Anda di halaman 1dari 22

Laporan Pendahuluan

Diabetus Mellitus

A. PENGERTIAN
Diabetus Mellitus adalah kelainan bersifat kronik yang ditandai dengan adanya
gangguan karbohidrat,protein dan lemak yng diikuti komplikasi mikrovaskuler
(pembuluh darah kecil) dan makrovaskuler (pembuluh darah besar). Umumnya diabetes
mellitus berkaitan dengan factor keturunan dengan gejala klinis yang paling utama adalah
intoleransi glukosa (Sukmono,2009).

Diabetus mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan


kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner and Suddart, 2002).
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Berasal dari istilah
bahasa yunani “Diabetes” yang berarti pancuran dan “Mellitus “ yang berarti madu atau
gula dan bila digabungkan menjadi pancuran gula atau dalam dunia medis diartikan
sebagai kencing manis.

Dalam dunia medis dapat di definisikan secara meluas sebagai suatu kumpulan
aspek gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar
glukosa darah akibat kekurangan insulin baik yang sifatnya absolute maupun relatif.

B. KLASIFIKASI
Menurut Brunner dan Suddart (2002 :1220) ada beberapa tipe Diabetus mellitus
yang berbeda,penyakit ini dibedakan berdasarkan penyebab,perjalanan dan terapinya.
Klasifikasi Diabetus mellitus yang utama adalah:

1. Tipe 1 : Diabetus Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetus Mellitus)


Pada tipe ini terdapat ketidak mampuan untuk mengasilkan insulin karena sel-sel
beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Disamping itu glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimmbulkan hyperglikemia postprandial (sesudah makan).
2. Tipe 2 : Diabetus Mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetus
Mellitus)
Pada tipe ini sering dikenal juga dengan sebutan non-insulin dependent
diabetus mellitus (NIDDM) yang disebabkan karena kegagalan relative sel beta dan
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi oleh hati. Sel B tidak mengimbangi resistensi insulin dengan sepenuhnya
sehingga menyebabkan defisiensi insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa maupun pada rangsangan
glukosa bersama bahan perangsang sekresi lainnya. Berarti sel B pancreas
mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Gustaviani Reno,2006).
Pada awalnya resistensi insulin belum menyebabkan klinis diabetus mellitus.
Sel B pancreas masih dapat mengkompensasi sehingga terjadi hiperinsulinemia.
Kadar glukosa darah masih normal atau baru sedikit mengalami peningkatan.
Kemudian setelah terjadi kelelahan sel B pancreas baru terjadi diabetus mellitus
klinis yang ditandai dengan adanya kadar glukosa yang mengalami peningkatan dan
memenuhi criteria diagnosis Diabetus mellitus (Gustaviani,2006).
3. Diabetus Mellitus Gestasional
Pada tipe ini dibatasi pada waktu,pada wanita hamil yang intoleransi
glukosanya pertama kali terdeteksi selama kehamilan tersebut tetap tidak termasuk
wanita yang sebelum kehamilan mengidap DM.
4. Diabetus Mellitus tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain dengan karakteristik gangguan endokrin.
C. ETIOLOGI
Diabetes mellitus atau yang banyak dikenal oleh masyarakat awam sebagai
penyakit kencing manis mempunyai beberapa factor pemicu atau pencetus antara lain:

1. Pola makan
Konsumsi makanan yang berlibahan atau melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh sehingga terjadi penumpukan zat-zat sari makanan didalam
sel atau sel tidak mampu menyerap semua zat-zat yang telah tertumpuk didalam
tubuh. Konsumsi makanan dalam jumlah tinggi jika tidak diimbang produksi insulin
sebagai enzim pengolah glukosa menjadi glukogen dan glukogen menjadi glucagon
sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah dan menyebabkan
Diabetus Mellitus..
2. Obesitas (kegemukan)
Orang dengan berat badan yang tidak proposional atau bisa dikatakan over wight
(lebih dari 90 kg) cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit
Diabetus Mellitus.
3. Faktor genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anaknya. Gen penyebab
diabetus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita DM. perwarisan gen ini
dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas sebagai sumber penghasil insulin
sehingga pancreas radang. Radang dapat menyebabkan penurunan fungsi sekresi
hormon-hormon untuk proses metabolism tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu
obat yang terakumulasi dalam waktu lama dapat mengiritasi pancreas juga.

5. Penyakit dan infeksi pada pancreas


Infeksi mikroorganisme dan virus pada pancreas juga dapat menyebabkan radang
pancreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pancreas turun sehingga tidak ada
sekresi hormone metabolism. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia
dapat meningkatkan resiko terkena diabetes mellitus.

6. Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi factor penyebab DM jika orang malas
berolahraga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetus mellitus
karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebih dalam tubuh. Kalori
yang tertimbun didalam tubuh merupakan factor utama penyebab DM selain
disfungsi pancreas.
D. PATOFISIOLOGI
Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang telah

tua atau rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh berfungsi

dengan baik. Energi pada “mesin” tubuh manusia berasal dari bahan makanan yang

dimakan sehari-hari yang terdiri dari karbohidrat,protein dan lemak (Suyono,2007).

Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar,zat makanan harus masuk dulu ke

dalam sel untuk dapat diolah. Di dalam sel,zat makanan terutama glukosa dibakar melalui

proses kimia yang rumit dan hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut

metabolisme dan dalam prosesnya insulin memegang peranan yang sanggat penting yaitu

bertugas sebagai pengubah gula menjadi glukosa,glukosa menjadi glukagon dan

glukagon menjadi glukosa darah sehingga siap untuk digunakan oleh sel untuk bahan

bakar (energi). Insulin sendiri merupakaan hasil ekresi berupa hormone yang dikeluarkan

oleh sel beta pancreas (Suyono, 2007).

Diabetus Mellitus tipe 1 disebabkan karena adanya reaksi autoimun yang

disebabkan oleh peradangan pada sel beta. Hal ini menyebabkan timbulnya antibody

terhadap sel beta yang disebut islet cell antibody (ICA). Reaksi antigen dengan antibody

menyebabkan hancurnya sel beta (Suyono,2007)

Pada Diabetus mellitus tipe 2 jumlah insulin yang diproduksi oleh sel beta pancreas

dalam jumlah atau ambang batas normal,malah mungkin produksi insulinnya lebih

banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang

reseptor insulin ini dapat di ibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk kedalam sel.
Pada keadaan tadi jika jumlah reseptor kurang namun produksi insulin tinggi maka

glukosa yang masuk kedalam sel sedikit,sehingga sel akan kekurangan bahan bakar dan

glukosa dalam pembuluh darah meningkat. Hal ini banyak disebut dengan istilah

resistensi insuli (Suyono, 2007).


E. PATHWAY

Defisiensi Insulin peningkatan Katabolisme/Glukoneogenesis

efek terhadap mikrovaskuler Transpor glukosa ke dalam sel Katabolisme protein penurunan penyerapan asam amino

Retina tidak mendapat oksigen metabolisme glukosa dimitokondria penurunan ATP asam amino darah meningkat

Hipoksia peningkatan glukosa darah penurunan energi glukoneogenesis meningkat

Resiko Kebutaan Hiperglikemia pemakaian lemak dan protein meningkat


Hambatan mobilitas fisik
Perubahan glukosa ke asam lemak Ketosis

Gangguan persepsi sensori efek mikrovaskuler aterosklerosis dinding intima napas berbau keton mual, muntah

Penurunan O2 nefropati mikroangiopati out put berlebihan


pada jaringan
penurunan permeabilitas neuron neuropati
otak

Diuresis meningkat penurunan sensitifitas perifer Ketidakefektifannutrisi kurang dari kebutuhan


Resiko syok Defisit volume cairan mudah trauma Ketidakmampuan beraktifitas

Kerusakan integritas kulit

Terputusnya kontinuitas jaringan perubahan status kesehatan Defisit perawatan diri

pelepasan mediator kimia kurang informasi Defisit pengetahuan

stimulasi reseptor nyeri Nyeri Akut invasi kuman/bakteri patogen Resiko infeksi
F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Ramiah (2006) menyebutkan bahwa ada 3 gejala utama Diabetus Mellitus
yaitu:
1. Meningkatnya rasa haus (Polidipsi)
2. Meningkatnya rasa lapar (Polipagi)
3. Meningkatnya frekuensi berkemih (Poliuri)
Menurut Tandra (2008) ada beberapa keluhan utama dari Diabetus Mellitus meliputi:
1. Banyak kencing (Poliuri)
Ginjal tidak mampu untuk menyerap kembali gula yang berlebih dalam darah,kadar
gula yang tinggi pada darah dapat menarik banyak air keluar dari jaringan sehingga
menyebabkan sering kencing dengan jumlah yang banyak.
2. Rasa haus (Polidipsi)
Dikarenakan orang yang terkena Diabetus Mellitus mengalami gejala seing
berkemih,maka penderita dapat terjadi dehidrasi yang parah. Namun di kebanyakan
penderita menangani rasa hausnya dengan minum minuman yang manis dan segar.
Akibatnya gula darah akan semakin menumpuk dan semakin lama dapat menimbulkan
komplikasi akut yang membahayakan.
3. Berat badan turun
Sebagai kompensasi dari pada dehidrasi dan harus banyak minum,mungkin mulai
banyak makan. Memang pada mulanya berat badan meningkat akan tetapi lama
kelamaan otot tidak mendapatkan cukup suplai gula dalam jaringan untuk tumbuh dan
menghasilkan energy. Maka akibatnya jaringan otot dan lemak harus dipecah untuk
memenuhi kebutuhan sel pada jaringan untuk menghasilkan energy kembali. Meskipun
pendirita menkonsumsi makanan banyak,berat badan penderita akan tetap turun secara
progresif.
4. Rasa seperti flu
Keluhan DiabetusMellitus dapat menyerupai flu,rasa capek,lemah dan nafsu makan
menurun. Pada penderita DM,glukosa yang dikandung dalam darah tidak dapat lagi
berfungsi sebagai energy karena glukosa tidak dapat diambil atau diserap oleh sel.
5. Mata kabur
Kadar gula darah yang tinggi akan menarik keluar cairan dari dalam lensa mata
sehhingga lensa menjadi tipis. Mata mengalami kesulitan untuk memfokuskan
penglihatan sehingga pandangaan menjadi kabur. Apabila bisa mengontrol glukosa
dengan baik maka penglihatan akan tetap normal dan berfungsi dengan baik. Bagi
penderita yang telah menggunakan kaca mata maka akan sering ganti-ganti lensa kaca
mata di karenakan kadar gula darah yang naik turun.
6. Luka yang sukar sembuh
Jika penderita DM memiliki luka maka akan sukar untuk cepat sembuh karena
pertama akibat dari infeksi yang hebat dan kuman atau jamur akan tumbuh subur karena
kadar gula dalam darah cukup tinggi. Yang ke dua karena kerusakan dinding pembuluh
darah sehingga aliran darah tidak adekuat atau lancar menuju pembuluh darah kapiler
sehingga akan memperlambat penyembuhan luka. Yang ke tiga yaitu kerusakan saraf,
(rasa bebal)sehingga menyebabkan luka yang tidak dirasakan menyebabkan penderita
tidak menaruh perhatian pada luka dan membiarkannya dan lama kelamaan akan
membusuk(infeksi akut)
7. Rasa baal dan kesemutan
Kerusakan saraf diakibatkan karena pembuluh darah mengalami kerusakan
sehingga suplai glukosa ke sel(saraf) terganggu. Sehingga menyebabkan saraf tidak
mendapat suplai makanan,karena yang sering terkena saraf sensori maka keluhan yang
paling sering muncul adalah kesemutan terutama pada tangan dan kaki(perifer).
8. Gusi merah dan bengkak
Kemampuan rongga mulut menjadi lemah untuk melawan infeksi sehingga
terjadilah gusi bengkak,merah dan infeksi serta gigi terlihat tidak rata dan mudah lepas
atau tanggal.
9. Kulit kering dan gatal-gatal.
Kulihan seperti kulit kering dan rasa gatal menyebabkan penderita mulai untuk
memberanikan diri untuk dating ke pelayanan kesehatan untuk mengecak keadaannya.
10. Gatal pada daerah kemaluan.
Jamur sangat senang pada suasana gula darah yang tinggi sehingga vagina yang
rentan sekali terkena infeksi dapat menjadi ladang yang subur bagi perkembangan
jamur.
11. Mudah untuk terkena infeksi.
Leukosit atau sel darah putih yang biasanya dipakai untuk melawan infeksi tidak
dapat berfungsi dengan baik karena tingginya kadar gula darah dalam darah.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada diabetus mellitus melalui pemeriksaan kadar glukosa
dalam darah (gula darah puasa,gula darah setelah 2 jam makan) dan setelah pemberian tes
toleransi glukosa oral (TTGO) (Gustaviani Reno,2006).
1. Glukosa darah sewaktu
Plasma vena :
a. <100>
b. 100 - 200 = belum pasti DM
c. >200 = DM
Darah kapiler :
a. <80>
b. 80 - 100 = belum pasti DM
c. 200 = DM
2. Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena :
a. <110>
b. 110 - 120 = belum pasti DM
c. 120 = DM
Darah kapiler :
a. <90>
b. 90 - 110 = belum pasti DM
c. 110 = DM
3. Tes toleransi glukosa kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
diagnosis DM (mg/dl).
H. PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS
Menurut Smeltcer dan Bare (2002) tujuan utama terapi diabetus mellitus
adalahmencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap
tipe diabetus adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
pelaksanaan diabetus mellitus antara lain:
1. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetus.
Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini:
1) Memberikan semua unsur makanan esensial (Vit dan mineral)
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
3) Memenuhi kebutuhan energi.
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis.
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
2. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetus karena efeknya dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi factor resiko kardiovaskuler. Latihan
akan menurunkan kadar glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakain insulin. Sirkulasi
darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolah raga. Latihan dengan membawa
tahanan (Resistance Training) dapat meningkatkan Lean Body Mass dan dengan
demikian menambah laju metabolism istirahat (Resting Metabolic Rate).
3. Pemantaun glukosa dan keton
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri Self Monitoring
Of Blood Glucose ( SMBG ) penderita kini dapat mengatur terapinya untuk
mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi dan
pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia dan berperan dalam menentukan kadar
glukosa darh normal yang memungkinkan akan mengurangi komplikasi jangka panjang.
Berbagai metode kini tersedia untuk melakukan pemantauan mandiri kadar glukosa
darah. Kebanyakan metode tersebut mencakup pengambilan setetes darah dari ujung jari
tangan,aplikasi darah tersebut pada strip pereaksi khusus dan kemudian darah tersebut
akan menunjukkan hasil kurang lebih 25 detik. Untuk beberapa produk,darah dihapus
dari strip dengan menggunakan kapas atau tissue.
Bantalan pereaksi pada strip akan berubah warnanya dan kemudian dapat dicocokkan
dengan peta warna pada kemasan produk. Bagi penderita yang tidak menggunakan
insulin,pemantauan mandiri glukosa darah sangat membantu dalam melakukan
pemantauan terhadap efektifitas latihan ,diet, dan obat hipoglikemia oral. Metode ini
juga dapat membantu memotivasi pasien untuk melanjutkan terapinya. Bagi penderita
diabetus tipe 2 pemantauan mandiri glukosa darah harus dianjurkan dalam kondisi yang
diduga dapat menyebabkan hiperglikemia atau hipoglikemia.
4. Terapi insulin
Pada diabetus tipe 1 tubuh akan kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin.
Dengan demikian,insulin eksogenus harus diberikan dalam jumlah tak terbatas. Pada
diabetus tipe 2,insulin mungkin diperlukan sebagai jangka panjang untuk
mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil
mengontrolnya. Disamping itu,sebagai pasien diabetus tipe 2 yang biasanya
mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat oral kadang membutuhkan
insulin secara temporer selama mengalami sakit,infeksi,kehamilan,pembedahan atau
beberapa kejadian strees lainnya.
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali perhari atau bahkan lebbih sering lagi
untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam
hari. Karena dosis insulin yang diperlukan masing-masing pasien ditentukan oleh kadar
glukosa dalam darah maka pemantauan mandiri kadar glukosa dalam darah telah
menjadi dasar dalam memberikan terapi insulin.
5. Pendidikan kesehatan
Diabetus merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku penanganan mandiri
yang khusus seumur hidup. Karena diet,aktifitas fisik serta emosional dapat
mempengaruhi pengendalian diabetus,maka pasien harus belajar untuk mengatur
keseimbangan berbagai factor. Pasien bukan hanya harus belajar keterampilan untuk
merawat diri sendiri setiap hari guna menghindari penurunan atau kenaikan
kadarglukosa darah yang mendadak. Tetapi juga harus memiliki perilaku preventif
dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetic jangka panjang. Penghargaan
pasien tentang pentingnya pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh
penderita diabetus mellitus dapat membantu perawat dalam melakukan pendidikan dan
penyuluhan.
I. KOMPLIKASI
Bilous (2002) menyebutkan bahwa komplikasi dari diabetus dapat terjadi pada semua
organ atau semua system tubuh misalnya saraf,jantung,pembuluh darah,ginjal,mata,otak dan
lain-lain yaitu:
1. Kerusakan saraf
Kerusakan saraf adalah komplikasi diabetus yang paling sering terjadi. Gula darah yang
tinggi akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang member
makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetic.
Akibatnya adalah saraf tidak bisa mengirim atau menghantarkan pesan atau rangsangan
berupa impuls ke saraf yang menyebabkan salah kirim impuls atau keterlambatan kirim.
Keluhan yang sering timbul bervariasi mungkin nyeri pada tangan dan kaki atau
gangguan pencernaan serta masalah dengan gangguan control buang air besar dan kecil.
2. Kerusakan ginjal
Kerusakan saringan ginjal timbul akibat glukosa darah yang tinggi (umumnya diatas
200 mg/dl). Lamanya diabetus yang diperberat oleh tekanan darah yang tinggi. Makin
lama pasien atau penderita diabetus akan semakin mengalami kerusakan ginjal.
3. Kerusakan mata
Penyakit DM dapat merusak mata dan menjadi penyebab utama dari kebutaan. Ada tiga
penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetus yaitu retinopati,katarak dan
glaukoma. Ketiganya bisa dicegah atau diperbaiki bila ditemukan pada tahap awal
penyakit.
4. Penyakit jantung
Diabetus dapat menyebabkan berbagai penyakit jantung dan pembuluh darah
kardiovaskuler antar lainnya angina,IMA (infak miokart akut),hipertensi dan jantung
koroner. Diabetus merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukkan
lemak di dinding yang rusak dan akan mengalami penyempitan pembuluh darah.
Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang,tekanan darah meningkat dan dapat
terjadi kematian secara mendadak.
5. Hipertensi
Hipertensi jarang memberikan keluhan yang dramatis seperti kerusakan mata atau
kerusakan ginjal. Orang dengan diabetus cenderung terkena hipertensi dua kali lipat
dibandingkan dengan yang tanpa diabetus. Hipertensi merusak pembuluh darah antara
35-75% komplikasi diabetus adalah disebabkan hipertensi.
6. Stroke
Dasarnya timbul stroke adalah terjadinya arteriosklerosis atau penyempitan pembuluh
darah di otak. Dimulai dari proses inflamasi diikuti dengan penumpukan
lemak,perlekatan dan pengumpulan sel darah leukosit dan trombosit serta kolagen dan
jaringan ikat lain pada dinding pembuluh darah. Selanjutnya timbul penyumbatan serta
tidak ada suplai O2 ke jaringan otak sehingga terjadi kematian jaringan otak.
7. Impotensi
Kebanyakan impotensi pada pria dengan diabetus disebabkan oleh gulaa darah yang
tinggi atau terlalu lama mengidap diabetus dengan penanganan yang tidak sebenarnya.
Penyempitan pembuluh darah akan mengganggu aliran darah untuk mengisi cavum
penis. Apabila saraf juga mengalami kerusakanmaka tidak dapat menghantarkan impuls
untuk mengisi cavum pada penis sehingga penis tidak bisa ereksi.
Konsep Asuhan Keperawatan

Diabetus Mellitus
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan
status ekonomi.
b. Keluhan utama
Keluhan utama luka yang tidak kunjung sembuh dan kelemahan tubuh
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang
disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poli urea, polidipsi, anorexia,
mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kramotot,
gangguan tidur/istirahat, haus-haus, pusing-pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme
pada wanita dan masalah impoten pada pria.
d. Riwayat penyakit dahulu.
 Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes gestasional
 Riwayat ISK berulang.
 Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), dilantin dan
penoborbital.
 Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya pasien diabetes melitus mengalami sakit diabetes melitus karena adanya
riwayat anggota keluarga yang menderita diabetes melitus juga.
e. Riwayat psikososial
Riwayat pengkajian lingkungan merupakan pengkajian untuk mengkaji keadaan
lingkungan tempat tinggal sekitar yang bertujuan mengetahui apakah ada hal – hal
yang dimungkinkan menjadi penyebab terjadinya penyakit.
f. Pola fungsi kesehatan
 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit
tersebut mengganggu aktivitas pasien.
 Pola aktivitas dan latihan
Kaji keluhan saat beraktivitas. Biasanya terjadi perubahan aktivitas
sehubungan dengan gangguan fungsi tubuh. Kemudian pada klien ditemukan
adanya masalah dalam bergerak, kram otot tonus otot menurun, kelemahan
dan keletihan.
 Pola nutrisi dan metabolic
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang
dan malam ). Kemudian tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada
mual muntah, pantangan atau alergi
 Pola eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi. Serta tanyakan
adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat
bantu untuk miksi dan defekasi.
 Pola istirahat dan tidur
Tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien. Dan bagaimana
perasaan klien setelah bangun tidur, apakah merasa segar atau tidak.
 Pola kognitif persepsi
Kaji status mental klien, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien
dalam memahami sesuatu, tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah,
nada bicara klien, dan identifikasi penyebab kecemasan klien
 Pola sensori visual
Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
 Pola toleransi dan koping terhadap stress
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau
perawatan diri ). Kemudian kaji keadaan emosi klien sehari-hari dan
bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ).
Tanyakan pakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering
berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat, apakah pasien merasakan
kecemasan yang berlebihan dan tanyakan apakah sedang mengalami stress
yang berkepanjangan.
 Persepsi diri/konsep diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri,
apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya. Kemudian
tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi
atau takut, apakah ada hal yang menjadi pikirannya.
 Pola seksual dan reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya,
kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan
menopause, apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seks.
 Pola nilai dan keyakinan
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Dari keadaan dapat di ketahui keadaan klien secara umum, apabila klien sakit
ringan, sedang, berat
b. Kesadaran
Untuk mengetahui seberapa besar kesadaran klien saat ini,apakah klien sedang
sadar atau koma.
c. Tanda-tanda vital
Untuk mengetahui apakah ada peningkatan atau penurunan system.
d. Antropometri
Untuk mengetahui tinggi dan berat badan klien
e. Kulit, rambut, dan kuku
Biasanya pada penderita diabetes akan ditemukan kulit panas, kering dan
kemerahan, turgor jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak),
kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
f. Kepada dan leher
Meliputi pengkajian kepala, mata, telinga, hidung, mulut, dan leher
g. Toraks dan paru – paru
Meliputi :
1. Pengkajian keadaan torak
2. Pengkajian keadaaan jantung
Biasanya pasien DM akan mengalami takikardia / nadi menurun
atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ
(GJK)
3. Pengkajian keadaan paru
Biasanya pasien DM akan mengalami takipnoe pada keadaan
istirahat/dengan aktifitas, sesak nafas, batuk dengan tanpa sputum purulent
dan tergantung ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan
(jika kadar kalium menurun tajam), RR > 24 x/menit, nafas berbau aseton.
h. Abdomen
i. Genitalia
j. Rectum dan anus
k. Ekstremitas
Biasanya pada penderita diabetes akan terjadi gangguan disalah satu atau kedua
ektremitas karena adanya luka.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan
2. Kerusakan integritas kulit b.d penurunan sensitifitas jaringan perifer
3. Resiko infeksi b.d invasi bakteri patogen pada jaringan yang terbuka
4. Gangguan persepsi sensori b.d terganggunya sirkulasi mikrovaskuler karena
peningkatan glukosa dalam darah
5. Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d out put berlebih (mual,muntah)
6. Defisit volume cairan b.d peningkatan haluaran cairan
7. Defisit perawatan diri b.d kelemahan dalam beraktifitas
8. Defisit pengetahuan b.d perubahan status kesehatan
D. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan kreteria hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut b.d Tujuan : 1. Kaji tingkat nyeri 1. Nyeri disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan
terputusnya kontinuitas Klien akan menunjukkan nyeri 2. Observasi tanda-tanda vital atau karena peningkatan asam laktat sebagai akibat
jaringan berkurang / teratasi 3. Ajarkan klien tekhnik relaksasi deficit insulin
Kriteria hasil : 4. Ajarkan klien tekhnik Gate Control 2. Pasien dengan nyeri biasanya akan
1) Klien tidak mengeluh nyeri 5. Pemberian analgetik dimanifestasikan dengan peningkatan vital sign
2) Skala nyeri 2-1 terutama perubahan denyut nadi dan pernafasan
3) Ekspresi wajah ceria 3. Nafas dalam dapat meningkatkan oksigenasi
jaringan
4. Memblokir rangsangan nyeri pada serabut saraf
5. Analgetik bekerja langsung pada reseptor nyeri dan
memblokir rangsangan nyeri sehingga respon nyeri
dapat diminimalkan
2. Kerusakan integritas Tujuan : 2. Observasi tanda – tanda infeksi 1. Gangguan sirkulasi perifer dapat terjadi bila
kulit b.d penurunan Klien akan mempertahankan 3. Ajarkan klien untuk mencuci tangan menempatkan pasien pada kondisi resiko iritasi
sensitifitas jaringan integritas kulit tetap utuh dan dengan baik, untuk mempertahankan kulit.
perifer terhindar dari inteksi Kriteria hasil : kebersihan tangan pada saat 2. Peningkatan pengeluaran urine akan mencegah statis
1) Tidak ada tanda – tanda infeksi. melakukan prosedur. dan mempertahankan PH urine yang dapat
2) Tidak ada luka. 4. Pertahankan kebersihan kulit. mencegah terjadinya perkembangan bakteri.
3) Tidak ditemukan adanya 5. Dorong klien mengkonsumsi diet 3. Mencegah terjadinya perkembangan bakteri
perubahan warna kulit. secara adekuat dan intake cairan 3000 4. Kemerahan, edema, luka drainase, cairan dari luka
ml/hari. menunjukkan adanya infeksi.
6. Antibiotik bila ada indikasi 5. Mencegah cross contamination.
3. Resiko infeksi b.d Tujuan : 1. Kaji keadaan kulit yangrusak 1. Mengetahui keadaan peradangan untuk membantu
invasi bakteri patogen Klien akan menunjukkan tidak 2. Bersihkan luka dengan teknik septic dalam menanggulangi atau dapat dilakukan
pada jaringan yang adanya tanda “inteksi dan antiseptic pencegahan.
terbuka Kriteria hasil : 3. Kompres luka dengan larutan Nacl 2. Mencegah terjadinya inteksi sekunder pada anggota
1) Luka sembuh 4. Anjurkan pada klien agarmenjaga tubuh yang lain.
2) Tidak ada edema sekitar luka. predisposisi terjadinya lesi 3. Selain untuk membersihkan luka dan juga untuk
3) Tidak terdapat pus, luka cepat 5. Pemberian obat antibiotic. mempercepat pertumbuhan jaringan
mongering. 4. Kelembaban dan kulit kotorsebagai predisposisi
terjadinya lesi.
5. Antibiotik untuk membunuh kuman.
4. Gangguan persepsi Tujuan : 1. Observasi derajat dan tipe kerusakan 1. Mengidentifikasi derajat kerusakan penglihatan
sensori b.d Klien akan mempertahankan fungsi 2. Latih klien untuk membaca. 2. Mempertahankan aktivitas visual klien.
terganggunya sirkulasi penglihatan 3. Orientasi klien dengan lingkungan. 3. Mengurangi cedera akibat disorientasi
mikrovaskuler karena Kriteria hasil : 4. Gunakan alat bantu penglihatan. 4. Melatih aktifitas visual secara bertahap.
peningkatan glukosa 1) Visus mata normal 5. Panggil klien dengan nama, 5. Menurunkan kebingungan dan membantu untuk
dalam darah 2) Tidak ada gangguan melihat orientasikan kembali sesuai dengan mempertahankan kontak dengan realita.
kebutuhannya tempat, orang dan 6. Membantu memelihara panen tetap berhubungan
waktu. dengan realitas dan mempertahankan orientalasi
6. Pelihara aktifitas rutin. pada lingkungannya.
7. Lindungi klien dari cedera. 7. Pasien mengalami disorientasi merupakan awal
kemungkinan timbulnya cedera, terutama macam
hari dan perlu pencegahan sesuai indikasi.
5. Ketidakefektifan nutrisi Tujuan : 1. Timbang berat badan. 1. Penurunan berat badan menunjukkan tidak ada
kurang dari kebutuhan Klien akan mengkonsumsi secara 2. Auskultasi bowel sound. kuatnya nutrisi klien.
b.d out put berlebih tepat jumlah kebutuhan kalori atau 3. Berikan makanan lunak / cair. 2. Hiperglikemia dan ketidakseimbangan cairan dan
(mual,muntah) nutrisi yang di programkan 4. Observasi tanda hipoglikemia elektrolit menyebabkan penurunan motilifas usus.
Kriteria hasil : misalnya : penurunan tingkat Apabila penurunan motilitas usus berlangsung lama
1) Peningkatan barat badan. kesadaran, permukaan teraba dingin, sebagai akibat neuropati syaraf otonom yang
2) Pemeriksaan albumin dan denyut nadi cepat, lapar, kecemasan berhubungan dengan sistem pencernaan.
globulin dalam batas normal. dan nyeri kepala. 3. Pemberian makanan oral dan lunak berfungsi untuk
3) Turgor kulit baik, 5. Berikan Insulin. meresforasi fungsi usus dan diberikan pada klien
mengkonsumsi makanan sesuai dgn tingkat kesadaran baik.
program. 4. Metabolisme KH akan menurunkan kadarglukosa
dan bila saat itu diberikan insulin akan
menyebabkan hipoglikemia.
5. Akan mempercepat pengangkutan glukosa kedalam
sel.
6. Defisit volume cairan Tujuan : 1. Observasi pengeluaran urine 1. Membantu dalam memperkirakan kekurangan
b.d peningkatan Klien akan mendemonstrasikan 2. Pantau tanda-tanda vital volume total, tanda dan gejala mungkin sudah ada
haluaran cairan hidrasi adekuat 3. Monitor pola napas pada beberapa waktu sebelumnya, adanya proses
Kriteria hasil : 4. Observasi frekuensi dan kualitas infeksi mengakibatkan demam dan keadaan
1) Nadi perifer dapat teraba, pernapasan hipermetabolik yang menigkatkan kehilangan
turgor kulit baik. 5. Timbang berat badan cairan
2) Vital sign dalam batas normal, 6. Pemberian cairan sesuai dengan 2. Perubahan tanda-tanda vital dapat diakibatkan oleh
haluaran urine lancer. indikasi rasa nyeri dan merupakan indikator untuk menilai
3) Kadar elektrolit dalam batas keadaan perkembangan penyakit.
normal 3. Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui
pernapasan menghasilkan alkalosis respiratorik,
ketoasidosis pernapasan yang berbau aseton
berhubungan dengan pemecahan asam aseton dan
asetat
4. Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan
mempengaruhi pola dan frekuensi pernapasan.
Pernapasan dangkal, cepat, dan sianosis merupakan
indikasi dari kelelahan pernapasan, hilangnya
kemampuan untuk melakukan kompensasi pada
asidosis.
5. Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan
pengganti fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi
yang diberikan.
6. Tipe dan jenis cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respon
7. Defisit perawatan diri Tujuan : 1. Observasi kemampuan klien dalam 1. Mengidentifikasi tingkat toleransi aktivitas klien
b.d kelemahan dalam Klien akan mendemonstrasikan pemenuhan rawat diri 2. Melatih tingkat kemampuan rawat diri secara
beraktifitas penurunan rawat diri 2. Berikan aktivitas secara bertahap bertahap
Kriteria hasil : 3. Bantu klien dalam pemenuhan 3. Meningkatkan rasa nyaman klien dan
1) Kuku pendek dan bersih kebutuhan sehari-hari memperbaiki sirkulasi ke perifer
2) Kebutuhan dapat dioenuhi 4. Bantu klien (memotong kuku) 4. Kuku panjang dapat digunakan untuk menggaruk
secara bertahap
3) Mandi sendiri tanpa bantuan
8. Defisit pengetahuan b.d Tujuan : 1. Pilih berbagai strategi belajar 1. Penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses
perubahan status Klien akan melaporkan pemahaman 2. Diskusikan tentang rencana diet informasi, meningkatkan penerapan pada individu
kesehatan tentang penyakitnya dengan kriteria 3. Diskusikan tentang faktor-faktor yang yang belajar
: Mengungkapkan pemahaman memegang peranan dalam kontrol 2. Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan
tentang penyakitnya DM membantu pasien dalam merencanakan
Kriteria hasil : makan/mentaati program, serat dapat memperlambat
1) Keluaraga dan klien tidak absorbsi glukosa yang akan menurunkan fluktuasi
bingung kadar gula dalam darah
2) Keluarga dan klien paham 3. Diskusikan faktor-faktor yang memegang peranan
dengan proses terjadinya dalam kontrol DM yang dapat menurunkan
penyakit berulangnya kejadian ketoasidosis.
3) Keluarga dan klien dapat
menerima proses perawatan
dan pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta

Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2, Penerbit
EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6, Penerbit
EGC, Jakarta.

Joanne C.Mc Closkey. 1996. Nursing intervention classification (NIC). Mosby year book. St.
Louis

Marion Johnon,dkk. 2000. Nursing outcome classification (NOC). Mosby year book. St.
Louis

Marjory godon,dkk. 2000. Nursing diagnoses: Definition & classification 2001-2002.


NANDA

NANDA International, 2001, Nursing Diagnosis Classification 2005 – 2006, USA

www.medicastore.com, 2004, Informasi tentang penyakit : Diabetes Melitus.

Anda mungkin juga menyukai