PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anggaran modal merupakan salah satu alat yang penting dalam suatu perusahaan
sehingga, tak jarang banyak manajer yang melakukan tindakan disfungsional seperti eskalasi
sebagai akibat dari adanya moral hazard yang terdapat dalam diri pribadi seseorang.
irasional, sedangkan sebagian lagi menyebutkan bahwa tindakan ini merupakan tindakan
Berkaitan dengan hal tersebut, tak sedikit peneliti yang mencoba melakukan penelitian
dibidang akuntansi keprilakuan, salah satunya yaitu penelitian yang berusaha untuk
yang dimiliki oleh setiap individu tentu saja akan membuat hasil yang berbeda pula (Schulz
dan Cheng, 2002). Merujuk pada hal tersebut maka, peneliti mencoba mengaji ulang hasil
penelitian tersebut dengan maksud untuk melihat kekonsistenan hasil penelitian dari peneliti-
peneliti sebelumnya melalui pengembangan model penelitian yang sudah ada. Hal ini yang
kemudian menjadi motivasi awal bagi peneliti sehingga, peneliti mencoba untuk mereplika
penelitian yang dilakukan oleh Schulz dan Cheng (2002). Schulz dan Cheng mencoba untuk
meneliti faktor anteseden dari eskalasi komitmen dengan menjadikan perasaan bertanggung
jawab dan asimetri informasi sebagai variabel independen (X) dan eskalasi komitmen sebagai
variabel dependen (Y), tak hanya itu mereka juga mencoba mengajukan proposisi dengan
perasaan bertanggung jawab dengan eskalasi komitmen. Namun, dari hipotesa yang diajukan
ternyata hipotesa yang menjadikan asimetri informasi sebagai pemoderasi tidak tedukung.
Hal ini tentu saja menjadikan keterunikan tersendiri bagi peneliti karena berdasarkan SJT
hipotesa tersebut memiliki peluang yang kuat untuk terdukung. Merujuk hal tersebut maka,
peneliti mencoba untuk mencari pembeda antara penelitian yang dilakukan oleh Schulz dan
Cheng pada tahun 2002 dengan sedikit merubah model penelitian yang ada. Hal ini peneliti
lakukan dengan bersandarkan kepada 2 hal yaitu self justification theory atau yang lebih
dikenal dengan SJT dan faktor internal dan eksternal yang dikemukakan oleh Staw (1981).
Brockner (1992) menjelaskan bahwasanya eskalasi komitmen dinaungi oleh tiga teori yaitu
teori justifikasi diri, teori dilemma, dan teori prospek yang ketiganya saling bersaing
(competing) namun, teori justifikasi diri lah yang paling layak untuk menerangkan perilaku
eskalasi komitmen.
SJT yaitu teori yang menerangkan bahwasannya ketika seorang pengambil keputusan
proyek dihadapkan dengan kemunduran selama proyek itu berlangsung, maka mereka akan
menaikkan komitmen yang mereka miliki sebagai upaya untuk kembali ke proyek atau untuk
menunjukkan rasionalitas dari sejumlah tindakan yang mereka lakukan (Staw: 1981). Maka,
hal ini semakin memperkuat keyakinan peneliti untuk mengembangkan model yang sudah
dilakukan oleh Schulz dan Cheng pada tahun 2002. Selain itu yang menjadi motivasi lainnya
yaitu peneliti belum menemui penelitian mengenai eskalasi komitmen di Indonesia yang
menggunakan variabel reputasi sebagai variabel pemoderasi, hal ini memperkuat asumsi
Model yang peneliti coba kembangkan yaitu dengan menjadikan asimetri informasi,
perasaan bertanggung jawab, dan reputasi sebagai variabel anteseden dari eskalasi komitmen,
selain itu peneliti juga mencoba untuk mengajukan proposisi dengan menjadikan variabel
perasaan bertanggung jawab dan reputasi sebagai veriabel pemoderasi hubungan antara
asimteri informasi dengan eskalasi komitmen. Metoda penelitian yang peneliti gunakan yaitu
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh asimetri
informasi yang diterima oleh manajer atas proyek yang sedang dijalankan berupa
pengetahuan atas informasi yang ada, yang pengetahuan tersebut tidak dimiliki oleh prinsipal,
perasaan bertanggung jawab, serta reputasi terhadap tingkat eskalasi komitmen, selain itu
juga penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perasaan bertanggung jawab dan
reputasi sebagai variabel pemoderasi hubungan antara asimetri informasi terhadap eskalasi
komitmen. Sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dibidang teoritis
yaitu berupa meningkatnya pemahaman kita mengenai profesionalisme dan konflik etika
ketika masalah disfungsional terjadi, sehingga hal ini dapat meningkatkan wawasan khasanah
keilmuan bagi penelitti maupun yang lainnya dibidang akuntansi keprilakuan maupun
pengambilan keputusan.
B. RUMUSAN MASALAH
merupakan suatu fenomena yang kerap kali terjadi dalam kehidupan kita. Sebagian pakar
sebagian lagi menyebutkan bahwa tindakan ini merupakan tindakan yang rasional ketika
dilakukan oleh Schulz dan Cheng (2002). Schulz dan Cheng mencoba untuk meneliti faktor
anteseden dari eskalasi komitmen dengan menjadikan perasaan bertanggung jawab dan
asimetri informasi sebagai variabel independen (X) dan eskalasi komitmen sebagai variabel
dependen (Y), tak hanya itu mereka juga mencoba mengajukan proposisi dengan menjadikan
bertanggung jawab dengan eskalasi komitmen. Namun, dari hipotesa yang diajukan ternyata
hipotesa yang menjadikan asimetri informasi sebagai pemoderasi tidak tedukung. Hal ini
menurut peneliti mungkin saja disebabkan oleh perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh
setiap orang. Merujuk hal tersebut maka, peneliti mencoba untuk menguji kembali
kekonsistenan hasil penelitian yang dilakukan oleh Schulz dan Cheng pada tahun 2002
dengan sedikit merubah model penelitian yang ada. Hal ini peneliti lakukan dengan
bersandarkan kepada 2 hal yaitu self justification theory atau yang lebih dikenal dengan SJT
dan faktor internal dan eksternal yang dikemukakan oleh Staw (1981). Model yang peneliti
coba kembangkan yaitu dengan menjadikan asimetri informasi, perasaan bertanggung jawab,
dan reputasi sebagai variabel anteseden dari eskalasi komitmen, selain itu peneliti juga
jawab dan reputasi sebagai veriabel pemoderasi hubungan antara asimteri informasi dengan
peneliti mencoba untuk mengontrol hubungan dari variabel-variabel yang peneliti ajukan
dengan menjadikan pengalaman kerja, komitmen, konsistensian, framing, dan preferensi
Untuk menjawab dugaan sementara atas pertanyaan yang peneliti ajukan maka, peneliti
mengajukan 5 hipotesa atau 5 Ha, yang hipotesa tersebut akan peneliti uji keterdukungannya
Ha1: Meningkatnya eskalasi komitmen akan terjadi ketika asimetri informasi ada
Ha2: Manajer dengan perasaan bertanggung jawab tinggi akan suatu proyek yang sedang
Ha3: Eskalasi komitmen yang dihasilkan oleh keberadaan asimetri informasi akan meningkat
ketika seseorang berada dalam perasaan bertanggung jawab yang tinggi dibandingkan
Ha4: Eskalasi komitmen akan menigkat ketika seseorang berada dalam keadaan upaya
Ha5: Eskalasi komitmen yang dihasilkan oleh keberadaan asimetri informasi akan meningkat
ketika seseorang berada dalam upaya menjaga reputasi yang tinggi dibandingkan
A. GRAND THEORY
Penelitian ini menggunakan teori justifikasi diri sebagai grand teori dari penelitian ini.
Self justification theory yaitu teori yang paing kuat untuk menjelaskan mengenai eskalasi
komitmen (Brockner: 1992). Teori ini menjelaskan bahwa ketika seorang pengambil
keputusan proyek dihadapkan dengan kemunduran selama proyek itu berlangsung, maka
mereka akan menaikkan komitmen yang mereka miliki sebagai upaya untuk kembali ke
proyek atau untuk menunjukkan rasionalitas dari sejumlah tindakan yang mereka lakukan
(Staw: 1981). Teori ini mendukung teori cognitive dissonance dari Festinger (1957) dan teori
komitmen psikologi dari Kiesler (1971) dalam menjelaskan motivasi yang menyebabkan
terjadinya eskalasi komitemn dalam diri seorang manajer dalam Santoso (2012).
B. SUPPORTING THEORY
Teori Keagenan
Teori keagenan dibangun sebagai upaya untuk memahami dan memecahkan masalah
yang muncul manakala ada ketidaklengkapan informasi pada saat melakukan ikatan kontrak.
Kontrak yang dimaksudkan disini adalah kontrak antara prinsipal dan agen. Teori keagenan
meramal jika agen memiliki keunggulan informasi dibanding prinsipal dan kepentingan agen
dan prinsipal berbeda, maka akan terjadi agent-principal problem yang dalam hal ini agen
akan melakukan yang menguntungkan dirinya namun merugikan prinsipal (Gudono, 2009,
p.177). Pada dasarnya keduanya mempunyai motif yang sama yaitu pemenuhan akan
kebutuhan materi.
Coase, Berle, dan Means (dalam Gudono, 2009, p.177) telah menyoroti perilaku
oportunistik manajer sebagai akibat kepemilikan saham perusahaan yang tersebar dan
corporate law yang memberi kekuasaan terlalu besar pada manajemen yang merugikan
pemegang saham. Sehingga, ada dua macam bentuk masalah keagenan yang terdapat dalam
Pilihan buruk terjadi manakala prinsipal tidak mengetahui kemampuan agen sehingga,
prinsipal terjerumus membuat pilihan yang buruk mengenai agen. Sedangkan bencana moral
terjadi manakala kontrak sudah disetujui oleh prinsipal dan agen namun pihak agen yang
sadar memiliki keunggulan (informasi) tidak memenuhi persyaratan (term) kontrak tersebut.
C. DEFINISI
ESKALASI KOMITMEN
Sebagian besar eskalasi komitmen dikaji dalam ilmu psikologi dan manajemen.
Eskalasi diibaratkan seperti permainan yang dalam hal ini proyek akan diteruskan atau
diberhentikan. Sehingga, para pembuat keputusan bergerak pada keputusan yang keputusan
atau mengeskalasi komitmennya pada serangkaian tindakan yang gagal (Brockner, 1992).
Eskalasi komitmen merupakan bentuk kegagalan dalam membuat keputusan yang rasional,
yang dalam hal ini seseorang melanjutkan keputusan yang sudah tampak rugi dalam beberapa
periode. Bukti empiris menunjukkan bahwa manajer yang memulai suatu proyek yang
kemudian menjadi tidak menguntungkan justru lebih cenderung untuk meneruskan proyek itu
daripada manajer yang tidak memulai proyek (Staw, 1976, 1981). Kreitner dan Kinicki
(2002, dalam gudono, 2009, p.72) menyebutkan beberapa kategori penyebab eskalasi
Menurut Bazerman (1994) bahwa eskalasi komitmen dapat terjadi dalam dua hal yaitu:
unilateral escalation dan competitive escalation, yang keduanya terjadi disebabkan karena
ASIMETRI INFORMASI
Asimetri informasi merupakan suatu kondisi yang terjadi yang dalam hal ini salah satu
pihak memiliki informasi yang lebih dibandingkan dengan pihak yang lain. Hal ini biasanya
sering terjadi antara agen dan prinsipal. Sehingga, konflik keagenan pun muncul yang
berujung pada rasa ketidak percayaan antara satu dengan yang lainnya. Prinsipal sebagai
pihak yang menyerahkan kekayaannya untuk diolah oleh pihak agen sering kali merasa
dirugikan. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya dalam diri manusia ada sifat ingin
memenuhi kebutuhan yang dialaminya, hal ini tentu saja berimbas pada moral hazard.
Teori keagenan merupakan suatu teori yang sangat jelas menceritakan konflik tersebut.
Informasi yang berlebih yang dimiliki oleh pihak agen yang dalam hal ini informasi tersebut
tidak dimiliki oleh pihak prinsipal tak pelak akhirnya ditenggarai sebagai salah satu penyebab
Perasaan bertanggung jawab memiliki kata dasar bertanggung jawab atau tanggung
jawab. Kata-kata ini sering kali kita dengar dalam kehidupan keseharian kita. Secara harfiah
bertanggung jawab memiliki arti yaitu keadaan wajib menganggung segala sesuatu yang
terjadi atas konsekuensi dari tindakan yang telah kita lakukan baik disengaja maupun tidak
disengaja.
REPUTASI
Banyak peneliti yang mendefinisikan reputasi sebagai bentuk pengendalian ekonomi dan
perilaku agen.
D. PENGEMBANGAN HIPOTESA
Berdasarkan teori justifikasi diri terlihat jelas bahwa perilaku eskalasi komitmen sangat
mungkin terjadi ketika seseorang memperoleh feedback information yang tidak jelas atau
informasi yang negatif. Teori ini menggambarkan dengan jelas adanya upaya manajer
sebagai pengambil keputusan untuk mempertahankan keputusan awalnya yang telah gagal
sebagai bentuk rasionalitas atas keputusan yang telah diambil (Staw dan Fox: 1977). Upaya
ini sangat memungkin sekali dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu faktor psikologi akibat
Menurut para ahli psikologi bahwa setiap diri individu butuh untuk membenarkan
keputusan mereka terhadap diri mereka sendiri atau terhadap orang lain (Staw dan Ross:
1987 dalam Schulz dan Cheng: 2002). Faktor psikologi yang sangat memungkinkan sekali
terjadi yaitu adanya asimetri informasi, perasaan bertanggung jawab, dan reputasi. Terkait
dengan asimetri informasi, terkadang manajer bertindak sebagai seorang agen atau sebagai
bagian dari prinsipal. Namun, dalam konteks terjadinya asimetri informasi yang dalam hal
ini manajer memperoleh informasi yang lebih mengenai suatu keadaan baik dimasa lalu
maupun dimasa yang akan datang maka, biasanya manajer akan bertindak sebagai seorang
agen (Schulz dan Cheng: 2002). Meskipun asimetri informasi ini sangat erat kaitannya
dengan teori keagenan namun, peneliti memandang perilaku opportunistic dari seorang
manajer dari sisi self justification theory. Dari sudut teori ini sangat tergambar dengan jelas
peluang terjadinya eskalasi komitmen dari seorang manajer. Sehingga berdasarkan teori
Ha1: Meningkatnya eskalasi komitmen akan terjadi ketika asimetri informasi ada
Ditinjau dari segi perasaan bertanggung jawab bahwasannya Staws (1976) berargumen
bahwa perasaan bertanggung jawab personal merupakan suatu anteseden yang penting dalam
komitmen, hal ini dilihat dari hipotesa yang Staws ajukan terdukung yaitu bahwasannya
manajer akan kembali mengalokasikan dananya kembali pada proyek yang telah gagal ketika
seorang manajer berada dalam perasaan bertanggung jawab tinggi dibandingkan dengan
ketika seseorang berada dalam perasaan bertanggung jawab yang rendah. Hasil penelitian
Staws ini pun didukung dengan hasil penelitian yang diajukan oleh Schulz dan Cheng (2002).
Meskipun demikian hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Bowen (1987) yang menemukan bahwa adanya dukungan yang lemah terhadap perasaan
bertanggung jawab sebagai anteseden dari eskalasi komitmen. Hal ini kemudian menjadikan
alasan bagi peneliti bahwasannya persaan bertanggung jawab sangat dimungkinkan untuk
menjadi variabel pemoderasi dari adanya anteseden sebelumnya, yang mungkin saja dapat
berupa asimetri informasi. Sehingga berdasarkan argument tersebut dan teori justifikasi diri
Ha2: Manajer dengan perasaan bertanggung jawab tinggi akan suatu proyek yang sedang
Ha3: Eskalasi komitmen yang dihasilkan oleh keberadaan asimetri informasi akan meningkat
ketika seseorang berada dalam perasaan bertanggung jawab yang tinggi dibandingkan
Menurut Staws (1981) eskalasi komitmen dapat disebabkan oleh adanya upaya untuk
menjaga reputasi didepan orang lain. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk rasionalitas dari
seseorang. Sehingga, hal ini memicu seseorang untuk mempertahankan keputusan awalnya.
Secara teori justifikasi diri, hal ini sangat memungkin sekali terjadi ketika seseorang berada
dalam dilematis. Selain itu, ada sebagian peneliti yang menyatakan bahwasannya reputasi
dapat juga bertindak sebagai pemoderasi antara hubungan variabel determinan dengan
variabel konsekuensis sebagai bentuk dari perilaku dari ketertarikan diri (Arrow: 1985 dalam
Stevens: 2002). Sehingga berdasarkan hal tersebut maka, hipotesa yang peneliti ajukan yaitu:
Ha4: Eskalasi komitmen akan menigkat ketika seseorang berada dalam keadaan upaya
Ha5: Eskalasi komitmen yang dihasilkan oleh keberadaan asimetri informasi akan meningkat
ketika seseorang berada dalam upaya menjaga reputasi yang tinggi dibandingkan
A. Populasi
Populasi dari penelitian ini yaitu mahasiswa pasca sarjana dilingkungan FEB Unila
Pengambilan sampel peneliti lakukan melalui metoda non probabilitas yaitu dengan
1. Mahasiswa pasca sarjana yang memiliki keilmuan dibidang akuntansi yaitu mahasiswa
2. Mahasiswa S1 akuntansi yang telah duduk disemester 5 atau yang telah atau sedang
Kriteria ini peneliti terapkan dengan asumsi bahwa mahasiswa tersebut telah memiliki
pemahaman yang lebih mendalam dibidang akuntansi khususnya dalam proses pengambilan
keputusan. Sehingga, hal ini diharapkan dapat mewakili keadaan yang sesungguhnya. Selain
itu, alasan peneliti menggunakan mahasiswa S1 yaitu karena mahasiswa tersebut masih
Sedangkan alasan peneliti menggunakan mahasiswa MIA yang sedang duduk disemester
akhir yaitu pada semester tersebut mahasiswa sedang berada dalam proses penyusunan tesis
sehingga animo mahasiswa untuk menjadi responden dalam penelitian ini secara sukarela pun
Variabel yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi variabel independen,
variabel pemoderasi, serta variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu
meliputi asimetri informasi, perasaan bertanggung jawab, dan reputasi. Selain bertindak
sebagai variabel independen, perasaan bertanggung jawab dan reputasi juga bertindak sebagai
sebagai variabel independen maupun sebagai variabel pemoderasi dalam hal kaitannya
dengan eskalasi komitmen. Sehingga, hal ini membuat peneliti merasa perlu untuk dikaji
kembali.
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan data primer. Proses
pengambilan data yaitu dengan menggunakan metoda eksperimen semu yaitu desain factorial
between subjek 2x2x2, hal ini peneliti lakukan karena keterbatasan wewenang peneliti untuk
merandom subjek yang akan menjadi responden dalam eksperimen yang peneliti jalankan.
Instrumen yang peneliti gunakan yaitu berupa naskah yang peneliti adopsi dari Staw (9176)
untuk perasaan bertanggung jawab dan asimetri informasi, sedangkan untuk instrumen
reputasi peneliti adopsi dari Stevens (2002). Namun, agar hasil penelitian sesuai dengan
yang peneliti inginkan maka, instrument tersebut akan peneliti sesuaikan dengan keadaan
Uji ini dilakukan untuk mengukur kehandalan dan kevalidan dari instrument yang
digunakan dalam penelitian. Uji ini peneliti lakukan dengan menggunakan data yang peneliti
dapatkan dari hasil uji pilot. Uji pilot peneliti lakukan sebelum ekseperimen yang
sesungguhnya dilaksanakan. Uji ini menggunakan responden lain yang bukan menjadi target
dari penelitian. Responden dari uji pilot ini yaitu mahasiswa ekonomi jurusan manajemen
yang telah duduk dibangku semester v. Pelaksanaan uji pilot ini dilaksanakan pada hari
selasa jam 09.40 wib di ruang E114 dengan melibatkan responden sebanyak 120 orang
selama 15 menit. Setelah melakukan pilot kemudian penelitian melakukan uji reliabilitas
dengan menggunakan Cronbach Alpha, standar yang peneliti gunakan untuk menggolongkan
bahwa instrumen yang peneliti gunakan reliabel yaitu dengan menggunakan standar Nunnally
(1960) dalam Ghazali (2007, p. 44) nilai Cronbach Alpha > 0,60 atau diatas 60%.
Berdasarkan hasil uji reliabel terhadap empat konstruk yang peneliti gunakan yaitu
eskalasi komitmen, perasaan bertanggung jawab, asimetri informasi, dan reputasi diperoleh
hasil cronbach alpha masing-masing senilai 0.737 untuk eskalasi komitmen, 0.729 untuk
asimetri informasi, 0.810 untuk perasaan bertanggung jawab, dan 0.791 untuk reputasi.
Hasil-hasil tersebut diatas 0.60 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut
reliabel.
Untuk uji validitas, penguji menggunakan uji validitas tampang yaitu dengan cara
membentuk tim hakim untuk memeriksa makna yang terselip dalam setiap kalimat
pertanyaan agar tidak terjadi keambiguan makna. Tim hakim ini terdiri dari 4 orang, yaitu 2
orang dari kalangan mahasiswa dan 2 orang dari rekan sesama profesi.
F. Pengujian Hipotesa
Pengujian hipotesa dilakukan dengan menggunakan uji anava yang akan peneliti olah
mahasiswa MIA dan S1 akuntansi semester 5 tau yang sedang atau telah mengambil mata
kuliah sistem pengendalian manajamene. Eksperimen dilaksanakan dalam hari yang berbeda
yaitu hari Sabtu dan rabu pada pukul 9.55 wib di dua gedung terpisah yaitu gedung E dan G.
Alasan pelaksanaan dilakukan pada dua hari yang berbeda dikarenakan waktu luang yang
sebanyak empat orang yang berasal dari mahasiswa jurusan akuntansi yang telah duduk
disemester akhir. Keempat tim tersebut kemudian peneliti arahkan untuk dapat menjadi
eksperimenter dengan menjalan tugas sebagai mana mestinya. Setelah tim ekperimenter
dibentuk kemudian peneliti bersama tim eksperimenter meminta kesediaan mahasiswa S1 dan
MIA untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Namun, karena keterbatasan peneliti
untuk merandom subyek yang akan menjadi responden dalam setiap kelompok maka, hal ini
membuat peneliti untuk menjadikan eksperimen yang peneliti lakukan sebagai eksperimen
pengisian serta mengambarkan keadaan atau kondisi perusahaan baik mengenai kondisi
keuangan maupun kondisi manajemen. Setelah itu tim eksperimen meminta responden untuk
dapat menjadi seperti yang tertera dalam instrumen dan kemudian mengisi pertanyaan yang
tertera dalam instrument tersebut. Kemudian setelah responden menjawab pertanyaan dari
satu bagian maka, responden dilarang untuk membaca treatments tanpa ada instruksi dari tim
eksperimenter. Setelah responden selesai menjawab semua pertanyaan kemudian tim membagi soal
cek manipulasi untuk diisi oleh responden dengan tujuan untuk mengetahui apakah responden sudah
memahami isi dari naskah yang diberikan. Setelah responden selesai mengisi maka, responden
dilarang untuk meninggalkan ruangan sebelum ada instruksi dari tim. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah timbulnya konsentrasi yang memudar bagi responden yang belum selesai mengisi
pertanyaan cek manipulasi. Instrumen yang peneliti sebar yaitu sebanyak 200 angket dengan sebaran
dimasing-maisng kelompok sebanyak 25 instrumen namun yang lulus cek manipulasi yaitu sebanyak
155 angket. Sehingga yang masuk kedalam pengolahan data selanjutnya yaitu sebanyak 155 angket
dari 155 responden dengan sebaran dimasing-masing kelompok yaitu 20 orang kelompok 1, kelompok
Berdasarkan hasil uji manipulasi yang peneliti lakukan, ternyata dari 200 instrumen yang
peneliti sebar hanya 155 instrumen yang lulus atau 45 instrumen yang tidak lulus manipulasi.
Banyaknya instrument manipulasi yang tidak lulus ini disebabkan karena 15 angket yang
tidak terisi lengkap dan sisanya disebabkan karena pemahaman responden yang tidak tepat
mengenai kemauan dari yang ada dalam instrumen yang berjumlah sebanyak 12 serta ada
juga yang disebabkan karena ketidak konsistenan reponden dalam menjawab yang berjumlah
sebanyak 18 angket. 155 responden tersebut kemudian peneliti data biografinya sehingga
JenisKelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Program
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PPAK 1 .6 .6 10.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PengalamanKerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
LamaKerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
5-10 1 .6 .6 98.7
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
sebagian besar didominasi oleh perempuan sebanyak 70,3 % sedangkan laki-laki hanya
sebaanyak 29,3%. Sedangkan usia sebagian besar berada dibawa 25 tahun yaitu sebanyak
86.5%.
Berdasarkan hasil uji hipotesa dengan menggunakan uji anova satu arah diperoleh hasil
Sebagai tahap awal dari uji anova yaitu dengan melakukan uji varians dengan melalui uji
lavene. Dari hasil uji tersebut diperoleh hasil F sebesar 0. 276 dengan tingkat signifikansi
0.600 yaitu lebih besar dari 0.05 atau 5%. Sehingga uji anava pun dapat dilakukan. Dari
Dari tabel tersebut terlihat hasil F sebesar 0.194 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.660
yaitu lebih besar dari 0.05 atau 5%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa secara uji statistik
hipotesa pertama tidak terdukung atau gagal untuk menolak Ho. Hasil ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Schulz dan Cheng (2002) yang menjadikan asimetri sebagai
pemoderasi hubungan antara perasaan bertanggung jawab dan eskalasi komitmen. Hal ini
mungkin disebabkan karena keputusan untuk melakukan reinvestasi kemabali terhadap suatu
proyek yang gagal tidak saja didorong akan adanya asimetri informasi, namun juga faktor
psikis berupa karakter yang dimiliki oleh seorang manajer. Hal ini bisa dilihat dari R square
yang dihasilkan yaitu sebesar 1%, sehingga ada faktor lain yang lebih dominan.
1.561 1 77 .215
Total 2131.000 79
Dari tabel diatas terlihat bahwa berdasarkan hasil uji lavene diperoleh hasil sebesar 0.215
atau 21.5% yaitu lebih besar dari 0.05 atau 5%, sehingga uji anava dapat dilanjutkan. Dari
tabel ketiga terlihat hasil signifikansi sebesar 0.05 atau sebesar 5% dengan kemampuan untuk
menjelaskantau niali R square yaitu sebesar 4,9%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan hasil uji statistik hipotesa kedua terdukung. Hasil ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Schulz dan Cheng (2002) yang menyatakan bahwa eskalasi komitmen
akan meningkat ketika seseorang memiliki perasaan tanggung jawab yang tinggi.
Between-Subjects Factors
Value Label N
Kelompok 1 Kelompok 1 20
2 Kelompok 2 19
3 Kelompok 3 20
4 Kelompok 4 20
Keterangan:
Kel 1: Kelompok yang mendapatkan perlakuan akan perasaan tanggung jawab yang
Kel 2: Kelompok yang mendapat perlakuan akan perasaan tanggung jawab yang rendah
Kel 3: kelompok yang mendapat perlakuan akan perasaan tanggung jawab yang tinggi
Kel 4: Kelompok yang mendapat perlakuan akan perasaan tanggung jawab yang rendah
.652 3 75 .584
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Eskalasi Komitmen
Total 1860.000 79
Dari tabel-tabel tersebut terlihat bahwa berdasarkan hasil uji lavene diperoleh hasil sebesar
0.584 atau lebih besar dari 0.05 sehingga uji anava dapat dilakukan. Berdasarkan hasil uji
anava antar cel terlihat hasil bahwa kelompok 1 hanya mampu menigkatkan eskalasi dengan
rata-rata sebesar 4.35 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.782 atau lebih besar dari 0.05.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa secara statistis gagal untuk menolak Ho atau hipotesa
alternatif tidak terdukung. Hasil ini pun mendukung dari hasil penelitian Schulz dan Cheng
(2002). Hal ini kemungkinan disebabkan karena lemahnya kemampuan asimetri informasi
yang berperan sebagai variabel independen, sehingga hal ini membuat ketidak terdukungan
8.162 1 74 .006
Walaupun berdasarkan hasil uji lavene diperoleh hasil 0.006 yaitu lebih kecil dari 0.05
namun, pengujian anava tetap dapat dilakukan Ghazali (2007). Berdasarkan hasil uji anava
Total 1817.000 76
0.003 yaitu lebih kecil dari 0.05 atau 5% dengan nilai R square sebesar 11.3% atau
kemampuan reputasi untuk menjelaskan suatu model yaitu sebesar 11,3%. Sehingga
Between-Subjects Factors
Value Label N
Kelompok 5 Kelompok 5 18
6 Kelompok 6 19
7 Kelompok 7 19
8 Kelompok 8 20
Keterangan:
Kelompok 5: Kelompok dengan perlakuan reputasi tinggi dan terdapat asimetri informasi
Kelompok 6: Kel dengan perlakuan reputasi rendah dan terdapat asimetri informasi
Kelompok 7: Kel dengan perlakuan reputasi rendah dan tidak terdapat asimetri informasi
Kelompok 8: Kel dengan perlakuan reputasi tinggi dan tidak terdapat asimetri informasi
.731 3 72 .537
Descriptive Statistics
Total 1788.000 76
Berdasarkan dari hasil uji lavene terlihat hasil sebesar 0.537 atau diatas 0.05 sehingga
dapat disimpulkan baha uji anava dapat dijalankan. Berdasarkan tabel deskriptif terlihat
bahwa rata-rata eskalasi yang dihasilkan oleh kelompok 5 yaitu sebesar 4,50 dengan tingkat
signifikasi akan uji beda antar sel yaitu sebesar 0.961 atau lebih besar dari 0.05. Dari hasil ini
dapat disimpulkan bahwa secara statistis hipotesa lima tidak terdukung atau gagal untuk
menolak. Hal ini dimungkinkan karena ketidakmampuan variabel asimetri informasi sebagai
variabel independen baik bertindak secara tunggal maupun diinteraksikan dengan reputasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menguji secara empiris pengaruh langsung antara
variabel asimetri informasi, reputasi, dan perasaan bertanggung jawab terhadap eskalasi
komitmen, serta menguji pengaruh interaksi antara asimetri informasi dan reputasi terhadap
eskalasi komitmen serta menguji pengaruh interaksi antara asimetri informasi dan perasaan
Dari hasil uji hipotesa diperoleh kesimpulan bahwa perasaan bertanggung jawab dan
informasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap eskalasi komitmen. Selain itu
dari hasil uji interaksi ternyata hipotesa ketiga dan kelima tidak terdukung tentu saja hal ini
menimbulkan terunikan yang semestinya secara teoritis dan logika hubungan interaksi
tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap eskalasi komitmen. Hal ini
dimungkinkan karena adanya faktor psikologi yang lain yang lebih berperan dalam interaksi
tersebut seperti reward dan punishment sehingga hal ini dimungkinkan menimbulkan
kurangnya penghayatan dari responden akan kasus yang diberikan. Dari keterbatasan ini
maka disarankan untuk mengkaji kembali dan menambah faktor psikologis yang lain dalam
pembentukan model.
LAMPIRAN
Scale: Reputasi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Cronbach's Alpha Items N of Items
.791 .795 2
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Cronbach's Alpha Items N of Items
.729 .734 2
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Cronbach's Alphaa Itemsa N of Items
-.737 -.740 2
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Cronbach's Alpha Items N of Items
..810 .824 2
DAFTAR PUSTAKA
Bazerman, M.H. 1994. Judgment in Managerial Decision Making, 3rd ed., New York, NY:
Wiley.
Cooper dan Schindler. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta: Media Global Edukasi
Cozby, Paul. 2009. Methods in Behavioral Research 9th Edition. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ghozali. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan penerbit
UNDIP. Semarang
Santoso, A.B. 2012. Peranan locus of control, self-set dan organizational set, hurdle rates
terhadap tingkat eskalasi komitmen pada level pengambilan keputusan pada
penganggaran modal. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 1 (3).
Schulz, Axel. Dan Cheng, Mandy. 2002. Persistence in capital budgeting reinvestment
decisions-personal responsibility antecedent and information asymmetry moderator: A
note. Accounting and Finance, 42: 73-86
Staw, B.M. 1976. Knee-deep in the big muddy: A study escalation commitment to chosen
course of action. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 16 (27-44)
Staw, B.M. dan F. Fox. 1977. Escalation: some determinants of commitment to a previously
chosen course of action. Human Relations, 30 (431-450).
Staw, B.M. dan J. Ross. 1987. Knowing when to pull the plug. Harvard Business Review.
65(2), 68-74.
Stevens, D.E. 2002. The effects of reputation and ethics on budgetary slack. Journal of
Management Accounting Research, Vol.14.