Kespem Usu PDF
Kespem Usu PDF
SIMALINGKAR A MEDAN
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari kata rumah. Dalam
perkembangan perumahan dan pemukiman selalu berkaitan dengan sosial ekonomi yang
anggota keluarga. Rumah adalah hasil karya dan akal manusia. Rumah harus selalu ditata rapi
agar orang yang berada dirumah merasa nyaman untuk beristirahat. Rumah yang aman,
program untuk mendirikan perumahan. Dimana di dalam perumahan itu terdiri dari 500
bahkan ribuan rumah yang dibangun. Perumahan yang dibangun terdiri dari dua jenis, yaitu
perumahan elite maupun yang sederhana. Dengan adanya program pemerintah ini sangat
membantu masyarakat kecil untuk memiliki tempat tinggal. Mereka dapat menyicil rumah
dengan harga yang terjangkau. Selain itu tujuan pemerintah mendirikan rumah untuk
Perumnas Simalingkar A dahulunya adalah tanah milik rakyat seluas sekitar 6 ha.
Sebelum didirikan perumahan, tanah ini duhulunya adalah kebun karet yang ditanami oleh
rakyat, yang kemudian dibeli oleh pemerintah untuk didirikan perumahan bagi masyarakat
menengah ke bawah. Selain tanah milik rakyat, perumnas adalah bekas perkebunan karet
milik PTP II yang berpusat di Tanjung Morawa. Dari 147, 6 ha, keseluruhan areal Perumnas
Simalingkar maka areal yang 147 ha adalah milik PTP II sedangkan 6 ha adalah milik
perseorangan. Dengan demikian masalah pembebasan tanah tidak begitu sulit dan tidak
memakan biaya yang besar. Tanaman karet dianggap tidak menguntungkan lagi karena sudah
dibangun perumnas sesuai dengan tuntutan kebutuhan perumahan bagi masyarakat di kota
Medan. Adapun biaya untuk pembangunan Perumnas Simalingkar untuk 7.350 unit adalah
Rp. 12.037.500.000.000 dan biaya untuk pembebasan tanah milik perseorangan adalah Rp.
1.050.000.000.000. 9
Pada tahun 1986 pemerintah menugaskan kepada pihak BUMN untuk mendirikan
perumahan. Sesuai dengan peraturan pemerintah No. 29 tahun 1974 yaitu tentang perusahaan
untuk masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah seperti Pegawai Negeri Sipil
Menurut hasil wawancara penulis kepada informan, asal kata Simalingkar merupakan
singkatan dari Sekitar Masyarakat Lingkungan Karo (Simalingkar). Masyarakat yang ada di
sekitar perumnas ini mayoritas suku karo sehingga pemerintah menetapkan nama perumnas
ini dengan Perumnas Simalingkar. Selain suku Karo, suku-suku lainnya seperti Batak toba,
Daerah Tingkat II Deli Serdang. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun
1973 tanggal 20 Mei 1973 tentang perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dengan
mengambil tanah negara, tanah adat yang ada di sekitarnya termasuk Kabupaten Deli
9
Heddyana Simanjuntak,
DampakKehadiranPerumnasSimalingkarPadaKehidupanSosialEkonomiMasyarakatDesaBekalatahun (1977-
1987),Skripsi S1, Medan: Universitas Sumatera Utara Fakultas Sastra Jurusan Sejarah, hal. 72.
10
Wawancara dengan Bapak J. Simorangkir, Developer Perumnas Simalingkar A, 8 Maret 2011.
11
Wawancara dengan Bapak Supardi, Kepala Lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A, 8 Maret 2011.
11 desa yang kemudian status desa berdasarkan PP No. 5 tahun 1980 disyahkan menjadi
1. Asam Kumbang
2. Tanjung Selamat
3. Namo gajah
5. Sidomulyo
6. Lau cih
7. Kemenangan Tani
8. Simpang Selayang
9. Simalingkar B
Namun pada tahun 1991 sesuai dengan PP RI Nomor 50 tahun 1991 terjadi
pemekaran kecamatan yang ada di kota Medan dari 11 Kecamatan kemudian menjadi 19
mekarkan menjadi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Medan Tuntungan dan Kecamatan Medan
Selayang.
8. Kelurahan Simalingkar B
Tabel 1
Dikota Medan pemerintah melalui program Perum Perumnas pada tahun 1979/1980
telah mendirikan 10.000 unit rumah sederhana di Medan Timur (Perumnas Mandala) dan di
Medan Barat (Perumnas Helvetia) sebanyak 4.837 unit. Tahun 1986 dibangun 7000 unit
rumah sederhana di Medan Selatan (Perumnas Simalingkar A) dan tahun 1985 didirikan
rumah susun murah sebanyak 500 unit di lokasi Medan Sukaramai. Tahun 1993 didirikan
rumah sederhana (Perumnas Martubung) yang meliputi Perumahan Pesona Laguna I dan II
Yang sampai sekarang pembangunannya masih berlangsung dan telah selesai sebanyak 3.000
12
Data dari Badan Pusat Statistik Kota Medan Dalam Angka 1995.
13
BadanPusatStatistik Medan, Kecamatan Medan TuntunganDalamAngka 1990.
air PDAM, saluran pembuangan air yang bagus. Perumnas Simalingkar A berada di wilayah
kelurahan Mangga. Masyarakat memilih untuk tinggal dan membeli rumah di Perumnas
Simalingkar A ini karena harga rumah yang terjangkau dan suasana lingkungannya masih
Pada tahun 1986-1987 jumlah rumah yang didirikan masih sekitar 500 unit seiring
perkembangan zaman dan kebutuhan akan perumahan yang terus meningkat maka diadakan
pembangunan rumah secara besar-besaran. Pada tahun 2000, pembangunan telah selesai.
Pada tahun 2000 ini, jumlah rumah yang telah siap dihuni berkisar 7.350 unit rumah. Jumlah
ini sudah maksimal dalam pendirian rumah. Perumahan Simalingkar A dibangun dalam 2
tahap. Tahap A dibangun sebanyak 3.512 unit sedangkan tahap B sebanyak 3.838 unit rumah.
14
Menurut data yang didapat dari bapak J Simorangkir sebagai developer Perumnas
Simalingkar A bahwa segala bentuk pembangunan telah selesai sampai tahap A dan B.
Adapun tipe rumah yang dibangun di perumnas Simalingkar A adalah rumah yang
bertipe 15, 21, 36, 45,54,70, semakin lama, rumah-rumah ini semakin banyak begitu juga di
lingkungan 11. Dari berbagai tipe rumah yang ada harga rumah juga bervariasi menurut tipe
yang ada. Jika rumah yang tipe kecil maka harganya juga cukup murah, demikian juga
sebaliknya dengan tipe yang besar maka harga juga mahal. Harga rumah pada tahun 1986
masih tergolong murah dibanding sekarang. Misalnya saja rumah yang tipe 15 berkisar Rp
14
Heddyana Simanjuntak, op.cit. hal. 74.
Setiap orang yang ingin membeli kredit rumah di perumnas Simalingkar A harus
melalui Bank Tabungan Negara (BTN). Bank milik pemerintah yang ditujukan sebagai
Dalam mengkredit, masyarakat dapat mengkredit selama 10-15 tahun dan 15-20 tahun. Setiap
bulannya mereka membayar Rp 35.400,-. Harga itu adalah harga kredit rumah pada tahun
1989, dengan tipe 21, uang muka Rp 400.000,-. 16Kredit rumah harus dari BTN karena pihak
perumnas mendapatkan dana dari Bank Asia, Bank Tabungan Negara sebanyak 60% melalui
sistem Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dari pihak Perumnas sebanyak 33% dan pihak swasta
dalam hal ini adalah kontraktor P.T. Tulung Agung sebanyak 7%. Dengan jelas bahwa
menyangkut kepentingan orang banyak. 17 Masyarakat yang tinggal didalam bukan hanya
penghuni tetap atau sipemilik rumah, tetapi ada juga yang mengontrak. Menurut bapak J
Simorangkir sebagai developer walaupun ada yang mengontrak, itu hanya 10% saja. 18
Apabila masyarakat luar ingin membeli rumah di Perumnas Simalingkar A ini, pihak
- Surat keterangan bekerja dan berpengasilan tetap atau tidak tetap serta terjamin
kelangsungannya.
15
Wawancara dengan Bapak J. Simorangkir, Developer, Perumnas Simalingkar A, 8 Maret 2011.
16
Wawancara dengan Bapak M. Rumahorbo, Pembeli, Lingkungan 11Perumnas Simalingkar A, 8
Maret 2011.
17
Heddyana Simanjuntak. op.cit. hal. 71.
18
Wawancara dengan Bapak J. Simorangkir, Developer, Perumnas Simalingkar A, 8 Maret 2011.
- Memiliki uang tabungan sebagai uang muka yang disimpan di BTN sebanyak 10%
Perumnas Simalingkar A terbagi dalam 8 blok. Jumlah hunian pada Blok A 875 unit,
terdiri dari 3 lingkungan yaitu lingkungan IV, lingkungan V dan lingkungan VII. Jumlah
hunian pada Blok B 875 unit, terdiri dari 2 lingkungan yaitu lingkungan VIII dan lingkungan
X. Jumlah hunian Blok C 875 unit terdiri dari 2 lingkungan yaitu lingkungan XV dan
lingkungan XVII. Jumlah hunian pada Blok D 875 unit, terdiri dari 2 lingkungan yaitu
lingkungan XIX dan lingkungan XX. Jumlah hunian pada Blok E 478 unit terdiri dari 1
lingkungan yaitu lingkungan XXI. Jumlah hunian pada Blok F 567 unit, terdiri dari 2
lingkungan yaitu lingkungan XXI dan lingkungan XXII. Jumlah hunian pada Blok G 623 unit
terdiri dari 2 lingkungan yaitu lingkungan XXII dan lingkungan XXIII. Jumlah hunian pada
1. Tipe18
90 m2
-
Luas bangunan =18 m2
sandwhich.
19
Henddyana Simanjuntak, op. cit, hal 77.
20
Wawancara dengan Bapak J. Simorangkir, Developer, Perumnas Simalingkar A, 17 November 2012.
- Sanitair = cubluk.
2. Tipe 21
120 m2
- Luas Bangunan = 21 m2
sandwhich.
- Sanitair = cubluk.
3. Tipe 36
-
Luas tanah kapling = 120 m2
180 m2
_
Luasbangunan = 36 m2
- Sanitair = cubluk. 21
21
Heddyana Simanjuntak, op. cit, hal.75.
1. Penerbangan
22
Wawancara dengan Bapak Supardi,
Kepala Lingkungan, Lingkungan 11 Perumnas
Simalingkar A, 3 Maret 2013.
12. Bawang
25. Kiwi
lingkungan 11 ini masih belum banyak didirikan rumah. Di lingkungan ini masih banyak
dijumpai pohon-pohon besar dan rumput-rumput yang tinggi. Melihat keadaan lingkungan 11
ini masih seperti hutan, banyak orang-orang yang takut untuk datang ke lingkungan ini.
Perumnas Simalingkar A termasuk Lingkungan ini sering disebut tempat jin buang anak, ini
hanya istilah saja, karena sebelum Perumnas Simalingkar A ini didirikan wilayah ini
merupakan perkebunan rakyat yang tidak terurus sehingga banyak orang-orang yang
Jumlah penduduk jalan Cengkeh pada tahun 1986 hanya sekitar 30 kepala keluarga,
tahun 1990 sudah mulai mencapai 50 kepala keluarga, namun setiap tahunnya bertambah
terus. Status rumah masih rumah sendiri (pemilik), belum ada yang bersifat mengontrak
rumah. Tipe rumah yang ada di lingkungan 11 ini pada tahun 1986 yaitu masih tipe-tipe kecil
seperti 18, 21, 36 dan jalan-jalan besar seperti jalan Cengkeh Raya belum ada.
belum tersedia tempat beribah, masyarakat dengan suka rela mendirikan tempat ibadah
darurat demi melaksanakan ibadah. Masyarakat lingkungan 11 beragama Islam dan agama
Kristen tetapi mayoritasnya beragama Islam. Bagi umat beragama Islam, awalnya mereka
beribadah di rumah mereka masing-masing karena belum ada didirikan mesjid. Pada
tahun1987, penduduk lingkungan 11 ini berinisiatif untuk mendirikan mesjid sendiri di tanah
kosong sekitar lingkungan 11 ini. Tanah untuk mendirikan mesjid sudah disediakan oleh
pemerintah, namun tidak kunjung didirikan juga. Di dekat tanah yang disediakan inilah para
penduduk mendirikan mesjid darurat yang masih berlantaikan teriplek beratapkan atap
Bagi umat Kristiani juga sama, mereka juga beribadah di gereja darurat yang mereka
dirikan sendiri pada tanah yang telah disediakan pemerintah. Pada tahun 1990 baru didirikan
yaitu gereja Advent yang berada di Cengkeh 0. Jemaat gereja ini masih sangat sedikit, kira-
kira hanya 20 kepala keluarga, jumlah ini masih sedikit dibanding dengan umat Islam.
ramai dan berkembang. Orang-orang tidak takut lagi untuk datang ke lingkungan ini karena
lingkungan ini sudah mulai banyak penduduknya. Istilah jin buang anakpun berangsur-
Simalingkar A.
dataran rendah dan juga di dataran rendah sehingga daerah yang berada di dataran rendah
sering terkena banjir. Lingkungan 11 berada di dataran rendah sehingga apabila hujan deras
dan air sungai meluap, daerah ini langsung terkena banjir hampir setiap tahunnya.
Menurut hasil wawancara penulis dengan penduduk jalan Cengkeh, wilayah jalan
Cengkeh ini sering kali terkena banjir hingga mencapai 2 meter, banjir ini merupakan kiriman
dari sungai babura dan terus masuk ke daerah Cengkeh. Cengkeh ini berada didekat sungai
dan jembatan sehingga mengakibatkan cepatnya terkena banjir apabila air dari sungai babura
meluap. Namun walaupun sering terkena banjir, penduduk-penduduk wilayah jalan Cengkeh
ini tidak mau beranjak dari jalan Cengkeh, ini dikarenakan mereka sudah betah tinggal di
jalan Cengkeh ini, karena di wilayah ini sesama tetangga mereka sudah seperti saudara
sendiri, bahkan jika banjir datang mereka saling tolong-menolong dan begitu juga apabila
Apabila banjir datang, tim penolong dari pemerintah langsung datang menolong
masyarakat lingkungan 11 yang terkena banjir. Tim penolong ini datang membawa alat-alat
seperti perahu karet yang dapat menyelamatkan masyarakat dari banjir. Apabila masyarakat
itu memiliki rumah yang berlantai dua cukup naik ke lantai dua mereka saja demi
menyelamatkan diri.
Akibat dari banjir ini banyak masyarakat khususnya banyak anak-anak yang terkena
penyakit seperti influenza, demam, kudis maupun penyakit kulit lainnya. Masyarakat ini
langsung berobat ke Puskesmas dan ada juga yang hanya minum obat yang mereka beli dari
warung, untuk berobat ke rumah sakit kurang memungkinkan karena angkutan kota yang
jarang dan jarak antara Perumnas Simalingkar A dan Rumah Sakit cukup jauh, tetapi jika
penyakit yang mereka derita tidak kunjung sembuh meraka langsung membawa ke Rumah
lingkungan 11 ini sudah memiliki cara pikir yang modern, mereka sudah memikirkan masa
depan anak-anak mereka, sehingga anak-anak mereka disekolahkan sampai sarjana. Mereka
sudah mengetahui bahwa pendidikan merupakan kunci meraih kesuksesan dan meraih masa
depan yang cerah. Keadaan ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan pendidikan
semakin besar, masyarakat berlomba dan berusaha demi menggapai cita-cita yang diimpikan.
Menurut hasil wawancara penulis terhadap informan, sekolah sudah ada sejak tahun
1987 yaitu Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) sedangkan untuk Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak ada di lingkungan 11
ini tetapi berada di lingkungan lain yang berdekatan dengan lingkungan 11 yaitu di jalan
kaki, hanya sekitar 5 menit. Banyak para orangtua yang memasukkan anaknya ke sekolah
SMP dan SMA ini, sekolah SMP dan SMA ini keadaannya masih darurat.
Taman Kanak-kanak (TK) telah ada sejak tahun 1987, TK ini milik swasta, pemilik
TK ini bapak Japar, staf pengajar pada TK ini awalnya hanya bapak Japar sendiri namun
seiring dengan perkembangan zaman dan minat orang tua pada pendidikan, siswa TK
semakin banyak sehingga staf pengajar pada TK itu bukan hanya bapak Japar saja tetapi
mengenal huruf, mengeja, membaca dan juga menulis. Anak-anak yang TK disini banyak
yang pintar, pada waktu memasuki Sekolah Dasar (SD), mereka sudah bisa membaca dan
menulis namun tidak begitu lancar, guru-guru yang mengajar mereka di SD tidak capek lagi
mengajari mereka. Muridnya pada waktu itu tidak banyak kira-kira hanya 10 orang pada
tahun 1987.
Sekolah yang didirikan pemerintah di lingkungan 11 ini hanya Sekolah Dasar Negeri
(SDN). Menurut hasil wawancara dengan informan, SD ini telah dirancang sejak tahun 1988
namun tidak langsung didirikan, pada tahun 1989 SD ini baru didirikan dan tahun 1990 mulai
di tempati oleh siswa-siswa yang belajar di tempat-tempat darurat sebelumnya. SD ini adalah
Perkembangan terus terjadi setiap tahunnya, tidak hanya rumah saja yang didirikan di
kompleks Perumnas Simalingkar A ini, tetapi juga menyediakan lahan untuk mendirikan
sekolah. Sekolah yang didirikan yaitu dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Sekolah
Menengah Atas (SMA). Tujuan didirikannya bangunan sekolah di Perumnas Simalingkar ini
adalah untuk memudahkan anak-anak yang ada di Perumnas Simalingkar A ini dalam
di Perumnas Simalingkar A ini agar anak-anak mereka tidak jauh lagi bersekolah. Tidak
hanya anak-anak yang bertempat tinggal di perumnas ini saja bersekolah yang boleh
bersekolah di sekolah itu tetapi anak-anak yang dari luar lingkungan di Perumnas
Simalingkar A juga.
Pencawan (SMP, SMA, SMK, TIK) berada di jalan Jahe Raya, YPN Timbul Jaya (TK, SD,
SMP, SMA, SMEA) berada di jalan Kopra Raya no 4. Sekolah ini berdiri sekitar tahun 1994.
Sebelum tahun 1994, anak-anak bersekolah di tempat seadanya, dinding sekolah masih
teriplek, lantainya masih tanah. Pemerintah melihat niat anak-anak untuk bersekolah sangat
tinggi maka gedung sekolah di dirikan sejak tahun 1992 dan diresmikan pada tahun 1994.
Setelah gedung sekolah itu diresmikan, anak-anak yang bersekolah ditempat darurat
sebelumnya pindah kegedung sekolah mereka yang baru. Banyak anak-anak yang berada di
lingkungan 11 bersekolah ke sekolah yang ada di jalan Jahe Raya itu karena jarak antara jalan
Tuntungan. Sebelum kita melihat batas-batas wilayah lingkungan 11, ada baiknya kita
melihat batas-batas wilayah Kec. Medan Tuntungan pada tabel berikut ini.
Sumber: Badan Pusat Statistik Medan, Kecamatan Medan Tuntungan Dalam Angka 1990.
Tabel 3
Sumber: Kantor Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan Dalam Angka 1990.
tabel di berikut.
Tabel 4
tidak semua lingkungan 11 berada di dataran rendah seperti di jalanCengkeh 1 dan Cengkeh
Raya.Lingkungan 11 ini rentan terkena banjir, selain karena berada di dataran rendah,
lingkungan 11 juga berada di dekat aliran sungai, sehingga jika musim hujan, masyarakat
sudah ketakutan akan datangnya banjir kiriman dari sungai babura, banjir ini bisa mencapai 2
sampai 3 meter lebih dan bisa mencapai atap rumah mereka yang berlantai 1.
23
Wawancara dengan Bapak Supardi, Kepala Lingkungan, Lingkungan 11 Perumnas Simalingkar, 10
Februari 2013.