Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Indonesia yang dijadikan sebagai sumber utama untuk kebutuhan kalori. Didalam
mempunyai peran yang sangat besar dalam mewujudkan stabilitas nasional. Oleh
karena itu, beras akan selalu menjadi perhatian dalam ketersediaan. Untuk
penting sekali. Produksi beras yang melimpah akan menimbulkan problem cara
menyediakan stok beras dalam negeri (Amrullah, 2003; Bulog, 2000 dan Hanny,
2002).
kehilangan berat bahan. Gudang bisa menjadi tempat perkembangan hama jika
tidak ada program manajemen untuk pengendalian hama (Bonanto, 2008). Faktor
1996). Pada umumnya hama pascapanen yang ada pada bahan simpan berasal dari
golongan Coleoptera, salah satunya yaitu Sitophilus oryzae L. (Anggara, 2007 dan
Pranata 1982).
1
Menurut Hussein dan Ibrahim (1986) kerusakan akibat Sitophilus oryzae
L. mencapai 10-20% pada saat penyimpanan beras di gudang, sehingga pada saat
lubang yang ada pada setiap butir beras. Kutu akan menggunakan rahangnya
untuk membuat lubang dan dijadikan sebagai tempat tinggal telur selama 18 hari.
sampai sekarang ini masih menggunakan pestisida yang berbahan dasar kimia
dengan teknik fumigasi yaitu menggunakan gas, uap, bau dan asap. Bahan yang
digunakan dalam fumigasi di gudang-gudang Bulog saat ini antara lain Phosphine
Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72% agen pengendali hayati.
Pestisida alami atau biopestisida adalah salah satu pestisida yang bahan dasarnya
berasal dari tumbuhan (Anugeraheni dan Brotodjojo, 2002). Tumbuhan kaya akan
pengganggunya. Bahan pestisida yang berasal dari tumbuhan dijamin aman bagi
lingkungan karena cepat terurai di tanah dan tidak berbahaya terhadap hewan,
2
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pembahasan kutu beras dan cara pengendalian hama
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae
Genus : Sitophilus
Spesies : Sitophilus oryzae
sub filum mandibulata, kelas insect, sub kelas pterigotadan. Ordo coleopteran
diambil dari kata coeleoe yang berarti seludang dan pteron yang berarti sayap,
maka dapat disimpulkan Coleptera adalah serangga yang memiliki seludang pada
4
Morfologi dan biologi Sitophilus oryzae L. imago muda berwarna coklat
merah dan umur tua berwarna hitam. Pada kedua sayap depannya terdapat 4 bintik
bercak kemerahan pada elytranya, umur dapat mencapai 5 bulan. Jika akan
moncongnya dan meletakkan sebutir telur lalu lubang itu ditutup dengan sekresi
yang keras. Masa kovulasi relatif lebih lama dibandingkan dengan hama gudang
Telur kutu beras berbentuk oval berwarna kuning lunak dan licin bentuk
ujung telur agak bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm. Kutu beras meletakkan
kemudian ditutup denga suatu zat warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya
sehingga dari luar tidak kelihatan. Gelatin berfungsi melindungi telur dari
kerusakan dan dimangsa oleh predator lainnya. Stadium telur 3 hari dalam satu
hari dapat bertelur sebanyak 25 butir, perhari rata-rata kutu beras dapat bertelur
Larva hidup dalam butiran tidak berkaki berwarna putih dengan kepala
panjang larva lebih kurang 3 mm, setelah masa pembentukan instar selesai, larva
5
endosperm agar dindingnya licin dan membentuk tekstur yang kuat. Larva dapat
pupa terjadi dalam biji dengan cara membentuk ruang pupa dengan
mengekskesikan cairan pada dinding liang gerak. Stadium pupa berkisar antara 5-
8 hari. Imago yang terbentuk tetap berada dalam biji selama sekitar 2-5 hari,
sebelum membuat lubang keluar yag relatif besar dengan moncongnya. Imago
dapat hidup cukup lama tanpa makanan selama 36 hari, imago dapat
menghasilkan telur sekitar 300-400 butir selama satu siklus hidupnya (Enda,
2017).
Siklus hidup hama kutu beras selama 30-45 hari pada kondisi optimum
yaitu pada suhu 29oC, kadar air biji 14% dan pada kelembapan 70%. Imago dapat
hidup cukup lama tanpa makan sekitar 36 hari (Sitepu dkk, 2004). Sitophilus
oryzae L. atau biasa disebut kutu beras dikenal sebagai kumbang bubuk beras,
hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas diberbagai tempat di dunia.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh kutu beras ini termasuk berat, bahkan sering
dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Kutu beras bersifat
polifa bubuk beras selain merusak butiran beras, juga merusak simpanan jagung,
Kerusakan yang diakibatkan oleh kutu beras dapat tinggi pada keadaan
tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-biji hancur dan berdebu dalam
jamur sehingga produk beras rusak, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat
6
menjadi berlubang kecil-kecil. Sehingga mengakibatkan beras menjadi mudah
7
BAB III
PEMBAHASAN
Kumbang beras (atau dikenal awam sebagai kutu beras) adalah nama
umum bagi sekelompok serangga kecil anggota marga Tenebrio dan Tribolium
disimpan. Kumbang beras adalah hama gudang yang sangat merugikan dan sulit
dikendalikan bila telah menyerang dan tidak hanya menyerang gabah/beras tetapi
juga bulir jagung, berbagai jenis gandum, jewawut, sorgum, serta biji kacang-
Tenebrio molitor lebih dikenal sebagai ulat hongkong, yang larvanya biasa
menjadi hama gudang. Tribolium castaneum adalah serangga model yang biasa
lebih gelap, Tribolium confusum, lebih umum dikenal dan luas tersebar. Tribolium
destructor berwarna hitam kelam dan hanya dijumpai di Eropa, Amerika, dan
Afrika.
Secara umum morfologi hama serangga ini terdiri atas caput, toraks, dan
abdomen. Pada caput terdapat sepasang antena, alat mulut dan juga terdapat mata
8
mejemuk. Bagian toraks terlihat tiga pasang tungkai yaitu tungkai belakang,
oryzae) terlihat bahwa butir-butir beras yang diserang terdapat lubang lubang-
lubang kecil. Beras yang terserang mudah hancur, yang mengakibatkan kualitas
beras menjadi buruk. Warna tubuh Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) berwarnah
larva), semut merah dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva
dan telur hama. Penagendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan
penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat
(Naynienay.2008).
Selain itu pemanfaatan jeruk nipis dan tanaman serai juga dapat mencegah
hama kutu beras karena menurut hasil penelitian Andrianto (2006) rasa pahit rada
Limonoid yang menyebar ke jaringan saraf akan mempengaruhi fungsi saraf yang
lain dan mengakibatkan terjadinya aktifitas mendadak pada saraf. Selain itu dapat
masuk kedalam tubuh melalui kulit atau dinding tubuh dengan cara osmosis,
mati.
9
Tanaman serai (Andropogon nardus L) yang dapat dimanfaatkan sebagai
(Sastrohamidjojo, 2004) oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian yang
bertujuan untuk mengkaji daya ekstrak daun jeruk dan batang serai tersebut
dengan meningkatnya konsetrasi ekstrak batang serai, hal ini berkaitan dengan
farsenol yang terdapat didalam jaringan serai yan bila konsentrasi tinggi dapat
membunuh serangga.
Penggunaan cabai kering juga ampuh membasmi hama kutu beras karena
dengan aroma pedas dan panasnya cabai mampu mengusir hama kutu beras.
Bawang putih juga mampu mengusir hama kutu beras bawang putih memiliki
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Hama gudang merupakan organisme penganggu yang menyerang pada
tanaman yang telah selesai panen atau penyerangan hama gudang terjadi
pada saat penyimpanan produk, sehingga dapat merusak hasil produksi dan
proses penyimpanan.
2. Kumbang beras (atau dikenal awam sebagai kutu beras) adalah nama
perkembangan jamur sehingga produk beras rusak, bau apek yang tidak
11
DAFTAR PUSTAKA
Desember 2015.
Anonimous, 2010. Panjang Gelombang Warna.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://eosw
eb.larc.nasa.gov/EDDOCS/Wavelengths_for_Colors.htmlDiakses tanggal
10 Januari 2017
Harahap I. 2006. Ekologi serangga hama gudang. Di dalam Prijono D,
Kanisius.Yogyakarta
Pracaya., 1991, Hama dan Penyakit Tanaman, Penebar Swadaya, Jakarta.
Sjam. 2014. Hama pasca panen dan strategi pengendaliannya. IPB Pres. Bogor
Sunjaya dan Widayanti. 2006. Pengenalan serangga hama gudang. Di
19 Desember 2015
12
Soemartono. 1980. Padi (Oryza sativa, L).
http://distan.majalengkakab.go.id/index.php?option=com_content&view=a
rticle&id=82:padi-oryza-sativa-l&catid=18:tanaman-pangan&Itemid=30
13 Desember 2015.
Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada
13