Anda di halaman 1dari 8

Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada

di lingkungan korosif saat terjadi kontak atau secara listrik kedua logam yang berbeda
potensial tersebut akan menimbulkan aliran elektron/listrik diantar kedua logam. sehingga
Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi, sedangkan logam lainnya akan
terlindungi dari serangan korosi. Korosi galvanik terjadi apabila berada dalam lingkungan
lembab dan ada cairan elektrolit. Jika tembaga dan besi diletakkan pada daerah lembab dan
ada elektrolit, maka akan terjadi aliran arus dari besi ke tembaga. Dalam hal ini korosi
galvanik telah berlangsung, logam yang kurang mulia akan menjadi anoda karbon.

Korosi galvanik disebut juga sebagai korosi logam tak sejenis atau korosi dwilogam.
Korosi ini terjadi jika 2 buah logam atau logam paduan yang berbeda dalam suatu lingkungan
yang sama dan saling berhubungan. Hal ini terjadi karena dihasilkan suatu beda potensial
diantara logam tesebut. Prinsip korosi galvanik sama dengan prinsip elektrokimia yaitu
terdapat elektroda (katoda dan anoda), elektrolit dan arus listrik. Logam yang berfungsi
sebagai anoda adalah logam yang sebelum dihubungkan bersifat lebih aktif atau mempunyai
potensial korosi lebih negatif. Pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi atau reaksi pelarutan
sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi logam atau tidak terjadi reaksi apa-apa dengan
cara proteksi katodik.

Proses tejadinya korosi galvanik

Logam yang mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih rendah
dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih
tinggi. Contoh korosi galvanik misalnya pada seng terjadi akibat perbedaan potensial lokal
yang dimilikinya. Perbedaan potensial tersebut dapat berasal dari fasa – fasa, batas – batas
butir, impurity dan bagian – bagian lain. Dengan demikian akan terbentuk suatu anoda dan
katoda lokal pada permukaan logam tersebut. Selanjutnya terjadi aliran elektron dari anoda
ke katoda yan dimiliki oleh oksidasi dari anoda lokal. Pada keadaan tertentu, misalnya seng
tercelup dalam larutan asam klorida pekat, Zn akan terkorosi maka terus sampai habis. Korosi
galvanic corrosion dipengaruhi oleh, lingkungan, jarak, area/luas

Masalah korosi galvanik di mulai pada saat perencanaan. Kadang-kadang


penggabungan dua logam yang berbeda terpaksa tidak dapat di hindari. Untuk mendapatkan
gambaran logam-logam atau paduan-paduan yang dapat di gabungkan untuk meminimumkan
terjadinya serangan korosi galvanik, sebagai langkah awal biasanya di perhatikan deret
galvanik.

Deret galvanik adalah daftar potensial korosi dari berbagai logam dan paduan yang
terekspose ke dalam lingkungan yang spesifik. Potensial korosi dapat di ukur ddengan
bantuan elektroda standar (acuan). tabel I menunjukkan deret galvanik dari logam dan paduan
di dalam air laut. Logam dengan potensial yang lebih positif biasanya di sebut lebih nobel
dan akan bersifat lebih katodik bila di hubungkan dengan logam yang potensial korosinya
lebih negatif yang di sebut lebih aktif. Logam atau paduan yang paling aktif selalu akan
bersifat anodik bila kontak listrik dengan logam atau paduan lainnya. Pemilihan paduan
dengan perbedaan potensial korosi yang minimum akan meminimumkan korosi galvanik.
Sebagai contoh korosi galvanik akan nyata (significant) bila beda potensial korosi antara dua
logam yang di hubungkan adalah sebesar 250 mV atau lebih. Deret galvanik hanya
memberikan informasi kecenderungan korosi galvanik dan tidak memberikan informasi
tenyang laju serangannya. Hal yang menarik dari deret galvanik adalah tanda kurung
(bracket) yang mengelompokkan logam atau paduan. Material dalam kelompok ini
mempunyai ketahanan yang hampir sama khususnya karena kompossi dasar materialnya
sama, misalnya tembaga dan paduan tembaga. Pengelompokkan tersebut menunjukkan pada
penerapan praktisnya, bahaya korosi galvanik kecil bila logam atau paduan dalam satu
kelompok di hubungkan satu dengan lainnya.

Pada kenyataannya, tergantung dari geometri benda kerja, ketahanan lingkungan, sifat
pasivasi dari kedua material yang di hubungkan serta nisbah antar luas permukaan material –
material yang di hubungkan secara galvanik, distribusi potensial korosi setempat pada
permukaan logam akan bervariasi dari ujung logam yang satu ke ujung logm yang lain.
Distribusi tersebut mengakibatkan distribusi laju korosi setempat yang tidak merata.
Sifat korosi galvanik telah di lakukan secara luas untuk melindungi struktur logam.
Sebagai contoh struktur baja di hubungkan dengan logam seng yang berfungsi sebagai anoda
yang di korbankan (anoda tumbal). Laju korosi baja sangat menurun karena potensial antar
muka baja terpolarisasi katodik sehingga mendekati daerah immunnya.. sebagaimana halnya
korosi galvanik, potensial antar muka setempat pada permukaan struktur yang di lindungi
oleh terdistribusi secara tidak merata. Semakin jauh jarak lokasi pada permukaan struktur
yang di lindungi dari anoda tumbal, semakin rendah erus proteksi yang dapat menjangkau
lokasi tersebut. Oleh karena itu sebaran potensial antar muka akan menentukan letak anoda-
anoda korban yang harus di pasang.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi korosi galvanik yaitu diantaranya:


1. Lingkungan
tingkatan korosi galvanik tergantung pada keagresifan dari lingkungannya. Pada umumnya
logam dengan ketahanan korosi yang lebih rendah dalam suatu lingkungan berfungsi sebagai
anoda. Biasanya baja dan seng keduanya akan terkorosi akan tetapi jika keduanya
dihubungkan maka Zn akan terkorosi sedangkan baja akan terlindungi.

Pada kondisi khusus, sebagai contoh dalam lingkungan air dengan temperature 180 oF,
terjadi hal sebaliknya yaitu baja mengalami korosi sedangkan Zn terlindungi. Rupanya dalam
kasus ini produk korosi pada Zn bertindak sebagai permukaan yang lebih mulia terhadap
baja. Menurut Haney, Zn menjadi kurang aktif dan potensialnya menjadi kebalikannya jika
ada ion-ion penghalang seperti nitrat, bikarbonat atau karbonat dalam air.

Berdasarkan dibeberapa macam kondisi lingkungan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :


1. Zn bersifat anodik terhadap baja pada semua kondisi
2. Al sifatnya bervariasi
3. Sn selalu bersifat sebagai katodik
4. Ni selalu bersifat sebagai katodik

Korosi galvanik tidak terjadi jika kedua logam benar-benar kering karena tidak ada
elektrolit yang memindahkan arus dintara anoda dan katoda.
2. Jarak
laju korosi pada umumnya paling besar pada daerah dekat pertemuan kedua logam. Laju
korosi berkurang dengan makin bertambahnya jarak dari pertemuan kedua logam tersebut.
Pengaruh jarak ini tergantung pada konduktivitas larutan dan korosi galvanik dapat diketahui
dengan adanya serangan korosi lokal pada daerah dekat pertemuan logam.

3. Luas penampang
yang dimaksud dengan luas penampang elektroda terhadap korosi galvanik adalah pengaruh
perbandingan luas penampang katodik terhadap anodik. Jika luas penampang katodik jauh
lebih besar dari pada katoda. Makin besar rapat arus pada daerah anoda mengakibatkan laju
korosi makin cepat pula. Korosi di daerah anodik akan menjadi 100-1000 kali lebih besar jika
dibandingkan dengan keseimbangan luas penampang anodik dan katodik.

Contoh lain luas penampang elektroda adalah ratusan tangki penyimpanan yang besar
dipasang pada bagian utama pabrik yang mengalami program ekspansi. Tangki-tangki yang
pertama digunakan adalah terbuat dari baja karbon dan permukaan dalamnya dilapisi atau
dilindungi oleh cat phenolik. Tangki-tangki ini dapat digunakan dengan baik untuk beberapa
tahun. Akan tetapi lama kelamaan lapisan cat bagian bawah rusak dan menyebabkan
terjadinya kontaminasi. Oleh karena itu tangki-tangki yang baru, bagian bawahnya dilengkapi
dengan stainless steel yang melindungi baja karbon (stainless steel-clad carbon steel) untuk
pemakaian yang lebih baik dan mengurangi biaya perawatan. Kemudian cat pelapis pheonik
juga diberikan diseluruh permukaan-permukaan dinding tangki sedangkan bagian bawah
tangki yang dilapisi stainless steel tidak diberi lapisan cat karena mempunyai sifat ketahanan
korosi yang baik. Namun setelah beberapa bulan dioperasikan, mulai terlihat adanya
kebocoran di dinding tangki yaitu di atas penyambung logam/las-lasnya.

JENIS-JENIS KOROSI GALVANIK

Korosi Galvanik Sistem Besi-Seng.


Potensial elektroda standar dari logam seng adalah: E0Zn = -0,763 V, dan potensial
logam besi adalah E0Fe = -0,44 V. Sehingga perbedaan potensial keduanya adalah E0Fe –
E0Zn = 0,323 V.
Diketahui bahwa potensial Zn lebih rendah daripada potensial Fe, oleh karena itu, Zn
larut dalam elektrolit menurut reaksi anodik sebagai berikut:
Zn = Zn2+ + 2e-
System galvanik ini menyebabkan seng terkorosi dengan melepaskan elektron.
Elektron mengalir dari daerah anoda seng ke katoda besi. Kemudian dipermukaan katoda
besi, elektron ini habis digunakan dalam reaksi katodik seperti berikut:
H+ + e- = H

Korosi Galvanik Sistem Besi-Tembaga

Potensial elektroda standar logam besi adalah: E0Fe= -0.44 V, dan potensial logam tembaga
adalah E0Cu = 0,337 V. Sehingga perbedaan potensial kedua logam tersebut adalah: E0Cu –
E0Fe = 0,777 V.
diketahui bahwa Potensial besi Fe lebih rendah dari pada potensial tembaga, oleh karena itu
pada permukaan logam besi terjadi reaksi anodic, Fe larut dalam sistem berikut:
Fe = Fe2+ + 2e-
Sel gavanik ini menyebabkan logam besi, Fe terkorosi. Pada permukaan tembaga terjadi
reaksi katodik antara elektron dengan ion hidrogen sesuai reaksi berikut:
H+ + e- = H.
Katoda akan terpolarisasi oleh kehadiran ion-ion hydrogen yang menghasilkan lapisan film
dan menutupi permukaan katoda. Lapisan film yang terbentuk ini mempengaruhi kinetika
atau kecepatan korosi berikutnya. Reaksi katodik menjadi lambat. Reaksi antara electron
dengan ion hydrogen yang terlarutpun menjadi lebih lambat. Melambatnya reaksi katodik
menyebabkan melambatnya reaksi
Pada larutan elektrolit yang memiliki konsentrasi ion hidrogen tinggi seperti larutan
asam, maka ion hidrogen akan teradsorpsi pada permukaan katoda dan membentuk gas
hidrogen yang meninggalkan permukaan katoda, sesuai dengan reaksi berikut:
2H = H2.
Reaksi ini mampu menyebabkan terjadinya korosi yang berkelanjutan. Reaksi pembentukan
gas hydrogen, H2 di katodik berjalan terus akan diikuti dengan reaksi pelepasan ion logam di
daerah anoda. Sehingga jika reaksi pembentukan gas hidrogen terjadi, maka korosi terjadi.
Pada umumnya Larutan air adalah teraerasi atau mengandung oksigen terlarut, oleh
karenanya, ion hidrogen yang terbentuk pada permukaan katoda bereaksi dengan oksigen
sesuai reaksi berikut:
1/2O2 + 2H = H2O.
Kinetika untuk reaksi ini sangat ditentukan oleh laju difusi oksigen ke permukaan katodik.
Selama katoda menghasilkan reaksi ini, maka reaksi pelarutan logan di anoda juga terjadi.

PENCEGAHAN KOROSI GALVANIK

Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari, namun
dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian dan mencegah dampak
negatif yang diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur produktif peralatan elektronik
dalam rumah tangga atau kegiatan industri menjadi panjang sesuai dengan yang
direncanakan, bahkan dapat diperpanjang untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih
tinggi. Upaya penanganan korosi diharapkan dapat banyak menghemat biaya opersional,
sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dalam suatu kegiatan industry serta menghemat
anggaran pembelanjaan rumah tangga.

Adapun cara penanggulangan korosi galvanic yaitu:


a) Menghindari kontak logam yang berbeda (logamnya harus sama)
b) Mencegah kontak listrik antara 2 komponen logam
c) Penggunaan pengaruh luas permukaan
d) Menghindari daerah yang basah pada logam
e) Merancang dengan baik agar dapat mengganti bagian-bagian anoda yang rusak dengan
menggunakan bahan-bahan yang siap pakai atau buatlah anodik yang lebih tebal agar lebih
tahan lama.
f) Menambahkan inhibitor untuk mengurangi keagresifan lingkungan.
Inhibitor merupakan perlakuan kimia untuk perlindungan korosi pada bagian logam yang
berhubungan langsung dengan lingkungan korosif dengan menambah zat penghalang korosi.
Inhibitor ditambahkan dalam lingkungan dalam jumlah sedikit, yaitu dalam satuan ppm, yang
umumnya 10-100 ppm. Inhibitor berasal dari kata inhibisi yang berarti menghambat. Adapun
pembagian inhibitor sebagai berikut:
· Interfasa inhibisi: interaksi inhibitor dengan permukaan logam dengan membentuk lapisan
tipis
· Intrafasa inhibisi: penurunan tingkat korosifitas lingkungan, misal pengurangan kadar
O2 dan pengaturan pH.

Jenis/mekanisme inhibitor terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:


Ø Physical inhibitor: molekul inhibitor secara fisik teradsorbsi ke permukaan material atau senya
organik yang mengabsorbi permukaan logam dan menekan kelarutan logam serta mengurangi
reaksinya
Ø Passivator (anodic. Inh) : membentuk lapisan pasif pada permukaan material, sehingga
memperlambat reaksi anodik, contohnya kromat, serta membantu memperbaiki lapisan film
ddengan membentuk senyawa passivator.
Ø Precipitation inhibitor (cath. Inh): memperlambat reaksi katodik dengan mengubah potensial
ke arah negatif, contohnya fosfat dan silikat dengan meningkatkan polarisasi anodik/katodik
dan mengurangi difusi ion di permukaan logam
Ø Destimulator: menurunkan kadar O2 pada lingkungan (oxygen scravanger), contohnya pada
reaksi hydrazine O2 + N2H2 --> 2H2O + N2

g) Menghindarkan terjadinya hubungan galvanik logam, hal ini dapat dilakukan dengan cara
memilih material yang memiliki potensial yang ridak jauh berbeda (berdekatan pada galvanik
series) pada saat perencanaan. Mengotrol anoda, apabila hubungan galvanik tidak dapat
dihindarkan maka logam yang menjadi daerah anoda hendaknya diperluas/dibuat lebih tebal.
Secara ekonomi akan lebih baik lagi melakukan dengan membuat anoda menjadi bagian yang
mudah diganti. Dalam kontrol korosi, memilih logam atau paduan sedimikian sehingga
pertukaran ion dengan lingkungannya tidak berlangsung dengan cepat atau dengan kata lain
memilih logam atau paduannya yang perbedaan potensialnya dengan lingkungannya tidak
terlalu besar. Faktor-faktor yang sering diperhitungkan dalam proses pemilihan material
antara lain:
· Memiliki ketahanan korosi yang lebih tinggi di suatu media tertentu yang mana pada deret
galvanik berada pada daerah noble atau katodik.
· Persyaratan umur komponen
· Variasi sifat
· Perubahan karakteristik logam akibat proses pengerjaan atau selam terkena kondisi operasi
tertentu
Pemilihan material dipertimbangkan juga dalam perannya sebagai pelapis permukaan luar
(coating) maupun sebagai pelapis permukaan dalam (lining).
h) Menghindarkan terjadinya cacat lapisan, pada pelapisan logam hubungan galvanik akan
terjadi apabila lapisannya pecah, oleh karena itu pada saat proses pelapisan dilakukan harus
dihindarkan terjadinya cacat pelapisan yang dapat menjadi anoda yang sangat kecil.
Pelapisan (coating) berfungsi seperti “kosmetik” yang mencegah logam mengadakan kontak
langsung dengan lingkungannya yang korosif sehingga dapat melindungi logam dari
korosi. Pada dasarnya pelapis dibagi menjadi dua:
· Physical drying: proses pengeringan secara alami
· Chemical curing: proses pengeringan secara kimia yang prosesnya terbagi atas reaksi
dengan oksigen, reaksi antara komponen perekant serta zat pewarna dan pelarut, dan reaksi
dengan karbondioksida dalam udara

Anda mungkin juga menyukai