Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN TERAPI BERMAIN

“PUZZLE”
Dosen Pembimbing : Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep

Disusun Oleh :
1. Wahyu Hermawan W (S16063)
2. Monita Sukma Ningtyas (S16041)
3. Taufiqoh Rizqi A (S16059)
4. Selvita Berlian D (S16180)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2019
Materi Terapi Bermain

1. DEFINISI BERMAIN
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun
tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui
bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut Groos
bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang
penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain
berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2008),
bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain akan
semakin mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan
kognitifnya, melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi
percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin, 2008)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah: “Kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada
orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan
lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan
meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.
Bermain puzzle berasal dari bahasa Inggris = teka-teki atau bongkar pasang puzzle
adalah media yang dimainkan dengan cara bongkar pasang. Fungsi Puzzle umumnya sisi
edukasi permainan puzzle ini berfungsi untuk: Melatih konsentrasi, ketelitian dan
kesabaran, Melatih koordinasi mata dan tangan, Melatih logika. Memperkuat daya ingat,
Mengenalkan anak pada konsep hubungan Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih
berfikir matematis (menggunakan otak kiri)

2. FUNGSI BERMAIN
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat
mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan
rangsangan taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan
motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah
dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan
visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru
dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang
melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih cepat
berkembang di bandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat
pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan
bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu
membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran
dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain
pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia
bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada
teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan
sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian
bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang
anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia
prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan
anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek
yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model
permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh
dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu
yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan
perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya
stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak
terhadap dunianya.

3. MANFAAT BERMAIN
Manfaat yang didapat dari bermain, antara lain:
1. Membuang ekstra energi
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan organ-
organ.
3. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
6. Meningkatnya daya kreativitas.
7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan.
9. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
10. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.

4. MACAM - MACAM BERMAIN


1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari
apa yang diperbuat oleh mereka sendiri.Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa
alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada
bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-
rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan
dengan teman-temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat
dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh ;
Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi
dsb.

5. ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)


Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta
berguna untuk :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh
alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dandidorong, tali,
dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape,
TV, dll.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk.
Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka,
pensil warna, radio, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu
dan anak, keluarga dan masyarakat.Contoh alat permainan : alat permainan yang
dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dan lain-lain.
6. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermai
5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

7. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIFITAS BERMAIN


1. Tahap perkembangan
2. Jenis kelamin anak
3. Status kesehatan anak
4. Lingkungan yang tidak mendukung
5. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai dengan anak

8. PETUNJUK PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN (PRA-SEKOLAH)


1. Dari aspek fisik
Di rentang usia 3-5 tahun dengan titik puncak di usia 5 tahun, kemampuan
motorik anak, baik kasar maupun halus, sudah mencapai tingkat kematangan.
Untuk motorik kasar, anak sudah bisa berjalan, berlari, melompat, berdiri dengan
satu kaki, bahkan memanjat. Sedangkan untuk motorik halus, anak sudah bisa
menjimpit benda-benda kecil, semisal koin. Mulai usia 5 tahun ke atas seharusnya
anak sudah mampu memegang pensil dengan benar seperti yang dilakukan orang
dewasa pada umumnya. Namun ingat, kemampuan memegang pensil dengan benar
ini bukan berarti anak juga wajib bisa menulis
2. Dari aspek sosial
Di usia ini anak seharusnya sudah terampil berinteraksi dengan teman
sebayanya. Peran peer group mulai terlihat penting. Jadi, jika anak di rentang usia
ini masih soliter alias asyik dengan dunianya sendiri, khususnya bagi anak usia 4
tahun ke atas, berarti dia mengalami keterhambatan dalam perkembangan social
3. Dari aspek kognisi
Wajarnya anak di rentang usia ini sudah masuk fase praope-rasional. Dalam
bahasa awamnya, anak sudah dapat membayangkan objek tertentu atau seseorang
hanya dari deskripsi, nama atau suaranya.
4. Dari aspek bahasa
Menguasai lebih dari 1.000 kosakata. Penguasaan tata bahasanya
pun meningkat pesat. Contohnya, sudah bisa mengatakan, "Aku
3-4 tahun mau makan pisang manis."
Anak mulai kenal sopan santun saat bicara. Misalnya, ketika
menjawab pertanyaan guru atau orang dewasa, ia sudah bisa
4-5 tahun memilih kata yang lebih santun.

5. Dari aspek kepribadian


Di rentang usia ini anak diharapkan memiliki inisiatif untuk bereksplorasi
sebanyak dan sejauh mungkin. Sayangnya, anak kerap dihadang oleh aturan-aturan
tertentu yang membatasi eksplorasinya.

9. KARAKTERISTIK BERMAIN USIA 3-5 TAHUN (PRASEKOLAH)


1. Cross motor and fine motors
2. Dapat melompat,bermain dan bersepeda.
3. Sangat energik dan imaginati
4. Mulai terbentuk perkembangan
5. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok
6. Assosiative play
7. Dramatic play
8. Skill play
9. Laki-laki aktif bermain di luar
10. Perempuan didalam rumah
A. LATAR BELAKANG
Hospitalisasi pada anak merupakan salah satu masalah yang dapat menyebabkan
trauma atau kecemasan yang efeknya dapat mengganggu tugas perkembangan anak. Anak
yang mengalami hospitalisasi akan mengalami reaksi sedih, takut, dan bersalah karena
menghadapi sesuatu yang belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan nyaman,
perasaan kehilangan yangdialami dan sesuatuyang dirasakan menyakitkan (Naviati, 2011).
Anak pada usia sekolah yang seharusnya mengalami masa bermain dan
mengeksplorasi lingkungan, diharuskan tidur dan patuh dengan aturan-aturan yang
membuat dirinya tidak nyaman. Hospitalisasi yang dialami anak berdampak pada
terjadinya perbedaan antara tahapan perkembangan anak dengan situasi dan kondisianak
selama menjalani hospitalisasi, perbedaan inilah yang berdampak pada timbulnya
kecemasan pada anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi (Wong, 2008).
Perawat dapat mengimplementasikan perawatan atraumatik dengan cara bermain
terapeutik. Bermain merupakan salah satu aspek penting pada kehidupan anak yang efektif
untuk meredakan stres.Bermain memiliki beberapa fungsi, diantaranya membantu
perkembangan sensorik, motorik, perkembangan kognitif dan memiliki nilai terapeutik
(Hockenberry, 2010).Kecemasan anak saat hospitalisasi dapat dikurangi dengan kegiatan
bermain.Bermain tidak hanya dibutuhkan oleh anak yang sehat, anak yang sedang sakit
pun memerlukannya (Adriana, 2011).
Bangsal Anggrek merupakan bangsal khusus perawatan anak, dimana kebanyakan
pasien adalah usia 3-5 tahun. Melihat pentingnya terapi bermain bagi seorang anak
terutama anak yang mengalami hospitalisasi, maka kelompok akan mengadakan terapi
bermain dengan sasaran usia 3-5 tahun yang berada diruang rawat inap anak RST Slamet
Riyadi Surakarta. Kelompok berharap dengan diadakannya terapi bermain ini, anak yang
dirawat tetap dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai tahap tumbuh
kembangnya.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain dengan media puzzle selama 30 menit, anak
diharapkan bisa mengekspresikan perasaaannya dan menurunkan
kecemasannya, merasa tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi
terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman selama dirawat dirumah
sakit, serta dapat melanjutkan tumbuh kembang anak yang normal atau sehat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu :
a) Bisa merasa tenang selama dirawat.
b) Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
c) Gerakan motorik halus pada anak lebih terarah
d) Kognitifnya berkembang dengan mengetahui cara bermain puzzle yang benar dan
menggambar sesuaiimajinasi serta mampu mengenal warna.
e) Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang dirawat
diruang yang sama
f) Ketakutan dan kejenuhan selama dirawat di rumah sakit menjadi berkurang

C. JENIS PERMAINAN
Jenis permainannya adalah Puzzle. Permainan ini dilakukan pada usia anak usia 3-
5tahun. Lama waktunya kurang lebih 30 menit.

D. MEDIA
1. Puzzle

E. METODE
1. Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain yang meliputi
waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang terkait dengan program terapi
bermain.
2. Diawal permainan, anak diperkenalkan dengan puzzle, lalu diberikan penjelasan
mengenai cara bermain puzzle.
3. Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk mengamati terlebih dahulu
gambar yang ada di dalam puzzle, memencar kepingan puzzle, menyusun kembali
kepingan puzzle sesuai gambar semula dengan benar.
4. Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama bermain puzzle
berlangsung.
5. Ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam kegiatan
membentuk mainan.
6. Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak dipersilahkan
untuk berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak selama terapi bermain
berlangsung.
7. Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap perilaku anak
dan proses jalannya terapi bermain.
8. Setelah anak selesai menyusun puzzle, anak diharapkan untuk bercerita tentang
gambar yang ada di dalam puzzle sesuai dengan imajinasi anak.
9. Pada akhir kegiatan diberikan pengumuman hasil bangun terbaik dan memberikan
bangun tersebut sebagai reward.
10. Kemudian fasilitator mengembalikan hasil karya mereka dan memberikan pujian
kepada semua peserta sebagai reward.

F. PESERTA
1. Kriteria Inklusi
a. Peserta berumur 3-5 tahun
b. Peserta tidak mpengalami peningkatan suhu tubuh
c. Peserta tidak ketergantungan alat khusus
d. Peserta tidak bedrest
e. Peserta tidak infeksi
2. Kriteria eksklusi
a. Anak yang tidak bersedia ikut bermain
b. Anak yang sedang koma/tidak sadar
c. Anak dengan penyakit berat dan tidak diizinkan untuk bangun dari tempat tidur.
G. SETTING TEMPAT

Keterangan:

Leader Observer

Co Leader Pasien

Fasilitator Orang tua


H. WAKTU PELAKSANAAN
1. Hari tanggal : Jum’at, 31 Mei 2019
2. Waktu : 15.00 WIB
3. Tempat : Bangsal Anggrek RUMKT TK. III SLAMET RIYADI
SURAKARTA

I. PENGORGANISASIAN
1. Leader : Wahyu Hermawan W
2. Co Leader : Taufiqoh Rizqi A
3. Fasilitator : Monita Sukma N
4. Observer : Selvita Berlian D
 Leader
 Menjelaskan tujuan bermain
 Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
 Menjelaskan aturan bermain pada anak
 Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan
 Co.Leader
Membantu leader dalam mengorganisasi anggota.
 Fasilitator
 Menyiapkan alat-alat permainan
 Memberi motivasi kepada anak untuk mendengarkan apa yang
sedang dijelaskan.
 Mempertahankan kehadiran anak
 Mencegah gangguan/hambatan terhadap anak baik luar maupun
dalam.
 Observer
 Mencatat dan mengamati respon klien secara verbal dan non verbal.
 Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku,
 Mencatat dan mengamati peserta aktif dari program bermain
J. RENCANA PELAKSANAAN

No Kegiatan Waktu Subyek terapi

1 Persiapan Pra interaksi) 5 menit -

a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat-alat

Menyiapkan anak dan keluarga


2 Proses Pembukaan (Orientasi) 10 menit Terapi bermain

a. Mengucapkan salam Puzzle


b. Memperkenalkan diri
c. Anak yang akan bermain
saling berkenalan
d. Menjelaskan kepada anak
dan keluarga maksud dan
tujuan terapi bermain
Kegiatan (Kerja)

a. Menjelaskan kepada anak


dan keluarga tujuan,
manfaat bermain selama
perawatan, dan cara
permainan yang akan
dilakukan
b. Mengajak anak untuk
mengikuti kegiatan bermain
3 Penutup (Terminasi) 5 menit -

a. Memberikan reward pada


anak atas kemamuan
mengikuti kegiatan bermain
sampai selesai, serta
memberikan reward pada
anak turut aktif dalam
mempraktikan terapi
beramain puzzle ,
Mengucapkan terimakasih
b. Mengucapkan salam

K. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat di lantai
c. Adik-adik sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana
mestinya

2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi adik-adik dalam kegiatan.
e. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok
f. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir

L. DAFTAR HADIR

No Nama Ttd

10
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah.

Dra. Mayawati Lilis,2012. Permainan dan bermain 1 ( untuk anak) . Jakarta :


PRENADA

Ardiana Dian .2011. Tumbuh kembang dan terapi bermain pada anak. Jakarta :
Salemba Medika

Wong, Donna L. 2008. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Marjuni dan AK sordiq.2009 “pola pembinaan anak usia Pra sekolah melalui
prinsip-prinsip bermain sambil belajar”.

Anda mungkin juga menyukai