Anda di halaman 1dari 16

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI DALAM SKRINING

KANKER SERVIKS

Oleh :
Arini Hidayati G99152036
Yunita Desy Wulansari G99161108

Pembimbing :
Eka Budi Wahyana, dr., M.Kes., Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD Dr. SOEDIRAN MS
WONOGIRI
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang


telah memberikan kesabaran dan kelapangan yang tak terduga
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pemeriksaan Ginekologi dalam Skrining Kanker Serviks”.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas
Kedokteran UNS/RSUD Dr. Soediran Mangun Soemarso, Wonogiri.
Meskipun penulisan makalah ini masih belum sempurna,
penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk pengembangan
ilmu pengetahuan. Penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Penulis, 8 Oktober 2016


BAB I
PENDAHULUAN

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah tumbuhnya sel-sel abnormal
pada jaringan serviks. Kanker ini disebabkan oleh human papilloma virus (HPV).
Virus ini menginvasi serviks dan menyebabkan perubahan pada struktur sel di
serviks.
Menurut WHO, kanker serviks masuk dalam empat besar kanker yang paling
banyak di dunia. Estimasi kanker serviks di dunia ada 528.000 kasus baru di tahun
2012 dan ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait kanker serviks, dan 46.000
diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang hidup di negara sedang
berkembang.

Gambar 1. Insidensi Kanker Serviks di Dunia tahun 2012 (WHO, 2015)

Pada Gambar 1, insidensi kanker serviks di Indonesia mencapai 13,6-


20,6/100.000. Tingginya angka insidensi kanker serviks meningkat pada negara-
negara berkembang, salah satunya Indonesia. Menurut perkiraan Departemen
Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-
100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker
serviks. Hal ini disebabkan oleh kurangnya program skrining dan fasilitas
kesehatan yang berkualitas, serta tingginya prevalensi virus HPV yang onkogenik.
Masalah besar di Indonesia dalam pelayanan kesehatan ini adalah kebanyakan
pasien datang pada stadium lanjut. Hal ini disebabkan program skrining yang
masih kurang. Padahal, diagnosis kanker serviks sedini mungkin memiliki
prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan diagnosis kanker serviks saat usia
lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Skrining Kanker Serviks


Skrining (screening) adalah deteksi dini dari suatu penyakit. Skrining
kanker serviks berarti menjaring para wanita yang memiliki faktor risiko
terkena kanker serviks agar terdiagnosis sedini mungkin. Kanker serviks
termasuk penyakit yang mempunyai fase prakanker yang cukup panjang.
Kejadiannya membutuhkan proses dari 3 sampai 20 tahun yang dimulai
dari infeksi HPV sampai menjadi kanker.

Gambar 2. Patofisiologi Kanker Serviks

Penyakit ini tidak menimbulkan gejala atau keluhan pada tahap


prakanker dan kanker awal. Oleh karena itu, skrining rutin diperlukan
untuk mendeteksi secara dini kanker serviks.

B. Tujuan Skrining Kanker Serviks


Untuk mendeteksi secara dini adanya lesi prakanker pada kanker
serviks sehingga dapat ditatalaksana dengan cepat, mudah, dan murah.
Selain itu skrining juga berperan dalam memperbaiki prognosis penyakit
kanker serviks dan mengurangi kemungkinan metastasis ke organ lain.
C. Jenis dan Prosedur Skrining Kanker Serviks
1. IVA Test
a. Definisi
IVA test (inspeksi visual dengan asam asetat) adalah
pemeriksaan secara langsung dengan mata telanjang tanpa bantuan
alat pembesar pada serviks yang diusap dengan asam asetat 3-5%.
Pemeriksaan ini disebut juga dengan pemeriksaan acetowhite
karena terdapat perubahan warna menjadi putih pada serviks yang
diusap dengan asam asetat.
Lesi prakanker atau kanker pada serviks mengalami metaplasia
skuamosa atipik akibat stimulus onkogen di dalam sel epitel. Hal
ini berakibat berkurangnya kemampuan cahaya dapat menembus
sel sehingga ketika diusap dengan asam asetat sel epitel berubah
warna menjadi putih. Selain itu pada sel metaplasi yang diusap
asam asetat juga terjadi dehidrasi akibat peningkatan osmolaritas
cairan ekstraseluler.
b. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi secara dini
adanya lesi prakanker atau kanker pada serviks yang diusap dengan
larutan asam asetat 3-5%.
c. Langkah Pemeriksaan
1. Pasien berbaring diatas tempat tidur dalam keadaan litotomi.
2. Pemeriksa duduk di depan vulva dengan pencahayaan terang
berupa lampu sorot di belakang pemeriksa.
3. Toilet medan pemeriksaan dan sekitarnya.
4. Spekulum graeves dipasang dalam vagina dan visualisasikan
portio.
5. Setelah portio dan serviks terlihat, asam asetat 3-5% diusap
pada serviks dengan menggunakan swab lalu ditunggu 1-2
menit.
6. Dilihat perubahan warna yang terjadi pada serviks.
7. Spekulum graeves dilepas.
d. Interpretasi Hasil
Jika terjadi perubahan warna dari warna merah muda normal
pada serviks menjadi putih, yang disebut acetowhite, setelah diusap
asam asetat menunjukkan terdapat lesi prakanker atau kanker pada
serviks (IVA positif). Namun jika tidak terdapat perubahan warna
menjadi putih, berarti IVA negatif.

Gambar 3. Interpretasi IVA Test

2. Papsmear
a. Definisi
Papsmear adalah pemeriksaan sitologi serviks dan portio untuk
melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks dan
portio (displasia) dengan cara melakukan usapan pada sel epitel
endo dan ektoserviks.

b. Tujuan Pemeriksaan
Pemeriksaan papsmear bertujuan untuk menyaring (skrining),
melacak dan mendeteksi adanya perubahan sel epitel ke arah
keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi
dan pengobatannya menjadi lebih mudah cepat, dan murah.

c. Langkah Pemeriksaan
1. Pasien berbaring di tempat tidur dalam keadaan litotomi.
2. Toilet medan pemeriksaan dan sekitarnya.
3. Spekulum graeves dipasang dalam vagina dan visualisasikan
portio
4. Setelah portio dan serviks terlihat, usapkan spatula ayre atau
cyto brush ke dalam endo dan ekto serviks secara memutar
360° searah jarum jam.
5. Sediaan yang telah diperoleh pada spatula ayre atau cyto brush
kemudian dioleskan diatas kaca objek dengan satu kali usapan.
6. Fiksasi sediaan dengan alkohol 95% selama 10 menit.
7. Periksa sediaan di bawah mikroskop.
Gambar 4. Cara Melakukan Pap Smear
d. Interpretasi Hasil
Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil
pemeriksaan pemeriksaan papsmear, namun sistem CIN (Cervical
Intraepithelial Neoplasma) merupakan sistem yang paling sering
digunakan untuk interpretasi hasil papsmear.
1. CIN I, displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada
kurang dari sepertiga lapisan epitel.
2. CIN II, displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga bagian
epitel.
3. CIN III, displasi berat atau karsinoma in situ dimana telah
melibatkan sampai ke membran basal dari epitel.

Gambar 5. Perubahan Serviks pada Kanker Serviks


Gambar 6. Perubahan Epitel pada Kanker Serviks
3. Kolposkopi
a. Definisi
Kolposkopi adalah prosedur pemeriksaan transvaginal dengan
menggunakan mikroskop binokuler stereoskopik dengan lensa
objektif yang memiliki perbesaran 10 s/d 40x dilengkapi dengan
sumber cahya terfokus dan jarak yang dapat diubah-ubah.
Meskipun mikroskop yang digunakan memiliki perbesaran rendah
(10-40x) namun portio dan serviks dapat terlihat secara langsung.
b. Tujuan Pemeriksaan
Awalnya pemeriksaan kolposkopi dilakukan untuk deteksi dini
kanker serviks invasif yang asimptomatik namun sekarang
kolposkopi dapat dilakukan untuk deteksi kelainan pre invasif
dengan tujuan mencegah perkembangan kanker serviks invasif.
Dengan adanya kolposkopi dapat memungkinkan untuk mengenali
adanya displasia sel dan kelainan jaringan atau vascular yang tidak
terlihat.
c. Langkah Pemeriksaan
1. Pasien berbaring di tempat tidur dalam keadaan litotomi.
2. Toilet medan pemeriksaan dan sekitarnya.
3. Spekulum sims anterior dan posterior dipasang dalam vagina
dan visualisasikan portio
4. Pemeriksa duduk di depan alat kolposkopi, jarak binokular
diatur dan kolposkopi dinyalakan.
5. Kolposkopi diatur dengan perbesaran 5-10x kemudian
dimasukkan ke dalam vagina, temuan makroskopis seperti
pembuluh darah, epitel serviks yang terlihat dicatat.
6. Filter hijau digunakan untuk melihat struktur vaskuler lebih
jelas. Vaskuler akan berwarna hitam dan latar belakang hijau
luscent. Epitel abnormal akan tampak lebih menonjol daripada
epitel normal.
7. Jika perlu dilakukan pemeriksaan iva test, serviks bisa diusap
dengan asam asetat 3-5% kemudian serviks dilihat dengan
perbesaran kecil, sedang, tinggi.
8. Jaringan dilihat dengan perbesaran 5-16x, bila ditemukan
struktur vaskular abnormal perbesaran dinaikkan hingga 25x
s/d 40x.
9. Epitel serviks diberi warna lugol iodine untuk melihat ada
tidaknya metaplasi dan displasi. Lugol yang digunakan adlaah
5% iodine dan 10% KI dalam air.

Gambar 7. Pemeriksaan Kolposkopi


d. Interpretasi Hasil
Pada pewarnaan dengan larutan lugol epitel yang matur akan
berwarna coklat tua karena mengandung glikogen tinggi sedangkan
epitel kolumnar, epitel squamous yang atrofi, epitel yang
mengalami metaplasi dan displasi tidak terwarna dengan iodin.

4. Cryosurgery
a. Definisi
Cryosurgery adalah jenis operasi yang menggunakan suhu
ekstrem (suhu sangat dingin) untuk menghancurkan jaringan
abnormal seperti kanker yang terdapat pada serviks. Cryosurgery
disebut juga cryotherapy atau bedah beku, dimana jaringan yang
abnormal dihancurkan dengan menggunakan media nitrogen cair,
karbon dioksida, atau gas argon yang mempunyai suhu dibawah
0°C.
b. Tujuan Pemeriksaan
Cryosurgery dilakukan dengan tujuan untuk menghancurkan
jaringan abnormal di dalam tubuh dengan cara membekukan
jaringan tersebut. Umumnya teknik ini digunakan sebagai terapi
bedah pada kanker yang tidak menunjukkan perbaikan atau kanker
yang kambuh berulang setelah terapi adekuat lainnya atau pada
keadaan kanker yang berisiko tinggi dan sulit dioperasi dengan
operasi konvensional. Teknik ini juga dapat dilakukan untuk
mengobati beberapa penyakit menular seksual seperti penyakit
kutil kelamin atau kondiloma akuminata.
Meskipun demikian, cryosurgery juga memiliki risiko yang
dapat terjadi seperti perdarahan dari jalan lahir, infeksi, nyeri,
keram dan rasa membeku pada vagina.
c. Langkah Pemeriksaan
1. Pasien dibaringkan diatas meja operasi dalam posisi litotomi
dalam keadaan narkose.
2. Toilet medan operasi dan sekitarnya lalu dipasang duk steril.
3. Spekulum sims posterior dan anterior dipasang lalu
visualisasikan portio.
4. Portio dijepit dengan tenaculum di jam 11 dan 13 lalu sims
anterior dilepas.
5. Pasien dilakukan pemeriksaan kolposkopi dengan mikroskop
binokuler untuk mempermudah melihat jaringan kanker.
6. Cryoprobe dimasukkan ke dalam vagina dan diposisikan pada
jaringan yang akan dioperasi.
7. Nitrogen cair atau gas argon atau karbon dioksida
disemprotkan pada jaringan target sampai membentuk “bola-
bola es” yang dapat menghancurkan jaringan abnormal.
8. Jarum atau probes dikeluarkan dari vagina, tenaculum dan sims
posterior dilepas.

Gambar 8. Cara Pemeriksaan cryosurgery

Gambar 9. Pemeriksaan cryosurgery dengan probe


d. Interpretasi Hasil
Keberhasilan cryosurgery dalam terapi kanker serviks
mencapai 85-90%. Namun kemungkinan kekambuhan dapat terjadi
sehingga pada pasien yang dilakukan cryosurgery harus
direncanakan untuk dilakukan papsmear 3 bulan selanjutnya guna
memastikan jaringan abnormal sudah tidak ada dan tidak kambuh
berulang.
BAB III
OENUTUP

Anda mungkin juga menyukai