Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa
bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan
kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di
atas atap rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah.
Sumur resapan berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara
menginjeksikan air hujan ke dalam tanah. Sasaran lokasi adalah daerah peresapan air di
kawasan budidaya, permukiman, perkantoran, pertokoan, industri, sarana dan prasarana
olah raga serta fasilitas umum lainnya.
Mengurangi / menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan kawasan
pantai
Bentuk dan jenis bangunan sumur resapan dapat berupa bangunan sumur resapan air yang
dibuat segiempat atau silinderdengan kedalaman tertentu dan dasar sumur terletak di atas
permukaan air tanah. Berbagai jenis konstruksi sumur resapan adalah:
Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur tanpa diisi batu belah maupun ijuk
(kosong)
Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk.
Sumur dengan susunan batu bata, batu kali atau bataki di dinding sumur, dasar sumur diisi
dengan batu belah dan ijuk atau kosong.
Sumur menggunakan blawong (batu cadas yang dibentuk khusus untuk dinding sumur).
Konstruksi-konstruksi tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing,
pemilihannya tergantung pada keadaaan batuan / tanah (formasi batuan dan struktur
tanah).
Pada tanah / batuan yang relatif stabil, konstruksi tanpa diperkuat dinding sumur dengan
dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk tidak akan membahayakan bahkan akan
memperlancar meresapnya air melalui celah-celah bahan isian tersebut.
Pada tanah / batuan yang relatif labil, konstruksi dengan susunan batu bata / batu kali /
batako untuk memperkuat dinding sumur dengan dasar sumur diisi batu belah dan ijuk
akan lebih baik dan dapat direkomendasikan.
Pada tanah dengan / batuan yang sangat labil, konstruksi dengan menggunakan buis beton
atau blawong dianjurkan meskipun resapan air hanya berlangsung pada dasar sumur saja.
Bangunan pelengkap lainnya yang diperlukan adalah bak kontrol, tutup sumur resapan dan
tutup bak kontrol, saluran masuklan dan keluaran / pembuangan (terbuka atau tertutup)
dan talang air (untuk rumah yang bertalang air).
Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaaan Umum menetapkan data teknis sumur resapan
air y sebagai berikut : (1) Ukuran maksimum diameter 1,4 meter, (2) Ukuran pipa masuk
diameter 110 mm, (3) Ukuran pipa pelimpah diameter 110 mm, (4) Ukuran kedalaman 1,5
sampai dengan 3 meter, (5) Dinding dibuat dari pasangan bata atau batako dari campuran
1 semen : 4 pasir tanpa plester, (6) Rongga sumur resapan diisi dengan batu kosong 20/20
setebal 40 cm, (7) Penutup sumur resapan dari plat beton tebal 10 cm dengan campuran 1
semen : 2 pasir : 3 kerikil.
Berkaitan dengan sumur resapan ini terdapat SNI No: 03- 2453-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Standar ini menetapkan
cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan termasuk persyaratan
umum dan teknis mengenai batas muka air tanah (mat), nilai permeabilitas tanah, jarak
terhadap bangunan, perhitungan dan penentuan sumur resapan air hujan. Air hujan sdslsh
sir hujan yang ditampung dan diresapkan pada sumur resapan dari bidang tadah.
Sumur resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang relatif datar;
Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan tidak tercemar;
Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus disetujui Instansi yang berwenang.
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi antara lain adalah sebagai berikut:
Struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai permebilitas tanah ≥ 2,0
cm/jam.
Jarak penempatan sumur resapan air hujan terhadap bangunan adalah: (a) terhadap sumur
air bersih 3 meter, sumur resapan tangki septik 5 meter dan terhadap pondasi bangunan 1
meter
Kelebihan dari teknologi ini adalah dapat memberikan peluang air untuk meresap lebih lama
ke dalam tanah, dan dapat diterapkan pada tanah-tanah agak dangkal. Adapun
kelemahannya adalah membutuhkan tenaga kerja yang relatif banyak terutama untuk
pemeliharaan.
Parit resapan dapat dibuat pada aeral pertanian (sawah maupun tegalan) dan areal
pekarangan. dengan parit resapan ini maka air hujan yang jatuh di areal pertanian dan
pekarangan sebagian atau seluruhnya dapat ditmpung dan diresapkan ke dalam tanah. Air
yang tertampung dapat dimanfaatkan pada akhir musim hujan.
Parit resapan (Gambar 1) dibuat menyesuaikan dengan kontur lahan, terutama untuk
daerah-daerah yang relatif datar (kemiringan < 20%). Pada daerah dengan kemiringan
terjal perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu atau dikonsultasikan dengan ahli geologi.
Parit resapan ini dapat sekaligus difungsikan untuk budidaya ikan sebagai tambahan
penghasilan bagi petani dan sebagai pengendali populasi nyamuk.
Parit resapan dapat dibuat di pekarangan rumah, dikenal juga sebagai kolam
(Gambar 2). Parit resapan pada umumnya dibuat di sampai atau belakang rumah,
disesuaikan dengan kondisi rumah dan bentang alam yang ada. Dimensi parit resapan di
belakang rumah dapat bervariasi sesuai dengan ketersediaan lahan.
Di sekeliling parit resapan perlu ditanami dengan tanaman-tanaman produktif, misalnya
mangga, pepaya, dan lain-lain, dan bila perlu dibuat pagar pembatas demi menjaga
keamanan anak-anak. Parit resapan dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan sebagai
tambahan penghasilan sekaligus mencegah perkembangbiakan nyamuk.
Banyaknya sarana air bersih SPT (Sumur Pompa Tangan), PAH (Penampungan Air
Hujan), PMA (Penampungan Mata Air) dan SGL (Sumur Gali) dan limbah air buangan dari
dapur dan kamar mandi, yang tidak mempunyai SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah)
yang baik, dapat menyebabkan terjadinya genangan air yang dapat mencemari
sumber/badan air dan menjadi tempat berkembang biaknya sektor penular penyakit.
Teknologi tepat guna untuk menampung dan meresapkan air buangan dari rumah tangga
(dapur, kamar mandi, sarana air bersih yang dibangun) / Sarana Pembuangan Air Limbah
(SPAL) antara lain adalah :
Sumur Resapan
Dasar perhitungan dari penentuan besarnya ukuran parit/sumur resapan, harus terlebih
dulu dicari angka perkolasi (PR) dengan menggunakan alat uji perkolasi.
Yang dimaksud dengan waktu perkolasi adalah: waktu dalam satuan menit yang diperlukan
oleh air, waktu turun sedalam 2,54 cm (1 inchi). Hasil waktu perkolasi dinyatakan dalam
menit/inchi. Dengan kesimpulan bahwa makin lama waktu perkolasi, makin luas tanah
peresapan yang diperlukan.
Hubungan waktu perkolasi dengan luas tanah absorbsi dinyatakan dengan dalil sebagai
berikut: Makin lama waktu perkolasi makin luas tanah absorbsi yang diperlukan Hubungan
ini dapat dilihat pada table sebagai berikut :
Keterangan:
Area tanah absorbsi untuk parit resapan adalah luas dasar parit
Area tanah absorbsi untuk sumur resapan adalah luas dinding samping
Luas tanah absorbsi untuk parit resapan adalah luas dasar parit
Sebuah lubang dengan garis tengah 5 feet dan kedalaman 6 feet dibawah inlet mempunyai
luas efektif 94 ft2
Sebuah lubang dengan garis tengah 5 feet, kedalaman 16 feet maka luas 94 feet + 157 feet
atau 251 ft2.
1 ft = 0,305 meter
1 ft2 = 0,093 m2
1. Misalkan sebuah rumah tinggal dengan penghuni 5 orang. Pemakaian air 1 orang/hari =
20 liter, dimana setelah melalui pengukuran perkolasi didapat angka perkolasi minimum
(PR) sebesar 4,482 menit/inchi. Tentukan: ukuran sumur resapan tersebut!
Penyelesaian:
Dari table-1: angka PR = 4,482 menit/inchi didapat area absorbsi (luas bidang peresapan)
yang diperlukan = 3,8148 ft2 (hasil interpolasi). Jadi pemakaian untuk 5 orang (dengan
pemakaian 20 liter/hari/orang), maka luas bidang peresapan yang diperlukan = 5 x 3,8148
ft2 = 19,074 ft2
Untuk menentukan kedalaman sumur resapan (t), jika diameter sumur resapan (D)
ditentukan 2 ft (0,61 m) maka :
p . D . t = luas
2. Misalkan ditentukan : kedalaman ‘Lubang percobaan’ (d) 16 inchi (41 cm) didapat angka
perkolasi (PR) = 4,482 menit/inchi. Sumur resapan digunakan untuk 5 orang dengan
pemakaian air 1 orang/hari = 20 liter. Tentukan ukuran sumur resapan tersebut!
Penyelesaian:
Dari table-1: dengan angka PR = 4,482 menit/inchi didapat luas bidang peresapan =
3,8148 ft2 (hasil interpolasi). Jadi luas bidang peresapan untuk 5 orang (dengan pemakaian
20 liter/hari/orang) = 5 x 3,8148 = 19,074 ft2
Lihat table-3:
Atau dapat juga diambil: Kedalaman (t) = 3 ft = 0,9263 m ; Diameter (D) = 2 ft = 0,61 m
Untuk Parit Resapan
Misalkan rumah tinggal dengan penghuni 5 orang. Pemakaian air 1 orang/hari = 20 liter.
Setelah melalui pengukuran perkolasi didapat angka perkolasi (PR) = 4,482 menit/inchi.
Tentukan luas peresapan dan panjang parit resapan tersebut!
Penyelesaian:
Jadi:
Kalau dimisalkan angka perkolasi (PR) = 4,482 menit/inchi, maka dari table-2 didapat
kecepatan maximum air buangan 2,355 galon/ft2/hari.
Jadi:
Luas parit resapan = 26,417 / 2,355 = 11, 2175 ft2 (note: 1 ft2 = 0,093 m2)
Bidang resapan merupakan unit yang disediakan untuk meresapkan air limbah ke dalam tanah yang telah
terolah atau terpisahka padatannya (effluent) dari tangki septi. Namun masih mengandung bahan organik dan
mikroba pathogen
Terdapat 2 jenis bidang resapan yang dapat diaplikasikan bersama dengan tangki septi:
1. Saluran / Parit Resapan
Saluran Peresapan
Saluran peresapan berfungsi
untuk menampung air aliran
permukaan dan
meningkatkan daya resap air
ke dalam tanah. Teknologi ini
sesuai untuk wilayah dengan
tanah yang (a) tidak rawan longsor,
(b) mempunyai kemampuan
tinggi untuk meresapkan air, dan (c)
yang agak dangkal (kedalaman >20
cm) (Arsyad 2000). Saluran peresapan dibuat mengikuti kontur dengan ukuran lebar 30 – 40 cm dan dalam 40
– 50 cm.
Kelebihan dari teknologi ini adalah dapat memberikan peluang air untuk meresap lebih lama ke dalam tanah,
dan dapat diterapkan pada tanah-tanah agak dangkal. Adapun kelemahannya adalah membutuhkan tenaga
kerja yang relatif banyak terutama untuk pemeliharaan.
Sumber: Kasdi Subagyono (2007). “Konservasi Air untuk Adaptasi Pertanian Terhadap Perubahan Iklim” dalam
Bunga Rampai Konservasi Tanah dan
Air (Penyunting: Fahmuddin
Agus dkk). Jakarta: Pengurus Pusat
Masyarakat Konservasi Tanah dan Air
Indonesia 2004 – 2007.
1. Parit Resapan
Parit resapan dapat dibuat pada aeral
pertanian (sawah maupun tegalan) dan
areal pekarangan. dengan parit
resapan ini maka air hujan yang jatuh di
areal pertanian dan pekarangan
sebagian atau seluruhnya dapat ditmpung dan diresapkan ke dalam tanah. Air yang tertampung dapat
dimanfaatkan pada akhir musim hujan.
2. Parit Resapan Pada Areal Pertanian
Parit resapan (Gambar 1) dibuat menyesuaikan dengan kontur lahan, terutama untuk daerah-daerah yang
relatif datar (kemiringan < 20%). Pada daerah dengan kemiringan terjal perlu dilakukan penelitian terlebih
dahulu atau dikonsultasikan dengan ahli geologi. Parit resapan ini dapat sekaligus difungsikan untuk budidaya
ikan sebagai tambahan penghasilan bagi petani dan sebagai pengendali populasi nyamuk.
Sumur tanpa pasangan batu pada dinding sumur, dasar sumur tidak diisi batu belah dan ijuk.
Sumur tanpa pasangan batu pada dinding sumur dan bagian dasar sumur diisi batu belah dan ijuk diatas batu
belah.
Sumur menggunakan beton sebagai dinding sumur dan dasar sumur tidak diisi batu belah dan ijuk.
Masing-masing bentuk sumur tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Memilih bentuk sumur resapan
yang tepat harus mempertimbangkan keadaan tanah dan batuan di lokasi sekitar sumur yang akan dibuat.
Pada keadaan tanah yang relatif stabil bisa dipilih bentuk sumur dengan tanpa pasangan batu pada dinding
sumur sedangkan pada tanah yang labil sebaiknya dipilih bentuk sumur dengan pasangan batu pada dinding
dan bagian dasar di beri batu belah dan ijuk.
Manfaat Sumur Resapan
Sumur resapan memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitar.
Berbabagi manfaat sumur resapan diantara adalah:
1. Mencegah terjadinya banjir.
Meningkatnya curah hujan mengakibatkan volume air yang ada diatas tanah menjadi banyak. Apabila air
tersebut tidak dapat diserap langsung oleh tanah maka air tersebut menjadi tergenang dan dapat
mengakibatkan banjir (Baca: Penyebab Banjir). Adanya sumur resapan maka air tersbut kemudian dapat di
tampung dalam sumur yang kemudian akan di serap oleh tanah.
2. Meningkatkan dan mempertahankan ketinggian permukaan air tanah
Kandungan air dalam tanah apabila tidak mendapat suplai yang memadai maka semakin lama akan semakin
berkurang. Banyaknya bangunan dan infratsruktur pengerasan jalan serta sedikitnya kawasan hujau menjadi
penghalang air meresap kedalam tanah. Air dapat langsung mengalir ke sungai yang selanjutnya akan
diteruskan ke laut. Dengan andanya sumur resapan, maka air tidak langsung ke sungai tetapi masuk kedalam
sumur yang kemudian akan diserap oleh tanah yang ada disekitarnya. Hal ini dapat tetap mempertahankan
ketinggian permukaan air didalam tanah. (Baca: Ciri-ciri Air Tanah Permukaan dan Penjelasannya )
3. Mencegah penurunan tanah
Tanah yang memiliki kadar air rendah dan permukaan air tanah yang rendah menjadikan tanah bagian atas
tandus dan keropos. Tanah kemudian akan mengalami pemampatan kebawah sehingga mengalami
penurunan. Dengan sumur resapan maka kadar air dalam tanah menjadi terjaga. (Baca:Penyebab Tanah
Ambles )
4. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah
Kandungan air yang banyak didalam tanah akan dapat mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah (Baca:
Dampak Pencemaran Air dan Penyebabnya). Sumur resapan membantu menjaga kandungan air dalam tanah
agar tetap banyak.
5. Mencegah erosi dan sedimentasi
Erosi terjadi karena derasnya aliran air di atas tanah. Jika air di atas tanah tidak dapat terserap dengan cepat
kedalam tanah maka air akan mengalir ke area yang lebih rendah. Kecepatan laju aliran air ini dapat
menyebabkan erosi. Dengan adanya sumur resapan maka aliran air ini menjadi berkurang sehingga potensi
erosi juga berkurang. (Baca: Cara Mencegah Erosi Tanah)
6. Memberikan cadangan air dalam jangka panjang
Air yang ada dalam sumur resapan ini secara terus menerus akan diserap oleh tanah yang ada disekitarnya.
Kandungan air dalam tanah tersebut merupakan cadangan bagi masa depan. Air tersebut nantinya dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya.
https://www.google.com/amp/s/ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/sumur-resapan/amp?espv=1
DASAR PERHITUNGAN UKURAN PARIT/SUMUR RESAPAN
Dasar perhitungan dari penentuan besarnya ukuran parit/sumur resapan, harus terlebih dulu dicari angka
perkolasi (PR) dengan menggunakan alat uji perkolasi.
Yang dimaksud dengan waktu perkolasi adalah: waktu dalam satuan menit yang diperlukan oleh air, waktu
turun sedalam 2,54 cm (1 inchi). Hasil waktu perkolasi dinyatakan dalam menit/inchi. Dengan kesimpulan
bahwa makin lama waktu perkolasi, makin luas tanah peresapan yang diperlukan.
Hubungan waktu perkolasi dengan luas tanah absorbsi dinyatakan dengan dalil sebagai berikut: Makin lama
waktu perkolasi makin luas tanah absorbsi yang diperlukan Hubungan ini dapat dilihat pada table sebagai
berikut :
Keterangan:
Area tanah absorbsi untuk parit resapan
adalah luas dasar parit
Keterangan :
Luas tanah absorbsi untuk parit resapan
adalah luas dasar parit
Waktu perkolasi diatas 30 tidak sesuai untuk sumur resapan
Catatan:
Sebuah lubang dengan garis tengah 5 feet dan kedalaman 6 feet dibawah inlet mempunyai luas efektif 94 ft2
Sebuah lubang dengan garis tengah 5 feet, kedalaman 16 feet maka luas 94 feet + 157 feet atau 251 ft2.
1 ft = 0,305 meter
1 ft2 = 0,093 m2
CONTOH PERHITUNGAN UKURAN PARIT & SUMUR RESAPAN
Untuk Sumur Resapan
1. Misalkan sebuah rumah tinggal dengan penghuni 5 orang. Pemakaian air 1 orang/hari = 20 liter, dimana
setelah melalui pengukuran perkolasi didapat angka perkolasi minimum (PR) sebesar 4,482 menit/inchi.
Tentukan: ukuran sumur resapan tersebut!
Penyelesaian:
Dari table-1: angka PR = 4,482 menit/inchi didapat
area absorbsi (luas bidang peresapan) yang
diperlukan = 3,8148 ft2 (hasil interpolasi). Jadi
pemakaian untuk 5 orang (dengan pemakaian
20 liter/hari/orang), maka luas bidang peresapan
yang diperlukan = 5 x 3,8148 ft2 = 19,074 ft2
Untuk menentukan kedalaman sumur resapan (t), jika
diameter sumur resapan (D) ditentukan 2 ft (0,61 m)
maka :
p.D.t= luas
(3,14) . (2) . (t) = 19,074
t = 3,0372 ft = 0,9263 m (note: 1 ft = 0,305 m)
Jadi kedalaman sumur resapan = 0,9263 m
2. Misalkan ditentukan : kedalaman ‘Lubang
percobaan’ (d) 16 inchi (41 cm) didapat angka perkolasi (PR) = 4,482 menit/inchi. Sumur resapan digunakan
untuk 5 orang dengan pemakaian air 1 orang/hari = 20 liter. Tentukan ukuran sumur resapan tersebut!
Penyelesaian:
Dari table-1: dengan angka PR = 4,482 menit/inchi didapat luas bidang peresapan = 3,8148 ft2 (hasil
interpolasi). Jadi luas bidang peresapan untuk 5 orang (dengan pemakaian 20 liter/hari/orang) = 5 x 3,8148 =
19,074 ft2
Lihat table-3:
Maka dapat diambil: Kedalaman (t) = 2 ft = 0,61 m ; Diameter (D) = 3 ft = 0,9263 m
Atau dapat juga diambil: Kedalaman (t) = 3 ft = 0,9263 m ; Diameter (D) = 2 ft = 0,61 m
Sumber: http://lingkunganhijau-noor.blogspot.com/
https://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-banjir/saluran-peresapan/
Sumur resapan
Pengertian sumur resapan
Sumur resapan adalah suatu teknik konservasi tanah dan air yang memiliki prinsip utama
untuk memperluas bidang penyerapan sehingga aliran permukaan berkurang dengan optimal.
- Sumur resapan menurut Dwi et al. (2008) merupakan sumur atau lubang pada permukaan
tanah yang digunakan untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah.
- Menurut Sunjoto (1989) upaya pembangunan sumur ini merupakan teknik konservasi air
yang pada hakikatnya adalah upaya manusia dalam mempertahankan, meningkatkan, dan
mengembangkan daya guna air sesuai dengan peruntukannya dan dapat dicapai dengan
memperbesar tampungan air tanah, memperkecil dimensi jaringan drainase, mempertahankan
elevasi muka air tanah, mencegah intrusi air laut untuk daerah pantai dan memperkecil tingkat
pencemaran tanah.
Konservasi air merupakan merupakan upaya memasukkan air ke dalam tanah baik secara
buatan maupun alami dengan tujuan meningkatkan besarnya laju infiltrasi pada suatu daerah
dalam rangka pengisian air tanah.
Sumur ini berbeda dengan sumur air minum. Dalam hal ini sumur resapan merupakan
lubang untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum adalah lubang yang
berfungsi untuk menaikkan air tanah ke permukaan. Oleh sebab itu dari segi konstruksi maupun
kedalamannya pun berbeda. Sumur resapan memiliki kedalaman di atas muka air tanah,
sedangkan sumur air minum digali lebih dalam lagi (di bawah muka air tanah) (Mulyana 1998).
Menurut Widodo (2013) pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih menjadi solusi
terbaik dan termurah. Air tanah ini dapat dimanfaatkan dalam kebutuhan sehari-hari baik oleh
rumah tangga, industri, hingga instansi pemerintahan.
Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 68 Tahun 2005, pembuatan sumur resapan
bertujuan untuk menampung, menyimpan, dan menambah cadangan air tanah serta dapat
mengurangi limpasan air hujan ke saluran pembuangan dan badan air lainnya, sehingga dapat
dimanfaatkan pada musim kemarau sekaligus mengurangi peluang timbulnya banjir.
Berdasarkan Dephut (1995), penerapan salah satu teknik konservasi tanah dan air ini sangat
penting artinya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan
pembuatan sumur ini adalah sebagai berikut:
Konsep dasar sumur resapan adalah memberikan kesempatan dan jalan pada air hujan
yang jatuh di atap atau lahan yang kedap air untuk meresap ke dalam tanah dengan jalan
menampung air tersebut pada suatu sistem resapan dan sumur resapan dalam kondisi yang
kosong dalam tanah dengan kapasitas tampung yang cukup besar sebelum air meresap ke dalam
tanah (Suripin 2004).
Di sisi lain menurut Arafat (2008), prinsip dasar sumur resapan adalah menyalurkan dan
menampung curah hujanke dalam sebuah sumur dengan tujuan agar air hujan memiliki waktu
tinggal di permukaan tanah lebih lama sehingga sedikit demi sedikit air dapat meresap ke dalam
tanah.
Berikut adalah ilustrasi dari prinsip kerja sumur resapan yang bersumber dari Kusnaedi (2011).
Sumur Resapan di Pekarangan Rumah
Pembuatan sumur resapan di pekarangan rumah sudah memiliki standar nasional. Standar yang
digunakan adalah SNI No. 03-2453-2002. Berdasarkan SNI tersebut berikut adalah persyaratan
umum yang harus dipenuhi dalam pembuatan sumur resapan.
Lokasi pembuatan harus pada tanah yang datar, tidak bergelombang, berlereng, curam, atau labil.
Letaknya harus jauh dari tempat penimbunan sampah (baik sampah organik maupun anorganik),
jauh dari septic tank (minimum berjarak 5 m dari tepi), dan berjarak minimum 1 m dari pondasi
bangunan.
Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air) lebih
besar atau sama dengan 2 cm/jam (artinya genangan air setinggi 2 cm akan surut dalam kurun
waktu satu jam) dengan tiga klasifikasi sebagai berikut:
Permeabilitas sedang (2 – 3.6 cm/jam)
Permeabilitas tanah agak cepat/pasir halus (3.6 – 36 cm/jam)
Permeabilitas tanah cepat/pasir kasar (lebih besar dari 36 cm/jam)
Menurut Kusnaedi (1996), dalam merencanakan pembuatan sumur resapan perlu diperhitungkan
faktor-faktor: iklim, kondisi air tanah, tata guna lahan, dan kondisi sosial masyarakat. Iklim
merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan sumur resapan, faktor yang
perlu mendapat perhatian adalah besarnya curah hujan. Semakin besar curah hujan di suatu
wilayah berarti semakin besar sumur resapan yang diperlukan.
Pada kondisi permukaan air tanah yang dalam, sumur resapan perlu dibuat lebih besar karena
tanah benar-benar memerlukan persediaan air. Sebaliknya pada lahan yang muka airnya dangkal,
sumur resapan ini kurang efektif dan tidak akan berfungsi dengan baik, terlebih pada daerah
rawa dan pasang surut (Mulyana 1998).
Menurut Mulyana (1998), kondisi tanah sangat berpengaruh pada besar kecilnya daya resap
tanah terhadap air hujan. Dengan demikian konstruksi dari sumur resapan harus
mempertimbangkan sifat fisik tanah. Sifat fisik yang langsung berpengaruh terhadap besarnya
infiltrasi adalah tekstur dan pori-pori tanah. Tanah berpasir dan porus lebih mampu
menginfiltrasikan air hujan dengan cepat.
Berikut adalah tabel yang menjelaskan mengenai kecepatan infiltrasi dengan tekstur tanah
(Kusnaedi 1996).
Selain keempat faktor yang telah disebutkan di atas, menurut Kusnaedi (1996) faktor lain yang
perlu diperhatikan adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pada masyarakat dengan kondisi
sosial ekonomi yang baik maka akan membuat sumur resapan jenis permanen; berbeda dengan
masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi yang kurang baik, konstruksi yang akan dibuat tidak
akan dibuat permanen dan dibuat dari bahan-bahan yang murah.
Gambar di atas merupakan contoh desain bangunan sumur resapan berjenis individu yang dapat
diterapkan di pekarangan rumah. Gambar tersebut berdasarkan penelitian dari Setiawan (2017).
Sumur resapan menurut jenisnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sumur resapan individu
dan sumur resapan kolektif. Sumur resapan individu adalah sumur resapan yang dibuat secara
pribadi untuk masing-masing rumah dengan biaya pembuatan dan pemeliharannya diserahkan
kepada pemiliknya, sedangkan sumur resapan kolektif adalah sumur resapan yang dibangun
secara bersama-sama dalam satu kawasan tertentu. Sumur resapan ini dapat dibuat persepuluh
rumah, per blok, satu RT, atau satu kawasan pemukiman (Mulyana 1998).
Sumur resapan individu sesuai dengan jenis bahan yang digunakan diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis, yaitu sumur resapan tembok, sumur resapan dari hong, sumur resapan dari
fiberglass, dan sumur resapan dari bambu (Kusnaedi 1996).
Sumur individu ini harus diperhatikan tata letaknya, maka dari itu harus memperhatikan lokasi
relatif terhadap septic tank, sumur air minum, jalan, rumah, dan jalan umum. Berikut adalah
jarak minimal sumur resapan dengan bangunan lainnya (Kusnaedi 1996).
Bangunan Jarak Minimal (m)
Bangunan 3
Aliran sungai 30
Pipa air minum 3
Jalan 1.5
Pohon besar 3
Sumur resapan dapat dibuat dengan beberapa jenis, di antaranya adalah kolam
resapan, sumur resapan dalam, dan parit berorak. Sama halnya dengan tipe yang
individu sumur ini pun harus memperhatikan tata letak dalam pembuatannya.
Letak sumur yang tepat adalah pada lokasi yang terendah di suatu kawasan
sehingga air dapat dengan mudah mengalir dari semua tempat dalam suatu
kawasan (Mulyana 1998).
Sumur resapan merupakan suatu inovasi yang baru dan masih terdengar asing di masyarakat.
Menurut Niehoff (1966) suatu masyarakat akan dapat menerima suatu perubahan atau suatu hal
yang baru apabila didasari oleh rasa membutuhkan (felt need). Melalui rasa membutuhkan inilah
akan muncul motivasi untuk menerima perubahan tersebut. Rasa membutuhkan ini dapat
diciptakan, misalnya dengan berbagai program penyuluhan suatu program. Namun demikian,
persepsi tentang kebutuhan ini tidak mudah tertanam dalam masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut maka pemasaran sosial penting dilakukan bagi masyarakat yang
belum memahami pentingnya konservasi tanah dan air. Pemasaran sosial sendiri menurut Fox
dan Kotler (1985) adalah rancang bangun, implementasi dan pengendalian program-program
yang telah diperhitungkan untuk memengaruhi penerimaan gagasan-gagasan sosial dan
menyertakan pertimbangan-pertimbangan mengenai perencanaan produk, aspek harga,
komunikasi, dan riset pemasaran.
Hsnsnnssnnmmmmmmm