ 2 kali
dalam 24 jam
2. Kejang demam terjadi pada
umur < 12 bulan
3. Kejang demam ≥ 4 kali per
tahun
Obat yang dipakai untuk
profilaksis jangka panjang ialah:
Fenobarbital, sodium valproat /
asam valproate, fenitoin
4. Mencari dan mengobati
penyebab.
Penyebab dari kejang demam
baik sederhana maupun
kompleks biasanya infeksi
traktus respiratorius bagian atas
dan otitis media akut. Pemberian
antibiotik yang tepat dan kuat
perlu untuk mengobati infeksi
tersebut. Secara akademis pada
anak dengan kejang demam yang
datang untuk pertama kali
sebaiknya dikerjakan
pemeriksaan pungsi lumbal. Hal
ini perlu untuk menyingkirkan
faktor infeksi di dalam otak
misalnya meningitis. Apabila
menghadapi penderita dengan
kejang lama, pemeriksaan yang
intensif perlu dilakukan, yaitu
pemeriksaan pungsi lumbal,
darah lengkap, misalnya gula
darah, kalium, magnesium,
kalsium, natrium, nitrogen, dan
faal hati.

Anda mungkin juga menyukai