Isi Neuritis
Isi Neuritis
PENDAHULUAN
Neuritis optik adalah inflamasi pada nervus optik. Penyebab lain terjadi pada
autoimun, infeksi atau kelainan inflamasi dan yang berhubungan dengan multiple
sclerosis (MS). Dari kasus MS, gejalanya 15-20%, tapi lebih sering terjadi tanpa adanya
MS. Selain itu, 65% pasien multiple sclerosis akan menderita neuritis optik selama
mengalami penyakit itu. Neuritis optik menyebabkan gangguan penglihatan subtansial
dan berpotensial kehilangan penglihatan dalam jangka panjang. Di beberapa kasus,
neuritis optik dapat sembuh spontan atau dengan pengobatan. Penyembuhannya biasa
partial (sebagian) atau absolute (penuh), tergantung pada tingkat keparahan dan kondisi
(Locker, 2013).
Pada umumnya terjadi pada individu muda dengan usia rata-rata pada awal tiga
puluhan. Diperkirakan tingkat kejadian setiap tahun sebesar 5.1/100.000 di Amerika
serikat, dan lebih sering terjadi pada perempuan dari pada laki-laki. Sebagaian besar
informasi mengenai sejarah neuritis optik, pengobatanya, dan hubunganya denga multiple
sclerosis didapat dari Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT). (Locker, 2013)
Gold standard pengobatan untuk neuritis optik berdasarkan pada Optic Neuritis
Treatment Trial (ONTT) untuk mengetahui khasiat kortikosteroid dan untuk analisa
jangka panjang. Di ONTT, klinik pusat di Amerika Serikat mendaftarkan 457 pasien
antara 1 juli 1988 dan 30 juni 1991 dengan beberapa kriteria adanya neuritis optik
unilteral akut dengan gejala visual 8 hari atau kurang, usia anatara 18-45 tahun,
sebelumnya tidak pernah menderita neuritis optik, tidak memiliki penyakit sistemik selian
MS yg terkait dengan neuritis optik, dan belum pernah pengobatan sebelumnya dengan
kortikosteroid untuk MS atau neutitis optik ( Hoorbakht, 2012).
Referat ini membahas secara ringkas tentang anatomi dan fisiologi jalur visual,
kelainan pada jalur visual, refleks pupil, serta segala hal terkait abnormalitas visual yang
diakibatkan oleh neuritis optikus.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nervus optikus adalah saraf yang membawa rangsang dan retina menuju
otak. Saraf optik terdiri dari 1 juta lebih akson-akson yang berasal dari lapisan sel
ganglion retina yang memanjang ke arah korteks oksipital. Panjang saraf optik
berkisar antara 35-55 mm (rata-rata 40 mm) dan secara anatomis terbagi menjadi
segmen intaokular, intraorbital, intrakanalikular dan intracranial yang berakhir
sebagai kiasma optik (Guyton AC, 2013).
4
Gambar 2.2 Perjalanan Serabut Saraf Nervus Optikus (tampak basal). (Guyton AC,
2013).
Retina merupakan reseptor permukaan untuk informasi visual. Sebagaimana
halnya nervus optikus, retina merupakan bagian dari otak meskipun secara fisik
terletak di perifer dari sistem saraf pusat (SSP). Komponen yang paling utama dari
retina adalah sel-sel reseptor sensoris atau fotoreseptor dan beberapa jenis neuron
dari jaras penglihatan. Lapisan terdalam (neuron pertama) retina mengandung
fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) dan dua lapisan yang lebih superfisial
mengandung neuron bipolar (lapisan neuron kedua) serta sel-sel ganglion (lapisan
neuron ketiga). Sekitar satu juta akson dari sel-sel ganglion ini berjalan pada lapisan
serat retina ke papila atau kaput nervus optikus. Pada bagian tengah kaput nervus
optikus tersebut keluar cabang-cabang dari arteri centralis retina yang merupakan
cabang dari arteri oftalmika (Guyton AC, 2013).
5
Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di
depan tuber sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung
menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum. Di depan tuber sinerium nervus
optikus kanan dan kiri bergabung menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum,
dimana serabut bagian nasal dari masing-masing mata akan bersilangan dan
kemudian menyatu dengan serabut temporal mata yang lain membentuk traktus
optikus dan melanjutkan perjalanan untuk ke korpus genikulatum lateral dan
kolikulus superior.
Kiasma optikum terletak di tengah anterior dari sirkulus Willisi. Serabut
saraf yang bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan jaras visual
sedangkan serabut saraf yang berakhir di kolikulus superior menghantarkan impuls
visual yang membangkitkan refleks opsomatik seperti refleks pupil. Setelah sampai
di korpus genikulatum lateral, serabut saraf yang membawa impuls penglihatan
akan berlanjut melalui radiatio optika (optic radiation) atau traktus genikulo
kalkarina ke korteks penglihatan primer di girus kalkarina. Korteks penglihatan
primer tersebut mendapat vaskularisasi dari arteri kalkarina yang merupakan cabang
dari arteri serebri posterior. Serabut yang berasal dari bagian medial korpus
genikulatum lateral membawa impuls lapang pandang bawah sedangkan serabut
yang berasal dari lateral membawa impuls dari lapang pandang atas (gambar 2.4).
(Guyton AC, 2013).
Gambar 2.5 Pathway of the Pupillary Reaction to Light (Guyton AC, 2013).
1. Funduskopi
a. Perubahan awal
11
biasanya jarang terlihat. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat adanya
sel pada vitreous adalah hal yang sangat penting.
c. Perubahan lanjut
MRI diperlukan untuk melihat nervus optikus dan korteks serebri. Hal ini
dilakukan terutama pada kasus-kasus yang diduga terdapat sklerosis multipel.
3. Pungsi lumbal dan pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat adanya proses
infeksi atau inflamasi.
4. Slit lamp
c. Tapering off dengan cara 20 mg prednisone oral untuk hari pertama ( hari ke
15 sejak pemberian obat ) dan 10 mg prednisone oral pada hari ke 2 sampai
ke 4
1. Observasi
2. Memeriksa pasien pada minggu ke 4-6 setelah muncul gejala dan pemeriksaan
ulang tiap 3-6 bulan kemudian
3. Pasien yang berisiko tinggi MS atau demielinisasi sistem saraf pusat dari hasil
MRI sebaiknya dirujuk ke spesialis neurologi untuk evaluasi dan terapi lanjutan
(AAO, 2012), (Wilhelm, dkk., 2015), dan (Basal, 2007).
13
Mitoxantrone, suatu agen kemoterapi dan terapi antibiotik di monoklonal telah
memberikan hasil yang menjanjikan bagi penyakit kambuhan-remisi (relapsing-
remitting disease) yang progresif dan sulit diatasi.
14
BAB III
KESIMPULAN
Neuritis optik adalah radang nervus optikus yang disertai dengan demielinisasi yang
menyebabkan kehilangan penglihatan secara akut dan biasanya melibatkan satu mata
(monokular). Neuritis optikus tidak berdiri sendiri, namun disebabkan oleh berbagai macam
penyakit/keadaan. Salah satunya adalah multiple sklerosis (MS), suatu penyakit demielinasasi
sistem saraf pusat. Neuritis optikus seringkali dihubungkan dengan penyakit ini. Neuritis
optikus menjadi manifestasi klinik pada 15-20% pasien multiple sklerosis dan terjadi pada
50% perjalanan penyakit multipel sklerosis.
Kehilangan penglihatan dan adanya defek pupil aferen relatif merupakan gambaran
umum dari neuritis optikus. Diskus optik terlihat hiperemis dan membengkak. Terdapat
subtipe dari neuritis optikus, yaitu neuritis retrobulbar dan papilitis. Keadaan tersebut
menggambarkan adanya inflamasi pada saraf optik. Pasien mengeluh adanya pandangan
berkabut atau visus yang kabur, kesulitan membaca, adanya bintik buta, perbedaan subjektif
pada terangnya cahaya, persepsi warna yang terganggu, hilangnya persepsi dalam atau
kaburnya visus untuk sementara. Pada anak, biasanya gejala penurunan ketajaman
penglihatan mendadak mengenai kedua mata. Sedangkan pada orang dewasa, neuritis optikus
seringkali unilateral.
tingkat keparahan penyakit. Selain itu, mitoxantrone juga dapat diberikan untuk mengobati penyakit
15
penglihatan terjadi pada 90% pasien. Jarang yang mengalami kehilangan penglihatan yang progresif.
Meskipun demikian, penglihatan tidak dapat sepenuhnya kembali normal.
16