Anda di halaman 1dari 7

Menciptakan Suasana Belajar di Kelas yang Menyenangkan

12 Desember 2013 pukul 22.45


Salah satu hal yang harus dikedepankan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan adalah
menyertakan partisipasi siswa di dalam kelas. Selain untuk membangun komunikasi dengan siswa, pengajar
juga dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan bagi para siswa. Jika situasi ini tak terbangun, bisa jadi
siswa akan merasa canggung berbicara dengan guru dan komunikasi tidak akan berjalan baik. Akibatnya,
pengajar juga akan mengalami kesulitan untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan siswa. Beberapa tips
yang dapat menjadi panduan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan:
1. Ciptakan iklim yang nyaman buat anak didik Anda
Iklim yang nyaman akan menghilangkan kecanggungan siswa, baik sesama guru maupun antar siswa sendiri.
Hal ini juga bisa mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, sehingga komunikasi antara pendidik dan
anak didik dapat terbangun. Sebagai pengajar, Anda dapat menjelaskan kepada siswa bahwa tidak akan ada
siswa lain yang akan mengejek ketika ia bertanya. Beri motivasi kepada siswa bahwa dengan bertanya, akan
memudahkannya untuk lebih mengetahui tentang sesuatu hal daripada hanya diam mendengarkan.
2. Dengarkan dengan serius setiap komentar atau pertanyaan yang diajukan oleh siswa Anda.
Jika siswa Anda mengajukan pertanyaan, sebisa mungkin fokus dan memperhatikannya. Meski sederhana, hal
ini akan menumbuhkan kepercayaan diri siswa karena ia merasa diperhatikan. Seringkali siswa merasa kurang
percaya diri sehingga enggan untuk memberikan kontribusi di dalam kelas. Nah, tugas Anda sebagai pengajar,
membangun kepercayaan diri siswa dengan menunjukkan perhatian-perhatian saat siswa merasa sedang ingin
didengarkan.
3. Jangan ragu memberikan pujian kepada siswa
Anda juga bisa mencoba dengan memuji setiap komentar yang diajukan oleh anak didik Anda. Misalnya, "Oh,
itu ide yang sangat bagus" ,atau "Pertanyaan kamu bagus, itu tidak pernah saya pikirkan sebelumnya”.
4. Beri pertanyaan yang mudah dijawab
Jika hal di atas belum juga berhasil untuk mengajak siswa memberikan komentar atau pertanyaan, giliran Anda
untuk mengajukan pertanyaan memancing yang bisa membuat anak didik Anda tidak lagi bungkam di dalam
kelas. Pastikan pertanyaan Anda mampu dijawab oleh siswa, sehingga saat menjawab secara tidak langsung
melatih siswa untuk berbicara.
Saat siswa sudah mulai merespon, beri senyum kepada siswa yang sudah berkomentar. Hal ini akan
mengurangi rasa canggung yang biasa ia perlihatkan.
5. Biarkan siswa mengetahui pelajaran sebelum kelas dimulai
Minta agar para siswa mempelajari bahan yang nantinya akan Anda tanyakan. Sehingga, ia akan
mempersiapkannya terlebih dulu. Jika saat anda bertanya dan para siswa tidak merespon, ubah format
pertanyaan anda yang hanya membutuhkan jawaban "ya" atau "tidak".
6. Controlling
Kontrol para siswa dengan alat kontrol yang Anda miiliki. Gunanya adalah untuk mengetahui seberapa banyak
siswa yang biasanya berpartisipasi dalam kelas. Jika Anda menemukan beberapa siswa yang tingkat
partisipasinya dalam kelas sangat kurang, maka ajak ia berkomunikasi secaraa pribadi. Mungkin dengan begitu
ia akan merasa percaya diri. Selain itu, jika yang Anda temukan hanyalah permasalahan kurang percaya yang
menjadikannya diam selama kelas berlangsung, maka tugas Anda selanjutnya adalah memberi ia tugas yang
bisa membantunya untuk berkomunikasi. Misalnya, tugas berpidato dalam kelas.
Selain itu, keakraban antara guru dan siswa sangat menentukan keberhasilan belajar bagi siswa. Jika hal ini
terjalin suasana belajar akan lebih santai dan siswa akan lebih mudah menangkap pelajaran. Siswa tidak akan
merasa sungkan bertanya jika mereka tidak mengerti karena salah satu jalan membuat siswa cepat mengerti
adalah dengan cara bertanya. Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran
yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang
lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik yang lain.
Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir
peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik. Penguasaan terhadap
semua ketrampilan mengajar di atas harus utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan yang sistematis,
misalnya melalui pembelajaran mikro.
Seluruh sekolah yang bertaraf nasional dan internasional, jumlah siswa dibatasi dalam setiap kelas maksimal
32 siswa. Hal ini ditetapkan agar guru bisa lebih mudah memberikan pelajaran dengan baik dan siswa juga
akan mudah menangkap yang nantinya akan mendapatkan hasil yang baik pula. Selain itu juga bagian sarana
dan prasarana disekolah akan lebih mudah menyediakan alat praktikum sesuai dengan jumlah siswa seperti
komputer, alat praktik IPA, peralatan olahraga, labor bahasa dan lain-lain. Dan juga guru menyampaikan
materi pembelajaran dikelas dengan menggunakan alat multimedia. Bagi guru yang kreatif mereka membuat
animasi karikatur dalam pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh. Bagian kurikulum juga harus
memikirkan bagaimana agar siswa juga dapat menerima pembelajaran dengan baik dengan cara menyusun
jadwal pelajaran dengan rapi. Dalam satu hari siswa jangan diberikan pelajaran yang berumus, harus diselingi
dengan mata pelajaran yang lainnya.
B. Menciptakan Lingkungan Kelas yang Menarik
Suasana belajar adalah faktor penentu keberhasilan mencapai sasaran belajar. Prinsip belajar orang dewasa dan
anak-anak pada hakekatnya sama yaitu melalui penjelajahan (eksplorasi) dan suasana hati gembira (fun).
Seorang guru idealnya kreatif mendesain lingkungan belajar agar tercipta suasana yang menyenangkan atau
dalam istilah Gordon Dryden disebut orkestrasi lingkungan belajar. Lalu apa yang perlu disiapkan?
Pertama, desainlah ruang kelas yang dengan hal-hal yang membuat suasana hati ceria. Misalnya menambah
gambar-gambar di dinding kelas sesuai tema pelajaran, bunga, ruangan yang bersih, aneka hiasan warna-warni
dan tata letak meja dan kursi dan pencahayaan ruangan yang memadahi. Mengapa ini penting? Sebab
penyerapan informasi dari proses belajar banyak berlangsung dalam pikiran bawah sadar. Siswa menyerap
materi pelajaran tanpa memikirkannya secara sadar. Oleh karenanya pikiran bawah sadar harus dirangsang
sedemikian rupa agar responsif.
Kedua, Bila perlu ciptakan suasana kelas yang mirip pesta, ada balon, lampion, dan hiasan-hiasan dinding.
Ketiga, siapkan musik pengiring ketika presentasi atau ketika siswa mengerjakan tugas-tugas yang
sebelumnya telah direncanakan. Akan lebih baik jika memakai musik klasik yang direkomendasikan oleh Dr
Lazanov. (Mozart, vivaldi, Bethoven).
Keempat, seluruh atmosfer kelas harus benar-benar bersahabat, tidak ada tekanan, apalagi ancaman.
Stocwell (seorang pelatih pendidikan terkemuka di Eropa) menjelaskan bahwa poster berwarna di dinding
yang didesain dengan baik sangatlah penting karena merangsang periferal otak. Kehadirannya yang konstan di
ruang kelas menyampaikan isinya di memori otak walaupun tidak disadari oleh anak. Stocwell juga
menjelaskan tentang psikologi warna. Merah adalah warna peringatan, biru melambangkan kesejukan, kuning
warna kecerdasan, hijau dan coklat mempunyai efek menentramkan, hangat dan ramah. Poster yang baik dapat
membuat kesan di memori jangka panjang, menciptakan gambaran memori yang dapat dipanggil kembali jika
dibutuhkan, walaupun tidak pernah dipelajari secara sadar.

C. Langkah Inovatif untuk Menyemangatkan Belajar Siswa


Sering kita temukan di lapangan bahwa kondisi persekolahan kita, khususnya Sekolah Dasar, dikelola apa
adanya dan ala kadarnya. Terutama hal yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan
sekolah dan keadaan ruangan kelas. Seperti terlihat pada kondisi ruang kelas yang ditata monoton dan
konvensional, dengan tampilan apa adanya seperti tampak pada pengecatan dinding sekolah atau pun ruangan
kelas yang kebanyakan dicat dengan warna putih polos, kuning polos, dan warna–warna lain yang serba polos.
Ini sudah lumayan bagus, artinya kondisi kelas yang demikian sudah terlihat bersih.
Gambar–gambar yang dapat menciptakan nuansa keindahan dan nuansa lain dari suatu kegiatan dan kebiasaan
yang bersifat konvensional jarang kita temukan. Memang kita sadari bahwa eksistensi persekolahan di negara
kita tercinta ini cukup bervariasi, mulai dari yang tidak layak pakai mungkin karena dinding mau roboh,
genteng yang mau berjatuhan, plafon banyak yang jebol, dan siap untuk berjatuhan dan berbagai kondisi lain
yang sangat memprihatinkan. Kita berharap kondisi yang sedemikian parah semacam ini segera dibenahi dan
ditangani. Karena bagaimana bisa kita menciptakan suatu lingkungan yang indah kalau kondisinya saja sangat
memprihatinkan.
Namun tidak berarti bahwa komunitas yang ada pada sekolah yang ada pada kondisi yang demikian
menjadikan guru dan warga sekolahnya menjadi kehilangan kreatifitas untuk menciptakan hal–hal yang
inovatif demi terciptanya lingkungan belajar yang indah, asri dan elok dipandang mata sehingga pada akhirnya
tercipta suasana yang menyenangkan. Bab ini mengacu pada adanya suatu inovasi, yaitu bagaimana
mengoptimalkan kondisi kelas (classical conditioning) dan penciptaan lingkungan sekolah agar dapat dipakai
dan dimanfaatkan, dan dioptimalkan sehingga merupakan bagian yang tidak terpisahkan atau merupakan
bagian yang integral dengan kegiatan pembelajaran. Artinya ruangan kelas jangan hanya menjadi dinding
pembatas yang membatasi siswa di ruang kelas pada satu sisi, dengan lingkungan di luar kelas pada sisi lain.
Demikian pula dengan lingkungan sekitar sekolah, terutama dinding–dinding sekolah jangan hanya menjadi
benda mati yang menjadi dinding pemisah antara lokal yang satu dengan lokal yang lain, atau menjadi
pembatas antara lingkungan sekolah sendiri dengan lingkungan luar sekolah.
Langkah inovatif yang dapat dilakukan adalah bagaimana eksistensi dinding–dinding kelas yang pada dasarnya
benda mati tersebut menjadi bermakna dan berbicara terhadap siswa pada khususnya dan bagi seluruh warga
sekolah pada umumnya. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menciptakan dinding–dinding sekolah
dan ruang–ruang kelas yang mati ini menjadi lebih hidup, menjadi bermakna, dan pada akhirnya dapat
menggairahkan nafsu belajar siswa?
Jawaban dari pertanyaan di atas tidak lain adalah diperlukan suatu langkah kreatifitas dari seorang guru, dan
hal ini tentunya merupakan suatu langkah inovatif yang pada kenyataannya akan berbeda dengan kondisi
realita dan mayoritas yang ada di lapangan saat ini. Pada kebanyakan orang dan pada kebanyakan guru bisa
saja hal ini dianggap kegiatan yang mengada–ada. Namun justru di sinilah letak nilai inovatif itu sendiri
muncul, sebab kegiatan yang bersiafat inovatif akan dirasakan hal yang asing oleh orang lain, sebab hal
semacam itu sebelumnya jarang atau bahkan mungkin belum ada.
Pertanyaan yang mungkin timbul yaitu bagaimana, dan kreatifitas semacam apa yang dapat membedakan
kondisi ruang kelas dan kondisi lingkungan sekolah konvensional dengan kondisi ruang kelas dan lingungan
sekolah yang disentuh dengan nuansa kreatifitas sehingga memiliki nuansa estetis dan bermakna bagi siswa?
Kegiatan ini merupakan suatu keniscayaan untuk dilakukan oleh guru di lapangan, yaitu dengan memberikan
sentuhan–sentuhan seni pada dinding–dinding ruang kelas, gedung, dan pagar sekolah. Sentuhan seni itu
berupa penuangan warna-warna ceria, serasi dan kolaborasi beberapa warna pada dinding kelas atau pun
dinding sekolah. Tidak hanya sampai di sini di samping pemaduan beberapa warna ceria yang relevan dengan
dunia anak, kita juga harus mengisi ruang–ruang yang kosong dari dinding tersebut, dengan lukisan yang
sengaja dibuat oleh guru, bersifat monumental dan bernilai estetis. Di samping itu dapat dipadukan gambar-
gambar yang bervariasi dan relevan dengan pembelajaran. Relevan dengan pembelajaran maksudnya gambar
yang dituangkan merupakan upaya untuk mendekatkan anak dengan materi pelajaran yang dipelajari pada
kelas tertentu, misalnya pada pelajaran IPA, ada meteri-materi tertentu yang bisa berupa sajian gambar yang
menarik siswa bila dituankan pada dinding sekolah, seperti : gambar gerhana, solar sistem, simbiosis,
pertumbuhan tumbuhan, cara–cara perkembangbiakan, dan lain–lain.
Demikian juga seperti materi pelajaran IPS seperti gambar tipe –tipe hewan: Asiatis , Peralihan, Australis, dan
gambar bendera dan lambang ASEAN, merupakan gambar yang sangat menarik bagi siswa. Apabila materi
semacam ini disajikan berupa lukisan atau gambar yang menarik pada dinding sekolah, materi tersebut pada
akhirnya bukan merupakan hal yang asing bagi siswa. Sebab setiap hari dan setiap saat siswa dapat mengamati
dan melihatnya. Hal itu dimaksudkan supaya dinding sekolah dan ruang kelas menjadi suatu yang integral
dengan kegiatan pembelajaran bernuansa estetis dan menyenangkan. Lukisan yang tertuang harus menciptakan
nuansa dan nilai keindahan artinya bila kita memandang lukisan itu dapat tercipta suasana batin yang damai,
menyejukkan kalbu. Kondisi semacam ini akan memiliki dampak psikologis yang sangat dalam bagi penikmat
lukisan tersebut khususnya siswa, yaitu dapat memberikan nuansa rekreatif yang dapat menciptakan suasana
relaksasi bagi otot–otot syaraf yang tegang stress dan semacamnya. Hanya saja hal yang harus diperhatikan
yaitu tata letak dan penempatan dari lukisan itu sendiri. Lukisan hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga
eksistensinya tidak memecahkan konsentrasi siswa pada saat menerima pembelajaran.
Hal semacam ini memang berbeda dan dapat menghapus cara–cara lama dalam memanfaatkan ruangan kelas
pada khususnya dan lingkungan sekitar agar lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa untuk tetap berada
di dalamnya. Sehingga dengan kondisi kelas yang semacam ini siswa dan guru atau siapa saja yang masuk ke
kelas ini beranggapan dan merasa bahwa kelasku adalah istanaku, atau dia beranggapan bahwa sekolahku
adalah sorgaku. Penciptaan ruang kelas dan lingkungan sekolah yang sedemikian rupa memang memerlukan
kerja ekstra, sebab tidak semua guru dapat melukis. Apabila hal itu terjadi tentu perlu mengundang orang yang
pandai melukis. Upaya–upaya seperti yang telah dipaparkan oleh penulis tidak lain adalah suatu kiat agar
siswa tidak bosan di sekolah, siswa lebih bergairah dalam pembelajaran yang pada akhirnya tentunya
tercapainya prestasi siswa yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

D. Syarat-syarat Menciptakan Suasana Belajar yang Baik


Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi bila mana kita ingin menciptakan suasana belajar yang baik. Yang
dimaksud dengan suasana belajar yang baik adalah suasana dimana proses belajar dapat berjalan sebaik
mungkin. Syarat - syarat itu adalah seperti berikut :

 Murid harus mengalami kemajuan


 Murid harus menghargai pelajaran yang disajikan
 pengajar harus memperoleh kepuasan karenanya

Bila ketiga hal tersebut diatas sudah dapat terpenuhi maka satu syarat terpenting untuk proses belajar dapat
dipenuhi juga. Dengan suasana yang baik pengajar akan merasa senang dan akan berusaha menyajikan
pelajaran sebaik - baiknya. Di lain pihak murid pun akan merasa puas dan mempunyai motivasi untuk
menghayati serta memikirkan secara kritis hal yang diuraikan oleh pengajar.tetapi kalo suasana belajar tidak
baik, maka proses belajar mengajar pun tidak akan memperoleh hasil yang terbaik. Jangan pernah percaya
bahwa mengajar itu adalah seni yang tidak dapat dipelajari. Siapa saja yang berminat akan dapat untuk
mempelajarinya. Keterampilan - keterampilan tersebut dapat disamakan dengan keterampilan mengetik,
menulis atau mengendarai mobil. Tujuan terpenting dari kegiatan mengajar adalah penyampaian ilmu.

E. Belajar Menyenangkan di Luar Kelas


Salah satu kendala dalam pembelajaran adalah rasa bosan. Entah itu terjadi pada siswa atau guru. Ketika rasa
bosan sudah mempengaruhi proses belajar mengajar, ada beberapa hal yang dilakukan siswa. Misalnya :

 Ngobrol dengan teman sebangku via memo. Seolah-olah siswa tersebut mencatat hal penting yang
disampaikan guru. Pada kenyataannya mereka sedang asik berbincang tentang hal yang lebih menarik (musik,
film, gossip, bahkan tak jarang membicarakan guru yang sedang mengajar).
 Menggambar. Hal kedua yang sering dilakukan siswa ketika bosan dengan suasana belajar yang itu-itu saja.
 SMSan, FB-an, dll.

Tentunya sangat tidak menyenangkan jika seorang guru mengetahui anak didiknya berperilaku seperti itu.
Dalam hati sudah merasa bahwa upaya menyampaikan pelajaran sudah maksimal. Namun kenyataannya masih
ada pula siswa yang merasa bosan. Dalam hal ini jangan menyalahkan siswa saja. Guru pun harus intropeksi
diri, sudah tepatkah cara saya dalam menyampaikan pelajaran. Toleransi akan kondisi siswa sangat dibutuhkan
ketika rasa bosan sudah melanda.
Salah satu cara mengatasi hal ini adalah belajar di luar kelas. Semua cara harus tepat guna. Usahakan ketika
pembelajaran dilakukan di luar kelas, materi yang akan disampaikan bukanlah materi yang membutuhkan
konsentrasi penuh. Contohnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Materi pembuatan dan pembacaan puisi
sangat bagus diajarkan di luar kelas. Menciptakan suasana belajar di luar kelas tidak lah sulit.

 Pilih materi yang ringan, yang bisa diselingi dengan permainan dan candaan.
 Pilih waktu dan suasana yang mendukung. Misalnya pada jam terakhir dan langit sedang tidak mendung.
 Bagi siswa dalam kelompok=kelompok kecil supaya lebih terkondisikan.
 Mulai proses pembelajaran dengan berbagi ide dengan siswa.

Perlu diketahui tidak semua materi pelajaran dapat dibawa ke luar kelas. Jadi sesuaikan dengan situasi dan
kondisi. Baik itu kondisi cuaca, materi, siswa, dan guru.

F. Peran Guru dan Orang Tua dalam Menciptakan suasana Belajar yang Menyenangkan
Rasa senang dalam belajar adalah masalah suasana hati. Ini diperoleh melalui perlakukan guru dan orang tua
melalui dorongan dan motivasi mereka. Sebenarnya yang diperlukan oleh siswa dalam belajar adalah rasa
percaya diri. Maka tugas orang tua dan guru tentu saja menumbuhkan rasa percaya diri mereka.. Dari
pengalaman hidup, kita sering menemukan begitu banyak anak yang ragu-ragu atas apa yang mereka pelajari,
sehingga mereka perlu didorong dan diberi semangat lewat kata – kata dan perlakuan.
Jika anak merasa kurang percaya diri, maka anak perlu dibantu. Coba menemukan hal hal positif pada dirinya
dan pujilah dia agar rasa percaya dirinya bisa datang. Komentar -komentar positif dapat membangkitkan
percaya diri mereka. Orang belajar memang tergantung pada faktor fisik (suasana lingkungan), faktor
emosional (suasana hati) dan faktor sosiologi atau lingkungan teman, guru, orang tua dan budaya sekitar. Rasa
senang dalam belajar dapat tercipta jika terjalin keakraban antara guru dan siswa. Keakraban antara guru dan
siswa sangat menentukan keberhasilan belajar bagi siswa. Jika hal ini terjalin suasana belajar akan lebih santai,
lebih bisa mengungkapkan idenya sehingga lebih kreatif, anak akan lebih termotivasi ikut belajar sehingga
siswa akan lebih mudah menangkap pelajaran. Anak tidak akan merasa sungkan bertanya jika mereka tidak
mengerti karena salah satu jalan membuat siswa cepat mengerti adalah dengan cara bertanya.
Menciptakan suasana akrab dengan siswa bukanlah hal yang sulit. Guru perlu menciptakan suasana bahwa
pada saat belajar, guru dan siswa sedang belajar. Bahwa pada saat itu mereka juga didengar ide, pendapat dan
kreatifitasnya, guru akan menjadi pengarah dan fasilitator mereka dalam belajar. Dan guru perlu bersikap adil
terhadap siapapun, artinya siswa perlu diperhatikan sesuai porsinya. Misalnya anak yang pintar perlu diarahkan
untuk lebih memperhatikan temannya yang kurang pintar. Anak yang nakal perlu diaktifkan untuk lebih
berperan dalam proses belajar misalnya dengan menunjuk anak tersebut untuk membantu menertibkan teman –
temannya. Guru menegur dan marah juga harus pada tempatnya dan ada alasannya. Dan salah satu cara untuk
menciptakan suasana akrab dengan anak adalah berusaha untuk mengenal mereka satu persatu.
Senyum guru juga merupakan salah satu penyemangat belajar bagi siswa. Cukup banyak ruang kelas proses
belajar mengajarnya kurang dihiasi oleh senyum tulus guru. Kecuali senyum jengkel yang akan membuat kelas
dan sekolah kehilangan rasa senang. Apa lagi kalau sekolah/ kelas juga selalu diguyur oleh tindakan menekan,
tindakan mengancam dan tindakan meremehkan pribadi siswa, dimana pada akhirnya siswa menjadi malas,
masa bodoh dan tidak punya kreativitas sama sekali. Guru yang cuma mengejar target kurikulum, sekedar
tugas mengajar, dan mengabaikan perasaan anak didik akan membuat guru tersebut (juga mata pelajarannya)
menjadi sangat tidak menarik, kreatifitas anak didik akan tidak berkembang.
Lingkungan belajar melibatkan orang-orang, perilaku, gagasan, dan suasana hati. Untuk memaksimalkan
dorongan alamiah dalam diri anak, lingkungan belajarnya harus memenuhi beberapa persyaratan. Anak
membutuhkan lingkungan yang menanggapi perilakunya. Lebih cepat dan lebih konsisten tanggapan yang
diberikan kepadanya, maka lebih cepat ia akan belajar. Persyaratan utama yang lain adalah kebebasan. Anak
merasa tidak aman bila tidak ada batasannya. Dengan memberikan batasan tertentu, anak cukup leluasa untuk
menyelidiki. Untuk menumbuhkan semangat kemandirian pada anak anda dan kemampuan untuk mengambil
inisiatif, berikan dia kesempatan untuk memilih apa yang anda berdua ingin lakukan atau pelajari.
Anak anda juga memerlukan lingkungan yang dapat membantu mengembangkan imajinasinya. Bantulah anak
dengan membacakan buku-buku yang penuh imajinasi dan bercerita menurut versi anda sendiri. Dengan
demikian, anak akan tahu bahwa tidak semua cerita bersumber dari buku dan ia pun dapat mengarang ceritanya
sendiri. Ingat, memberikan contoh adalah guru terbaik. Semakin anda tunjukkan kepada anak bahwa anda suka
membaca dan menulis, dan bahwa anda sangat senang dan berminat dalam belajar, semakin besar keinginan
anak untuk mencontoh anda. Anak tertarik untuk meniru anda bila bersama-sama melakukan yang anda
kerjakan. Libatkan anak dalam membahas berita di halaman depan surat kabar, atau sempatkan untuk
menjelaskan isi buku yang sedang anda baca.
Akhirnya, ingatlah bahwa anda tidak dapat memaksa anak untuk ikut dalam pengalaman belajar, dan jangan
pernah mencobanya. Bila anda memandang proses belajar belajar dengan cara yang sama dengan anak anda,
yaitu sebagai suatu permainan yang berkelanjutan, hidup dan menarik, maka anda berdua pasti akan
menikmatinya.
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dalam Proses Belajar-Mengajar
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Faktor ini diantaranya adalah
ketenangan, kesabaran, kasih sayamg, dan kebetahan siswa dalam kelas. Selama ini sering kita jumpai di kelas
ketika proses belajar mengajar berlangsung, saat guru menerangkan beberapa murid asyik bercerita dengan
temanya, berjalan-jalan, atau bermain sendiri.
Tentu saja hal seperti diatas bisa membuat guru merasa tersinggung dan tidak dihormati. Tetapi mungkin juga
guru merasa cuek,terserah yang penting sudah melaksanakan kewajibannya. Pengalaman seperti itu merupakan
hal menarik untuk disimak. Sebagai guru kreatif, inovatif dan profesionaltentu kita tidak ingin mengalami hal-
hal seperti itu. Sebaiknya kita belajar dan terus belajar supaya peristiwa tersebut tidak menimpa kita sebagai
guru.
Ø Pembelajaran yang menonton
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya permasalahan dikelas adalah guru yang selalu menonton dalam
mengajar. Mereka hanya menyampaikan pengetahuan secara sepihak tanpa berusaha melibatkan mental
psikologi anak.
Dalam Kegiatan Belajar mengajar (KBM). Guru hanya memposisikan anak secara pasif. Siswa hanya
dipersiapkan menerima ilmu pengetahuan dari guru yang menggunakan metode ceramah dengan program 30
CH (duduk,dengar,diam,catat, dan hafal). Seperti kita ketahui siswa adalah makhluk unik, sehingga pendidik
harus memiliki pemahaman terhadap kebutuhan peserta didiknya. Sebagai guru profesional sudah selayaknya
berusaha meningkatkan penguasaan materi pembelajaran dengan beberapa pendekatan yang bisa memberikan
hasil belajar yang optimal.
Siswa usia SD berada pada fase paling kreatif dalam hidup manusia karena mereka dalam usi bermain.
Kenyataanya sejak pagi hingga siang, mereka harus belajar di kelas dengan kondisi tersiksa, mereka tidak
boleh bicara, tapi harus duduk rapi, tangan di meja melihat bapak ibu guru menyampaikan materi. Oleh karena
itu, seorang guru yang profesional harus bisa mencari dan menggunakan metode yang sesuai, sehingga suasana
belajar di kelas tanpa tekanan.paksaan.

Anda mungkin juga menyukai