Anda di halaman 1dari 4

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data dari Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization atau WHO (2015)
menunjukkan bahwa jumlah kasus malaria secara global telah turun dari perkiraan 262 juta kasus
pada tahun 2000 menjadi 214 juta kasus pada tahun 2015. Jumlah kasus malaria terbanyak ada di
Afrika yaitu sebesar 88%. Kematian pada balita yang disebabkan oleh malaria juga diperkirakan
telah menurun dari 723 ribu kematian pada tahun 2000 menjadi 306 ribu kematian pada tahun
2015. Penurunan jumlah kematian ini telah memberikan perkembangan yang besar terhadap
kemajuan pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) poin 4 yaitu mengurangi
angka kematian balita 2/3 dari tahun 1990-2015. Namun demikian, penyakit malaria ini masih
menjadi pembunuh utama bagi anak-anak terutama di wilayah sub-Sahara Afrika dengan
kematian terjadi setiap 2 menit pada 1 anak.

Di Indonesia didapatkan 146.978.014 populasi berisiko dengan angka kejadian malaria adalah
1.321.451 kasus (Depkes, 2012). Kasus malaria berdasarkan Annual Parasite Insidence(API)
mengalami penurunan pada tahun 2011 dari 1,75per 1000 penduduk menjadi 1,69 per 1000
penduduk pada tahun 2012 (Kementrian Kesehatan, 2013).

Provinsi Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki angka kasus
malaria yang masih cukup tinggi. Annual Paracite Incidencedi Sumatera Barat pada tahun 2014
adalah 0.18. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015,dari4.089 kasus yang
diambil sediaan darahnyaterdapat 908 sediaan yang positif malaria (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2015).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, daerah endemis malaria di Sumatera Barat
lebih berada di daerah pedesaan dari pada daerah perkotaan. Kabupaten yang mempunyai angka
malaria tertinggi di Sumatera Barat terdapat di Kepulauan Mentawai, Kabupaten Pesisir Selatan,
Kabupaten Pasaman, dan Kota Sawahlunto (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2012).

Malaria merupakan salah satu penyakit yang berkaitan dengan masalah kesehatan di
masyarakat yang menyebabkan kematian,terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti :
bayi,anak balita dan ibu hamil. Dan malaria merupakan salah satu penyakit menular yang
menjadi suatu masalah dikalangan masyarakat,karena sering menimbulkan kejadian yang luar
biasa,berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi di masyarakat (Kemkes RI,2013).

Berdasarkan WHO (2015) terjadinya malaria pada manusia disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium, yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,
Plasmodium ovale dan Plasmodium knowlesi. Kemenkes (2012) membagi malaria menjadi 5
jenis, yaitu (1) Malaria falsiparum. Malaria ini disebabkan oleh Plasmodium falciparum dengan
ditandai adanya demam yang muncul secara intermiten dan dapat pula kontinu. Malaria jenis ini
yang seringkali menyebabkan kematian, (2) Malaria vivax yang disebabkan oleh Plasmodium
vivax. Gejalanya yaitu demam yang akan berulang dengan interval bebas demam selama dua
hari, (3) Malaria ovale yang penyebabnya adalah Plasmodium ovale. Gejalanya adalah demam
yang berulang dengan interval bebas demam selama dua hari, (4) Malaria malariae yang
disebabkan oleh Plasmodium malariae. Demam terjadi secara berulang dengan interval bebas
demam selama tiga hari dan (5) Malaria knowlesi yang disebabkan oleh Plasmodium knowlesi
dan ditandai dengan gejala demam intermiten dan dapat kontinu.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan responden tentang penyakit


malaria, sebesar 81,8% atau 63 orang responden memiliki tingkat pengetahuan baik dan sebesar
18,2% atau 14 orang responden memiliki tingkat pengetahuan kurang baik. Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan menusia diperoleh melalui
mata dan telinga.

Pengetahuan orang tua tentang penyakit malaria mempengaruhi pada proses penyebaran
penyakit malaria karena orang tua akan tidak peduli terhadap penyakit malaria. Peningkatan
pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku. Pengetahuan memang merupakan
faktor yang penting namun tidak mendasari pada perubahan kesehatan, walaupun orang tua tahu
tentang malaria belum tentu mereka mau melaksanakannya dalam bentuk upaya pencegahan dan
pemberantasan. Begitu juga dengan faktor sosial budaya masyarakat. Peran keluarga khususnya
orang tua sangat diperlukan dalam pencegahan terjadinya penyakit malaria, faktor lingkungan
fisik juga harus benar-benar diperhatikan terutama dalam lingkungan tempat tinggal sekitar,
kebersihan dan kesehatan lingkungan harus dijaga oleh keluarga (orang tua). Faktor- faktor yang
menyebabkan angka kesakitan dan kematian akibat kejadian malaria yaitu lingkungan, vektor,
agent, pelayanan kesehatan dan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat) dalam
tentang pencegahan penyakit malaria. Oleh karena itu, untuk menekan angka kesakitan dan
kematian upaya dilakukan melalui program pemberantasan malaria yang kegiatannya meliputi
diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan pengendalian vektor yang kesemuanya
ditujukan untuk memutus mata rantai penularan malaria

Kemenkes (2014) menyebutkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat akan bahaya malaria
dapat mempengaruhi kesediaan masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan untuk
menanggulangi kemungkinan terjangkit malaria. Kesadaran masyarakat tersebut dapat dilihat
dari tindakan pencegahan yang dilakukan seperti (1) Kebiasaan berada di luar rumah sampai
larut malam, (2) Melakukan kegiatan penyehatan lingkungan, (3) Menggunakan kelambu.
Tujuan dari penggunaan kelambu saat tidur adalah untuk membatasi nyamuk infektif menggigit
orang yang sehat dan nyamuk yang sehat menggigit orang sakit,(4) Menggunakan insektisida
rumah tangga. Insektisida rumah tangga adalah produk anti nyamuk yang sering digunakan
masyarakat seperti obat anti nyamuk bakar maupun obat anti nyamuk semprot (5) Penggunaan
repellent. Fungsi dari repellent ini adalah untuk menolak serangga khususnya nyamuk dan
mencegah adanya kontak langsung dengan nyamuk. Repellent dikatakan baik apabila nyaman
digunakan di kulit, tidak menimbulkan iritasi, tidak terasa panas atau lengket jika digunakan, dan
berbahan dasar alami, (6) Penggunaan penutup badan. Penggunaan pakaian yang tertutup sangat
membantu dalam mencegah gigitan nyamuk terlebih jika melakukan kegiatan di malam hari
seperti memancing, ronda malam, berkemah ataupun masuk hutan.

Tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan peran tua dalam pencegahan malaria
pada anak di ruang anak rumah sakit Rsud.M.Zein.Painan, dengan manfaat bagi rumah sakit
sebagai masukan dan bahan acuan dalam menangani kasus malaria di rumah sakit.Bagi
masyarakat menambah pengetahuan masyarakat terlebih khusus penderita malaria untuk
mengenal dan melakukan pencegahan penyakit malaria.

Anda mungkin juga menyukai