Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anggaran modal merupakan salah satu alat yang penting dalam suatu perusahaan

sehingga, tak jarang banyak manajer yang melakukan tindakan disfungsional seperti eskalasi

komitmen,” merupakan kecenderungan pengambil keputusan untuk bertahan atau

mengeskalasi komitmennya pada serangkaian tindakan yang gagal (Brockner: 1992)”,

sebagai akibat dari adanya moral hazard yang terdapat dalam diri pribadi seseorang.

Sebagian pakar menyebutkan tindakan eskalasi komitmen merupakan tindakan yang

irasional, sedangkan sebagian lagi menyebutkan bahwa tindakan ini merupakan tindakan

yang rasional ketika seseorang berada dalam posisi yang dilematis.

Berkaitan dengan hal tersebut, tak sedikit peneliti yang mencoba melakukan penelitian

dibidang akuntansi keprilakuan, salah satunya yaitu penelitian yang berusaha untuk

menjelaskan faktor-faktor anteseden dari eskalasi komitmen, namun perbedaan karakteristik

yang dimiliki oleh setiap individu tentu saja akan membuat hasil yang berbeda pula (Schulz

dan Cheng, 2002). Merujuk pada hal tersebut maka, peneliti mencoba mengaji ulang hasil

penelitian tersebut dengan maksud untuk melihat kekonsistenan hasil penelitian dari peneliti-

peneliti sebelumnya melalui pengembangan model penelitian yang sudah ada. Hal ini yang

kemudian menjadi motivasi awal bagi peneliti sehingga, peneliti mencoba untuk mereplika

penelitian yang dilakukan oleh Schulz dan Cheng (2002). Schulz dan Cheng mencoba untuk

meneliti faktor anteseden dari eskalasi komitmen dengan menjadikan perasaan bertanggung

jawab dan asimetri informasi sebagai variabel independen (X) dan eskalasi komitmen sebagai

variabel dependen (Y), tak hanya itu mereka juga mencoba mengajukan proposisi dengan

menjadikan variabel asimetri informasi sebagai variabel pemoderasi hubungan antara

perasaan bertanggung jawab dengan eskalasi komitmen. Namun, dari hipotesa yang diajukan

ternyata hipotesa yang menjadikan asimetri informasi sebagai pemoderasi tidak tedukung.
Hal ini tentu saja menjadikan keterunikan tersendiri bagi peneliti karena berdasarkan SJT

hipotesa tersebut memiliki peluang yang kuat untuk terdukung. Merujuk hal tersebut maka,

peneliti mencoba untuk mencari pembeda antara penelitian yang dilakukan oleh Schulz dan

Cheng pada tahun 2002 dengan sedikit merubah model penelitian yang ada. Hal ini peneliti

lakukan dengan bersandarkan kepada 2 hal yaitu self justification theory atau yang lebih

dikenal dengan SJT dan faktor internal dan eksternal yang dikemukakan oleh Staw (1981).

Brockner (1992) menjelaskan bahwasanya eskalasi komitmen dinaungi oleh tiga teori yaitu

teori justifikasi diri, teori dilemma, dan teori prospek yang ketiganya saling bersaing

(competing) namun, teori justifikasi diri lah yang paling layak untuk menerangkan perilaku

eskalasi komitmen.

SJT yaitu teori yang menerangkan bahwasannya ketika seorang pengambil keputusan

proyek dihadapkan dengan kemunduran selama proyek itu berlangsung, maka mereka akan

menaikkan komitmen yang mereka miliki sebagai upaya untuk kembali ke proyek atau untuk

menunjukkan rasionalitas dari sejumlah tindakan yang mereka lakukan (Staw: 1981). Maka,

hal ini semakin memperkuat keyakinan peneliti untuk mengembangkan model yang sudah

dilakukan oleh Schulz dan Cheng pada tahun 2002. Selain itu yang menjadi motivasi lainnya

yaitu peneliti belum menemui penelitian mengenai eskalasi komitmen di Indonesia yang

menggunakan variabel reputasi sebagai variabel pemoderasi, hal ini memperkuat asumsi

peneliti bahwasannya masih langka penelitian dibidang akuntansi keprilakuan yang

membahas eskalasi komitmen dengan menjadikan reputasi sebagai variabel pemoderasi.

Model yang peneliti coba kembangkan yaitu dengan menjadikan asimetri informasi,

perasaan bertanggung jawab, dan reputasi sebagai variabel anteseden dari eskalasi komitmen,

selain itu peneliti juga mencoba untuk mengajukan proposisi dengan menjadikan variabel

perasaan bertanggung jawab dan reputasi sebagai veriabel pemoderasi hubungan antara
asimteri informasi dengan eskalasi komitmen. Metoda penelitian yang peneliti gunakan yaitu

dengan menggunakan pendekatan eksperimen semu dengan desain 2x2x2.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh asimetri

informasi yang diterima oleh manajer atas proyek yang sedang dijalankan berupa

pengetahuan atas informasi yang ada, yang pengetahuan tersebut tidak dimiliki oleh prinsipal,

perasaan bertanggung jawab, serta reputasi terhadap tingkat eskalasi komitmen, selain itu

juga penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perasaan bertanggung jawab dan

reputasi sebagai variabel pemoderasi hubungan antara asimetri informasi terhadap eskalasi

komitmen. Sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dibidang teoritis

yaitu berupa meningkatnya pemahaman kita mengenai profesionalisme dan konflik etika

ketika masalah disfungsional terjadi, sehingga hal ini dapat meningkatkan wawasan khasanah

keilmuan bagi penelitti maupun yang lainnya dibidang akuntansi keprilakuan maupun

akuntansi manajemen. Kedua kontribusi dipraktisi berupa penambahan wawasan didalam

pengambilan keputusan.

B. RUMUSAN MASALAH

Eskalasi komitmen,” suatu kecenderungan pengambil keputusan untuk bertahan atau

mengeskalasi komitmennya pada serangkaian tindakan yang gagal (Brockner: 1992)”,

merupakan suatu fenomena yang kerap kali terjadi dalam kehidupan kita. Sebagian pakar

menyebutkan tindakan eskalasi komitmen merupakan tindakan yang irasional, sedangkan

sebagian lagi menyebutkan bahwa tindakan ini merupakan tindakan yang rasional ketika

seseorang berada dalam posisi yang dilematis.

Peneliti mencoba untuk melakukan penelitian dengan mereplika penelitian yang

dilakukan oleh Schulz dan Cheng (2002). Schulz dan Cheng mencoba untuk meneliti faktor

anteseden dari eskalasi komitmen dengan menjadikan perasaan bertanggung jawab dan
asimetri informasi sebagai variabel independen (X) dan eskalasi komitmen sebagai variabel

dependen (Y), tak hanya itu mereka juga mencoba mengajukan proposisi dengan menjadikan

variabel asimetri informasi sebagai variabel pemoderasi hubungan antara perasaan

bertanggung jawab dengan eskalasi komitmen. Namun, dari hipotesa yang diajukan ternyata

hipotesa yang menjadikan asimetri informasi sebagai pemoderasi tidak tedukung. Hal ini

menurut peneliti mungkin saja disebabkan oleh perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh

setiap orang. Merujuk hal tersebut maka, peneliti mencoba untuk menguji kembali

kekonsistenan hasil penelitian yang dilakukan oleh Schulz dan Cheng pada tahun 2002

dengan sedikit merubah model penelitian yang ada. Hal ini peneliti lakukan dengan

bersandarkan kepada 2 hal yaitu self justification theory atau yang lebih dikenal dengan SJT

dan faktor internal dan eksternal yang dikemukakan oleh Staw (1981). Model yang peneliti

coba kembangkan yaitu dengan menjadikan asimetri informasi, perasaan bertanggung jawab,

dan reputasi sebagai variabel anteseden dari eskalasi komitmen, selain itu peneliti juga

mencoba untuk mengajukan proposisi dengan menjadikan variabel perasaan bertanggung

jawab dan reputasi sebagai veriabel pemoderasi hubungan antara asimteri informasi dengan

eskalasi komitmen. Hal ini dimaksudkan untuk melihat:

1. Adakah pengaruh asimetri informasi terhadap eskalasi komitmen?

2. Adakah pengaruh perasaan bertanggung jawab terhadap eskalasi komitmen?

3. Adakah pengaruh reputasi terhadap eskalasi komitmen?

4. Adakah pengaruh asimetri informasi terhadap tingkat eskalasi komitmen dengan

perasaan bertanggung jawab sebagai pemoderasi?

5. Adakah pengaruh asimetri informasi terhadap tingkat eskalasi komitmen dengan

reputasi sebagai pemoderasi?

Menyadari banyaknya faktor anteseden yang mempengaruhi eskalasi komitmen maka,

peneliti mencoba untuk mengontrol hubungan dari variabel-variabel yang peneliti ajukan
dengan menjadikan pengalaman kerja, komitmen, konsistensian, framing, dan preferensi

resiko sebagai variabel kontrol.

Untuk menjawab dugaan sementara atas pertanyaan yang peneliti ajukan maka, peneliti

mengajukan 5 hipotesa atau 5 Ha, yang hipotesa tersebut akan peneliti uji keterdukungannya

dengan menggunakan metoda ekperimental dengan menggunakan desain factorial between

subjek 2 x2x2. Hipotesa-hipotesa tersebut antara lain:

Ha1: Meningkatnya eskalasi komitmen akan terjadi ketika asimetri informasi ada

dibandingkan dengan asimetri informasi tidak ada.

Ha2: Manajer dengan perasaan bertanggung jawab tinggi akan suatu proyek yang sedang

dijalankan akan mendorong terjadinya eskalasi komitmen dibandingkan dengan

manajer dengan perasaan bertanggung jawab rendah.

Ha3: Eskalasi komitmen yang dihasilkan oleh keberadaan asimetri informasi akan meningkat

ketika seseorang berada dalam perasaan bertanggung jawab yang tinggi dibandingkan

dengan perasaan bertanggung jawab yang rendah.

Ha4: Eskalasi komitmen akan menigkat ketika seseorang berada dalam keadaan upaya

menjaga reputasiyang tinggi dibandingkan upaya menjaga reputasi yang rendah

Ha5: Eskalasi komitmen yang dihasilkan oleh keberadaan asimetri informasi akan meningkat

ketika seseorang berada dalam upaya menjaga reputasi yang tinggi dibandingkan

dengan upaya menjaga reputasi yang rendah


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. GRAND THEORY

Self Justification Theory

Penelitian ini menggunakan teori justifikasi diri sebagai grand teori dari penelitian ini.

Self justification theory yaitu teori yang paing kuat untuk menjelaskan mengenai eskalasi

komitmen (Brockner: 1992). Teori ini menjelaskan bahwa ketika seorang pengambil

keputusan proyek dihadapkan dengan kemunduran selama proyek itu berlangsung, maka

mereka akan menaikkan komitmen yang mereka miliki sebagai upaya untuk kembali ke

proyek atau untuk menunjukkan rasionalitas dari sejumlah tindakan yang mereka lakukan

(Staw: 1981). Teori ini mendukung teori cognitive dissonance dari Festinger (1957) dan teori

komitmen psikologi dari Kiesler (1971) dalam menjelaskan motivasi yang menyebabkan

terjadinya eskalasi komitemn dalam diri seorang manajer dalam Santoso (2012).

B. SUPPORTING THEORY

Teori Keagenan

Teori keagenan dibangun sebagai upaya untuk memahami dan memecahkan masalah

yang muncul manakala ada ketidaklengkapan informasi pada saat melakukan ikatan kontrak.

Kontrak yang dimaksudkan disini adalah kontrak antara prinsipal dan agen. Teori keagenan

meramal jika agen memiliki keunggulan informasi dibanding prinsipal dan kepentingan agen

dan prinsipal berbeda, maka akan terjadi agent-principal problem yang dalam hal ini agen

akan melakukan yang menguntungkan dirinya namun merugikan prinsipal (Gudono, 2009,

p.177). Pada dasarnya keduanya mempunyai motif yang sama yaitu pemenuhan akan

kebutuhan materi.
Coase, Berle, dan Means (dalam Gudono, 2009, p.177) telah menyoroti perilaku

oportunistik manajer sebagai akibat kepemilikan saham perusahaan yang tersebar dan

corporate law yang memberi kekuasaan terlalu besar pada manajemen yang merugikan

pemegang saham. Sehingga, ada dua macam bentuk masalah keagenan yang terdapat dalam

hubungan antara prinsipal dan agen, yaitu:

1. Pilihan buruk (Adverse Selection)

2. Bencana Moral (Moral Hazard)

Pilihan buruk terjadi manakala prinsipal tidak mengetahui kemampuan agen sehingga,

prinsipal terjerumus membuat pilihan yang buruk mengenai agen. Sedangkan bencana moral

terjadi manakala kontrak sudah disetujui oleh prinsipal dan agen namun pihak agen yang

sadar memiliki keunggulan (informasi) tidak memenuhi persyaratan (term) kontrak tersebut.

C. DEFINISI

ESKALASI KOMITMEN

Sebagian besar eskalasi komitmen dikaji dalam ilmu psikologi dan manajemen.

Eskalasi diibaratkan seperti permainan yang dalam hal ini proyek akan diteruskan atau

diberhentikan. Sehingga, para pembuat keputusan bergerak pada keputusan yang keputusan

tersebut berada dalam kondisi yang tidak pasti.

Eskalasi komitmen merupakan kecenderungan pengambil keputusan untuk bertahan

atau mengeskalasi komitmennya pada serangkaian tindakan yang gagal (Brockner, 1992).

Eskalasi komitmen merupakan bentuk kegagalan dalam membuat keputusan yang rasional,

yang dalam hal ini seseorang melanjutkan keputusan yang sudah tampak rugi dalam beberapa

periode. Bukti empiris menunjukkan bahwa manajer yang memulai suatu proyek yang

kemudian menjadi tidak menguntungkan justru lebih cenderung untuk meneruskan proyek itu

daripada manajer yang tidak memulai proyek (Staw, 1976, 1981). Kreitner dan Kinicki
(2002, dalam gudono, 2009, p.72) menyebutkan beberapa kategori penyebab eskalasi

komitmen, diantaranya yaitu:

1. Faktor psikologis (misalnya: ego defense)

2. Faktor keorganisasian (misalnya: kegagalan komunikasi)

3. Faktor karakteristik proyek (misalnya: return yang tertunda)

4. Faktor kontekstual (misalnya: tekanan politik)

Menurut Bazerman (1994) bahwa eskalasi komitmen dapat terjadi dalam dua hal yaitu:

unilateral escalation dan competitive escalation, yang keduanya terjadi disebabkan karena

adanya perceptual biases, judgmental biases, impression management, competitive

irrationality, dan integration.

ASIMETRI INFORMASI

Asimetri informasi merupakan suatu kondisi yang terjadi yang dalam hal ini salah satu

pihak memiliki informasi yang lebih dibandingkan dengan pihak yang lain. Hal ini biasanya

sering terjadi antara agen dan prinsipal. Sehingga, konflik keagenan pun muncul yang

berujung pada rasa ketidak percayaan antara satu dengan yang lainnya. Prinsipal sebagai

pihak yang menyerahkan kekayaannya untuk diolah oleh pihak agen sering kali merasa

dirugikan. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya dalam diri manusia ada sifat ingin

memenuhi kebutuhan yang dialaminya, hal ini tentu saja berimbas pada moral hazard.

Teori keagenan merupakan suatu teori yang sangat jelas menceritakan konflik tersebut.

Informasi yang berlebih yang dimiliki oleh pihak agen yang dalam hal ini informasi tersebut

tidak dimiliki oleh pihak prinsipal tak pelak akhirnya ditenggarai sebagai salah satu penyebab

dari munculnya perilaku disfungsional.


PERASAAN BERTANGGUNG JAWAB

Perasaan bertanggung jawab memiliki kata dasar bertanggung jawab atau tanggung

jawab. Kata-kata ini sering kali kita dengar dalam kehidupan keseharian kita. Secara harfiah

bertanggung jawab memiliki arti yaitu keadaan wajib menganggung segala sesuatu yang

terjadi atas konsekuensi dari tindakan yang telah kita lakukan baik disengaja maupun tidak

disengaja.

REPUTASI

Banyak peneliti yang mendefinisikan reputasi sebagai bentuk pengendalian ekonomi dan

sosial sebagai wujud dari perilaku opportunistik (stevens:2002). Baiman: 1990,355-357

menjelaskan bahwa dalam mekanisme ekonomi keberadaan reputasi dapat mendisiplinkan

perilaku agen.

D. PENGEMBANGAN HIPOTESA

Berdasarkan teori justifikasi diri terlihat jelas bahwa perilaku eskalasi komitmen sangat

mungkin terjadi ketika seseorang memperoleh feedback information yang tidak jelas atau

informasi yang negatif. Teori ini menggambarkan dengan jelas adanya upaya manajer

sebagai pengambil keputusan untuk mempertahankan keputusan awalnya yang telah gagal

sebagai bentuk rasionalitas atas keputusan yang telah diambil (Staw dan Fox: 1977). Upaya

ini sangat memungkin sekali dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu faktor psikologi akibat

dorongan dari internal maupun dari eksternal.

Menurut para ahli psikologi bahwa setiap diri individu butuh untuk membenarkan

keputusan mereka terhadap diri mereka sendiri atau terhadap orang lain (Staw dan Ross:

1987 dalam Schulz dan Cheng: 2002). Faktor psikologi yang sangat memungkinkan sekali

terjadi yaitu adanya asimetri informasi, perasaan bertanggung jawab, dan reputasi. Terkait
dengan asimetri informasi, terkadang manajer bertindak sebagai seorang agen atau sebagai

bagian dari prinsipal. Namun, dalam konteks terjadinya asimetri informasi yang dalam hal

ini manajer memperoleh informasi yang lebih mengenai suatu keadaan baik dimasa lalu

maupun dimasa yang akan datang maka, biasanya manajer akan bertindak sebagai seorang

agen (Schulz dan Cheng: 2002). Meskipun asimetri informasi ini sangat erat kaitannya

dengan teori keagenan namun, peneliti memandang perilaku opportunistic dari seorang

manajer dari sisi self justification theory. Dari sudut teori ini sangat tergambar dengan jelas

peluang terjadinya eskalasi komitmen dari seorang manajer. Sehingga berdasarkan teori

tersebut maka, peneliti mengajukan hipotesa yang pertama yaitu:

Ha1: Meningkatnya eskalasi komitmen akan terjadi ketika asimetri informasi ada

dibandingkan dengan asimetri informasi tidak ada.

Ditinjau dari segi perasaan bertanggung jawab bahwasannya Staws (1976) berargumen

bahwa perasaan bertanggung jawab personal merupakan suatu anteseden yang penting dalam

menentukan tingkat eskalasi komitmen. Hasil penemuan Staws menunjukkan

keterdukungannya terhadap teori justifikasi diri dan dukungannya terhadap eskalasi

komitmen, hal ini dilihat dari hipotesa yang Staws ajukan terdukung yaitu bahwasannya

manajer akan kembali mengalokasikan dananya kembali pada proyek yang telah gagal ketika

seorang manajer berada dalam perasaan bertanggung jawab tinggi dibandingkan dengan

ketika seseorang berada dalam perasaan bertanggung jawab yang rendah. Hasil penelitian

Staws ini pun didukung dengan hasil penelitian yang diajukan oleh Schulz dan Cheng (2002).

Meskipun demikian hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Bowen (1987) yang menemukan bahwa adanya dukungan yang lemah terhadap perasaan

bertanggung jawab sebagai anteseden dari eskalasi komitmen. Hal ini kemudian menjadikan

alasan bagi peneliti bahwasannya persaan bertanggung jawab sangat dimungkinkan untuk

menjadi variabel pemoderasi dari adanya anteseden sebelumnya, yang mungkin saja dapat
berupa asimetri informasi. Sehingga berdasarkan argument tersebut dan teori justifikasi diri

maka, peneliti mengajukan hipotesa sebagai berikut:

Ha2: Manajer dengan perasaan bertanggung jawab tinggi akan suatu proyek yang sedang

dijalankan akan mendorong terjadinya eskalasi komitmen dibandingkan dengan

manajer dengan perasaan bertanggung jawab rendah.

Ha3: Eskalasi komitmen yang dihasilkan oleh keberadaan asimetri informasi akan meningkat

ketika seseorang berada dalam perasaan bertanggung jawab yang tinggi dibandingkan

dengan perasaan bertanggung jawab yang rendah.

Menurut Staws (1981) eskalasi komitmen dapat disebabkan oleh adanya upaya untuk

menjaga reputasi didepan orang lain. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk rasionalitas dari

seseorang. Sehingga, hal ini memicu seseorang untuk mempertahankan keputusan awalnya.

Secara teori justifikasi diri, hal ini sangat memungkin sekali terjadi ketika seseorang berada

dalam dilematis. Selain itu, ada sebagian peneliti yang menyatakan bahwasannya reputasi

dapat juga bertindak sebagai pemoderasi antara hubungan variabel determinan dengan

variabel konsekuensis sebagai bentuk dari perilaku dari ketertarikan diri (Arrow: 1985 dalam

Stevens: 2002). Sehingga berdasarkan hal tersebut maka, hipotesa yang peneliti ajukan yaitu:

Ha4: Eskalasi komitmen akan menigkat ketika seseorang berada dalam keadaan upaya

menjaga reputasiyang tinggi dibandingkan upaya menjaga reputasi yang rendah

Ha5: Eskalasi komitmen yang dihasilkan oleh keberadaan asimetri informasi akan meningkat

ketika seseorang berada dalam upaya menjaga reputasi yang tinggi dibandingkan

dengan upaya menjaga reputasi yang rendah


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Populasi

Populasi dari penelitian ini yaitu mahasiswa pasca sarjana dilingkungan FEB Unila

beserta mahasiswa profesi dilingkungan FEB Universitas Lampung.

B. Metoda Pengambilan Sampel dan Sampel

Pengambilan sampel peneliti lakukan melalui metoda non probabilitas yaitu dengan

menggunakan teknik purposive sampling judgment (teknik pengambilan sampel dengan

menggunakan kriteria-kriteria tertentu). Adapun kriteria yang peneliti berikan yaitu:

1. Mahasiswa pasca sarjana yang memiliki keilmuan dibidang akuntansi yaitu mahasiswa

MIA semester ketiga.

2. Mahasiswa S1 akuntansi yang telah duduk disemester 5 atau yang telah atau sedang

mengambil mata kuliah sistem pengendalian manajemen.

Kriteria ini peneliti terapkan dengan asumsi bahwa mahasiswa tersebut telah memiliki

pemahaman yang lebih mendalam dibidang akuntansi khususnya dalam proses pengambilan

keputusan. Sehingga, hal ini diharapkan dapat mewakili keadaan yang sesungguhnya. Selain

itu, alasan peneliti menggunakan mahasiswa S1 yaitu karena mahasiswa tersebut masih

tergolong naïf sehingga memungkinkan untuk terdukungnya dilakukan eksperimen.

Sedangkan alasan peneliti menggunakan mahasiswa MIA yang sedang duduk disemester

akhir yaitu pada semester tersebut mahasiswa sedang berada dalam proses penyusunan tesis

sehingga animo mahasiswa untuk menjadi responden dalam penelitian ini secara sukarela pun

kemungkinan akan besar.


C. Variabel dan Alasan Pemilihan Variabel

Variabel yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi variabel independen,

variabel pemoderasi, serta variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu

meliputi asimetri informasi, perasaan bertanggung jawab, dan reputasi. Selain bertindak

sebagai variabel independen, perasaan bertanggung jawab dan reputasi juga bertindak sebagai

variabel pemoderasi. Sedangkan eskalasi komitmen bertindak sebagai variabel dependen.

Alasan penggunaan variabel tersebut karena masih jarangnya penelitian yang

menggunakan variabel asimetri informasi, reputasi, maupun perasaan bertanggung jawab

sebagai variabel independen maupun sebagai variabel pemoderasi dalam hal kaitannya

dengan eskalasi komitmen. Sehingga, hal ini membuat peneliti merasa perlu untuk dikaji

kembali.

D. Data yang Digunakan Dan Proses Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan data primer. Proses

pengambilan data yaitu dengan menggunakan metoda eksperimen semu yaitu desain factorial

between subjek 2x2x2, hal ini peneliti lakukan karena keterbatasan wewenang peneliti untuk

merandom subjek yang akan menjadi responden dalam eksperimen yang peneliti jalankan.

Instrumen yang peneliti gunakan yaitu berupa naskah yang peneliti adopsi dari Staw (9176)

untuk perasaan bertanggung jawab dan asimetri informasi, sedangkan untuk instrumen

reputasi peneliti adopsi dari Stevens (2002). Namun, agar hasil penelitian sesuai dengan

yang peneliti inginkan maka, instrument tersebut akan peneliti sesuaikan dengan keadaan

yang sengaja peneliti desain.


E. Uji Reliabilitas dan Validitas

Uji ini dilakukan untuk mengukur kehandalan dan kevalidan dari instrument yang

digunakan dalam penelitian. Uji ini peneliti lakukan dengan menggunakan data yang peneliti

dapatkan dari hasil uji pilot. Uji pilot peneliti lakukan sebelum ekseperimen yang

sesungguhnya dilaksanakan. Uji ini menggunakan responden lain yang bukan menjadi target

dari penelitian. Responden dari uji pilot ini yaitu mahasiswa ekonomi jurusan manajemen

yang telah duduk dibangku semester v. Pelaksanaan uji pilot ini dilaksanakan pada hari

selasa jam 09.40 wib di ruang E114 dengan melibatkan responden sebanyak 120 orang

selama 15 menit. Setelah melakukan pilot kemudian penelitian melakukan uji reliabilitas

dengan menggunakan Cronbach Alpha, standar yang peneliti gunakan untuk menggolongkan

bahwa instrumen yang peneliti gunakan reliabel yaitu dengan menggunakan standar Nunnally

(1960) dalam Ghazali (2007, p. 44) nilai Cronbach Alpha > 0,60 atau diatas 60%.

Berdasarkan hasil uji reliabel terhadap empat konstruk yang peneliti gunakan yaitu

eskalasi komitmen, perasaan bertanggung jawab, asimetri informasi, dan reputasi diperoleh

hasil cronbach alpha masing-masing senilai 0.737 untuk eskalasi komitmen, 0.729 untuk

asimetri informasi, 0.810 untuk perasaan bertanggung jawab, dan 0.791 untuk reputasi.

Hasil-hasil tersebut diatas 0.60 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut

reliabel.

Untuk uji validitas, penguji menggunakan uji validitas tampang yaitu dengan cara

membentuk tim hakim untuk memeriksa makna yang terselip dalam setiap kalimat

pertanyaan agar tidak terjadi keambiguan makna. Tim hakim ini terdiri dari 4 orang, yaitu 2

orang dari kalangan mahasiswa dan 2 orang dari rekan sesama profesi.
F. Pengujian Hipotesa

Pengujian hipotesa dilakukan dengan menggunakan uji anava yang akan peneliti olah

dengan menggunakan SPSS versi 21.

G. Task dan Prosedur Eksperimen

Eksperimen yang peneliti lakukan yaitu eksperimen semu, dengan menggunakan

mahasiswa MIA dan S1 akuntansi semester 5 tau yang sedang atau telah mengambil mata

kuliah sistem pengendalian manajamene. Eksperimen dilaksanakan dalam hari yang berbeda

yaitu hari Sabtu dan rabu pada pukul 9.55 wib di dua gedung terpisah yaitu gedung E dan G.

Alasan pelaksanaan dilakukan pada dua hari yang berbeda dikarenakan waktu luang yang

dimiliki oleh responden untuk memungkinkannya dilakukan eksperimen.

Sebelum eksperimen dijalankan, peneliti terlebih dahulu membentuk tim eksperimenter

sebanyak empat orang yang berasal dari mahasiswa jurusan akuntansi yang telah duduk

disemester akhir. Keempat tim tersebut kemudian peneliti arahkan untuk dapat menjadi

eksperimenter dengan menjalan tugas sebagai mana mestinya. Setelah tim ekperimenter

dibentuk kemudian peneliti bersama tim eksperimenter meminta kesediaan mahasiswa S1 dan

MIA untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Namun, karena keterbatasan peneliti

untuk merandom subyek yang akan menjadi responden dalam setiap kelompok maka, hal ini

membuat peneliti untuk menjadikan eksperimen yang peneliti lakukan sebagai eksperimen

semu. Kelompok yang peneliti bentuk yaitu sebanyak delapan kelompok.

Pada saat pelaksanaan eksperimen, tim eksperimen memberikan pengarahan cara

pengisian serta mengambarkan keadaan atau kondisi perusahaan baik mengenai kondisi

keuangan maupun kondisi manajemen. Setelah itu tim eksperimen meminta responden untuk

dapat menjadi seperti yang tertera dalam instrumen dan kemudian mengisi pertanyaan yang

tertera dalam instrument tersebut. Kemudian setelah responden menjawab pertanyaan dari
satu bagian maka, responden dilarang untuk membaca treatments tanpa ada instruksi dari tim

eksperimenter. Setelah responden selesai menjawab semua pertanyaan kemudian tim membagi soal

cek manipulasi untuk diisi oleh responden dengan tujuan untuk mengetahui apakah responden sudah

memahami isi dari naskah yang diberikan. Setelah responden selesai mengisi maka, responden

dilarang untuk meninggalkan ruangan sebelum ada instruksi dari tim. Hal ini dimaksudkan untuk

mencegah timbulnya konsentrasi yang memudar bagi responden yang belum selesai mengisi

pertanyaan cek manipulasi. Instrumen yang peneliti sebar yaitu sebanyak 200 angket dengan sebaran

dimasing-maisng kelompok sebanyak 25 instrumen namun yang lulus cek manipulasi yaitu sebanyak

155 angket. Sehingga yang masuk kedalam pengolahan data selanjutnya yaitu sebanyak 155 angket

dari 155 responden dengan sebaran dimasing-masing kelompok yaitu 20 orang kelompok 1, kelompok

3, kelompok 4 dan kelompok 8. 19 responden untuk kelompok 2, kelompok 6, kelompok 7. Dan 18

responden untuk kelompok 5.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji manipulasi yang peneliti lakukan, ternyata dari 200 instrumen yang

peneliti sebar hanya 155 instrumen yang lulus atau 45 instrumen yang tidak lulus manipulasi.

Banyaknya instrument manipulasi yang tidak lulus ini disebabkan karena 15 angket yang

tidak terisi lengkap dan sisanya disebabkan karena pemahaman responden yang tidak tepat

mengenai kemauan dari yang ada dalam instrumen yang berjumlah sebanyak 12 serta ada

juga yang disebabkan karena ketidak konsistenan reponden dalam menjawab yang berjumlah

sebanyak 18 angket. 155 responden tersebut kemudian peneliti data biografinya sehingga

dapat diperoleh hasil seperti tabel yang ada berikut ini.

JenisKelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 46 29.7 29.7 29.7

Perempuan 109 70.3 70.3 100.0

Total 155 100.0 100.0

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <25th 134 86.5 86.5 86.5

25.1-35 19 12.3 12.3 98.7

35.1-45 2 1.3 1.3 100.0

Total 155 100.0 100.0

Program

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid MIA 15 9.7 9.7 9.7

PPAK 1 .6 .6 10.3

S1 139 89.7 89.7 100.0

Total 155 100.0 100.0


LtrBlkgPendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Akuntansi 150 96.8 96.8 96.8

NonAkuntansi 5 3.2 3.2 100.0

Total 155 100.0 100.0

PengalamanKerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 41 26.5 26.5 26.5

Tidak 114 73.5 73.5 100.0

Total 155 100.0 100.0

LamaKerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 114 73.5 73.5 73.5

0-1 15 9.7 9.7 83.2

1-5 23 14.8 14.8 98.1

5-10 1 .6 .6 98.7

10-15 2 1.3 1.3 100.0

Total 155 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 114 73.5 73.5 73.5

BUMN/BUMD 3 1.9 1.9 75.5

Swasta 12 7.7 7.7 83.2

Wiraswasta 9 5.8 5.8 89.0

Dosen 6 3.9 3.9 92.9

PNSSelainDosen 2 1.3 1.3 94.2

Lain-lain 9 5.8 5.8 100.0

Total 155 100.0 100.0


Dari tabel-tabel tersebut terlihat bahwa yang menjadi responden dalam penelitian ini

sebagian besar didominasi oleh perempuan sebanyak 70,3 % sedangkan laki-laki hanya

sebaanyak 29,3%. Sedangkan usia sebagian besar berada dibawa 25 tahun yaitu sebanyak

86.5%.

Berdasarkan hasil uji hipotesa dengan menggunakan uji anova satu arah diperoleh hasil

uji lavene untuk asimetri informasi sebagai berikut

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Eskalasi Komitmen

F df1 df2 Sig.

.276 1 153 .600

Sebagai tahap awal dari uji anova yaitu dengan melakukan uji varians dengan melalui uji

lavene. Dari hasil uji tersebut diperoleh hasil F sebesar 0. 276 dengan tingkat signifikansi

0.600 yaitu lebih besar dari 0.05 atau 5%. Sehingga uji anava pun dapat dilakukan. Dari

hasil uji anava diperoleh hasil yaitu

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Eskalasi Komitmen

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .705a 1 .705 .194 .660

Intercept 3116.937 1 3116.937 857.711 .000

AsimetriInformasi .705 1 .705 .194 .660

Error 556.005 153 3.634

Total 3673.000 155

Corrected Total 556.710 154

a. R Squared = ,001 (Adjusted R Squared = -,005)

Dari tabel tersebut terlihat hasil F sebesar 0.194 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.660

yaitu lebih besar dari 0.05 atau 5%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa secara uji statistik

hipotesa pertama tidak terdukung atau gagal untuk menolak Ho. Hasil ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Schulz dan Cheng (2002) yang menjadikan asimetri sebagai

pemoderasi hubungan antara perasaan bertanggung jawab dan eskalasi komitmen. Hal ini

mungkin disebabkan karena keputusan untuk melakukan reinvestasi kemabali terhadap suatu

proyek yang gagal tidak saja didorong akan adanya asimetri informasi, namun juga faktor

psikis berupa karakter yang dimiliki oleh seorang manajer. Hal ini bisa dilihat dari R square

yang dihasilkan yaitu sebesar 1%, sehingga ada faktor lain yang lebih dominan.

Untuk hasil uji hipotesa kedua diperoleh hasil sebagai berikut:

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Eskalasi Komitmen

F df1 df2 Sig.

1.561 1 77 .215

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable:Eskalasi Komitmen

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 11.471a 1 11.471 3.948 .050

Intercept 1891.775 1 1891.775 651.116 .000

BertanggungJawab 11.471 1 11.471 3.948 .050

Error 223.719 77 2.905

Total 2131.000 79

Corrected Total 235.190 78

a. R Squared = ,049 (Adjusted R Squared = ,036)

Dari tabel diatas terlihat bahwa berdasarkan hasil uji lavene diperoleh hasil sebesar 0.215

atau 21.5% yaitu lebih besar dari 0.05 atau 5%, sehingga uji anava dapat dilanjutkan. Dari

tabel ketiga terlihat hasil signifikansi sebesar 0.05 atau sebesar 5% dengan kemampuan untuk

menjelaskantau niali R square yaitu sebesar 4,9%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

berdasarkan hasil uji statistik hipotesa kedua terdukung. Hasil ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Schulz dan Cheng (2002) yang menyatakan bahwa eskalasi komitmen

akan meningkat ketika seseorang memiliki perasaan tanggung jawab yang tinggi.

Pengujian akan hipotesa ketiga diperoleh hasil yaitu sebagai berikut:

Between-Subjects Factors

Value Label N

Kelompok 1 Kelompok 1 20

2 Kelompok 2 19

3 Kelompok 3 20

4 Kelompok 4 20

Keterangan:

Kel 1: Kelompok yang mendapatkan perlakuan akan perasaan tanggung jawab yang

tinggi dan terdapatnya asimetri informasi.

Kel 2: Kelompok yang mendapat perlakuan akan perasaan tanggung jawab yang rendah

dan terdapatnya simetri informasi

Kel 3: kelompok yang mendapat perlakuan akan perasaan tanggung jawab yang tinggi

dan tidak terdapatnya asimetri informasi

Kel 4: Kelompok yang mendapat perlakuan akan perasaan tanggung jawab yang rendah

dan tidak terdapatnya asimetri informasi.

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Eskalasi Komitmen

F df1 df2 Sig.

.652 3 75 .584
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Eskalasi Komitmen

Kelompok Mean Std. Deviation N

Kelompok 1 4.35 2.033 20

Kelompok 2 4.26 2.400 19

Kelompok 3 4.75 2.099 20

Kelompok 4 4.05 2.188 20

Total 4.35 2.155 79

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Eskalasi Komitmen

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 5.142a 3 1.714 .360 .782

Intercept 1496.401 1 1496.401 314.428 .000

Kelompok 5.142 3 1.714 .360 .782

Error 356.934 75 4.759

Total 1860.000 79

Corrected Total 362.076 78

a. R Squared = ,014 (Adjusted R Squared = -,025)

Dari tabel-tabel tersebut terlihat bahwa berdasarkan hasil uji lavene diperoleh hasil sebesar

0.584 atau lebih besar dari 0.05 sehingga uji anava dapat dilakukan. Berdasarkan hasil uji

anava antar cel terlihat hasil bahwa kelompok 1 hanya mampu menigkatkan eskalasi dengan

rata-rata sebesar 4.35 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.782 atau lebih besar dari 0.05.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa secara statistis gagal untuk menolak Ho atau hipotesa

alternatif tidak terdukung. Hasil ini pun mendukung dari hasil penelitian Schulz dan Cheng

(2002). Hal ini kemungkinan disebabkan karena lemahnya kemampuan asimetri informasi

yang berperan sebagai variabel independen, sehingga hal ini membuat ketidak terdukungan

hipotesa yang peneliti ajukan.

Pengujian hipotesa ke empat diperoleh hasil sebagai berikut ini:


Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Eskalasi Komitmen

F df1 df2 Sig.

8.162 1 74 .006

Walaupun berdasarkan hasil uji lavene diperoleh hasil 0.006 yaitu lebih kecil dari 0.05

namun, pengujian anava tetap dapat dilakukan Ghazali (2007). Berdasarkan hasil uji anava

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Eskalasi Komitmen

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 22.118a 1 22.118 9.417 .003

Intercept 1621.066 1 1621.066 690.149 .000

Reputasi 22.118 1 22.118 9.417 .003

Error 173.816 74 2.349

Total 1817.000 76

Corrected Total 195.934 75

a. R Squared = ,113 (Adjusted R Squared = ,101)


Dari hasil uji tersebut diperoleh hasil F sebesar 9.417 dengan tingkat signifikansi sebesar

0.003 yaitu lebih kecil dari 0.05 atau 5% dengan nilai R square sebesar 11.3% atau

kemampuan reputasi untuk menjelaskan suatu model yaitu sebesar 11,3%. Sehingga

berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesa ke empat terdukung.

Untuk pengujian hipotesa kelima diperoleh hasil sebagai berikut:

Between-Subjects Factors

Value Label N

Kelompok 5 Kelompok 5 18

6 Kelompok 6 19

7 Kelompok 7 19

8 Kelompok 8 20
Keterangan:

Kelompok 5: Kelompok dengan perlakuan reputasi tinggi dan terdapat asimetri informasi

Kelompok 6: Kel dengan perlakuan reputasi rendah dan terdapat asimetri informasi

Kelompok 7: Kel dengan perlakuan reputasi rendah dan tidak terdapat asimetri informasi

Kelompok 8: Kel dengan perlakuan reputasi tinggi dan tidak terdapat asimetri informasi

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Eskalasi Komitmen

F df1 df2 Sig.

.731 3 72 .537

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Eskalasi Komitmen

Kelompok Mean Std. Deviation N

Kelompok 5 4.50 1.886 18

Kelompok 6 4.74 1.593 19

Kelompok 7 4.47 1.896 19

Kelompok 8 4.50 1.469 20

Total 4.55 1.684 76

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Eskalasi Komitmen

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .868a 3 .289 .098 .961

Intercept 1573.026 1 1573.026 534.434 .000

Kel .868 3 .289 .098 .961

Error 211.921 72 2.943

Total 1788.000 76

Corrected Total 212.789 75

a. R Squared = ,004 (Adjusted R Squared = -,037)

Berdasarkan dari hasil uji lavene terlihat hasil sebesar 0.537 atau diatas 0.05 sehingga

dapat disimpulkan baha uji anava dapat dijalankan. Berdasarkan tabel deskriptif terlihat
bahwa rata-rata eskalasi yang dihasilkan oleh kelompok 5 yaitu sebesar 4,50 dengan tingkat

signifikasi akan uji beda antar sel yaitu sebesar 0.961 atau lebih besar dari 0.05. Dari hasil ini

dapat disimpulkan bahwa secara statistis hipotesa lima tidak terdukung atau gagal untuk

menolak. Hal ini dimungkinkan karena ketidakmampuan variabel asimetri informasi sebagai

variabel independen baik bertindak secara tunggal maupun diinteraksikan dengan reputasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menguji secara empiris pengaruh langsung antara

variabel asimetri informasi, reputasi, dan perasaan bertanggung jawab terhadap eskalasi

komitmen, serta menguji pengaruh interaksi antara asimetri informasi dan reputasi terhadap

eskalasi komitmen serta menguji pengaruh interaksi antara asimetri informasi dan perasaan

bertanggung jawab terhadap eskalasi komitmen.

Dari hasil uji hipotesa diperoleh kesimpulan bahwa perasaan bertanggung jawab dan

reputasi mempunyai pengaruh terhadap tingkat eskalasi komitmen, sedangkan asimetri

informasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap eskalasi komitmen. Selain itu

dari hasil uji interaksi ternyata hipotesa ketiga dan kelima tidak terdukung tentu saja hal ini

menimbulkan terunikan yang semestinya secara teoritis dan logika hubungan interaksi

tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap eskalasi komitmen. Hal ini

dimungkinkan karena adanya faktor psikologi yang lain yang lebih berperan dalam interaksi

tersebut seperti reward dan punishment sehingga hal ini dimungkinkan menimbulkan

kurangnya penghayatan dari responden akan kasus yang diberikan. Dari keterbatasan ini

maka disarankan untuk mengkaji kembali dan menambah faktor psikologis yang lain dalam

pembentukan model.
LAMPIRAN

Scale: Reputasi
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Cronbach's Alpha Items N of Items

.791 .795 2

Scale: Asimetri Informasi


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Cronbach's Alpha Items N of Items

.729 .734 2

Scale: Eskalasi Komitmen


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Cronbach's Alphaa Itemsa N of Items

-.737 -.740 2

Scale: perasaan Bertanggung Jawab


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Cronbach's Alpha Items N of Items

..810 .824 2
DAFTAR PUSTAKA

Baiman, S. 1990. Agency Research in managerial accounting: A second look. Accounting,


Organizations and Society, 15 (4): 341-371.

Bazerman, M.H. 1994. Judgment in Managerial Decision Making, 3rd ed., New York, NY:
Wiley.

Bowen. 1987. The escalation phenomenon reconsidered: decisions dilemmas or decisions


errors?. Academy of management review, 12 (1), 52-66.

Brockner, J. 1992. The escalation of commitment to a failing course of action: toward


theoretical progress. Academy of Management Review, 17 (1): 39-61.

Cooper dan Schindler. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta: Media Global Edukasi

Cozby, Paul. 2009. Methods in Behavioral Research 9th Edition. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Ghozali. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan penerbit
UNDIP. Semarang

Gudono. 2009. Teori Organisasi. Pensil, Yogyakarta

Santoso, A.B. 2012. Peranan locus of control, self-set dan organizational set, hurdle rates
terhadap tingkat eskalasi komitmen pada level pengambilan keputusan pada
penganggaran modal. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 1 (3).

Schulz, Axel. Dan Cheng, Mandy. 2002. Persistence in capital budgeting reinvestment
decisions-personal responsibility antecedent and information asymmetry moderator: A
note. Accounting and Finance, 42: 73-86

Staw, B.M. 1976. Knee-deep in the big muddy: A study escalation commitment to chosen
course of action. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 16 (27-44)

Staw, B.M. 1981. The Escalation of Commitment to a Course Action, Academy of


Management Review, 6 (4): 577-587.

Staw, B.M. dan F. Fox. 1977. Escalation: some determinants of commitment to a previously
chosen course of action. Human Relations, 30 (431-450).

Staw, B.M. dan J. Ross. 1987. Knowing when to pull the plug. Harvard Business Review.
65(2), 68-74.

Stevens, D.E. 2002. The effects of reputation and ethics on budgetary slack. Journal of
Management Accounting Research, Vol.14.

Anda mungkin juga menyukai