PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa,
larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa,
dan bersifat netral. Asam dan Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga
dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk menentukan suatu larutan
bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama menggunakan
indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan
warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan
yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa.
Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya.
pHmerupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa
memiliki pH lebih dari 7, sedangkan larutan netral memiliki pH=7. pH suatu
larutan dapat ditentukan dengan indikator pH atau dengan pH meter.
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis waktu
dalam keadaan tertidur, istilah pernapasan yang lazim igunakan mencakup dua
proses yaitu pernapasan yaitu pernapasan luar(eksterna)merupakan penyerapan
O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secarah keseluruhan serta dalam
pernapasandalam (interna) merupakan penggunaan O2 dan pembentukan CO2
oleh sel – sel serta pertukaran gas(paru) dan sebuah pompa ventilasi
paru.Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukan udara
(inspirasi) dan pengeluaran udara ekspirasi maka mekanisme pernapasan
dibedakan atas dua macam yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Organ
yang berperan dalam sistem pernapasan yaitu hidung, pharynx, laring, trakhea,
bronkus, bronkeolus, alveoli, dan paru-paru.
Pada sistem pernapasan juga terdapat keseimbangan asam dan basa
dalam tubuh sangat penting untuk mempertahankan proses kehidupan. Kadar
kimia asam basa sukar dipisahkan dengan konsentrasi ion H+. Konsentrasi ion
1
H+ dalam berbagai larutan dapat berubah dan perubahan ini dapat disebabkan
oleh berbagai macam gangguan fungsi sel.
Hampir semua reaksi biokimia di dalam tubuh kita tergantung dari
pemeliharaan konsentrasi ion hidrogen yang fisiologis. Konsentrasi ion
hidrogen harus diatur secara ketat karena perubahan dari konsentrasi ion
hidrogen ini menyebabkan disfungsi organ yang luas. Pengaturan ini (yang
dikenal sebagai keseimbangan asam basa) merupakan hal yang sangat penting
bagi anesthesiologist.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang seperti yang diuraikan di atas, dapat ditarik atau dibuat
beberapa rumusan masalah, antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan asam basa ?
2. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan asam basa ?
3. Bagaimana pengaturan keseimbangan asam basa dalam tubuh ?
4. Apa saja ganggguan keseimbangan asam basa dalam tubuh ?
5. Bagaimana contoh asuhan keperawatan pasien dengan gangguan
keseimbangan asam basa ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka disimpulkan beberapa tujuan yaitu
:
1. Untuk mengetahui pengertian asam basa
2. Untuk mengetahui pengertian keseimbangan asam basa
3. Untuk mengetahui pengaturan keseimbangan asam basa dalam tubuh
4. Untuk mengetahui ganggguan keseimbangan asam basa dalam tubuh
5. Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pasien dengan gangguan
keseimbangan asam basa
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Asam
Asam adalah zat yang mampu membebaskan sebuah ion hidrogen. Contoh
asam antara lain adalah zat-zat yang dicetak tebal dalam rumus di bawah
ini, yang semuanya diperlihatkan dapat memberikan sebuah ion hidrogen:
HCl ↔ Cl- + H+
H2CO3 ↔ HCO3- + H+
Asam laktat ↔ Laktat + H+
NH4+ ↔ NH3 + H+
Suatu asam dapat kuat atau lemah, bergantung pada derajat penguraiannya
untuk membebaskan ion hidrogen. Misalnya, hidrogen klorida (HCl) secara
cepat dan total terurai menjadi ion hidrogen dan ion klorida sehingga
dianggap asam kuat. Sebaliknya, hanya beberapa molekul asam laktat yang
terurai menjadi ion hidrogen dan laktat sehingga asam laktat dianggap
sebagai asam lemah.
Basa
Basa adalah setiap zat yang dapat menerima sebuah ion hidrogen, sehingga
zat tersebut dapat mengeluarkan ion hidrogen dari larutan. Karena masing-
masing reaksi diatas bersifat reversible, maka setiap zat yang dihasilkan
3
bersama dengan ion hidrogen dapat menyatu kembali dengannya, dan
memindahkan reaksi ke arah yang sebaliknya. Dengan demikian, zat
tersebut dianggap sebagai basa. Reaksi-reaksi ini ditulis ulang di rumus
berikut, dengan basa dalam huruf tebal:
Cl- + H+ ↔ HCl
HCO3- + H+ ↔ H2CO3
Laktat + H+ ↔ Asam laktat
NH3 + H+ ↔ NH4+
Suatu basa dapat lemah atau kuat, bergantung pada derajat penerima ion
hidrogen. Sebagian asam dan basa yang terdapat dalam tubuh bersifat
lemah.
2. Definisi
Ketidakseimbangan asam basa terdiri dari 4 jenis dengan definisinya
masing-masing.
a. Asidosis respiratorik (kelebihan asam karbonat) adalah peningkatan
primer dari PaCO2 (hiperkapnea), sehingga terjadi penurunan pH, PaCO2
> 45 mmHg, dan pH > 7,35. Kompensasi ginjal mengakibatkan
peningkatan HCO3 serum. Asidosis respiratorik dapat timbul secara akut
ataupun kronis. Hipoksemia (PaO2 rendah) selalu menyertai asidosis
respiratorik jika klien bernapas dalam udara ruangan (Muttaqin
2009:513).
b. Alkalosis respiratorik (kekurangan asam karbonat) adalah penurunan
primer dari PaCO2 (hipokapnea), sehingga terjadi penurunan pH. PaCO2
< 35 mmHg dan pH > 7,45. Kompensasi ginjal berupa penurunan
ekskresi H+ dengan akibat lebih sedikit absorpsi HCO3-. Penurunan
HCO3- serum berbeda-beda, bergantung pada apakah keadaannya akut
atau kronis (Muttaqin 2009:518).
c. Asidosis metabolik (kekurangan basa bikarbonat) adalah gangguan klinis
yang ditandai oleh rendahnya pH (peningkatan konsentrasi hidrogen) dan
4
rendahnya konsentrasi bikarbonat plasma. HCO3- ECF adalah 22 mEq/L
dan pH 7,35 (Muttaqin 2009:506).
d. Alkalosis metabolik (kelebihan HCO3-) adalah gangguan sistemik yang
ditandai dengan peningkatan primer dari kadar bikarbonat plasma,
sehingga terjadi peningkatan pH (penurunan H+). HCO3- ECF 26 mEq/L
dan pH 7,45. Alkalosis metabolik sering disertai berkurangnya volume
ECF dan hipokalemia. Kompensasi pernapasan berupa peningkatan
PaCO2 dengan hipoventilasi. Akan tetapi, tingkat hipoventilasi terbatas,
karena pernapasan terus berjalan oleh dorongan hipoksia (Muttaqin
2009:509).
3. Epidemiologi
Gagal ginjal akut atau kronis merupakan salah satu penyakit utama
yang menyebabkan asidosis metabolik dan alkalosis metabolik. Di negara
maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi. Di Amerika
Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10
tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan
pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus naik.
Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650 ribu. Selain data tersebut, 6
juta-20 juta individu di AS diperkirakan mengalami GGK (gagal ginjal
kronis) fase awal. Dan itu cenderung berlanjut tanpa berhenti (Santoso,
Djoko.2008). Di RSUD Dr. Soetomo jumlah penderita dengan diagnosa
gagal ginjal kronik yang dirawat di ruangan penyakit dalam mengalami
peningkatan dari 2,19 % pada tahun 1989 menjadi 8,64 % (dari total jumlah
penderita yang dirawat) pada tahun 1996 (Pranawa, 1997), diambil dari
http://snizty.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-dengan-klien-
gagal.html (Nurul Istiqomah, Skep, Ns 2010).
Asma merupakan penyebab utama dari asidosis respiratorik dan
alkalosis respiratorik. Prof. Dr. dr Heru Sundaru, Sp.PD, KAI dari FKUI
Universitas Indonesia mengatakan, “kasus asma pada anak di Indonesia
5
lebih tinggi sedikit dibandingkan dewasa. Kemudian asma pada anak akan
hilang sebagian, dan akan muncul lagi setelah dewasa karena perjalanan
alamiah”. Para ahli asma mempercayai bahwa asma merupakan penyakit
keturunan dan sebagian besar orang yang menderita asma karena alergi
terhadap sumber alergi tertentu (alergen). Alergen merupakan faktor yang
berasal dari lingkungan (http://medicastore.com).
4. Etiologi
Penyebab ketidakseimbangan asam basa berbeda sesuai dengan
jenis ketidakseimbangan asam basa. Adapun penyebab untuk setiap jenis
ketidakseimbangan asam basa adalah sebagai berikut (Hudak & Gallo
1997:480-483):
a. Asidosis respiratori: penyakit paru obstruktif; sedasi berlebihan;
gangguan neuromuskular; hipoventilasi dengan ventilator mekanis;
penyebab lain hipoventilasi: nyeri, deformitas dinding dada.
b. Alkalosis respiratori: hipoksia; kegugupan dan ansietas; emboli paru dan
fibrosis; kehamilan; hiperventilasi dengan ventilator mekanis; cedera
otak; keracunan salisilat; demam; septikemia gram negatif; kegagalan
hepatik; gagal jantung kongestif; asma; anemia berat.
c. Asidosis metabolik
1) Gap anion (dengan peningkatan anion tak spesifik): ketoasidosis
diabetik; ketoasidosis kelaparan; ketoasidosis alkoholik; keracunan:
salisilat, etilen glikol, metil alkohol, paraldehid (jarang); asidosis
laktat; gagal ginjal.
2) Gap non-anion (tanpa peningkatan anion tak spesifik): diare; drainase
asam pankreas; uretrosigmoidostomi; obstruksi lengkung ileum;
terapi dengan asetazolamid (diamox); terapi dengan amonium klorida
(NH4Cl); asidosis tubular ginjal: hiperalimentasi intravena (jarang),
asidosis dilusional.
d. Alkalosis metabolik: kehilangan cairan dari saluran gastrointestinal atas
– muntah atau selang nasogastrik yang menyebabkan kehilangan asam;
6
koreksi cepat terhadap hiperkapnia kronis; terapi: diuretik-merkuri, asam
etakrinik (edecrin), furosemid (lasix), tiazid; penyakit cushing’s; terapi
dengan kortikosteroid (prednison, kortison); hiperaldosteron;
kekurangan kalium berat; terlalu banyak makan gula-gula; sindrom
bartter’s; pemberian alkali; hiperkalsemia non-paratiroid.
7
produk sampingan metabolisme lemak pada pasien diabetes, dan asam-
asam yang berasal dari overdosis obat misalnya salisilat (suatu produk
metabolisme aspirin); peningkatan pembentukan asam manapun dari
asam-asam ini dapat menimbulkan asidosis metabolik. Metabolisme
protein yang berlebihan selama kelaparan atau malnutrisi protein juga
dapat menyebabkan peningkatan produksi asam yang tidak mudah
menguap.
b. Penurunan kliren ion hidrogen oleh ginjal terjadi pada gagal ginjal atau
apabila terjadi gangguan pada aliran darah ginjal. Akibat keadaan itu,
ginjal yang dalam keadaan normal akan menyerap ulang semua
bikarbonat yang difiltrasi dan secara aktif mensekresi ion hidrogen ke
dalam urin, tidak dapat melakukan hal-hal tersebut, sehingga terjadi
penimbunan ion hidrogen. Penimbunan zat-zat sisa bernitrogen,
misalnya urea pada gagal ginjal atau hipoksia ginjal, akan mengasamkan
darah.
c. Hilangnya bikarbonat dapat terjadi apabila fungsi ginjal menurun karena
ginjal gagal menyerap ulang bikarbonat. Hilangnya bikarbonat, suatu
basa, menyebabkan asidosis. Kadar bikarbonat juga turun pada diare
kronis karena bikarbonat terkonsentrasi dalam sekresi usus. Kadar
klorida ekstrasel yang tinggi (hiperkloremia) menyebabkan asidosis
metabolik karena ion-ion bikarbonat masuk ke dalam sel. Metabolik
asidosis jenis ini disebut asidosis hiperkloremik.
Alkalosis metabolik dapat terjadi apabila terdapat pengeluaran
asam yang berlebihan, atau apabila asupan basa meningkat. Dehidrasi dan
perubahan kadar elektrolit ekstrasel, yang menyebabkan pergeseran dalam
elektrolit-elektrolit plasma, dapat menyebabkan alkalosis metabolik
(Corwin 2009:761-762).
a. Hilangnya asam dapat timbul akibat muntah yang berlebihan, karena isi
lambung bersifat asam. Muntah juga menyebabkan alkalosis secara tidak
langsung karena keluarnya klorida melalui muntahan.
b. Peningkatan kadar bikarbonat dapat terjadi pada asupan bikarbonat
dalam bentuk antasid yang mengandung bikarbonat yang digunakan
8
untuk mengobati indigesti atau nyeri ulu hati. Larutan bikarbonat
mungkin digunakan selama resusitasi kardiopulmonalis dan dapat
menyebabkan alkalosis metabolik.
c. Kontraksi volume atau penurunan volume cairan ekstrasel dapat
menyebabkan peningkatan kadar bikarbonat plasma dan alkalosis
metabolik dengan mengurangi jumlah bikarbonat yang difiltrasi di
glomerulus. Terjadi peningkatan presentase bikarbonat yang direabsorbsi
kembali ke kapiler peritubulus apabila kecepatan aliran darah juga
berkurang.
d. Perubahan kadar elektrolit ekstrasel dapat menyebabkan alkalosis akibat
pergeseran ion-ion hidrogen ke dalam sel. Misalnya, penurunan klorida
ekstrasel dapat menyebabkan alkalosis metabolik sewaktu klorida
berdifusi keluar sel dan ion hidrogen berpindah ke kompartemen intrasel.
Hal ini disebut alkalosis hipokloremik. Demikian juga, hipokalemia
(penurunan kalium plasma) dapat menyebabkan alkalosis metabolik
akibat peningkatan ekskresi hidrogen oleh ginjal.
↑ [CO2]
↑ PRIMER PaCO2
↑ [H+] DI PARU2
Pd keadaan 9
↑ AKUMULASI [H+] DI
patologis/tdk ada lagi
PARU2
kompensasi
Pada keadaan asidosis metabolik:
Pd keadaan patologis/tdk
ada lagi kompensasi
AKUMULASI [H+] DI GINJAL
10
Pada keadaan alkalosis respiratorik:
↓ [CO2]
Pd keadaan
↑ AKUMULASI HCO3- DI PARU2
patologis/tdk ada
lagi kompensasi
11
Pada keadaan alkalosis metabolik:
Pd keadaan
patologis/tdk ada ↑ AKUMULASI HCO3- DI GINJAL
lagi kompensasi
Pd keadaan
↑ AKUMULASI AKUMULASI ↑ AKUMULASI ↑ AKUMULASI
patologis/tdk ada
[H+] DI PARU2 [H+] DI GINJAL HCO3- DI GINJAL HCO3- DI PARU2
lagi kompensasi
B1 B2 B3 B4 B5 B1
12
B1
HIPOVENTILASI HIPERVENTILASI
↑↑ CO2 ↓↓ CO2
↑↑ PaCO2 ↓↓ PaCO2
RR ↓ RR ↑
13
B2
↑ [H+] ↓ [H+]
pH DARAH ↓ pH DARAH ↑
↓ KONTRAKTILITAS ↑ KONTRAKTILITAS
JANTUNG JANTUNG
14
B3
↓ pH CSS
KONGESTI PEMBULUH
DARAH OTAK
↓ TINGKAT KESADARAN
15
B4
↓ [HCO3-] ↑ [HCO3-]
16
B5
17
B6
↑ [HCO3-] ↑ PaCO2
pH ALBUMIN ↑↑ ↓ Ph CSS
KEJANG
SPASTISITAS OTOT
RISIKO CEDERA
18
6. Komplikasi
Menurut Corwin (2009:755-763), komplikasi ketidakseimbangan asam
basa dibagi menurut jenisnya:
a. Asidosis Respiratorik
Paralisis dan koma akibat vasodilatasi serebrum sebagai respon terhadap
peningkatan konsentrasi karbondioksida jika kadarnya menjadi toksik.
b. Alkalosis Respiratorik
Kejang dan koma bila keadaan menetap atau menjadi makin parah.
c. Asidosis Metabolik
1) Apabila asidosis metabolik disebabkan oleh gagal ginjal kronis,
komplikasi dapat berupa osteodistrofi (penguraian tulang akibat
penyakit ginjal) dan ensefalopati ginjal.
2) Apabila pH kurang dari 7,0 maka dapat terjadi disritmia jantung. Hal
ini terjadi akibat perubahan dalam hantaran jantung, yang timbul
sebagai respon langsung terhadap penurunan pH, dan karena efek
peningkatan konsentrasi ion hidrogen pada kalium plasma dan
intrasel.
d. Alkalosis Metabolik
Pada pH yang lebih dari 7,55 dapat terjadi disritmia dan koma akibat
perubahan depolarisasi neuron dan sel otot jantung.
7. Gejala klinik
Jenis Tanda dan Gejala
Asidosis Pernapasan kussmaul, hipotensi, letargi, mual, dan
metabolik muntah.
Alkalosis Nonspesifik: refleks hiperaktif, tetani, hipertensi, kram
metabolik otot, dan kelemahan.
Asidosis Tanda-tanda narkosis CO2: sakit kepala, letargi,
repiratorik mengantuk, koma, peningkatan frekuensi jantung,
19
hipertensi, berkeringat, penurunan responsivitas,
tremor/asteriksis, papiledema, dispnea (bisa ada/tidak ada)
Gejala tak jelas: pusing, kebas, kesemutan (parastesia)
Alkalosis
ekstremitas, kram otot, tetani, kejang, refleks patologis (+),
respiratorik
aritmia, dan hiperventilasi.
Sumber: Hudak & Gallo (1997:479)
Menurut Muttaqin (2009), tanda dan gejala ketidakseimbangan
asam basa adalah sebagai berikut:
a. Asidosis Respiratorik
Tanda dan gejala retensi CO2 tidak khas dan pada umumnya tidak
mencerminkan kadar PaCO2. Selain itu, baik asidosis respiratorik akut
maupun kronis selalu disertai hipoksemia, dimana hipoksemialah yang
bertanggung jawab atas banyaknya tanda-tanda klinis akibat retensi CO2.
Umumnya, semakin besar dan cepat peningkatan PaCO2, semakin berat
gejala-gejala yang ditimbulkan.
20
Pada status respirasi didapatkan adanya gangguan pola napas
dimana klien mengeluh tidak dapat memperoleh cukup udara atau napas
pendek, meskipun sudah bernapas berlebihan. Keluhan lainnya adalah
adanya kepala terasa ringan parestese sekitar mulut, serta kesemutan dan
baal pada jari-jari tangan dan kaki. Bila alkalosis cukup berat, dapat
timbul tetani seperti spasme karpopedal. Klien dapat mengeluh kelelahan
kronis, berdebar-debar, cemas, mulut terasa kering, dan tidak bisa tidur.
Pada pemeriksaan telapak tangan dan kaki, dapat terasa dingin dan
lembap, serta pasien menunjukan ketegangan emosi. Alkalosis
respiratorik yang berat dapat disertai ketidakmampuan berkonsentrasi,
kekacauan mental, dan sinkop.
c. Asidosis Metabolik
1) Tanda dan gejala utama pada asidosis metabolic bermanifestasi
sebagai kelainan pada kardiovaskuler; neurologis, dan fungsi tulang.
Jika pH dibawah 7,1, maka akan terjadi penurunan kontraktilitas
jantung dan respons inotropik terhadap katekolamin. Bisa juga terjadi
vasodilatasi perifer. Efek-efek ini dapat menyebabkan hipotensi dan
disritmia jantung. Gejala-gejala neurologis dapat berupa kelelahan
hingga koma akibat penururnan pH pada cairan serebrospinal. Dapat
juga timbul mual dan muntah. Gejala-gejala neurologis lebih ringan
pada asidosis metabolic dibandingkan asidosis repiratorik, karena
CO2 yang larut dalam lemak lebih cepat menembus sawar darah otak
dari HCO3- yang larut dalam air. Mekanisme penyangga H+ oleh
bikarbonat tulang pada asidosis metabolic penderita gagal ginjal akan
menghambat pertumbuhan anak dan dapat mengakibatkan berbagai
kelainan tulang (osteodistrofi ginjal).
d. Alkalosis Metabolik
Tidak ada tanda dan gejala alkalosis metabolic yang spesifik. Adanya
gangguan ini harus dicurigai pada klien dengan riwayat muntah dan
penyedotan nasogastrik, pengobatan dengan diuretic, atau klien yang
sembuh dari gagalpernapasan hiperkapnea.
21
Gejala dan tanda hipokalemia dan kekurangan volume cairan, seperti
kelemahan dan kejang otot dapat pula muncul.
22
Tabel Parameter Analisis Gas Arteri
-
Perkiraan kadar HCO3- setelah darah arteri yang
HCO3 24 (± 2
teroksigenasi sepenuhnya diseimbangkan dengan CO2
Standar mEq/L)
pada keadaan dimana PCO2 40 mmHg dan suhu 380C,
23
menghilangkan pengaruh pernapasan pada kadar HCO3-
plasma.
Mencerminkan komponen metabolik murni.
Kelebihan basa 1,2 x deviasi dari 0
1. Negatif pada asidosis metabolik.
Kelebihan 0 (± 2
2. Positif pada alkalosis metabolik.
Basa mEq/L)
3. Dapat menyesatkan pada gangguan asam basa
campuran.
4. Tidak penting pada interpretasi gangguan asam basa.
Selisih anion (atau delta) mencerminkan perbedaan antara
kation tak terukur (K+, Mg+, Ca 2+
) dan anion tak terukur
Selisih 12 (± 4 (albumin, anion organik, HPO4, SO4); berguna untuk
Anion mEq/L) mengenali tipe asidosis metabolik, nilai 16 sampai 20
menunjukan asidosis disebabkan oleh retensi asam-asam
organik (contohnya: ketoasidosis diabetik).
Rumus-rumus yang berguna adalah sebagai berikut:
1. Selisih anion plasma = [Na+] – [(HCO3-) + (Cl-)]
2. Perhitungan parameter asam-basa ketiga jika dua parameter telah diketahui:
a. [H+] = 24 x PaCO2
b. HCO3
24
Tabel Ringkasan Penilaian Keadaan Asam-Basa
25
9. Penatalaksanaan
Menurut Corwin (2009:755-763), penatalaksanaan ketidakseimbangan
asam basa adalah sebagai berikut:
a. Asidosis Respiratorik
Perbaikan ventilasi penting dilakukan. Mungkin diperlukan ventilasi
mekanis.
b. Alkalosis Respiratorik
1) Menentukan dan mengatasi penyebab hiperventilasi adalah terapi
yang paling berhasil.
2) Meningkatkan tekanan parsial karbondioksida dengan bernapas
melalui suatu kantong dan menghirup kembali udara yang dikeluarkan
dapat mengatasi alkalosis pada situasi akut.
c. Asidosis Metabolik
1) Penatalaksanaan untuk asidosis metabolik secara spesifik didasarkan
pada pengobatan penyebab gangguan.
2) Pada pasien yang menderita penyakit ginjal, penatalaksanaan harus
mencakup pemberian basa yang berlebihan dalam makanan.
3) Mungkin diperlukan pemberian natrium bikarbonat untuk
meningkatkan pH secara cepat apabila pasien berisiko meninggal.
Prosedur ini harus dilakukan secara berhati-hati karena infus natrium
bikarbonat dapat menyebabkan pembengkakan otak.
d. Alkalosis Metabolik
1) Apabila penyebabnya adalah defisiensi klorida atau natrium, maka
ion-ion tersebut harus diganti.
2) Apabila penyebabnya adalah penurunan volume cairan ekstrasel,
maka diperlukan sulih dengan larutan salin.
26
B. Proses Keperawatan Ketidakseimbangan Asam Basa
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
1) Asidosis & alkalosis: respiratorik terjadi dua kali lebih sering pada
pria dari pada wanita. Namun angka kematian pada wanita
meningkat lebih cepat karena kebiasaan merokok.
2) Asidosis & alkalosis: metabolik terjadi lebih tinggi sedikit pada usia
anak-anak, dibandingkan dewasa. Kemudian asma pada anak akan
hilang sebagian, dan akan muncul lagi setelah dewasa karena
perjalanan alamiah.
b. Keluhan Utama
1) Asidosis respiratorik: pernapasan lambat dan dalam (hipoventilasi),
dispnea, kelemahan.
2) Alkalosis respiratorik: pernapasan cepat dan dangkal
(hiperventilasi), dispnea, kelemahan.
3) Asidosis metabolik: mual, muntah, kelemahan, pernapasan
kussmaul.
4) Alkalosis metabolik: disritmia jantung, kejang.
27
3) Asidosis metabolik: diare, ileostomi, ureterosigmoidostomi,
ketoasidosis diabetik, kurang kalori protein (KKP), gagal ginjal aku
atau kronis, dan intoksikasi alkohol.
4) Alkalosis metabolik: disritmia jantung, diare, gagal jantung
kongestif, sirosis, dan sindrom nefrotik.
e. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breath): RR Abnormal, sianosis, dispnea, hiperkapnia,
hipoksia, hipoksemia, takikardia, gelisah, bradipnea, perubahan
kedalaman pernapasan, fase ekspresi memanjang, pernapasan bibir
mencucu, penggunaan otot bantu pernapasan.
2) B2 (Blood): Sianosis, CRT > 3dtk, parestesia, penurunan nadi,
perubahan td, warna yang tidak kembali ke tungkai saat tungkai
diturunkan, aritmia, bradikadia, takikardia, kelitihan, distensi vena
jugularis, murmur, dispnea, penurunan nadi perifer, bunyi jantung
S3 dan S4, ansietas,gelisah, kelelahan pada saat aktivitas, takipnea,
bardipnea, TD dan nadi yang abnormal karena aktifitas.
3) B3 (Brain): perubahan prilaku, penurunan tingkat kesadaran,
perubahan pola napas, pusing, sakit kepala, mual, muntah, gelisah,
kejang.
4) B4 (Bladder): pembentukan HCO3, ginjal meningkat, ginjal
menurun, kadar elektrolit serum menurun.
5) B5 (Bowel): output cairan melalui anus menurun, perubahan kadar
elektrolit, membran mukosa kering, TD menurun, nadi cepat, turgor
28
kulit buruk, haus, kelemahan, mual, muntah, enggan untuk makan,
asupan makan tidak adekuat.
6) B6 (Bone): PH albumin menurun, albumin mudah berikatan dengan
Ca2+, kejang, spasitas otot.
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Analisis darah arteri
2) Pemeriksaan Darah Lengkap
2. Diagnosa Keperawatan
29
masalah atau > 26 mEq/L, pH
elektrofisiologis. darah arteri < 7,5 atau
>7,45.
30
penurunan
pertukaran sel.
Kekurangan Klien Membran mukosa kering,
volume cairan b.d mengeluh kulit keringat atau dingin,
pengeluaran aktif haus, dan tekanan darah rendah,
sekunder akibat lemah. oliguria, turgor kulit
diare. jelek, pernapasan cepat
dan dangkal, nadi cepat
dan kecil, penurunan
berat badan, dan
perubahan kadar
elektrolit.
31
bagian tubuh mengeringkan tubuh,
sendiri. tidak mampu mencapai
sumber air, PaCO2 < 35
atau > 45 mmHg.
32
Klien adekuat sianosis 2xsehari, kolateral
mengata selama dan tinggikan pada
kan dalam edema ekstremitas tungkai
jantung perawat eksterm yang sakit pasien.
nya an. itas. lebih tinggi
berdeba 4. Warna dari jantung
r-debar kembali tahan selama 2
atau ke menit.
berdeny tungkai Ajarkan untuk Untuk
ut saat melakukan meningk
lemah. tungkai ambulasi pada atkan
DO: diturun tingkat yang sirkulasi
Denyut kan. dapat pada
nadi 5. PaCO2 ditoleransi ekstremit
perifer 35-45 pasien. as.
tidak mmHg. Tinggikan Untuk
-
teraba, 6. HCO3 bagian kepala meningk
CRT > 3 22-26 tempat tidur atkan
detik, mEq/L. pasien 30o. sirkulasi
sianosis, 7. pH pada
edema darah ekstremit
ektremit arteri as bawah
as, 7,5- pasien.
penurun 7,45.
Ubah posisi Untuk
an nadi,
pasien setiap 2 mengura
warna
jam. ngi
tidak
resiko
kembali
kerusaka
ke
n kulit.
33
tungkai Atur Meningk
saat pemberian atkan
tungkai oksigen sesuai perfusi.
diturunk indikasi.
an, Batasi Mengura
PaCO2 pengunjung. ngi stress
< 35 dan
atau > energi
45 bicara.
mmHg, Pantau TTV Hal ini
HCO3- < dan irama dapat
22 atau jantung pasien menyeba
> 26 setiap 4 jam. bkan
mEq/L, Laporkan bila penuruna
pH nadi cepat dan n curah
darah tidak teratur. jantung,
arteri < yang
7,5 atau mengaki
>7,45. batkan
penuruna
n perfusi
jaringan.
34
aliran
arteri
yang
baik.
Penurun Klien Klien tidak Dalam Anjurkan Tanda
an curah akan akan waktu pasien untuk tersebut
jantung mempe mengalam 1x24 jam melaporkan dapat
b.d. rtahank i perawatan: nyeri dada mengi
penurun an penurunan 1. Klien segera. ndikasik
an isi curah isi mengat an
sekuncu jantung sekuncup akan hipoksia
p yang yang yang tidak atau
disebab adekuat disebabka lagi cedera
kan oleh selama n oleh mengal miokardi
masalah dalam masalah ami al.
elektrofi perawat elektrofisi sesak Ajarkan Untuk
siologis. an. ologis napas kepada pasien menurun
selama dan tentang kan
DS:
dalam pusing. bagaimana ansietas
Klien perawatan. 2. Akral melakukan dan
mengelu hangat, teknik menghin
h tidak pengurangan dari
dispnea ada stress. komplika
dan ganggu si
pusing. an kardiak.
konduk Berikan Untuk
DO:
si oksigen sesuai meningk
Aritmia, jantung instruksi. atkan
kulit pada suplai
dingin, EKG, oksigen
sianosis, dan ke
35
sinkop, tidak miokardi
vertigo, ada um.
perubah sianosis Laksanakan Meningk
an status . program atkan
mental, 3. PaCO2 pengobatan sirkulasi.
ganggua 35-45 sesuai resep.
n mmHg. Pantau nadi Untuk
elektro 4. HCO3- apical dan mendete
mekanis 22-26 radikal ksi
jantung, mEq/L. sekurang- aritmia
PaCO2 5. pH kurangnya secara
< 35 darah setiap 4 jam. lebih
atau > arteri baik.
45 7,5-
Catat irama Aritmia
mmHg, 7,45.
nadi minimal dapat
HCO3- <
setiap 4 jam mengindi
22 atau
dan laporkan kasikan
> 26
ketidakteratura komplika
mEq/L,
nnya. si yang
pH
menuntut
darah
intervens
arteri <
i yang
7,5 atau
cepat.
>7,45.
Kaji status Suara
pernapasan napas
minimal setiap tambaha
4 jam. n atau
Laporkan dispnea
adanya dispnea dapat
atau mengindi
kegelisahan. kasikan
36
terbentuk
nya
cairan di
paru dan
dasar
kapiler
paru.
Ketidak Klien Klien tidak Dalam Jelaskan semua Mengura
efektifa akan akan waktu 1x4 prosedur yang ngi
n pola mempe mengalam jam akan kecemas
napas rtahank i perawatan: dilakukan. an dan
b.d an hiperventil 1. klien lebih
hiperve keefekti asi atau mengat kooperati
ntilasi fan pola sindrom akan f.
(atau) napas hipoventil tidak Berikan Mempert
sindrom yang asi selama lagi oksigen sesuai ahankan
hipoven adekuat dalam mengal program. oksigen
tilasi. selama perawatan. ami arteri.
DS: dalam sesak Laksanakan mempert
Klien perawat napas. program ahankan
mengelu an. 2. Dispne pengobatan. pernapas
h sesak a, an
napas. takipne adekuat.
DO: a/bradi Posisi pasien Meningk
Dispnea pnea, fowler. atkan
, dan pengemb
takipnea penggu angan
/bradipn naan paru.
ea, otot Alat-alat Kemung
penggun bantu emergensi kinan
aan otot pernapa disiapkan terjadi
bantu san: kesulitan
37
pernapa berkura dalam kondisi bernapas
san, RR ng atau baik. yang
< 16 tidak akut.
x/mnt ada. Monitor Mengeta
atau > 3. RR 16- jumlah hui status
20 20 pernapasan, pernapas
x/mnt, x/mnt. penggunaan an.
PaCO2 4. PaCO2 otot bantu
< 35 35-45 pernapasan,
atau > mmHg. tanda vital,
45 5. HCO3- warna kulit,
mmHg, 22-26 AGD.
HCO3- < mEq/L.
22 atau 6. pH
> 26 darah
mEq/L, arteri
pH 7,5-
darah 7,45.
arteri <
7,5 atau
>7,45.
Ganggu Klien Klien tidak Dalam Jelaskan semua Mengura
an akan akan waktu 1x8 prosedur yang ngi
pertukar mempe mengalam jam akan kecemas
an gas rtahank i gangguan perawatan: dilakukan. an dan
b.d an ventilasi- 1. RR 16- lebih
ventilasi pertuka perfusi. 20 kooperati
-perfusi. ran gas x/mnt. f.
DS: yang 2. PaCO2 Berikan Mempert
Klien adekuat 35-45 oksigen sesuai ahankan
mengata selama mmHg. program. oksigen
kan dalam arteri.
38
sesak perawat 3. HCO3- Laksanakan mempert
napas an. 22-26 program ahankan
dan mEq/L. pengobatan. pernapas
gelisah. pH an
DO: darah adekuat.
RR < 16 arteri Posisi pasien Meningk
x/mnt 7,5- fowler. atkan
atau > 7,45. pengemb
20 4. Dispne angan
x/mnt, a, paru.
PaCO2 hiperka Alat-alat Kemung
< 35 pnia, emergensi kinan
atau > hipoksi disiapkan terjadi
45 a, dalam kondisi kesulitan
mmHg, takikar baik. bernapas
HCO3- < dia, yang
22 atau gelisah: akut.
> 26 berkura Monitor intake Menjaga
mEq/L, ng atau dan output keseimba
pH tidak cairan. ngan
darah ada. cairan.
arteri < Berikan nutrisi Menurun
7,5 atau tinggi protein kan
>7,45, rendah lemak. kebutuha
dispnea, n energi
hiperka pencerna
pnia, an.
hipoksia Observasi Mengeta
, kembali hui
takikard adanya keadaan
ia, kesulitan pasien
gelisah. bernapas, hasil
39
laboratorium, lebih
penggunaan lanjut.
otot bantu
pernapasan,
penggunaan
oksigen, dan
catat tanda
vital.
Risiko Klien Klien tidak Monitor tanda- Dapat
ketidake akan akan tanda status mengura
fektifan mempe mengalam neurologis ngi
perfusi rtahank i dengan GCS kerusaka
jaringan an penurunan n otak
: keefekti pertukaran lebih
serebral fan sel selama lanjut.
b.d perfusi dalam
Monitor tanda- Pada
penurun jaringa perawatan.
tanda vital keadaan
an n:
seperti TD, normal,
pertukar serebral
nadi, suhu, autoregul
an sel. selama
respirasi, dan asi
dalam
hati-hati pada mempert
perawat
hipertensi ahankan
an.
sitolik. keadaan
tekanan
darah
sistemik
berubah
secara
fluktuasi.
Kegagala
n
40
autoregul
er akan
menyeba
bkan
kerusaka
n
vascular
serebral
yang
dapat
dimanife
stasikan
dengan
peningka
tan
sistolik
dan
diikuti
oleh
penuruna
n tekanan
diastolik.
Sedangk
an
peningka
tan suhu
dapat
mengga
mbarkan
perjalana
n infeksi.
41
Bantu klien Aktivitas
untuk ini dapat
membatasi meningk
muntah batuk. atkan
Anjurkan klien tekanan
untuk intrakarn
mengeluarkan ial dan
napas apabila intraabdo
bergerak atau men.
berbalik di
Mengelu
tempat tidur.
arkan
napas
sewaktu
bergerak
atau
menguba
h posisi
dapat
melindun
gi diri
dari efek
valsava.
42
potensial
terjadi
perdarah
an ulang.
Ciptakan Rangsan
lingkungan gan
yang tenang aktivitas
dan batasi yang
pengunjung meningk
at dapat
meningk
atkan
kenaikan
TIK
Istirahat
total dan
ketenang
an
mungkin
diperluka
n untuk
pencegah
an
terhadap
perdarah
an dalam
kasus
stroke
hemoragi
k/perdara
43
han
lainnya.
44
pertukar yang Instruksikan Obat
an sel. adekuat pasien untuk yang
selama berkonsultasi dijual
dalam dengan dokter bebas
perawat sebelum mungkin
an. mengkonsumsi bersifat
obat yang nefrotoks
dijual bebas. ik.
Kaji adanya Edema
edema pada pada area
area tergantung tergantun
pada pasien. g dapat
mengindi
kasikan
kurangny
a fungsi
ginjal.
Berikan Untuk
dopamine dosis mendilat
rendah, sesuai asikan
program. arteri
renal
pasien
dan
meningk
atkan
perfusi
jaringan.
Observasi pola Untuk
berkemih mencatat
pasien. penyimp
angan
45
dari
normal.
Pantau berat Peningka
jenis urine, tan kadar
kadar elektrolit dapat
serum, BUN, mengindi
dan kreatinin kasikan
pasien. penuruna
n fungsi
ginjal.
Kekuran Klien Klien tidak Dalam Jelaskan semua Mengura
gan akan akan waktu 1x8 prosedur yang ngi
volume mempe mengalam jam akan kecemas
cairan rtahank i perawatan: dilakukan. an dan
b.d an pengeluara 1. Membr lebih
pengelu keseim n aktif an kooperati
aran bangan sekunder mukos f.
aktif volume akibat a Berikan Memenu
sekunde cairan diare lembap makanan dan hi
r akibat yang selama , kulit cairan. kebutuha
diare. adekuat dalam lembap n makan
DS: selama perawatan. , akral dan
Klien dalam hangat, minum.
mengelu perawat turgor Berikan Menurun
h haus, an. kulit pengobatan kan
dan baik. seperti pergerak
lemah. 2. Nadi antidiare dan an usus
DO: 60-100 antimuntah. dan
Membra x/mnt. muntah.
n 3. RR 16- Ubah posisi Meningk
mukosa 20 pasien setiap 4 atkan
kering, x/mnt. jam. sirkulasi.
46
kulit 4. PaCO2 Instruksikan Untuk
keringat 35-45 pasien untuk menghin
atau mmHg. tidak duduk dari
dingin, 5. HCO3- atau berdiri hipotensi
tekanan 22-26 jika sirkulasi ortostatik
darah mEq/L. terganggu dan
rendah, pH kemungk
oliguria, darah inan
turgor arteri sinkop.
kulit 7,5-
Pantau dan Takikard
jelek, 7,45.
catat TTV ia,
pernapa
setiap 2 jam. dispnea
san
atau
cepat
hipotensi
dan
dapat
dangkal,
mengindi
nadi
kasikan
cepat
kekurang
dan
an
kecil,
volume
penurun
cairan
an berat
atau
badan,
ketidakse
dan
imbanga
perubah
n
an kadar
elektrolit
elektroli
.
t.
Kaji turgor Untuk
kulit dan memerik
membrane sa
47
mukosa mulut dehidrasi
setiap 8 jam. .
Ukur dan catat Menentu
setiap 4 jam: kan
elektrolit, kehilang
BUN, an dan
hematokrit, kebutuha
dan n cairan
hemoglobin. dan
elektrolit
.
Intolera Klien Klien tidak Dalam Monitor Merenca
nsi akan akan waktu keterbatasan nakan
aktivitas mempe mengalam 1x24 jam aktivitas, intervens
b.d rtahank i perawatan: kelemahan saat i dengan
ketidaks an ketidaksei 1. Tidak aktivitas. tepat.
eimbang tolerans mbangan ada Bantu pasien Pasien
an i antara sesak dalam dapat
antara aktivita suplai dan napas melakukan memilih
suplai s yang kebutuhan pada aktivitas dan
dan adekuat O2 selama waktu sendiri. merenca
kebutuh selama dalam aktivita nakan
an O2. dalam perawatan. s. sendiri.
DS: perawat 2. Tidak Catat tanda Mengkaj
Klien an. ada vital sebelum i sejauh
mengata dispne dan sesudah mana
kan a, aktivitas. perbedaa
lemah takipne n
dan a, peningka
sesak bradip tan
napas nea, selama
pada hiperve aktivitas.
48
waktu ntilasi, Kolaborasi Meningk
aktivitas dan dengan dokter atkan
. hipove dan fisioterapi kerja
DO: ntilasi. dalam latihan sama tim
Dispnea 3. Tekana aktivitas. dan
, n darah perawata
takipnea normal n
atau sesuai holistik.
hiperpn usia. Lakukan Memban
ea dan 4. Nadi istirahat yang tu
tekanan 60-100 adekuat setelah mengem
darah x/mnt. latihan dan balikan
abnorm 5. RR 16- aktivitas. energi.
al, 20 Berikan diet Metaboli
PaCO2 x/mnt. yang adekuat sme
< 35 6. PaCO2 dengan membutu
atau > 35-45 kolaborasi ahli hkan
45 mmHg. diet. energi.
mmHg. 7. HCO3- Berikan Meningk
22-26 pendidikan atkan
mEq/L. kesehatan pengetah
8. pH tentang: uan
darah 1. perubahan dalam
arteri gaya hidup perawata
7,5- untuk n diri.
7,45. menyimpan
energi.
2. Penggunaan
alat bantu
pergerakan.
Risiko Klien Klien akan Tingkatkan Cara
ketidaks akan mampu intake khusus
49
eimbang mempe menginges makanan untuk
an rtahank ti makanan melalui: meningk
nutrisi: an selama 1) Mengurangi atkan
kurang keseim dalam gangguan nafsu
dari bangan perawatan. dari makan.
kebutuh nutrisi lingkungan,
an tubuh yang seperti
b.d adekuat berisik dan
ketidak selama lain-lain.
mampua dalam 2) Jaga privasi
n perawat klien.
mengin an. 3) Berikan
gesti obat
makana sebelum
n. makan jika
ada
indikasi.
Jaga Mulut
kebersihan yang
mulut pasien. bersih
meningk
atkan
nafsu
makan.
Sajikan Meningk
makanan yang atkan
mudah dicerna selera
dalam keadaan makan
hangat, dan
tertutup, dan intake
berikan sedikit- makanan
.
50
sedikit tetapi
sering.
Hindari Mengura
makanan yang ngi rasa
banyak nyaman.
mengandung
gas.
Lakukan Menamb
latihan aktif ah nafsu
dan pasif. makan.
Kaji tanda Memban
vital, sensori, tu
bising usus. mengkaji
keadaan
pasien.
Monitor hasil Monitor
lab seperti status
glukosa, nutrisi.
elektrolit,
albumin,
hemoglobin,
kolaborasi
dengan dokter.
Defisit Klien Klien tidak Dalam Observasi pola Data
perawat akan akan waktu kebersihan diri. dasar
an diri: mempe mengalam 1x24 jam dalam
mandi rtahank i perawatan: melakuk
dan an kelemahan 1. Klien an
hygiene perawat . perlaha intervens
b.d an diri: n-lahan i.
kelemah mandi mampu Bantu klien Mempert
an. dan membas dalam ahankan
51
DS: hygiene uh kebersihan rasa
Klien yang tubuh badan, mulut, nyaman.
mengelu adekuat atau rambut, dan
h tidak selama bagian kuku.
mampu dalam tubuh Lakukan Meningk
membas perawat sendiri. pendidikan atkan
uh tubuh an. 2. Klien kesehatan: pengetah
atau mampu 1. Pentingnya uan dan
bagian keluar kebersihan membuat
tubuh masuk diri. klien
sendiri. kamar 2. Pola lebih
DO: mandi. kebersihan kooperati
Tidak 3. Klien diri. f.
mampu mampu 3. Cara
mengatu mengeri kebersihan.
r suhu ngkan Berikan Demonst
atau tubuh. petunjuk rasi
aliran 4. Nadi kepada pasien ulang
air 60-100 tentang teknik dapat
untuk x/mnt. mandi dan mengide
mandi, 5. RR 16- hygiene. Minta ntifikasi
tidak 20 pasien untuk area
mampu x/mnt. mendemonstra masalah
masuk 6. PaCO2 sikan mandi dan
dan 35-45 atau hygiene meningk
keluar mmHg. dibawah atkan
kamar pengawasan. kepercay
mandi, aan diri
tidak pemberi
mampu asuhan.
mengeri Dorong pasien Untuk
ngkan untuk membant
52
tubuh, mengungkapka u pasien
tidak n perasaan dan mencapa
mampu keluhan i tingkat
mencap mengenai fungsion
ai deficit al
sumber perawatan diri. tertinggi
air, sesuai
PaCO2 kemamp
< 35 uannya.
atau >
45
mmHg.
Resiko Klien Klien tidak Anjurkan Untuk
cedera tidak akan pasien untuk mengura
b.d. akan mengalam mengadakan ngi
disfungs mengal i disfungsi perbaikan dan kemungk
i ami biokimia. menghilangkan inan
biokimi risiko kemungkinan cedera.
a. cedera keamanan dari
selama bahaya
dalam lingkungan.
perawat Observasi Untuk
an. faktor-faktor meningk
yang dapat atkan
berkontribusi kesadara
terhadap n pasien,
cedera. anggota
keluarga
dan
pemberi
asuhan.
53
Bantu pasien Untuk
mengidentifika meningk
si situasi dan atkan
bahaya yang kesadara
dapat n pasien
mengakibatkan tentang
kecelakaan. kemungk
inan
bahaya.
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
keperawatan telah teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagian dengan
mengacu pada kriteria evaluasi.
54
BAB 3
PENUTP
A. Kesimpulan
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan
bersifat netral.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35
hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan
basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ
yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal
berperan dalam pelepasan asam.
Dua kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau
alkalosis. Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak
mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering
menyebabkan menurunnya pH darah. Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat
darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam)
dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
55
B. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat mengharapkan kritikan dan
saran yang bersifat membangun kearah kebaikan demi kelancaran dan
kesempurnaan makalah ini
56
DAFTAR PUSTAKA
57