Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintaah memerlukan perencanaan yang
akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pembangunan yang dilakukannya.
Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan bidang ekonomi, maka terjadi peningkatan
permintaan data dan indikator-indikator yang menghendaki ketersediaan data sampai tingkat
Kabupaten/ Kota. Data dan indikator-indikator pembangunan yang diperlukan adalah yang
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar,
terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa. Ini berarti bahwa pembangunan
senantiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang kurang baik menuju
suatu kehidupan yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan nasional suatu bangsa.
Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
serta menjalankan roda perekonomian dan mewujudkan kesejahteraan sosial.
Struktur perencanaan pembangunan diIndonesia berdasarkan hirarki dimensi waktunya
berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dibagi menjadi perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan
jangka pendek (tahunan), sehingga dengan Undang-Undang ini kita mengenal satu bagian
penting dari perencanaan wilayah yaitu apa yang disebut sebagai rencana pembangunan
nasional yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-Nasional), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Renstra Kementerian / Lembaga (Renstra KL)
Peraturan Pimpinan KL dan daerah yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) serta Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renstra-SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) sebagai
kelengkapannya dan terakhir Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa perencanan pembagunan daerah ?


2. Apa Perlunya Perencanaan Pembangunan Daerah ?
3. Apa Implikasi Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah ?
4. Apa Tahap-tahap Perencanaan Pembangunan Daerah ?
5. Apa Sumberdaya Perencanaan untuk Pembangunan Daerah ?
6. Apa Informasi yang Dibutuhkan dalam Perencanaan Pembangunan Eonomi Daerah ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui perencanan pembagunan daerah
2. Untuk mengetahui Perlunya Perencanaan Pembangunan Daerah
3. Untuk mengetahui Implikasi Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah.
4. Untuk mengetahui Tahap-tahap Perencanaan Pembangunan Daerah.
5. Untuk mengetahui Sumberdaya Perencanaan untuk Pembangunan Daerah.
6. Untuk mengetahui Informasi yang Dibutuhkan dalam Perencanaan Pembangunan
Eonomi Daerah.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Perencanaan Pembangunan Daerah


Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk
memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya public yang tersedia di daerah tersebut
dan untuk memperbaiki kapasitas sector swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya-
sumberdaya swasta secara bertanggung jawab.
Pembangunan ekonomi yang efisien membutuhkan secara seimbang perencanaan yang teliti
mengenai penggunaan sumberdaya public dan sector swasta (petani, pengusaha kecil,
koperasi, pengusaha besar, organisasi-organisasi social) harus mempunyai peran dalam
proses perencanaan. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat
secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi (economic entity) yang didalamnya terdapat
berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain.

2. Perlunya Perencanaan Pembangunan Daerah


Perencanaan pembangunan sejak masa orde lama hingga saat ini terasa kurang begitu
maksimal dalam pelaksanaannya, sehingga terasa perlunya campur tangan Pemerintah dalam
menciptakan pembangunan yang cepat terutama di Negara Sedang Berkembang (NSB).
Pentingnya campur tangan Pemerintah, terutama dalam pembangunan daerah, dimaksudkan
untuk mencegah akibat-akibat buruk dari mekanisme pasar terhadap pembangunan daerah
serta menjaga agar pembangunan dan hasil-hasilnya dapat dinikmati berbagai daerah yang
ada.
Myrdal (1957) berpendapat bahwa perpindahan modal cenderung menambah ketidak
merataan, di daerah-daerah yang sedang berkembang, permintaan barang/jasa akan
mendorong naiknya investasi, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan.
Sebaliknya di daerah-daerah yang kurang berkembang, permintaan akan investasi rendah
karena pendapatan masyarakat yang rendah. Semua perubahan untuk daerah-daerah yang
dirugikan yang timbul karena adanya ekspansi ekonomi dari suatu daerah disebut backwash
effects.
Disamping adanya pengaruh yang kurang menguntungkan bagi daerah lain sebagai akibat
dari adanya ekspansi ekonomi pada daerah tertentu, ada juga keuntungan bagi daerah-daerah
di sekitar di mana ekspansi ekonomi terjadi, misalnya terjualnya hasil produksi darah, adanya
kesempatan kerja baru, dan sebagainya. Pengaruh yang menuntungkan karena adanya
ekspansi ekonomi suatu daerah ke daerah sekitarnya dinamankan spread effects.
Sesuai dengan pendapat Myrdal di atas, Hirschman (1958) juga mengemukakan bahwa jika
suatu daerah mengalami perkembangan, maka perkembangan itu akan membawa pengaruh
atau imbah ke daerah lain. Menurut Hirschman, daerah di suatu Negara dapat dibedakan
menjadi daerah kaya dan miskin. Jika perbedaan antara kedua daerah tersebut semakin
menyempit berarti terjadinya imbas yang baik (trickling down effects). Sedangkan jika
perbedaan antara kedua daerah tersebut semakin jauh berarti terjadi proses pengkutuban
(polarization effects).
Pro dan kontra terhadap adanya campur tangan Pemerintah sebagai berikut:
Pihak Pro :

1. Mekanisme pasar menghambat pertumbuhan ekonomi daerah terbelakag.


2. Dalam mekanisme pasar, keputusan didasarkan pada metode trial & error
3. Dibutuhkan oleh daerah yang baru berkembang
4. Menghemat pengeluaran pemerintah untuk pembangunan daerah
5. Ekspansi ekonomi yang hanya terpusat ke beberapa daerah tertentu hanya akan
membawa masalah baru

Pihak Kontra :

1. Mekanisme pasar mampu menciptakan harmonisasi antar daerah


2. Campur tangan pemerintah akan mempengaruhi efisiensi ekonomi
3. Campur tangan pemerintah dianggap “membantu yang gagal, menghukum yang
sukses”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa campur tangan


pemerintah (perencanaan) untuk pembangunan daerah-daerah mempunyai manfaat yang
sangat tinggi, disamping mencegah jurang kemakmuran antar daerah, melestarikan
kebudayaan setempat, dapat juga menghindarkan perasaan tidak puas masyarakat. Kalau
masyarakat sudah tenteram, dapat membantu terciptanya kestabilan dalam masyarakat
terutama kestabilan politik, padahal kestabilan dalam masyarakat merupakan syarat mutlak
jika suatu Negara hendak mengadakan pembangunan Negara secara mantap.

3. Implikasi Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah


Ada 3 implikasi pokok dari perencanaa pembangunan ekonomi daerah :

1). Perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistic memerlukan pemahaman


tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional di mana daerah tersebut
merupakan bagian darinya, keterkaitan secara mendasar antara keduanya, dan konsekuensi
akhir dari interaksi tersebut.
2). Sesuatu yang tampaknya bik secara nasional belum tentu baik untuk daerah, dan
sebaliknya yang baik bagi darah belum tentu baik secara nasioanal.
3). Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah misalnya, administrasi,
proses pengambilan keputusan, otoritas- biayasanya sangat berbeda pada tingkat daerah
dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu, derajat pengendalian kebijakan sangat
berbeda pada dua tingkat tersebut. Oleh karena itu, perencanaan daerah yang efektif harus
bisa membedakan apa yang segoyanya dilakukan dan apa yang dapat dilakukan, dengan
menggunakan sumberdaya-sumberdayanya pembangunan sebaik mungkin yang benar-benar
dapat dicapai, dan mengambil manfaat dari informasi yang lengkap yang tersedia pada
tingkat daerah karena kedekatan para perencananya dengan objek perencanaan.
4. Tahap-tahap Perencanaan Pembangunan Daerah
Menurut Blakely (1989) ada 6 tahap dalam proses perencanaan pembangunan ekonomi
daerah seperti yang disajikan pada bagan dibawah ini.

Tabel. 1.
Tahapan dan Kegiatan dalam Prses Perencanaan Pembangunan Daerah

Tahap Kegiatan
Pengumpulan dan Analisis Data
1. Penentuan Basis Ekonomi
2. Analisis Struktural Tenaga Kerja
I 3. Evaluasi Kebutuhan Tenaga Kerja
4. Analisis Peluang dan Kendala Pembangunan
5. Analisis kapasitas kelembagaan
Pemilihan Strategi Pembangunan Daerah
1. Penentuan Tujuan dan kriteria
II 2. Penentuan Kemungkinan-kemungkinan Tindakan
3. Penyusunan Strategi

Pemilihan Proyek-proyek Pembangunan


III 1. Identifikasi Proyek
2. Penilaian Viabilitas Proyek
Pembuatan Rencana Tindakan
1. Prapenilaian hasil proyek
IV 2. Pengembangan input proyek
3. Penentuan alternative sumber pembiayaan
4. Identifikasi struktur proyek
Penentuan Rincian Proyek
1. Pelaksanaan studi kelayakan secara rinci
V 2. Penyiapan rencana usaha
3. Pengmbangan, Monitoring, dan Pengevaluasian Program
Persiapan Perencanaan Secara Keseluruhan dan Implementasi
1. Penyiapan Skedul Implementasi Rencana Proyek
VI 2. Penyusunan Program Pembangunan Secara Keseluruhan
3. Targeting dan Marketing Aset-aset Masyarakat
4. Pemasaran kebutuhan keuangan
Gambar 1
Skema Perencanaan Model Ideal

Perbandingan Penjelasan antara Blakely dan Bendavid-val


1). Pengumpulan dan analisis data bukan merupakan suatu tahap dalam proses perencanaan
secara keseluruhan, namun secara terus-menerus berfungsi mendukung dan menyediakan
informasi pada setiap tahap perencanaan.

2). Semua tahap dalam proses perencanaan merupakan bagian dari siklus di mana tujuan-
tujuan secara periodik perlu ditinjau kembali, sarana-sarana juga perlu dirumuskan kembali,
dan seterusnya.

3). Suatu rencana yang disosialisasikan bukanlah merupakan akhir dari suatu proses, namun
sesuatu yang di hasilkan dari waktu kewaktu untuk kepentingan-kepentingan praktis.

5.Sumberdaya Perencanaan untuk Pembangunan Daerah


Hampir semua orang mengetahui bahwa hasil dari suatu pertumbuhan ekonomi
(pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik, peningkatan kekayaan dan pendapatan, dsb)
akan memperbaiki tingkat kehidupan masyarakat. Namun demikian, bahwa pembangunan
ekonomi adalah suatu proses, suatu proses di mana suatu masyarakat menciptakan suatu
lingkungan (fisik/peraturan-peraturan/attitudinal) yang mempengaruhi hasil-hasil
pembangunan ekonomi seperti kenaikan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Dalam
menciptakan lingkungan yang sehat, pemerintah daerah menggunakan sumberdaya-
sumberdaya pembangunan yang utama.

1). Lingkungan Fisik sebagai Sumberdaya Perencanaan


Pemerintah daerah biasanya memperlihatkan masalah lingkungan fisik (infrastruktur fisik)
yang tentu saja penting bagi dunia usaha dan industry. Sector swasta biasanya memiliki
keinginan-keinginan, baik yang bersifat khusus maupun umum dan persyaratan-persyaratan
tertentu untuk lingkungan fisik. Kebutuhan khusus biasanya mencakup jasa angkutan khusus
atau jasa pembungan limbah. Dalam banyak hal, bentuk-bentuk lingkungan fisik ini bisa
dibuat seragam. Dengan kata lain, pemerintah daerah bisa menyediakan jasa atau fasilitas
khusus untuk memenuhi keinginan dunia usaha atau industry.
Salah satu factor yang mempengaruhi keputusan lokasi dari investasi sector swasta adalah
daya tarik (attraction) atau amenity daru suatu daerah atau suatu kota. Bentuk dari daya tarik
atau amenity ini sering disebut kualitas hidup. Dunia industry atau bisnis menganggap
“livability” sebagai suatu factor lokasional yang penting dan pemerintah daerah berada pada
posisi yang terbaik untuk memperbaiki kualitas hidup daerahnya.

2). Lingkungan Regulasi sebagai Sumberdaya Perencanaan


Kita semua memahami bahwa insentif dan kebihakan-kebijakan keuangan merupakan input
penting bagi proses pembangunan ekonomi. Banyak pemerintah daerah sekarang yang
dengan sungguh-sungguh mengkaji ulang system regulasinya untuk menunjukkan bahwa
“biaya untuk melakukan kegiatan usaha” di daerah mereka mencerminkan keinginan mereka
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan kata lain, untuk menarik dan
mengembangkan dunia usaha di daerahnya perlu penyederhanaan system regulasi. Misalnya,
beberapa kota di negera mau belakangan ini telah menciptakan pusat pelayanan bisnis
terpadu.

3). Lingkungan Attitudinal sebagai Sumberdaya Perencanaan


Kepututsan yang diambil sector swasta mengenai ekpansi investasi atau relokasi tidak hanya
didasarkan pada data kasar. Dalam kenyataannya, keputusan akhir akan sangat dipengaruhi
juga oleh semacam “feeling” atau “judgement” investor mengenai reaksi masyarakat daerah
calon lokasi investasi. Dunia usaha sering kali tidak akan memilih suatu daerah tertentu
karena penduduknya dikenal, misalnya bersikap “anti bisnis”.

6. Informasi yang Dibutuhkan dalam Perencanaan Pembangunan


Eonomi Daerah
1). Data Kependudukan
Data kependudukan yang dipergunakan dalam perencanaan pembangunan daerah adalah
struktur penduduk (hierarchy of age grouping) yang dikaitkan dengan tingkat pengerjaan
(employment), umur, pendapatan, dan distribusi penduduk menurut pekerjaan selama kurang
lebih 10 tahun yang terakhir, dan burden of dependency ratio.
Tujuan analisis kependudukan ini adalah untuk menentukan karakteristik penduduk pada
suatu daerah karena karakteristik penduduk tersebut berkaitan dengan vitalitas masyarakat
dan untuk menaksir target penduduk untuk kegiatan ekonomi yang diinginkan.

2). Kondisi pasar Tenaga kerja


Data yang berkenaan dengan kondisi pasar tenaga kerja antara lain : informasi tentang
distribusi pengerjaan menurut jenis kelamin pada setiap industry, informasi tentang
pengangguran dan setengah pengangguran setiap sector industry paling selama 5 tahun
terakhir. Pola pengerjaan dalam suatu masyarakat akan menunjukkan apakah sumberdaya
manusia tersedia atau dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi dan beberapa jumlah
angkatan kerja yang membutuhkan.

3). Karakteristik Ekonomi


Data ekonomi yang diperlukan antara lain: basis ekonomi suatu daerah, perubahannya, dan
responsnya terhadap perubahan keadaan ekonomi baru, selain kondisi ekonomi masa lalu dan
sekarang, factor-faktor yang mempengaruhi vitalitas ekonomi juga perlu untuk dikaji.
Pemahaman yang baik terhadap struktur ekonomi merupakan tahap yang esensial dalam
merancang program pembangunan ekonomi yangka panjang.

4). Kondisi Fisik / Lokasional


Data yang diperlukan untuk kondisi fisik ini meliputi kajian tentang kondisi dan bentuk fisik
dari suatu daerah yang berhubungan dengan basis ekonominya, termasuk penilaian tentang
sumberdaya fiscal (pertanian, pertambangan, dan sebagainya_, ketersediaan lahan untuk
kawasan undustri, jaringan transportasi dan komunikasi, persediaan perumahan, dan juga
asset yang dapat digunakan untuk daerah tujuan wisata. Pendokumentasian terhadap asset-
aset lokasional (dan “liabilities”) membantu kita dalam mengidentifikasi keunggulan
ekonomi daerah (dan kelemahannya).

5). Layanan Jasa Bagi Masyarakat.


Data tentang jasa-jasa pelayanan social, pendidikan, rekreasi, dan budaya yang tersedia bagi
masyarakat juga diperlukan. Jasa-jasa pelayanan tersebut akan menambah daya tarik daerah
sebagai tempat hidup dan bekerja.
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai


perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya public yang
tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sector swasta dalam
menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya swasta secara bertanggung jawab.
Perencanaan pembangunan sejak masa orde lama hingga saat ini terasa kurang begitu
maksimal dalam pelaksanaannya, sehingga terasa perlunya campur tangan Pemerintah
dalam menciptakan pembangunan yang cepat terutama di Negara Sedang
Berkembang (NSB). Pentingnya campur tangan Pemerintah, terutama dalam
pembangunan daerah, dimaksudkan untuk mencegah akibat-akibat buruk dari
mekanisme pasar terhadap pembangunan daerah serta menjaga agar pembangunan
dan hasil-hasilnya dapat dinikmati berbagai daerah yang ada.
campur tangan pemerintah (perencanaan) untuk pembangunan daerah-daerah
mempunyai manfaat yang sangat tinggi, disamping mencegah jurang kemakmuran
antar daerah, melestarikan kebudayaan setempat, dapat juga menghindarkan perasaan
tidak puas masyarakat. Kalau masyarakat sudah tenteram, dapat membantu
terciptanya kestabilan dalam masyarakat terutama kestabilan politik, padahal
kestabilan dalam masyarakat merupakan syarat mutlak jika suatu Negara hendak
mengadakan pembangunan Negara secara mantap.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : STIE YKPN.

Junaidi. 2014. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah.


http://junaidipiscesguru.blogspot.com/2014/03/perencanaan-pembangunan-ekonomi-
daerah.html.

Puji nurrahmah. 2018. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah.


http://ginadiana96.blogspot.com/2018/05/makalah-perencanaan-
pembangunan.html.

Anda mungkin juga menyukai