ABSTRACT
Anthocepalus cadamba (white jabon) has high economical value for furniture. White jabon
forests severely degraded due to intensive exploitation and land conversion. Genetic diversity
is one of important consideration to design conservation and improvement strategies. Aim of
this study was to access the genetic diversity values within and among population of white
jabon. Leaf samples of white jabon were collected from conservation plots originated from
West Lombok, Sumbawa, South Sumatera and West Sumatera. Red jabon was included as an
outgroup population. Based on 37 polymorphic RAPD loci, the results showed comparable
value of genetic diversity between white jabon and red jabon. Number of detected and rare
alleles was highest founded in Sumbawa population among the other three populations
of white jabon. As consequence, value of expected heterozygosity in the population was
highest (HE=0.315). Private allele was only detected in South Sumatera population. Principal
coordinate analysis (PCA) showed that integrating between genetic and geographical distance
was inconsistent; similar gene resources or human impact might be responsible for this result.
The populations that have high value of genetic diversity and private allele are recommended
to be selected for the conservation strategies, i.e. Sumbawa and South Sumatera.
Key word: white jabon, red jabon, outgroup, RAPD, genetic diversity
ABSTRAK
Antocepalus cadamba (jabon putih) mempunyai nilai ekonomi tinggi untuk pertukangan. Hutan
jabon putih banyak terdegradasi karena eksploitasi intensif dan konversi lahan. Keragaman
genetik adalah salah satu pertimbangan penting untuk merancang strategi konservasi dan
pemuliaan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui nilai keragaman genetik di dalam
dan antar populasi jabon putih. Contoh/cuplikan daun jabon putih dikumpulkan dari plot
konservasi yang berasal dari Lombok Barat, Sumbawa, Sumatera Selatan dan Sumatera
Barat. Penelitian ini menggunakan satu populasi jabon merah sebagai populasi pembanding.
Berdasarkan 37 lokus RAPD polimorfik, hasil penelitian menunjukkan nilai keragaman
genetik yang hampir sama antara jabon putih dan jabon merah. Jumlah allele yang terdeteksi
dan allele yang jarang muncul mempunyai nilai paling tinggi di populasi Sumbawa diantara
3 populasi jabon putih yang lain. Hal ini menyebabkan nilai keragaman genetik harapan
di populasi tersebut menunjukkan nilai tertinggi (HE=0,315). Alel privat hanya ditemukan
di populasi Sumatera Selatan. Analisis prinsip koordinat (PCA) menunjukkan bahwa jarak
Tanggal diterima: 1 Juni 2014; Direvisi: 22 Juni 2014; Disetujui terbit: 19 September 2014
81
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol. 8 No. 2, September 2014, 81-92
genetik dan jarak geografis tidak saling berhubungan. Hal ini disebabkan oleh persamaan
sumber genetik atau peran manusia. Populasi yang mempunyai nilai keragaman genetik
tinggi dan allele privat direkomendasikan digunakan dalam strategi konservasi yaitu populasi
Sumbawa dan Sumatera Selatan.
Kata kunci: Jabon putih, jabon merah, populasi pembanding, RAPD, keragaman
genetik
Anthocepalus cadamba Miq. atau Salah satu ancaman yang paling serius pada
jabon putih merupakan salah satu tanaman populasi terpisah-pisah adalah menurunnya
yang berasal dari Asia Tenggara dan keragaman genetik. Untuk mengatasi hal
mempunyai nilai ekonomi tinggi untuk tersebut, strategi konservasi jabon putih
Indonesia, jabon putih sudah ditanam dalam konservasi ex situ. Selain digunakan sebagai
skala besar sejak tahun 1930-an. Selain itu petak konservasi genetik, petak tersebut juga
karena mudah diperbanyak secara vegetatif, diharapkan dapat digunakan sebagai materi
sebarannya cukup luas yaitu di pulau Jawa, genetik untuk pembangunan populasi dasar
dan Papua (Krisnawati et al., 2011). Jabon Keragaman genetik yang tinggi
sekunder di sepanjang bantaran sungai dan kehidupan suatu jenis dari serangan hama-
daerah antara daerah berawa, daerah yang penyakit, fitness dan adaptasi terhadap
tergenang air secara permanen maupun kondisi lingkungan. Banyak faktor yang
Hingga saat ini, populasi jabon putih genetik, di antaranya sifat reproduksi dan
sudah semakin rusak karena eksploitasi habitat di alam (Hamrick et al., 1992). Jenis
intensif dan konversi pemanfaatan lahan. yang sebaran serbuk sari maupun bijinya
Selain itu karena kompetisi yang kuat dibantu oleh angin, cenderung mempunyai
antar tegakan, pada umumnya jabon putih laju menyerbuk silang dan keragaman genetik
tumbuh berasosiasi dengan jenis lain dan tinggi. Oleh karena itu, pada umumnya jenis
berkelompok yang terdiri dari 3-6 individu konifer mempunyai nilai keragaman genetik
82
Karakterisasi Keragaman Genetik Populasi Jabon Putih Menggunakan Penanda Random Amplified Polymorphism DNA
ILG. Nurtjahjaningsih, Maryatul Qiptiyah, Tri Pamungkas, AYPBC. Widyatmoko, Anto Rimbawanto
yang lebih tinggi dibandingkan dengan menghindari kontaminasi gen antar populasi
jenis daun lebar (Moriguchi et al., 2004). sehingga menentukan kelayakan suatu plot
Struktur populasi yang menyambung dengan konservasi yang digunakan sebagai populasi
jumlah individu bereproduksi cukup banyak dasar dalam strategi pemuliaan. Identifikasi
merupakan kondisi yang ideal, sehingga populasi jabon putih sudah dilakukan
1998). Namun kondisi ideal tersebut jarang identifikasi populasi jabon putih secara
ditemukan di hutan alam (Manoel et al., genetik akan menambah informasi sehingga
populasi jabon putih merupakan salah satu Tujuan penelitian ini adalah
strategi konservasi maupun pemuliaan yang dalam dan antar populasi jabon putih. Peran
jabon putih sudah disebarkan sejak kurun status keragaman genetik dan diharapkan
waktu cukup lama dalam wilayah di Indonesia dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk
yang luas, serta mudah diperbanyak secara meningkatkan efisiensi penyusunan strategi
vegetatif maka akan mempersulit identifikasi konservasi dan pemuliaan jabon putih.
alam atau tanaman pada kondisi hutan II. BAHAN DAN METODE
jabon putih yang ada sekarang. Selain itu,
A. Lokasi penelitian
keterbatasan ketersediaan lahan konservasi
dirancang menggunakan populasi dengan dari petak konservasi yang dibangun oleh
nilai keragaman genetik yang memadai/ Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
populasi yang tinggi. Sistem pemisahan jalur Temanggal, Magelang (Jawa Tengah)
antar populasi juga harus dilakukan untuk dan Gunung Kidul (Daerah Istimewa
Yogyakarta).
83
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol. 8 No. 2, September 2014, 81-92
Jabon putih berasal dari empat sebaran ini, daerah sebaran alam tersebut selanjutnya
alamnya yaitu Lombok Barat, Sumbawa, diperlakukan sebagai populasi jabon putih
Ogan Ilir (Sumatera Selatan) dan Pasaman yaitu Lombok Barat (lb), Sumbawa (sw),
(Sumatera Barat) (Gambar 1). Sebagai Ogan Ilir (Sumatera Selatan; ss), Pasaman
pembanding (out group), digunakan jabon (Sumatera Barat; sb) dan populasi jabon
merah yang berasal dari sebaran alam di merah yaitu Sumatera Utara (su) (Tabel 1).
su
sb
ss
lb sw
Keterangan: lb=Lombok Barat; sw=Sumbawa; sb=Sumatera Barat; ss=Sumatera Selatan; su=Sulawesi Utara
Gambar 1. Sebaran alam empat populasi jabon putih dan satu populasi jabon merah yang digunakan sebagai
bahan kegiatan penelitian
84
Karakterisasi Keragaman Genetik Populasi Jabon Putih Menggunakan Penanda Random Amplified Polymorphism DNA
ILG. Nurtjahjaningsih, Maryatul Qiptiyah, Tri Pamungkas, AYPBC. Widyatmoko, Anto Rimbawanto
Tabel 1. Sekuen primer RAPD dan jumlah lokus polimorfik pada jabon
Keting-
Jum-
Nama Kode gian tem- Sifat tempat tum-
Jenis Wilayah lah Letak astronomis
populasi populasi pat buh
contoh
(m dpl)
Lombok Jabon lb NTB 12 20-400 08o48’19’’ LS 116o01’37’’ Tumbuh di tepi
Barat putih -08o51’39’’ BT- laut, sepanjang
LS 116o03’08,4’’ aliran sungai,
BT tempat terbuka
pada dataran
rendah dan
perbukitan
Sumbawa Jabon sw NTB 9 75-400 8°6‘ LS - 117°42‘ BT - Tumbuh di
putih 9°5‘ LS 118°30‘ BT sepanjang aliran
sungai, tempat
terbuka pada
dataran rendah,
dan perbukitan
Sumatera Jabon sb Sumatera 12 200-700 00o18’45” LU 100o 00’00” Sebagian besar
Barat putih - 00o22’30” BT - tumbuh di tepi
LU 100o07’30” sungai
BT
Sumatera Jabon ss Sumatera 16 40-100 3o02’ LS- 104o20’ BT- Tumbuh di daerah
Selatan putih 3o48’ LS 104o48’ BT rawa air tawar,
daratan yang
tergenang secara
periodik dan
daratan yang tidak
tergenang
Sulawesi Jabon su Sulawesi 36 15 – 580 00o49’20,72” 123o53’53,15” Sebagian besar
Utara merah LU - BT - tumbuh di dekat
01o34’23,6” 124o53’52” aliran air atau di
LU BT tepi sungai dan
tanah berbatu
B. Ekstraksi DNA dan analisis RAPD dengan 45 siklus yang terdiri dari denaturasi
Untuk mendapatkan total DNA, contoh (94 oC selama 1,5 menit), penempelan primer
daun seberat 50 mg, yang telah dikeringkan (37 oC selama 30 detik) dan pemanjangan
menggunakan silika gel, diekstraksi untai DNA (70 oC selama 30 oC), kemudian
menggunakan metode CTAB (Shiraishi and pemantapan pada suhu 70 oC selama 5 menit.
Watanabe, 1995). Larutan PCR terdiri dari Proses PCR dilakukan menggunakan mesin
10μL yang merupakan campuran dari 10 x thermal cycler GeneAmp PCR system 9700
10μM primer RAPD dan 10 ng/μL total RAPD yang telah berhasil discreening dari
DNA. Kondisi PCR terdiri dari denaturasi penelitian sebelumnya dengan total lokus
pada suhu 94oC selama 5 menit, dilanjutkan polimorfik sebanyak 37 (Sukenda, data tidak
dipublikasikan, Tabel 2.)
85
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol. 8 No. 2, September 2014, 81-92
Tabel 2. Sekuen primer RAPD dan jumlah lokus polimorfik pada jabon
keragaman genetik (HE). Analisis prinsip pada jabon merah. Jumlah allele privat hanya
86
Karakterisasi Keragaman Genetik Populasi Jabon Putih Menggunakan Penanda Random Amplified Polymorphism DNA
ILG. Nurtjahjaningsih, Maryatul Qiptiyah, Tri Pamungkas, AYPBC. Widyatmoko, Anto Rimbawanto
Tabel 3. Nilai keragaman genetik di dalam empat populasi jabon putih dan satu populasi jabon merah
berdasarkan 37 lokus polimorfik RAPD
sw
sw
sw sw
ss sw
Coord. 2
su ss ss
su ss ss su sb sb su
su su
su su su su su sb
su su ss suss sssu ss sw sb sb su sb
su ss ss su su
su ss ss sw sb sb sb sb su
ss sw lb su
su ss su susu ss su sw
lb lb su su
su lb lb lb su sb
su su su su lb lb su sb
lb lb lb
lb
Coord. 1
Keterangan: lb=Lombok Barat; sw=Sumbawa; sb=Sumatera Barat; ss=Sumatera Selatan; su=Sulawesi Utara
Gambar 2. Analisis prinsip kordinat individu dalam populasi jabon putih dan jabon merah
Banyaknya jumlah alel yang terdeteksi, Barat) – 0,315 (Sumbawa) dengan nilai rata-
alel khusus dan rare alel menentukan nilai rata sebesar 0,204, sedangkan nilai HE pada
87
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol. 8 No. 2, September 2014, 81-92
wilayah Sumatera (Sumatera Barat dan 2006; Tsuda and Ide, 2005).
Sumatera Selatan), walaupun berdekatan Habitat terpisah-pisah dan konversi
secara geografis namun berjauhan secara lahan menyebabkan ukuran populasi
genetik. Populasi Sumatera Barat berada jabon putih di wilayah Sumatera lebih
dalam ordinat yang sama dengan populasi kecil dibandingkan di NTB. Salah
Lombok Barat maupun Sumbawa. Sebagian satu konsekuensi dari kecilnya ukuran
individu jabon merah (su) berada dalam populasi adalah rendahnya jumlah alel
ordinat yang sama dengan populasi Sumatera dan nilai keragaman genetik (H E) (Tabel
Selatan, sebagian individu berada dalam 2). Populasi-populasi yang menyambung
ordinat yang sama dengan populasi Lombok mempunyai ukuran populasi yang lebih
Barat dan Sumbawa. tinggi dibandingkan populasi terpisah-pisah
jabon putih termasuk dalam nilai yang keragaman genetik dibandingkan sebaran
dibandingkan dengan jenis lain (rata-rata HE et al., 1998). Nilai keragaman genetik sering
submitted 2014). Demikian pula dengan jenis. Ukuran populasi yang lebih rendah di
nilai keragaman genetik jenis jabon merah wilayah Sumatera dapat menjadi salah satu
bahwa sebaran tegakan jabon putih cukup genetik populasi di wilayah tersebut. Ukuran
tinggi di dalam populasi, dan mempunyai leher botol (bottleneck) akibat menurunnya
struktur populasi yang lemah (Giang et al., jumlah individu dalam suatu populasi, serta
88
Karakterisasi Keragaman Genetik Populasi Jabon Putih Menggunakan Penanda Random Amplified Polymorphism DNA
ILG. Nurtjahjaningsih, Maryatul Qiptiyah, Tri Pamungkas, AYPBC. Widyatmoko, Anto Rimbawanto
et al., 2014; Cusker et al., 2014; Edwards et dkk. (2014) melaporkan bahwa tingginya
al., 2014). Penyimpangan genetik dikaitkan keragaman genetik pada pada populasi
dengan proses perubahan frekuensi alel pada Erigeron lemmoni menunjukkan bahwa
sedangkan pengaruh populasi leher botol tertentu tidak disebabkan karena pengaruh
dihubungkan dengan menurunnya ukuran leher botol maupun kawin kerabat, namun
89
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol. 8 No. 2, September 2014, 81-92
populasi. Semakin dekat jarak geografis didekati dengan pencampuran gen yang
maka proses aliran gen tidak terhalang diperankan oleh manusia. Jabon putih sudah
sehingga jarak genetik semakin dekat (Tsuda dibudidayakan dan disebarkan sejak waktu
and Ide, 2005). Pencampuran gen pada hutan yang lama dan mudah diperbanyak secara
masa glasial (es), semua dataran menyatu, genetik dalam hal ini lebih diperankan oleh
al., 2010). Pencampuran gen antar populasi Sebaliknya, analisis prinsip koordinat
yang paling sering terjadi diakibatkan oleh menunjukkan populasi Sumatera Barat
peran manusia. Banyak penelitian yang terpisah dari populasi Sumatera Selatan,
melaporkan bahwa manusia banyak berperan meskipun mempunyai jarak geografis yang
dalam membentuk struktur genetik suatu relatif lebih dekat dari 2 populasi jabon putih
populasi, domestikasi maupun mencampur lainnya. Sebaran populasi yang luas, bisa
asal-usul (Cusker et al., 2014; Lusini et al., menghilangkan sifat gen yang unik dari suatu
2014). Pada jenis kacang-kacangan yang populasi (Assis et al., 2014). Hal ini yang
berasal dari beberapa gene pool sehingga zona Barat. Adanya alel privat pada populasi
genetik yang tinggi (Lusini et al., 2014). tersebut tidak terkontaminasi oleh 3 populasi
Berdasarkan telaah di atas, proses gene flow jabon putih lainnya. Kemurnian genetik bisa
secara alami dari populasi Sumatera Barat terjaga karena penghalang geografis maupun
ke populasi di wilayah NTB tidak mungkin antroplogis seperti pegunungan, sungai, laut,
terjadi karena jarak geografis yang terlalu bendungan, jalan layang dan berkurangnya
jauh (±2,000 km). Persamaan refugia antar peran manusia (Baumsteiger and Aguilar,
populasi Sumatera Barat dan populasi di 2014; Boutilier et al., 2014; Ng et al., 2014;
90
Karakterisasi Keragaman Genetik Populasi Jabon Putih Menggunakan Penanda Random Amplified Polymorphism DNA
ILG. Nurtjahjaningsih, Maryatul Qiptiyah, Tri Pamungkas, AYPBC. Widyatmoko, Anto Rimbawanto
91
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol. 8 No. 2, September 2014, 81-92
and surrounding area revealed by Ng, J., Clemann, N., Chapple, S. N. J. and
microsatellite markers. Int. J. Plant Sci., Melville, J. (2014). Phylogeographic
167(2): 291-298. evidence links the threatened
Hamrick, J. L., Godt, M. J. W. and Sherman- ‘Grampians’ Mountain Dragon
Broyless, S. L. (1992). Factor influencing (Rankinia diemensi Grampians) with
levels of genetic diversity in woody Tasmanian populations: conservation
plant species. New Forest, 6: 95-124. implications in south-eastern Asutarlia.
Hu, L.-J., Uchiyama, K., Saito, Y. and Ide, Y. Conserv Genet, 15: 363-373.
(2010). Contrasting patterns of nuclear Peakall, R. and Smouse, P. E. (2012). GenAlEx
microsatellite genetic structure of 6.5: genetic analysis in excel. Population
Fraxinus mandshurica var. japonica genetic software for teaching and
between northern and southern research -an update. Bioinformatics
populations in Japan. Journal of Applications Note, 28(19): 2537-2539.
Biogeography (J. Biogeogr), 37: 1131- Peters, J. L., Sonsthagen, S. A., Lavretsky,
1143. P., Rezsutek, M., Johnson, W. P. and
Krisnawati, H., Kallio, M. and Kanninen, M. McCracken, K. G. (2014). Interspecific
(2011). Anthocephalus cadamba Miq. hybridization contributes to high
Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas: genetic diversity and apparent effective
CIFOR pp. 22. population size in an endemic population
Lusini, I., Velichkov, I., Pollegioni, P., of mottled ducks (Anas fulvigula
Chiocchini, F., Hinkov, G., Zlatanov, T., maculosa). Conserv Genet, 15: 509-520.
Cherubini, M. and Mattioni, C. (2014). Prunier, J. G., Kaufmann, B., Lena, J.-P., Fenet,
Estimating the genetic diversity and S., Pompanon, F. and Joly, P. (2014). A
spatial structure of Bulgarian Castanea 40-year-old divided highway does not
sativa populations by SSRs: implications prevent gene flow in the alpine newt
for conservation. Conserv Genet, 15: Ichthyosaura alpestris. Conserv Genet,
283-293. 15(453-468).
Manoel, R. O., Alves, P. F., Dourado, C. L., Radespiel, U. and Bruford, M. W. (2014).
Gaino, A. P. S. C., Freitas, M. L. M., Fragmentation genetics of ranforest
Moraes, M. L. T. and Sebbenn, A. M. animal: insght from recent studies.
(2012). Contemporary pollen flow, Conserv Genet, 15: 245-260.
mating patterns and effective population Shiraishi, S. and Watanabe, A. (1995).
size inferred from paternity analysis in Identification of chloroplast genome
a small fragmented population of the between Pinus densiflora Sieb et Zucc
Neotropical tree Copaifera langsdorffii and P. thumbergii Parl based on the
Desf. (Leguminosae-Caesalpinioideae). polymorphism in rbcL gene. Journal of
Conserv Genet, 13: 613-623. Japanese Forestry Society, 77: 429-436.
Moriguchi, Y., Taira, H., Tani, N. and Tsumura, Tsuda, Y. and Ide, Y. (2005). Wide-range
Y. (2004). Variation of paternal analysis of genetic structure of Betula
contribution in a seed orchard of maximowicziana, a long-lived pioneer
Cryptomeria japonica determind using tree species and noble hardwood in the
microsatellite markers. Can. J. For. Res, cool temperate zone of Japan. Molecular
34: 1683-1690. Ecology, 14: 3929-3941.
92