Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

A. Antenatal Care (ANC)

1. Pengertian kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu

triwulan pertama dari awal hingga 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari

triwulan ke-4 sampai ke-6, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan

(Pudiastuti, 2012).

Kehamilan adalah mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri

dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan

spermatozoa (sperma) terjadilah pembuahan zigot, bernidasi pada uterus,

terjadi pembentukan plasenta dan hasil akhirnya tumbuh kembang hasil

konsepsi sampai aterm (Manuaba dkk, 2014).

2. Perubahan fisiologis pada kehamilan trimester III

a. Sistem reproduksi

Selama hamil esterogen dan progesteron menekan sekresi FSH dan

LH. Terjadi pembesaran uterus meningkatkan vaskularisasi dan dilatasi

pembuluh darah, perkembangan desidua. Uterus yang keluar dari rongga

panggul dan dapat dipalpasi diatas simpisis pubis. Pada minggu ke-38

sampai dengan ke-40 tinggi fundus turun karena mulai masuk PAP.
Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama

persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal, jaringan ikat

longgar, hipertrofi ototbpolos dan memanjangkan vagina. Sengangkan

pada payudara terjadi peeningkatan ukuran yang progresif. Hormon luteal

dan plasenta meningkatkan proliferasi duktus laktiferus dan jaringan

labulus-alveolar (Marmi, 2017).

b. Sistem kardiovaskuler

Aliran darah meningkat dengan cepat seiring dengan pembesaran

uterus, walaupun aliran darah uterus meningkat, ukuran konseptus

meningkat lebih cepat. Akhirnya lebih banyak oksigen yang diambil dari

darah uterus selama masa kehamilan lanjut. Pada kehamilan cukup bulan,

seperenam volume darah total ibu berada dalam sistem peredaran darah

uterus. Tekanan arteri maternal, kontraksi uterus dan posisi maternal

mempengaruhi aliran darah (Kuswanti, 2014).

c. Sistem pernapasan

Pada umur kehamilan 32 minggu keatas, usus tertekan uterus yang

membesar ke arah diafragma, sehingga diafagmakurang leluasa bergerak

dan mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami kesulitan

bernapas (Kuswanti, 2014).

d. Sistem ginjal

Ginjal berfungsi mempertahankan keseimbangan elektrolit dan

asam basa, mengatur volume cairan ekstrasel, mengeksresi produk

sampah dan menyimpan nutrien yang sangat penting. Perubahan struktur


ginjal merupakan akibat aktivitas hormonal (estrogen dan progesteron),

tekanan yang timbul akibat pembesaran uterus dan meningkatan volume

darah. pada kehamilan normal, fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju

filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat. Fungsi ginjal

berubah akibat adanya hormon kehamilan, peningkatan volume darah,

postur, aktivitas fisik dan asupan makanan. Dalam keadaan normal, 500

sampai dengan 900 mEq Natrium dipertahankan selama masa hamil untuk

memenuhi kebutuhan janin. Dapat terjadi hipovolemia berat dan

penurunan perfusi plasenta akibat diet dan retensi Na berlebihan (Marmi,

2017).

e. Sistem integumen

Perubahan integumen selama hamil disebabkan oleh perubahan

keseimbangan hormon dan peregangan mekanis. Perubahan yang umum

timbul seperti peningkatan ketebalan kulit dan lemak subdermal,

hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan aktivitas

kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, peningkatan sirkulasi dan aktivitas

vasomotor (Marmi, 2017).

f. Sistem muskuloskeletal

Peningkatan distensi abdomen membuat panggul miring ke depan,

penurunan tonus otot perut, peningkatan berat badan pada akhir

kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang (realignment) kurvatura

apinalis. Stuktur ligamentum dan otot tulang belakang bagian tengah dan
bawah mendapat tekanan berat. Perubahan ini terkait sering kali

menimbulkan rasa tidak nyaman pada muskuloskeletal (Marmi, 2017).

g. Sistem kekebalan tubuh

Kehamilan dianggap berkaitan dengan menekanan berbagai macam

fungsi imunologi secara hormonal dan seluler untuk menyesuaikan diri

dengan graft janin semialogenik “asing”. Sebenarnya titer antibody

humoral melawan beberapa virus menurun selama kehamilan namun

sebanding dengan efek hemodilusi pada kehamilan. Hitung leukosit darah

bervariasi cukup besar selama kehamilan normal. Biasanya berkisar 5000

sampai 12.000 per µL (Yeyeh dkk, 2009).

h. Sistem neurologi

Sedikit sekali yang diketahui tentang perubahan yang spesifik pada

fungsi persyarafan selama kehamilan. Disamping perubahan

neurohormonal pituitari-hipotalamik. Perubahan fisiologis yang spesifik

yang diakibatkan oleh kehamilan mungkin menyebabkan beberapa gejala

neurologis dan neurovaskuler antara lain adanya kompresi persyarafan

pelvis atau stasis vaskuler disebabkan oleh pembesaran uterus yang

menyebabkan perubahan sensori pada kaki (Yeyeh dkk, 2009).

i. Metabolisme

Pada kehamilan metabolisme basal meningkat . masukan makanan

sangat berpengaruh untu metabolisme ibu dan janin. Ketidakseimbangan

akan menyebabkan berbagai masalah seperti hiperemesis (Marmi, 2017).

j. Berat badan dan Massa indeks tubuh (IMT)


Terjadi kenaikan berat badan sekita 5,5 kg, penambahan berat

badan dari mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilanberkisar 11-12

kg (Kuswanti, 2014).

3. Perubahan psikologis pada kehamilan trimester III

Trimester ketiga sering disebut periode penantian penuh kewaspadaan.

Ia mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga

ia tidak sabar menantikan kelahiran sang bayi. Dalam trimester ini merupakan

waktu persiapan yang efektif menantikan kelahiran bayinya. Hal ini membuat

ia berjaga-jaga dan menunggu tanda dan gejala persalinan

Sejumlah ketakutan muncul dalam trimester ini yaitu merasa cemas

dengan kehidupan bayinya dan dirinya sendiri, seperti apakah bayinya nanti

akan lahir abnormal, terkait dengan persalinan dan kelahiran, apakah ia akan

menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena

perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami

cidera akibat tendangan bayi.

Ia juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya

perhatian dan hak istimewa khusus ini selama hamil, persiapan antara ia dan

bayinya tidak dapat dihindari. Dan perasaan kehilangan karena uterusnya

tiba-tiba akan mengempis dan kosongkan perasaan

Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin

kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan

dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari

pasangannya. Hasrat untuk melakukan hubungan seksual akan menghilang


seiring membesarnya abdomen yang menjadi penghalang. Alternatif posisi

dalam berhubungan seksual dan metode alternative untuk mencapai kepuasan

dapat membantu atau dapat membantu atau dapat menimbulakan perasaan

bersalah jika ia tidak nyaman dengan perasaan tersebut (Marmi, 2017)

4. Kebutuhan dasar ibu hamil

a. Oksigenasi

Paru-paru bekerja lebih berat untuk keperluan ibu dan janin. Pada

hamil tuasebelum masuk panggul, paru-paru terdesak ke atas sehingga

menyebabkan sesak napas (Marmi, 2017).

b. Nutrisi

Gizi ibu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari.

Kekurangan dan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan yang

tidak diinginkan wanita hamil tersebut. Kekurangan nutrisi dapat

menyebabkan anemia, abortus, partus prematorus, insersia uteri,

hemiragia post partum, sepsis peurpuralis, dan sebagainya. Nutrisi yang

berlebihan dapat menyebabkan pre-eklamsia dan janin terlalu besar

(Winkjosastro, 2010).

Nutrisi yang diperlukan ibu hamil antara lain:

1) Karbohidrat dan lemak

Karbohidrat sebagai sumber zat tenaga untuk menghasilkan

kalori yang dapat diperoleh dari sereal dan umbi-umbian (Sabrina,

2018). Sumber energi dapat diperoleh dari karbohidrat dan lemak. Ibu

hamil membutuhkan tambahan energi sebesar 300 kalori perhari


sekitar 15% lebih banyak dari normalnya yaitu 2500 sampai dengan

3000 kalori dalam sehari (Marmi, 2017). Pada trimester tida, janin

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Hal ini

terjadi pada 20 minggu terakhir kehamilan. Umumnya nafsu makan

sangat baik dan ibu sangat merasa lapar (Kusmiyati, 2008)

2) Protein

Sumber zat pembangun dapat diperoleh dari protein.

Kebutuhan protein yang dianjurkan adalah sekitar 800 gram/hari. Dari

jumlah itu sekitar 70% dipakai untuk kebutuhan janin dan kandungan.

Selain itu, protein penting untuk pertumbuhan payudara dan kenaikan

sirkulasi protein plasma, hemoglobin dan lain-lain (Kusmiyati, 2008).

3) Vitamin

Sumber zat pengatur dan pelindung dapat diperoleh dari air

dan vitamin. Sumber ini dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh

dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran proses metabolisme

tubuh

Tabel 2.1 Kecukupan gizi ibu hamil

Zat gizi Tidak hamil Penambahan saat hamil

Energi (kal) 1900 ±285


Protein (gr) 44 ±12
Vitamin A (RE) 500 ±200
Vitamin C (mg) 30 ±10
Asam folat (mcg) 150 ±50
Niasin (mg) 8,4 ±1,3
Ribolfalin (mg) 1 ±0,2
Tiamin (mg) 0,9 ±0,3
Vitamin B12 (mcg) 1 ±400
Kalsium 600 ±200
Iodium 150 ±25
Besi 25 ±20
Zink 15 ±5
Sumber: Kusmiyati (2009).

4) Mineral

Semua mineral dapat terpenuhi dengan makanan sehari-hari

yaitu buah-buahan, sayur-sayuran dan susu. Kebutuhan akan besi kira-

kira 17 mg/hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini dibutuhkan suplemen

besi 30mg sebagai ferosus, ferofumarat atau feroglukonat perhari.

Kebutuhan kalsium umumnya terpenuhi dengan minum susu (

Kusmiyati, 2008).

c. Personal hygiene

Personal hygiene adalah kebersihan yang dilakukan untuk diri

sendiri. Kebersihan badan mengurangkan kemungkinan infeksi karena

badan yang kotor banyak mengandung kuman kuman. Perawatan gigi

perlu dalam kehamilan karena gigi yang baik menjamin pencernaan yang

sempurna.menggosok gigi secara teratus, mandi, keramas satu minggu 2-3

kali, membersikan puting susu, melakukan perawatan vagina dan vulva

dan menjaga kebersihan kuku (Marmi, 2017).

d. Pakaian

Pakaian yang dipakai ibu hamil harus nyaman, mudah menyerap

keringat dan longgar tanpa menekan di bagian perut atau pergelangan

tangan, pakaian juga tidak baik ketat di leher, hindari sepatu berhak tinggi
dan berujung lancip tidak baik untuk kaki, khususnya pada saat kehamilan

ketika stabilitas terganggu dan cidera kaki sering terjadi. Pada pemakaian

bra dianjurkan yang berbahan katun atau nilon dan harus disesuaikan

sehingga tidak terlalu ketat dan sakit dibahu (Rukiyah dkk, 2010).

e. Istirahat/ tidur

Wanita hamil dianjurkan untuk merenccanakan istirahat yang

teratur khususnya seiring kemajuan kehamilannya. Istirahat dan tidur

yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk

kepentingan pertumbuhan dan perkembangan janin. Tidur malam hari

kurang lebih 8 jam dan istirahat dalam keadaan rileks pada siang hari

selama 1 jam (Kusmiyati, 2008).

f. Seksual

Masalah seksual merupakan kebutuhan biologis, tetapi perlu

diperhitungkan bagi mereka yang hamil, kehamilan bukan halangan untuk

melakukan hubungan seksual. Perlu diketahui keinginan seksual ibu hamil

tua sudah berkurang karena berat perut yang makin membesar dan

tekniknya pun sudah sulit dilakukan. Posisi diatur untuk menyesuaikan

pembesaran perut (Marmi, 2017).

g. Eleminasi

Wanita dianjurkan untuk defekasi teratur dengan mengkonsumsi

serat yang cukup. Perawatan perunium dan bagina dilakukan setelah

BAB/ Bak dengan cara membersohkan dari depan kebelakang, tidak

melakukan docing/ pembilasan (Yulaikhah, 2008).


h. Mobilisasi, body mekanik

Tubuh akan menyesuaikan fisik dengan bertambahnya ukuran

janin, perubahan tubuh yang paling jelas adalah tulang punggung

bertambah lordosis. Keluhan yang sering muncul adalah pegal dan kram

kaki. Untuk mencegah dan mengurangi keluhan adalah perlu adanya sikap

tubuh yang baik (Kuswanti, 2014).

i. Exersice senam hamil

Senam hamil mulai dilakukan umur kehamilan setelah 22 minggi.

Senam hamil bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot

sehingga dapat berfungsi secara optimal dalam persalinan normal serta

mengimbangi perubahan titik berat tubuh (Kuswanti, 2014)

j. Travelling

Meskipun dalam keadaan hamil, ibu masih membutuhkan rekreasi

untuk menyegarkan pikiran dan perasaan misalnya dengan mengunjungi

objek wisata atau pergi keluar kota (Kuswanti, 2014).

k. Imunisasi

Imunisasi yang diberikan pada ibu hamil hanya imunisasi TT

untuk mencegah kemungkinan tetanus neonatorum (Marmi, 2017)

l. Persiapan laktasi

Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang

penting karena dengan persiapan dini ibu akan lebih baik dan siap untuk

menyusui bayinya (Marmi, 2017)

5. Ketidaknyamanan dan cara mengatasi


a. Morning sickness (mual dan muntah)

Biasanya dirasakan pada kehamilan dini. Disebabkan respon hormon dan

merupakan pengaruh fisiologis. Asuhannya berikan nasihat tentang gizi,

makan sedikit-sedikit tapi sering, makan padat sebul bangkit dari

berbaring (Yeyeh, 2009).

b. Mengidam

Mungkin berkaitan dengan persepsi individu. Biasanya terjadi pada

trimester I tapi bisa berlangsung sepanjang masa kehamilan. Tidak ada

pantangan asalkan makanan yang diinginkan tetap cukup gizi dan sehat

(Kusmiyati, 2008).

c. Nyeri ulu hati

Dirasakan pada bulan-bulan terakhir, disebabkan karena adanya

progesteron serta tekan dari uterus. Asuhan yang dapat diberikan nasehat

tentang gizi, minum susu, hindari makan yang pedas, gorengan dan

berminyak, tinggikan bagian kepala tempat tidur. (Yeyeh dkk, 2009).

d. Konstipasi

Terjadi pada bulan-bulan terakhir dan disebabkan karena progesteron dan

usus terdesak rahim yang membesar atau bisa juga karena efek zat besi.

Penatalaksanaan khusus yaitu dengan diet, makan tinggi serat, sayur,

buah dan ekstra cairan (Yeyeh dkk, 2009).

e. Hemoroid

Dirasakan pada bulan-bulan terakhir dan disebabkan karena progestero

serta adanya hambatan arus balik vena. Penatalaksanaan khusus dengan


diet, pemberian krim atau supositoria hemorroid, reposisi digital (Yeyeh

dkk, 2009).

f. Vena varikosa

Terasa pada bulan-bulan pertengahan hingga akhir. Disebabkan hormon

progesteron dan venous return yang terhalang atau volume darah dan

aliran selama kehamilan serta adanya perubahan elastilitas pembuluh

darah. Hindari berduru atau duduk terlalu lama, meninggikan tungkai

ketika istirahat, hindari penggunaan pakaian terlalu ketat dan olahraga

(Yeyeh dkk, 2009).

g. Gejala pingsan

Disebabkan karena vasodilatasi hipotensi atau hemosilusi. yang harus

dilakukan adalah menentramkan pikiran dan mengkonsumsi zat besi

(Yeyeh dkk, 2009).

h. Insomnia

Biasanya disebabkan karena tekanan kandung kemih, prirutis,

kekhawatiran, gerakan janin, kram, heartburn . sebaiknya ibu tidur miring

kiri diberi ganjalan pada kaki serta mandi air hangat agar ibu merasa

lebih santai dan ngantuk (Yeyeh dkk, 2009).

i. Buang air kecil yang sering

Disebabkan karena progesteron dan tekanan kandung kemih karena

perbesaran rahim dan kepala bayi turun ke rongga panggul. Beri nasehat

minum 2 jam sebelum tidur, hindari kafein, perbanyak minum disiang

hari, perbanyak senam kegel (Yeyeh dkk, 2009).


j. Stress inkontinensia

Terasa pada bulan bulan terakhir karena progesteron san adanya tekanan.

Menguranginya dengan latihan, menjaga higiene dan perawatan kulit jika

diperlukan (Yeyeh dkk, 2009).

k. Sekret dari vagina

Keputihan merupakan hal fisiologis karena pengaruh esterogen.

Anjurkan untuk meningkatkan personal higiene, menggunakan celana

dalam yang terbuat dari katun tipis, hindari celana ketat dan jaga

kelembaban (Yeyeh dkk, 2009).

l. Nyeri punggung

Postur tubuh yang berubah serta meningkatnya beban berat yang dibawa

didalam rahim. Berikan nasihat untuk memperhatikan postur tubuh,

jangan terlalu sering membungkuk, gunakan sepatu bertumit rendah

(Yeyeh dkk, 2009).

m. Bengkak pada kaki

Dikarenakan adanya perubahan hormonal dan retensi cairan. Kurangi

asupan makanan yang mengandung garam, hindari duduk dengan kaki

menyilanggunakan bangku untuk menopang kaki ketika duduk (Yeyeh

dkk, 2009).

n. Sesak napas

Pembesaran rahim menekan daerah dada. Dapat diatasi dengan senam

hamil (latihan pernapasan) (Yeyeh dkk, 2009).

o. Mudah lelah
Umumnya dirasakan setiap saat dan disebabkan karena perubahan

emosional maupun fisik. Yang harus dilakukan adalah istirahat, hindari

pekerjaan yang terlalu berat, cukup mengkonsumsi kalori, zat besi dan

asam folat (Yeyeh dkk, 2009).

p. Striae gravidarum

Tampak jelas pada bulan ke 6-7. Cara mengatasi gunakan amolie topikal

atau antipruritic jika ada indikasinya dan gunkan baju longgar yang

menopang payudara dan abdomen (Kuswanti, 2014).

q. Cloasma

Kecenderungan genetis dan peningkatan kadar hormon esterogen dan

mungkin progesteron adalah penyebab dari cloasma. Hindari matahari

berlebihan selama masa kehamilan dan gunakan pelindung non alergis

(Kusmiyati dkk, 2008).

6. Tanda bahaya pada kehamilan (Kuswanti, 2014)

Beberapa tanda bahaya yang penting disampaikan kepada ibu hamil

dan keluarga antara lain:

a. Perdarahan pervaginam

b. Sakit kepala hebat

c. Masalah penglihatan

d. Bengkak pada muka dan tangan

e. Nyeri abdomen hebat

f. Bayi kurang bergerak seperti biasa

7. Asuhan kebidanan
a. Pengertian antenatal care (ANC)

Antenatal Care atau asuhan antenatal adalah suatu program yang

terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu

hamil untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang

aman dan memuaskan. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan

oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,

pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilan

nya sesuai standar minimal pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal

adalag asuhan yang diberikan keoada ibu hamil sejak konfirmasi konsepsi

hingga awal persalinan (Marmi, 2017). ANC adalah pelayanan kesehatan

yang diberikan tenaga kesehatan selama kehamilannya dilaksanakan

sesuai standar pelayanan yang ditetapkan dalam standar pelayanan

kebidanan (KemenKes RI, 2016)

b. Jadwal kunjunan ulang

Setiap ibu hamil beresiko terhadap kejadian kematian ibu.

Pemantauan dan perawatan yang memasai selama kehamilan sampai masa

nifas sangat penting untuk lekangsungan hidup ibu dan bayinya

(KemenKes RI, 2016). WHO menganjurkan agar ibu hamil mendapatkan

paling sedikit empat kali kunjungan selama periode antenatal:

Tabel 2.2 Jadwal kunjungan ulang

Kunjungan Waktu Informasi penting


Trimester Sebelum  Membangun hubungan saling percaya antara
pertama minggu petugas kesehatan dan ibu hamil
ke-14  Mendeteksi masalah dan mengatasinya
 Melakukan tindakan pencegahanseperti tetanus
neonatorum, anemia kurang zat besi, menggunaan
praktek tradisional yang merugikan
 Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan
menghadapi komplikasi
 Mendorong prilaku hidup sehat (gizi, latihan,
kebersihan, istirahat dan sebagainya)
Trimester Sebelum  Membangun hubungan saling percaya antara
kedua minggu petugas kesehatan dan ibu hamil
ke-28  Mendeteksi masalah dan mengatasinya
 Melakukan tindakan pencegahanseperti tetanus
neonatorum, anemia kurang zat besi, menggunaan
praktek tradisional yang merugikan
 Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan
menghadapi komplikasi
 Mendorong prilaku yang sehat (gizi, latihan,
kebersihan, istirahat dan sebagainya)
 Kewaspadaan khusus mengenai pre-eklampsi
(tanya ibu tentang gejala-gejala pre-eklamsi, pantau
tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk
mengetahui proteinuria)
Trimester Antara  Membangun hubungan saling percaya antara
ketiga minggu petugas kesehatan dan ibu hamil
ke 28-36  Mendeteksi masalah dan mengatasinya
 Melakukan tindakan pencegahanseperti tetanus
neonatorum, anemia kurang zat besi, menggunaan
praktek tradisional yang merugikan
 Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan
menghadapi komplikasi
 Mendorong prilaku yang sehat (gizi, latihan,
kebersihan, istirahat dan sebagainya
 Kewaspadaan khusus mengenai pre-eklampsi
(tanya ibu tentang gejala-gejala pre-eklamsi, pantau
tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk
mengetahui proteinuria)
 Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada
kehamilan ganda

Trimester Setelah  Membangun hubungan saling percaya antara


ketiga 36 petugas kesehatan dan ibu hamil
minggu  Mendeteksi masalah dan mengatasinya
 Melakukan tindakan pencegahanseperti tetanus
neonatorum, anemia kurang zat besi, menggunaan
praktek tradisional yang merugikan
 Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan
menghadapi komplikasi
 Mendorong prilaku yang sehat (gizi, latihan,
kebersihan, istirahat dan sebagainya)
 Kewaspadaan khusus mengenai pre-eklampsi
(tanya ibu tentang gejala-gejala pre-eklamsi, pantau
tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk
mengetahui proteinuria)
 Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada
kehamilan ganda
 Palpasi abdominal yang mendeteksi letak bayi yang
tidak normal atau kondisi lain yang memerlukan
kelahiran dirumah sakit
Sumber: Marmi, 2017

c. Pelayanan antenatal terpadu

Peningkatan kualitas pelayanan ANC diupayakan oleh Kementerian

Kesehatan dengaan menetapkan standar pelayanan yang harus dilakukan

bidan atau tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada

ibu hamil dengan komponen 10T sebagai mana tertuang dalam Permenkes

no. 97 tahun 2014 (KemenKes RI, 2016) yaitu:

1) Timbang dan ukur berat badan

Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil berdasarkan

masa tubuh dimana metode ini untuk menentukan pertambahan berat

badan yang optimal selama masa kehamilan, karena merupakan hal

yang penting mengetahui BMI wanita hamil. Total penambahan berat

badan pada kehamilan normal11,5-16 kg. Adapun tinggi badan yang

baik ibu hamil yaitu>145 cm (Yeyeh dkk, 2009).

2) Ukur tekanan darah

Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai

dasar selama kehamilan. Tekanan darah yang adekuat perlu untuk

dipertahankan fungsi plasenta. Tetapi tekanan darah sistolik 140

mmHg dan diastolik 90 mmHg pada awal pemeriksaaan dapat

mengidentifikasi potensi hipertensi (Yeyeh, 2009).


3) Ukur tinggi fundus uteri

Apabila usia kehamilan dibawah 24 minggu, pengukuran dilakuakan

dengan jari, tetapi apabila kehamilan diatas 24 minggu pengukuran

dilakukan memakai ukuran mc donald yaitu cara mengukur tinggi

TFU memakai cm dari simfisis ke fundus (Yeyeh dkk, 2009).

Tabel 2.3 TFU


Umur kehamilan Finggi fundus uteri
12 minggu 1/3 di atas simpisis
16 minggu ½ simpisis pusat
20 ninggu 2/3 diatas simpisis
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 1/3 di atas pusat
34 minggu ½ pusat prosessus xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus xifoideus

Tabel 2.4 TFU menurut Mc. Donald


Umur kehamilan Ukuran dari atas simpisis hingga fundus (cm)
22-28 minggu 24-25
28 minggu 26,7
30 minggu 29,5-30
32 minggu 29,5-30
34 minggu 31
36 minggu 32
38 minggu 33
40 minggu 37,7
Sumber : Prawirohardjo, 2014.

4) Skrining status imunisasi TT dan berikan imunisasi TT bila

diperlukan

Ibu hamil yang perlu diberi imunisasi TT untuk melindungi dari

tetanus neonatorum (Ika & Saryono, 2012).

Tabel. 2.5 Tabel Imunisasi TT


Imunisasi Interval % Masa perlindungan
perlindungan
TT 1 Pada kunjungan ANC 0 Tidak ada
pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 1 80 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 95 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 99 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99 25 tahun/ seumur
hidup
Sumber: Ika & Saryono, 2012.

5) Beri tablet penambah darah (tablet besi)

Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (Fe) adalah mencegah

defisiensi zat besi pada ibu hamil. Wanita hamil perlu menyerap zat

besi rata-rata 60mg/hari, kebutuhannya meningkat secara signifikan

pada trimester II karena absorbsi usus yang tinggi. Fe diberikan satu

tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang, diberikan

sebanyak 90 tablet semasa kehamilan. (Yeyeh dkk, 2009).

6) Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus)

a) Haemoglobin (Hb) (Kuswanti, 2014)

Haemoglobin dapat digolongkan sebagai berikut:

(1) Hb 11 gr% : Normal

(2) Hb 9-10,5 gr% : Anemia ringan

(3) Hb 7-8 gr% : Anemia sedang

(4) Hb <7 gr% : Anemia berat

b) HbsAg

Kehamilan jarang mengganggu perjalanan infeksi hepatitis B.

Masalah yang harus diperhatikan pada ibu hamil bahwa bayi akan

terinfeksi pada saat lahir (Marmi, 2017).

c) Golongan darah
Golongan darah dan faktor rhesus (Rh) digunakan untuk

mengidentifikasi antibody wanita hamil (Marmi, 2017).

d) Protein urine

Pemeriksaan protein urine ini bertujuan mengetahui komplikasi

adanya pre-eklamsi pada ibu hamil (Yeyeh dkk, 2009)

7) Temu wicara dan konseling

Anamnesa meliputi data , riwayat menstruasi, riwayat kesehatan,

riwayat kehamilan, persalinan, nifas, biopsikososial dan pengetahuan

pasien (Yeyeh dkk, 2009).

8) Ukur status gizi (ukur lingkar lengan atas/ LILA)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk

skrining ibu hamil beresiko kurang energi kronik. LILA kurang dari

23,5 cm dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) (Mandang,

2014).

9) Tentukan presentas janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Pemeriksaan abdomen untuk menentukan presentasi janin

harus dimulai minggu ke-28 gestasi (Marmi, 2017). Pemeriksaan ini

dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Pada trimester II bagian

bawah janin bukan kepala atau belum masuk panggul berarti ada

lekainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.

Denyut jantung janin frekuensinya lebih cepat dari orang

dewasa. Normalnya ialah antara 120-160 x/menit (Mandang 2014).

10) Tatalaksana dan penanganan kasus


Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas dan hasil pemeriksaan

laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan harus ditangani sesuai

standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak

dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan (Mandang,

2014).

8. Melakukan asuhan kehamilan kunjungan awal

a. Tujuan kunjungan

Tujuan asuhan kehamilan pada kunjungan yaitu mengumpulkan

informasi mengenai ibu hamil yang dapat membantu ibu bidan dalam

membina hubungan yang baik dan rasa saling percaya antara ibu dan

bidan, mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi, menggunakan data

untuk menghitung usia kehamilan dan tafsiran tanggal persalinan,

merencanakan asuhan khusus yang dibutuhkan ibu. Tujuannya adalah

menfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu dan bayi, menegakkan

hubungan saling percaya, mendeteksi komplikasi-komplikasi kehamilan,

mempersiapkan kelahiran, memberikan pendidikan (Yeyeh, 2009).

b. Pengkajian data ibu hamil

1) Data subjektif (Kuswanti, 2014)

a) Biodata

Meliputi nama, umur, agama, suku atau bangsa, pendidikan

terakhir, alamat.

b) Riwayat menstruasi
Meliputi menarche, siklus haid, lama haid, volume, bau dan

keluhan

c) Riwayat kesehatan

d) Meliputi riwayat kesehatan sekarang (penyakit menular,

menurun, menahun), riwayat kesehatan yang lalu dari riwayat

kesehatan keluarga (kehamilan kembar, penyakit menular,

menurun, menahun).

e) Riwayat perkawinan

Meliputi umur saat menikah, lama pernikahan, status pernikahan

f) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Meliputi waktu persalinan, jenis persalinan, tempat, penolong

persalinan, berat badan dan panjang badan anak saat lahir, ada

tidaknya perdarahan, ada tidaknya komplikasi.

g) Riwayat KB

Meliputi jenis kontrasepsi yang digunakan, lama penggunaan,

keluhan dan alasan berhenti.

h) Riwayat kehamilan sekarang

Meliputi hari pertama haid terakhir (HPHT), hari perkiraan

hamil (HPL), kehamilan keberapa, tempat periksa pertama kali,

imunisasi TT, keluhan selama hamil, obat yang dikonsumsi

selama hamil, apakah mengkonsumsi jamur atau tidak, gerakan

janin (frekuensi 10x/ 24 jam atau tidak)

i) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari


Meliputi makan (frekuensi, jenis makanan, jumlah, pantangan,

keluhan), minum (frekuensi, banyaknya, jenis minuman,

minuman kesukaan), istirahat( siang, malam, keluhan), personal

higiene (mandi, sikat gigi, ganti baju, ganti celana dalam dan

bra, keramas), aktivitas (di tempat kerja atau dirumah),

hubungan seksual (frekuensi dan keluhan).

j) Data psikososial

Meliputi respon suami dan keluarga terhadap kehamilan, respon

ibu terhadap kehamilan, hubungan ibu dengan anggota keluarga

lain, adat istiadat yang dianut dan berhubungan dengan

kehamilan.

k) Pengetahuan pasien tentang kehamilan

Meliputi pemeriksaan kehamilan, gizi ibu hamil, tanda bahaya

kehamilan.

2) Data objektif (Kuswanti, 2014)

a) Pemeriksaan umum, meliputi keadaan umum. Tinggi bdan, berat

badan sebelum hamil dan selama hamil, lingkar lengan atas

(LILA), tanda-tanda vital

b) Pemeriksaan fisik (head to toe) terdiri dari :

(1) Kepala, meliputi bentuk kepala, rambut (warna, kebersihan,

rontok, atau tidak), muka (cloasmagravidarum, jerawat,

sianosis), mata (sclera, konjungtiva, gangguan

penglihatan,kotoran atau sekret), telinga (Kebersihan,


pernafasan cuping hidung, polip), mulut (caries gigi,

kebersihan mulut dan lidah, kelembaban bibir, stomatitis

dan perdarahan gusi)

(2) Leher, meliputi ada atau tidak pembesaran kelenjar limfe,

tiroid dan vena jugularis.

(3) Dada meliputi retraksi dinding dada, denyut jantung teratur

dan wheezing

(4) Payudara, meliputi bentuknya (simetris atau tidak),

hiperpigmentasi areola, kondisi puting susu (masuk ke

dalam atau tidak, kebersihan), teraba keras, lunak, benjolan

atau tidak, pengeluaran colostrum.

(5) Ekstremitas atas, meliputi bentuk, kebersihan tangan dan

kuku, pucat ujung jari, telapak tangan berkeringat.

(6) Abdomen, meliputi perbesaran perut (simetris atau tidak,

sesuai dengan umur kehamilan atau tidak), striaegravidarim,

luka bekas operasi, linea nigra, palpasi Leopold ( Leopold I-

IV), DJJ ( frekuensi / menit, teratur/ tidak, puncum

maksimum).

(7) Pemeriksaan panggul

(8) Genetalia luar, meliputi tanda Chadwick, tidak ada varices,

pembesaran kelenjar bartholini, keputihan.

(9) Rectum, meliputi kebersihan dan hemoroid


(10) Ekstremitas bawah, meliputi bentuk, varises, kebersihan

kuku dan refleks patella.

c) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium ( pemeriksaan Hb, golongan darah,

protein urin), pemeriksaan USG, Non stress test (NST)

3) Menentukan diagnosis

a) Menetapkan normalitas kehamilan

b) Membedakan ketidaknyamanan selama kehamilan dengan

komplikasi kehamilan

c) Mengidentifikasi tanda dan gejala penyimpangan dari keadaan

normal

d) Mengidentifikasi kunjungan untuk kebituhan belajar

4) Mengembangkan perencanaan

a) Menetapkan kebutuhan pemeriksaan laboratorium

b) Menetapkan kebutuhan belajar atau bimbingan bagi pasien

c) Menetapkan kebutuhan untuk pengobatan komplikasi ringan

d) Menetapkan kebutuhan untuk konsultasi atau rujukan ke tenaga

kesehatan lain

e) Menetapkan kebutuhan untuk konseling yang spesifik

f) Menetapkan jadwal kunjungan yang sesuai dengan

perkembangan kehamilan.

9. Melakukan asuhan kehamilan kunjungan ulang


Kunjungan ulang adalah kontrak ibu hamil dengan tenaga kesehatan

yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai

dengan standar antenatal selama 1 periode kehamilan berlangsung (Yeyeh,

2009). Kunjungan ulang adalah setiap kali kunjungan antenatal yang

dilakukan setelah kunjungan antenatal pertama sampai memasuki persalinan.

Adapun asuhan kehamilan kunjungan ulang (Kuswanti, 2014) yaitu:

a. Mengevaluasi temuan yang terjadi serta aspek-aspek yang menonjol pada

wanita hamil

Kunjungan ulang difokuskan pada pendeteksian komplikasi-komplikasi,

persiapan kelahiran, kegawatdaruratan, pemeriksaan fisik yang terfokus

dan pembelajaran.

b. Mengevaluasi data dasar

Melakukan evaluasi data dasar yang dipertimbangkan dalam menegakkan

diagnosis pada kunjungan pertama.

c. Mengevaluasi keefektifan asuhan

Bidan melakukan penilaian mengenai efektifitas asuhan yang sudah

diberikan pada kunjungan sebelumnya. Kegiatan ini bertujuan agar hal

yang kurang efektif yang dilakukan pada asuhan sebelumnya tidak

terulang lagi serta memastikan aspek mana yang efektif agar tetap

dipertahankan.

d. Pengkajian data fokus

1) Riwayat
a) Menanyakan bagaimana perasaan pasien sejak kunjungan

terakhirnya.

b) Menanyakan apakah pasien mempunyai pertanyaan atau

kekhawatiran yang timbul sejak kunjungan terakhir.

c) Gerakan janin dalam 24 jam terakhir

2) Deteksi ketidaknyamanan

a) Tanyakan keluhan-keluhan yang biasa dialami ibu hamil

b) Menanyakan kemungkinan tanda-tanda bahaya yang dialami ibu

hamil

3) Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan tekanan darah

b) Mengukur TFU

c) Melakukan palpasi abdomen

d) Memeriksa DJJ

4) Pemeriksaan laboratorium

a) Protein urine

b) Glikosa urine

e. Mengembangkan rencana sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

kehamilan.

1) Jelaskan mengenai ketidaknyamanan normal yang dialaminya

2) Sesuai dengan usia kehamilan ajarkan ibu tertang meteri pendidikan

kesehatan pada ibu


3) Diskusikan mengenai rencana persiapan kelahiran dan jika terjadi

kegawatdarutan

4) Ajari ibu mengenai tanda bahaya, pastikan untuk memahami apa yang

dilakukan jika menemikan tanda bahaya

5) Buat kesepakatan untuk kunjungan ulang.

10. Evidence Based Midwifery (Marmi, 2017)

Praktik berdasarkan penelitian merupakan gangguan sistemik, ilmiah

dan eksplisit dari penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan

tentang asuhan pasien secara individu. Hal ini mengasilkan asuhan yang

efektif dan tidak selalu melakukan intervensi. Kajian ulang intervensi secara

humoris memunculkan asumsibahwa sebagian besar komplikasi obstetri yang

mengancam jiwa bisa diprediksi atau dicegah.

Menurut MNH (Maternal Neonatal Health) asuhan antenatal atau yang

dikenal antenatal care merupakan prosedur rutin yang dilakukan petugas

(dokter/ bidan/ perawat) dalam membina sesuatu hubungan dalam proses

pelayanan pada ibu hamil untuk mempersiapan persalinan.

Dengan memberikan asuhan antenatal yang baik akan menjadi salah

satu tiang penyangga dari safe motherhood dalam usaha untuk menurunkan

angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

a. Meningkatkan efektivitas asuhan antenatal

1) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi

dengan memberikan pendidikan mengenai nutrisi, kebersihan diri dan

proses kelahiran bayi


2) Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun

obstetri selama kehamilan

3) Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi

komplikasi

4) Membentu menyiapkan ibu untuk menyusu dengan sukses,

menjalankan nifas normal dan merawat anak anak secara fisik,

psikologis dan sosial

b. Adapun antenatal care akan efektif bila meliputi hal hal sebagai berikut

1) Asuhan diberikan oleh petugas yang terampil dan berkesinambungan

2) Mempersiapan menghadapi persalinan yang baik dengan

memperkirakan komplikasi

3) Mempromosikan kesehatan dan pencegahan penyakit (tetanus toksoid,

suplemen gizi, pencegahan konsumsi alkohol dan rokok dan lain-lain

4) Mendeteksi deini komplikasi serta perawatan penyakit yang diderita

ibu hamil (HIV, sifilis, tuberkulosis, hepatitis, penyakit medis lain

yang diderita (misal hipertensi, diabetes dan lain-lain)

c. Asuhan antenatal secara tradisional

Seperti dalam asuhan antenatal, sebelum dikenal adanya asuhan

berdasarkan evidance based, asuhan yang diberikan berdasarkan

tradisional. Asuhan yang banyak berkembang saat ini sebenarnya berasal

dari model yang dikembangkan di Eropa pada awal dekade abad ini.

Lebih mengarah keritual daripada rasional. Biasanya asuhan ini lebih


mengarah ke frekuensi dan jumlah daripada terhadap unsur yang

mengarah kepada tujuan yang esensial.

d. Pentingnya deteksi penyakit dan bukan penilaian/ pendekatan resiko

Pendekatan resiko yang mempunyai rasionalisasi bahwa asuhan

antenatal adalah melakukan screening untuk memprediksi faktor-faktor

resiko untuk memprediksi suatu penyakit, tapi berdasarkan hasil studi di

Zaire membuktikan bahwa 71% persalinan macet tidak bisa di prediksi.

B. Intranatal Care (INC)

1. Pengertian persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan, melalui

jalan lahir, dengan batuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri, Manuaba,

2010).

Persalian adalah proses membuka dan menipisnya serviks dari janin

turun ke jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban

terdorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan adalah proses dimana bayi,

plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap

normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai dengan penyulit (Marmi, 2012).

2. Tanda-tanda persalinan

a. Terjadinya His permulaan

His adalah kontraksi rahim yang bisa diraba menimbulkan rasa

nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks kontraksi


rahim dimulai pada 2 face makeryang letaknya didekat cornu uteri. His

yang menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu disebut

his efektif, irama teratur dan frekuensi yang kian sering, lama his berkisar

45-60 detik (Marmi, 2012).

b. Keluarnya sendir bercampur darah pervaginam (snow)

Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan lepasnya lendir

berasal dari kanalis servikalis. Sedangkan pengeluaran darah disebabkan

robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka (Marmi, 2012).

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya

selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan

dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun bila tidak tercapai, maka

persalinan harus diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstaksi

vakum atau sectio caesaria (Marmi, 2012).

d. Dilatasi dan effacement

Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-

angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau

pemendekan kanalis servikalis yang semula panjang 1-2 cm menjadi

hilang sama sekali, sehingga hanya tinggal ostium yang tipis seperti

kertas (Marmi, 2012)

3. Faktor yang mempengaruhi persalinan

a. Passenger (isi kehamilan)

1) Janin
a) Anatomi kepala janin

(1) Bagian tengkorak: Tulang dahi (Os Frontal), tulang ubun-

ubun (Os Parietal), tulang belakang kepala (Os Occipital),

tulang pelipis ( Os Temporal)

(2) Bagian muka: Tulang hidung (Os Nasalis), tulang rahang atas

(Os Maxilaris), tulang rahang bawah (Os Mandibularis),

tulang pipi (Os Zygomatic)

(3) Sutura (sela ruang antara dua tulang)

(a) Sutura Frontalis, antara kedua tulang frontal

(b) Sutura sagitalis, antara tulang parietal kiri dan kanan

(c) Sutura koronalis, antara tulang parietal dan frontal

(d) Oksipital Sutura lamboidea, antara tulang parietal dan

oksipital

(4) Fontanel atau ubun-ubun

(a) Fontanel mayor atau ubun-ubun besar atau fontanel

anterior adalah pertemuan antara sutura sagitalis dan

frontalis dan sutura koronaria. Berbentuk segi empat

panjang.

(b) Fontanel minor atau ubun-ubun kecil atau fontanel

posterior adalah berbentuk segitiga dengan puncak

segitiga runcing ke arah muka janin dan dasar segitiga

searah dengan punggung janin merupakan pertemuan

antara sutura sagitalis dengan sutura lamboidea.


2) Moulage

Moulage atau molase adalah suatu keadaan dimana adanya celah

antara tulang kepala janin yang memungkinkan terjadinya

penyisipan (tumpang tindih) antara bagian tulang sehingga kepala

janin dapat mengalami perubahan bentuk dan ukuran (Marmi, 2012).

a) Ukuran kepala janin

(1) Diameter

(a) Diameter sub occipito bregmatika ±9,5 cm

(b) Diameter occipitofrontalis. Jarak antara tulang oksiput

dan frontal, 12 cm

(c) Diameter vertikomento atau supraoksipitomental atau

mento occipitalis ± 13,5 cm merupakan diameter terbesar,

terhadi pada presentasi dahi

(d) Diameter submentobregmatika ±9,5 cm atau diameter

anteroposterior pada presentasi muka

(2) Diameter melintang

(a) Diameter biparietalis 9,5 cm

(b) Diameter bitemporalis ± 8 cm

(3) Ukuran Circumferensia (keliling)

(a) Circum feren cirkum ferensia fronto occipitalis ± 34 cm

(b) Circum ferensia mento occipitalis ± 35 cm

(c) Circum ferensia sub occipitobregmatika ±32 cm

b) Ukuran badan lain


(1) Bahu

(a) Jaraknya ± 12 cm (jarak antara kedua akromiom

(b) Lingkar bahu ± 34 cm

(2) Bokong

(a) Lebar bokong (diameter intertrokanterrika)±12 cm

(b) Lingkar bokong 27 cm

3) Presentasi

Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu

atas panggul dan terus melalui jalan lahirpada saat persalinan

mencapai aterm. Faktor-faktor yang menentukan bagian presentasi

adalah, letak janin, sikap janin dan ekstensi atau fleksi kepala janin

(Marmi, 2012).

4) Letak janin

Letak adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu

antara lain:

a) Letak membujur (longitudinal)

(1) Letak kepala

(2) Letak sugsang

b) Letak lintang (ternsverse lie)

c) Letak miring oblique lie)

(1) Letak kepala mengolak

(2) Letak bokong mengolak

5) Sikap janin
Sikap janin adalah hubungan dengan bagian tubuh janin yang

satu dengan bagian tubuh lain yag sebagian merupakan akibatpola

pertumbuhan janin dan sebagai akiat pola pertumbuhan janindan

penyesuaian janin terhadap bentuk rogga rahim (Marmi, 2012).

6) Plasenta

Plasenta memiliki peran berupa transport zat dari ibu ke janin,

penghasil hormon yang berguna selama kehamilan serta sebgai

barier (marmi, 2012).

7) Air ketuban

Air ketuban berfungsi untuk melindungi pertumbuhan dan

perkembangan yaitu menjadi bantalan untuk melindungi janin

terhadap trauma luar, menstabilkan perubahan suhu, pertukaran

cairan, sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas, sampai

mengatur tekanan dalam rahim (Marmi, 2012).

b. Power (kekuatan)

Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang

mendorong janin keluar dalam persalinan adalah his kontraksi, otot-otot

perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament dengan kerja sama

yang baik dan sempurna.

1) Kontraksi uterus (HIS)

His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus

yang dimulai dari daerah fundus dimana tuba dalopii memasuki

dinding uterus awal gelombang tersebut didapat dari “pacemaker”


yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut. His adalah

serangkaian konraksi rahim yang teratur yang secara bertahap akan

mendorong janin melalui serviks san vagina hingga keluar dari rahim

ibu (Marmi, 2012).

a) Penyebab HIS (Marmi, 2012)

(1) Peningkatan hormonal progresif yang menyebabkan

peningkatan ekstabilitas otot uterus

(2) Peningkatan mekanik progresif

b) Perubahan akibat HIS(Marmi, 2012)

(1) Pada uterus dan serviks

Uterus teraba keras dan bulat karena kontraksi. Tekanan

hidrotatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta

menyebabkan serviks menjadi mendatar dan terbuka

(2) Pada ibu

Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga

ada kenaikan nadi dan tekanan darah.

(3) Pada janin

Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter berkurang

maka timbul hiposia janin.Denyut jantung janin melambat

dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis

(Marmi, 2012).

c. Passage (jalan lahir)

1) Jenis panggul
Caldwell- Moloy mengemukanan 4 jenis panggul yaitu genekoid,

android, antropoid, platipoid (Prawiroharjo 2009).

a) Ukuran panggul

(1) Konjugata digonalis : pinggir bawah symphisis pubus ke

promontorium: 12,5 cm

(2) Konjugata vera: pinggir atas simphisis pubis ke

promontorium : konjugata diagonalis – 1,5 cm + 11 cm.

Konjugata vera adlah ukuran PAP yang utama yang dapat

diukur secara tidak langsung.

(3) Konjugata transversa: antara dua linea innominata: 12 cm –

13 cm

(4) Pada panggul normal promontorium teraba, bila ukuran CV

diatas 10 cm dianggap panggul dalam batas normal (

Marmi, 2012).

b) Bidang hodge

Bidang hodge adalahbidang semu sebagai pedoman untuk

menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan

kepala melalui pemeriksaan dalam atau vagina toucher

(VT)(Marmi, 2012).

(1) Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP

dengan bagian atas symphisis dan promontorium

(2) Hodge II : sejajar dengan hodge I setinggi

pinggir bawah symphysis


(3) Hodge III : sejajar hodge I dan II setinggi spina

ischiadika kanan dan kiri

(4) Hodge IV : sejajar hodge I, II dan III setinggi os

coccygis (Prawiroharjo, 2009)

d. Psyche (psikologis)

Banyaknya wanita yang bisa merasakan kegairahan dan kebahagiaan

disaat kesakitan awal menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif

ini berupa kelegaan hati (Marmi, 2012).

2. Proses adaptasi fisiologis dan psikologis persalinan

3. Tahapan persalinan

4. Kebutuhan dasar selama persalinan

5. Asuhan persalinan normal

Tabel 2.5 60 langkah asuhan persalinan normal

a. Mengenali tanda gejala kala II

1. Mendengar dan melihat adanya danda Kala II persalinan

a) Ibu ingin meneran bersamaan dengan kontraksi

b) Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektum dan atau

vaginal

c) Perinium terlihat menonjol

d) Vulva vagina dan spinger ani membuka

e) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

b. Menyiapkan pertolongan persalinan

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan esensial


untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera

pada ibu dan bayi baru lahir.

Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi segera siapkan:

a) Tempat datar, rata, bersih, bersih, kering dan hangat

b) 3 handuk atau kain bersih dan kering ( termasuk ganjal bahu

bayi)

c) Alat penghisap lendir

d) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi

Untuk ibu

a) Menggelar kain di atas perut bagian bawah ibu

b) Menyiapkan oksitosin 10 IU

c) Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set

3. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,

mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir

kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang

kering dan bersih.

5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan

untuk periksa dalam.

6. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (menggunakan

tangan yang memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan

tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin


7. Membersihkan vulva dan perinium, menyeka dengan hati-hati dari

anterior (depan) ke posterior (belakang) mengunakan kapas atau

kassa yang dibasahi dengan air DTT.

a) Jika intoitus vagina, perinium atau anus terkontaminasi tinja,

bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang

b) Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam

wadah yang tersedia

Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam

sarung tangan tersebut ke dalam larutan klorin 0,5 % langkah #9,

pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melaksanakan langkah

lanjuutan.

8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah

lengkap.

a) Bila selaput ketuban mesih utuh saat pembukaan lengkap maka

lakukan amniotomi.

9 Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih

memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, lepaskan

sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan

klorin 0,5 % selama 10 menit). Cuci tangan setelah sarung tangan

dilepaskan dan setelah itu tutup kembali partus set.

10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda

(relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (102-

160x/menit)
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

b) Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua

temuan pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam

patograf

d. Menyiapkan ibu dan keluarga uuntuk membantu proses

meneran

11. Memberitahu pasien dan keluarga bahwa pembukaan sudah

lengkap dan janin dalam keadaan baik. Bantu pasien mengatur

posisi nyaman sesuai keinginannya.

a) Tunggu hingga timbul rasa igin meneran, lanjutkan dengan

pemantauan kondisi dan kenyamanan pasien serta janinnya

(ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan

dokumentasikan semua temuan yang ada.

12. Minta bantuan keluarga untuk membantu menyiapkan posisi

meneran jika ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat.

Pada kondisi itu, ibu diposisikan setengah duduk atau posisi lain

yang diinginkan dan dipastikan ibu merasa nyaman.

13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu ingin meneran atau

timbul kontraksi yang kuat.

a) Bimbing ibu agar dapat meneran dengan benar dan efektif

b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara

meneran apabila caranya tidak sesuai

c) Anjurkan ibu untuk istirahat saat tidak ada kontraksi


d) Anjurkan keluarga untuk memberi semangat dan dukungan

pada ibu

e) Memberikan cukup asupan cairan per-oral (minum)

f) Menilai DJJ setiap kali kontaksi uterus selesai

g) Segera rujik jika bayi belum atau tidak lahir setelah pembukaan

lengkap dan pimpin meneran selama 2 jam pada primipara dan

1 jam pada multipara.

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, dan mengambil posisi

nyaman, jika ibu merasa belum ada dorongan ingin meneran

dalam 60 menit.

e. Persiapan untuk melahirkan bayi

15. Letakkan handuk bersi (untuk mengeringkan bayi di perut bawah

ibu, jika kepala bayi telah mebuka vulva dengan diaeter 5-6 cm.

16. Letakkan kain bersih yang di lipat sepertiga di bawah bokong ibu.

17. Buka penutup partus set dan periksa kelengkapan peralatan dan

bahan

18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

f. Pertolongan untuk melahirkan bayi

Lahirnya Kepala

19. Setelah tampak kepala bayi diameter 5-6 cm membuka vulva maka

lindungi perinium dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain

bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala

untuk mempertahankan posisi fleksi dan membantu lahinya


kepala. Anjurkan ibu untuk meneran secara efektif atau bernapas

cepat dan dangkal.

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran

bayi.

a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan

lewat bagian atas kepala bayi

b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat dan dua

tempat dan potong tali pusat diantara dua klem tersebut.

21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung

secara spontan.

Lahirnya Bahu

22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara

biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan

lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu

depan muncul dibawah arkus pubis dan kemungkinan ke arah atas

dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya Badan dan Tungkai

23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu

belakang, tangan yang lain menyusuri lengan, siku anterior bayi

serta menjaga bayi terpegang baik.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut

ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki


(masukkan teunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki

dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari lainnya pada

sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk).

g. Asuhan Bayi Baru Lahir

25. Lakukan penilaian (sepintas):

a) Apakah bayi cukup bulan?

b) Apakan bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?

c) Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah

resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia.

Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke-26

26. Keringkan tubuh bayi

Keringkan tubuh bayi mulai dari mukan, kepala dan tubuh bagian

lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk atau kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan

kondisi amat di perut bagian bawah ibu.

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang

lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gamelli).

28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi dengan baik

29. Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10

IU secara intramuskular (IM) di 1/3 paha atas bagian distal lateral.

Lakukan aspirasi sebelum penyuntikan.


30. Setelah dua menit sejak bayi lahir (cukup bulan), jepit tali pusat

dengan klem kira-kira 2-3 cm dari pusar bayi. Gunakan jari

telunjuk dan jari tengan tanga yang lain untuk mendorong isi tali

pusat ke arah ibu dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari

klem pertama.

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a) Dengan satu tangan pegangtali pusat yang sudah dijepit (sambil

melindungi perut bayi, kemudian lakukan pengguntingan tali

pusat diantara kedua klem).

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan

mengikatnya dengansimpul kunci pada sisi lainya.

Lepaskan klem dan masukkan pada wadah yang telah disediakan.

32 Letakkan bayi tengkurao di dada ibu untuk kontak kulit ibu dan

bayi. Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel pada dada

ibunya. Usahakan ibu berada diantara payudara ibu dengan posisi

lebih rendah dari puting susu dan atau areola mamae ibu.

a) Selimuti ibu dan bayi dengan kain kering dan hangat, pasang

topi di kepala bayi.

b) Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling

sedikit satu jam.

c) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu

dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk pertama kali


akan berlangsung 10-15 menit. Bayi cukup meyusu dari satu

sisi payudara.

h. Manajemen aktif kala tiga persalinan ( MAK III)

33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

34. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (di atas

simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang

klem untuk menegangkan tali pusat.

35. Pada saat uterus berkontaksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas

(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).

Jika plasenta tidak lepas setelah 30-40 detik, hentikan penegangan

tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya

kemudian ulangi kembali prosedur di atas.

Jika uterus tidaj segera berkontaksi, minta ibu/suami untuk

melakukan stimulasi puting susu.

Mengeluarkan Plasenta

36 Bila ada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah

dorso ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal

maka lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga plasenta dapat

dilahirkan.

a. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan

ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontaksi) sesuai

dengan sumbu jalan lahir (ke arah bawah -sejajar lantai-atas)


b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta

c. Jika palsenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali

pusat:

1) Ulangi pemberian oksitosin10 unit IM

2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik jika kandung

kemih penuh

3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

4) Ulangi tekanan dorso kranial dan penegangan tali pusat 15

menit berikutnya

Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau

menjadi perdarahan segera lakukan tindakan plasenta manual.

37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta sehingga selaput ketiban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah

yang telah disediakan.

Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril

untuk melakukan eksplorasi sis selaput kemudian gunakan jari jari

tangan atau klem ovum DTT atau steril untuk mengeluarkan

selaput yang tertinggal.

38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus


berkontraksi (undus teraba keras).

Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual Internal,

Kompresi Aorta Abdominalis, Tampon Kondom-Kateter) jika

uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan

taktil/masase.

i. Menilai perdarahan

39. Evaluasi kemungkinan perdarahan dan laserasi vagina dan

perinium. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 atau

derajat 2 dan atau menimbulkan perdarahan. Bila ada robekan

yang menimbulkan perdaraha aktif, segera lakukan penjahitan.

40. Periksa kedua sisi plasenta(maternal-fetal) pastikan plasenta telah

dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik

tempat khusus.

j. Asuhan pasca persalinan

41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

42. Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh, lakukan kateterisasi

Evaluasi

43. Celupkan tangan yang masih memakai sarun tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh dan

bilang di air DTT tanpa melepaskan sarung tangan dan kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan

kering.
44. Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi

45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik

46. Evaluas dan estimasi jumlah kehilangan darah

47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernapas dengan baik (40-

60x/menit).

a) Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, diresusitasidan

segera rujuk ke rumah sakit.

b) Jika bayi bernapas terlalu cepat atau sesak napas,segera rujuk

ke rumah sakit rujukan

Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat lakuka kembali

kontak ibu-bayi dan hangatkan ibu dan bayi dalam satu selimut.

48. Bersihkan ibu dari dari paparan darag dan cairan tubuh dengan

menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah

di ranjang atau di sekitar ibu berbaring. Menggunakan larutan

klorin 0,5 % lalu bilas dengan air DTT. Bantu ibu memakai

pakaian yang bersih dan kering.

49. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu member ASI. Ajurkan

keluarga untuk memberi ibu menuman dan makanan yang

diinginkannya.

50. Tempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin

0,5 % untuk dekontaminasi selama 10 menit. Cuci dan bilas

peralatan setelah didekontaminasi.


51. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai

52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

53. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan

terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.

54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemusian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan

kering.

55. Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk memberikan injeksi

vitamin K (1 mg) intramuskular di paha kiri bawah lateral dan

salep mata profilaksasi infeksi dalam satu jam pertama.

56. Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan (setelah satu jam kelahiran

bayi). Pastikan kondisi bayi tetap baik( pernafasan normal 40-

60x/menit) dan temperatur tubuh normal (36,5-37,5oC) setiapp 15

menit.

57. Setelah satu jam pemberian vitamin K1berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan lateral. Letakkan bayi di dalam

jangkauan ibu agar sewaktu waktu dapat disusukan.

58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di

larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.

59. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan

dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering


Dokumentasi

60. Lengkapi patograf ( halaman depan dan belakang)

Sumber: JNPK-KR (2017).

6. Evidance Base Midwifery

C. Bayi Baru Lahir (BBL)

1. Pengertian

Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang lahir dengan presentasi belakang

kepala melalui vagina tanpa memakai alat pada usia kehamilan 37 sampai 42

minggu dengan berat badan 2500 sampai 4000 gram dan nilai Apgar >7 dan

tanpa cacat bawaan (Rukiyah & Yulianti, 2013).

BBL adalah berat lahir antara 2500 sampai 4000 gram, cukup bulan,

langsung menangis dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang

berat. Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-

28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi

(penyesuian diri dari kehidulan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin)

(Marmi & Rahardjo, 2015).

2. Ciri-ciri BBL normal

a. Lahir aterm antara 37-42 minggu

b. Berat badan 2.500-4.000 gram

c. Panjang badan 48-52 cm

d. Lingkar dada 30-38 cm

e. Lingkar kepala 33-35

f. Lingkar lengan 11-12 cm


g. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit

h. Pernapasan kurang lebih 40-60x/menit

i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup

j. Rambut laguno tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna

k. Kuku agak panjang dan lemas

l. Nilai APGAR >7

m. Gerakan aktif

n. Bayi lahir langsung menangis kuat

o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi

dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik

p. Refleks sucking (menghisap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik

q. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk

dengan baik

r. Refleks grasping (menggenggam) seudah terbentuk dengan baik

s. Genetalia

 Pada laki-laki : testis yang telah turun ke skrotum dan penis

berlubang

 Pada perempuan : vagina dan uretra yang berlubang, adanya labia

mayora yang menutupi labia minora

 eliminasi yang baik ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24

jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2013)

3. Periode transisional BBL (Marmi & Rahardjo, 2015)

a. Reaktivitas I
Dimulai pada masa persalinan dan berakir setelah 30 menit.

Selama periode ini jantung berdetak cepat dan pulsasi tali pusat terlihat

jelas. Warna kulit terlihat sementara sianosis atau akrosianosis. Pada

periode ini beberapa bayi akan disusui.

b. Fase tidur

Berlangsung selama 30 menit sampai 2 jam persalinan. Tingkat

tarif pernapasan menjadi lebih lambat. Selama masa tidur memberikan

kesempatan pada bayi untuk memulihkan diri dari proses persalinan dan

proses transisi ke kehidupan luar uterin.

c. Reaktivitas II

Berlangsung selama 2 sampai 6 jam setelah bersalin. Jantung lebih

labil dan terjadi perubahan warna kulit yang berhubungan dengan

stimulus lingkungan. Tingkat pernapasan bervariasi tergantung aktivitas.

Neontatus membutuhkan makan dan menyusu.

4. Perubahan fisiologis BBL

a. Sistem pernapasan

Selama dalam uterus bayi mendapatkan oksigen dari pertukaran

gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir bayi, pertukaran gas harus

melalui paru-paru bayi. Dalam beberapa saat, perubahan tekanan yang

luar biasa terjadi di dalam jantung dan sirkulasi sangat penting bagi

badan untuk memahami perubahan sirkulasi janin ke sirkulasi bayi yang

secara keseluruhan saling berhubungan dengan fungsi pernapasan dan

oksigen yang adekuat. Ketika bayi dilahirkan segera bayi menghirup


udara dan menangis kuat. Dengan demikian paru-paru berkembang

(Marmi & Rahardjo, 2015).

b. Sirkulasi darah

Karena tali pusat di klem, sistem bertekanan rendah pada unit

janin plasenta terputus sehingga berubah menjadi sistem sirkulasi

tertutup, bertekanan tinggi dan berdiri sendiri (Marmi &Rahardjo, 2015).

Konsentrasi Hb normal dengan rentang 13,7-20 gr%, volume plasma

menurun, jumlah rata-rata sel darah putih BBL memiliki rentang mulai

10.000-30.000/mm2 (Walyani & Purwoastuti, 2016).

c. Sistem gastrointestinal

Sebelum lahir bayi cukup bulan akan mulai menghisap dan

menelan. Refleks muntah dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk

dengan baik pada saat lahir. Kemampuan untuk menelan dan mencerna

pada BBL masih terbatas karena hubungan antara esofagus bawah dan

lambung yang masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh”.

Kapasitas lambung yaitu kurang dari 30 cc dan akan berkembang

bersamaan dengan pertumbuhannya. Kapasitas lambung yang masih

terbatas sangat penting untuk mengatur pola intake cairan pada bayi

dengan frekuensi sedikit tapi sering (Walyani & Purwoastuti, 2016).

d. Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh orang

dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Pada

jam-jam pertama energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan


pada hari kedua energi basal berasal dari pembakaran lemak. Setelah

mendapat susu kurang dari hari keenam, pemenuhan energi bayi 60%

didapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat (Marmi & Rahardjo,

2015).

e. Sistem ginjal.

Tubuh neonatus mengandung lebih banyak air dan kadar natrium yang

relatif lebih besar daripada kalium karena ruang ekstraseluler luas. Ginjal

BBL menunjukan penurunan alinan darah ginjal dan penurunan

kecepatan filtrasi glomerulus, kondisi ini menyebabkan retensi cairan dan

intoksikasi air. BBL mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam pertama

kehidupan yaitu 30-60 ml (Marmi & Rahardjo, 2015).

f. Sistem imun

Sistem imun BBL masih belum matang, sehingga menyebabkan

neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi sistem imunitas

yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat.

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yang membantu BBL

membunuh mikroorganisme asing, tetapi sel-sel darah ini masih belum

matang sehingga belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi

secara efisien (Walyani & Purwoastuti, 2016).

g. Produksi panas (suhu tubuh)

BBL mempunyai kecenderungan untuk mengalami stres akibat

perubahan suhu di luar uterus. Tiga faktor yang berperan dalam

kehilangan panas tubuh bayi


1) Luasnya permukaan tubuh bayi

2) Pusat pertukaran suhu tubuh bayi yang belum berfungsi

3) Tubuh bayi terlalu kevil untuk memproduksi dan menyimpan panas.

Jika seorang bayi kedinginan maka akan mengalami hipoglikemua,

hipoksia dan acidosis. Suhu normal neonatus adalah36,5-37,5 oC melalui

pengukuran di aksila dan rektum. Juka nilainya turun dibawah 36,5 oC

maka disebut hipotermi. Gejala hipotermi:

1) Sejalam dengan menurunnya suhu tubuh, maka bayi menjadi kurang

aktif, letargi, hipotonus, tidak kuat dalam menghisa ASI dan

menangis lemah

2) Pernapasan megap-megap dan lambat serta denyut jantung menurun

3) Timbul sklerema: kulit mengeras berwarna kemerahan terutama

dibagian punggung, tungkai dan lengan

4) Muka bayi berwarna merah terang

5) Hipotermi menyebabkan terjadinya perubahan metabolism tubuh

yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, peredaran

darah terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.

Bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25 oC maka bayi akan

kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi dan radiasi sebanyak 200

kalori /kg BB/meni, sedangkan pembentukan panas yang dapat

diproduksi hanya sepersepuluh dari jumlah kehilangan panas di atas


dalam waktu bersamaan. Berikut adalah mekanisme kehilangan panas

tubuh

1) Konduksi

Pemindahan panas dari tubuh ke objek lain melalui kontak langsung,

contoh penimbangan bayi tanpa alas timbangan.

2) Konveksi

Panas hilang dari bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak,

misal bayi diletakkan didekat jendela.

3) Radiasi

Panas dipancarkan dari BBL keluar dari tubuhnya ke lingkungan

yang lebih dingin, misal BBL diletakkan diruang ber-AC.

4) Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan

dan kelembaban udara (Marmi & Rahardjo, 2015).

5. Asuhan kebidanan pada BBL normal

a. Asuhan segera bayi baru lahir (Saifuddin dkk, 2014)

Asuhan segera pada BBL adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut

dalam jam pertama setalah kelahiram.

1) Jagalah bayi agar tetap hangat

2) Usahakan adanya kontak langsung antara kulit bayi denga kulit ibunya

3) Segera setelah melahirkan bayi, sambil secara cepat menilai

pernapasannya, letakkan bayi dengan handuk di atas perut ibu dengan

bersih dan kering atau kasa, lap darah atau lendir dari wajah bayi untuk
mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang pernapasan bayi. (bila

bayi tersebut tidak menangis atau bernapas dalam waktu 30 detik

segeralah cari batuan dan mulailah langkah-langkah resusitasi bayi.

4) Klem tali pusat

Menjepit tali pusat dengan jarak ±3 cm dari umbilikus, lalu mengurut isi

talu pusat ke arah maternal dan mengekem tali pusat ke-2 dengan jarak 2

cm dari klem pertama. Tangan kiri memegangi tali pusat diantara klem

sambil melindungi tubuh bayi lalu putong tali pusat diantara 2 klem.

Kemudian mengikat tali pusat dengan jarak kurang lebih 1 cm dari

umbilikus dengan simpul mati lalu lepaskan klem.

5) Kontak dini dengan ibu

Melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Hisapan dan sentuhan tangan

bayi merangsang mengeluaran oksitosin yang signifikan bagi kontraksi

rahim sehingga mengurang perdarahan pospartum. Oksitosin juga dapat

merangsang pengeluaran susu dan meningkatkan hubungan kasih sayang

antara ibu dan bayi serta menjaga kehangatan bayi. Bayi yang segera

meminum kolostrum akan membuat lapisan pelindung usus bayi yang

masih belum matang, menelan bakteri baik bagi usus bayi.

6) Pernapasan

Sebagian besar bayi akan bernapas spontan. Pernapasan dan warna kulit

diperiksa setiap 5 menit. Jika bayi tidak segera bernapas, lakukan hal-hal

berikut:

a) Keringkan bayi dengan selimut atau handuk hangan


b) Gosoklah punggung bayi dengan lembut

c) Jika bayi belum bernapan setelah 60 detik mulai lakukan resusitasi

d) Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernapas (frekuensi

kurang dari 30 atau lebih dari 60 x/menit) berilah oksigen kepada bayi

dengan kateter nasal

7) Perawatan mata

Obat profilaksasi mata diberikan pada jam pertama setelah persalinan

dengan eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah infeksi mata

8) Berikan vitamin K

Pemberian vitamin K diberikan untuk mencegah perdarahan karena

defisiensi vitamin K pada BBL

9) Evaluasi awal BBL

Evaluasi awal BBL dilaksanakan segera setelah bayi lahir (menit pertama)

dengan menilai indikator kesejahteraan janin.

Tabel 2.6 Penilaian APGAR SCORE

Aspek SKOR
Pengamatan BBL 0 1 2
Appearance( Seluruh tubuh Warna kulit Warna kulit
warna kulit) berwarna tubuh normal, seluruh tubuh
kebiruan tetapi tangan dan normal
kaki berwarna
kebiruan
Pulse (denyut Denyut jantung Denyut jantung < Denyut jantung
jantung) tidak ada 100 x/menit >100 x/ menit
Grimance (respon Tidak ada respon Wajah meringis Meringis,
refleks) terhadap stimulasi saat di stimulasi menarik, batuk
atau batuk saat
stimulasi
Activity (tonus Lemah, tidak ada Lengan dan kaki Bergerak aktif
otot) gerakan dalam posisi dan spontan
fleksi dengan
gerakan sedikit
Respiration Tidak bernapas, Menagis lemah, Menangis kuat,
(pernapasan) pernapasan terdengar seperti pernapasan baik
lambat dan tidak merintih dan teratur
teratur
Sumber Walyani & Purwoastuti, 2016

6. Perawatan BBL

a. Pemberian ASI

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bay. ASI

mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan bayi baik

kualitas dan kuantitasnya. Berikan asi sesering mungkin sesuai dengan

kebutuhan bayi tanpa jadwal (Ondemand). Berikan ASI saja (ASI ekslusif)

sampai bayi berusia 6 bulan (Mansyur, 2014).

b. Perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat adalah memelihara tali pusat setelah tali pusat

di potong atau sebelum puput. Tali pusat dijaga untuk tetap bersih, tidak

terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah. Apabila tali pusat kotor, cuci

tali pusat dengan air mengalir dan sabis dan segera keringkan. Dilarang

membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya pada

luka tali pusat sebab akan menyebabkan infeksi (Marmi & Rahardjo,

2015).

c. Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas buatan untuk

melindungi diri melayan penyakit tertentu untuk melawat penyakit dengan

memasukkan zat ke dalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral

((Marmi & Rahardjo, 2015).

d. Memandikan bayi
Menunda memandikan bayi yang baru lahir sampai tubuh bayi

stabil. Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2500 gram

dan menangis kuat bisa dimandikan ±24 jam setelah kelahiran dengan air

hangat (Dewi, 2010). Sedangkan menurut Prawirohardjo (2010),

memandikan bayi setelah selama ±6 jam setelah persalinan, agar suhu bayi

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.

e. Kunjungan neonatal

Tabel 2.7 Kunjungan neonatal

Kunjungan Pelaksanaan
Kunjungan neonatal 1 (KN 1) pada 6- 1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
48 jam setelah bayi lahir 2. Pemeriksaan fisik bayi
3. Konseling: jaga kehangatan,
pemberian ASI, perawatan tali
pusat, agar ibu mengawasi tanda
bahaya yang harus dikenali ibu
4. Melakukan perawatan tali pusat
5. Memberikan imunisasi HB-0
Kunjungan neonatal 2 (KN 2) pada 1. Menjaga tali pusat dalam keadaan
hari ke 3-7 setelah bayi lahir bersih dan kering
2. Menjaga kebersihan bayi
3. Memeriksa tanda bahaya seperti
kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, berat badan rendah
dan masalah pemberian ASI
4. Memberikan ASI bayi minimal 10-
15 kali dalam 24 jam dalam 2
minggu pasca persalinan
5. Menjaga keamanan bayi
6. Menjaga suhu tubuh bayi
7. Konseliing terhadap ibu dan
keluarga untuk memberikan ASU
ekslusif, pencegahan hipotermi
dan melaksanakan perawatan BBL
di rumah dengan buku KIA
8. Penanganan dan rujukan kasus bila
diperlukan
Kunjungan neonatal 3 (KN 3) pada 1. Pemeriksaan fisik
hari ke 8-28 setelah bayi lahir 2. Menjaga kebersihan bayi
3. Memberitahu ibu tandabahaya
BBL
4. Memberikan ASI bayi minimal 10-
15 kali dalam 24 jam dalam 2
minggu pasca persalinan
5. Menjaga keamanan bayi
6. Menjaga suhu tubuh bayi
7. Konseliing terhadap ibu dan
keluarga untuk memberikan ASU
ekslusif, pencegahan hipotermi
dan melaksanakan perawatan BBL
di rumah dengan buku KIA
8. Memberitahu ibu tentang
imunisasi BCG
9. Penanganan dan rujukan kasus bila
diperlukan
Sumber: Depkes, (2009).

7. Rencana asuhan bayi usia 2-6 hari (Marmi, 2012)

a. Minum

ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu (jika penuh payudara

penuh) dan tentu saja ini lebih berarti pada menyusui sesuai kehendak bayi

atau kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit 4 jam), bergantian antar

payudara kanan dan payudara kiri. Seorang bayi yang menyusu sesuai

permintaannya biasanya bisa menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam

b. Defekasi (BAB)

Feses bayi di dua hari pertama setelah persalinan biasanya

terbentuk seperti ter atau aspal lembek. Zat buangan ini berasal dari

pencernaan bayi yang dibawa dari kandungan. Setelah itu feses bayi bisa

bergumpal gumpal seperti jelly, padat, berbiji atau seeded dan bisa berupa

cairan, feses bayi yang diberi ASI ekslusif biasanya tidak bebentu, bisa

seperti pasta atau krem, berbiji dan juga bisa seperti mencret atau mencair.

Frekuensi defekasi sebanyak 5-6 kali setiap hari.

c. Buang air Kecil


Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7-10x sehari . untuk

menjaga bayi agar tetap bersih, hangat dan kering maka setelah BAK

harus diganti popoknya. Jika urine pucat, maka kondisi ini menunjukan

masukan cairan yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan akan

mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari

d. Tidur

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering

tidur, bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam

sehari. Pada umumnya bayi terbangun sampai malam hari pada usia 3

bulan.

Tabel 2.8 Pola tidur bayi


Usia Lama tidur
1 minggu 16,5 jam
1 tahun 14 jam
2 tahun 13 jam
5 tahun 11 jam
9 tahun 10 jam
Sumber : (Marmi, 2012)

e. Kebersihan kulit

Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur, mandi

daan bersihkan seluruh tubuh setiap hari tidak harus selalu dilakukan.

f. Keamanan

Jangan sekali-sekali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu.

Hindari pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa

tersedak. Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur bayi

g. Penyuluhan sebelum bayi pulang


Perawatan tali pusat, pemberian ASI, jaga kehangan bayi, tanda-

tanda bahaya, imunisasi, perawatan harian atau rutin

8. Rencana asuhan bayi 6 minggu pertama (Marmi, 2012)

a. Melakukan pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan

anak, meliputi:

1) Pemeriksaan fisik

2) Pengukuran fisiologis (tanda-tanda vital)

3) Penampilan umum

4) Perkembangan psikologi

5) Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.

b. Tahapan penting dalam perkembangan dalam 6 minggu pertama, bayi

cukup bulan harus mencapai tahap-tahap penting perkembangan tertentu

selama 6 minggu pertama kehidupan

c. Peran bidan dalam pemantauan BAB bayi, yaitu:

1) Mengobservasi frekuensi, konsistensi dan warna feses

2) Memberitahu ibu agar segera mengganti popok apabila BAB

3) Memeberitahu pola BAB yang benar

4) Memberitahu ibu cara mengobservasi frekuensi, konsistensi dan warna

feses

d. Peran bidan dalam pemantauan BAK bayu, yaitu:

1) Mengobservasi frekuensi, konsistensi dan warna BAK

2) Memberitahu ibu agar segera mengganti popok apabila BAK

3) Memeberitahu pola BAK yang benar


4) Memberitahu ibu cara mengobservasi frekuensi, konsistensi dan warna

BAK

9. Evidance Based BBL

a. Jangan oleskan salep apapun atau zat ke tampuk tali pusat. hindari

pembukusan tali pusat. tampuk tali pusat yang tidak tertutup akan

mengering dan puput lebih cepat dengan komplikasi yang lebih sedikit

b. Jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan bayi bersama ibunya paling

sedikit satu jam setelah persalinan

c. Jangan tinggalkan ibu dan bayi sendiri kapan pun (Saifuddin, 2010).

D. Postnatal Care (PNC)

E. Keluarga Berencana (KB)

Kusmiyati 2008

Sabrina, 2008

Pudiastuti 2012

Yulaikhah 2008

Ika &Saryono, 2012

Mandang 2014
Yeyeh dkk, 2009

Kuswanti, 2017

Manuaba, 2010

Anda mungkin juga menyukai