Anda di halaman 1dari 15

Filsafat Ilmu

“Pemberdayaan batu bara dan dampaknya terhadap lingkungan”

Disusun Oleh:

Hestia Nur Annisa 20090318011

DOSEN:

Prof. Dr. H. Dey Ravena, SH., MH.

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

KONSENTRASI RUMAH SAKIT

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2019
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, baik
hayati maupun non hayati. Sumber daya alam hayati Indonesia dan ekosistemnya mempunyai
kedudukan dan peranan penting bagi kehidupan manusia khususnya bagi penduduk Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Ekosistem memiliki nilai manfaat melalui fungsi-fungsi yang
dimilikinya. Kegiatan alih fungsi kawasan hutan seperti pertambangan batubara yang
menyebabkan hutan tidak bervegetasi dan terlepasnya karbon ke udara dapat menyebabkan
hilangnya fungsi tersebut. Dampak terhadap hilangnya nilai jasa lingkungan dan manfaat
lingkungan bagi masyarakat.

Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan menduduki posisi ke-
4 di dunia sebagai negara pengekspor batubara. Di masa yang akan datang batubara menjadi
salah satu sumber energi alternatif potensial untuk menggantikan potensi minyak dan gas
bumi yang semakin menipis. Pengembangan pengusahaan pertambangan batubara secara
ekonomis telah mendatangkan hasil yang cukup besar, baik sebagai pemenuhan kebutuhan
dalam negeri maupun sebagai sumber devisa.
Predikat sebagai Negara mega-biodiversity baik dari segi keanekaragaman genetik,
jenis, maupun ekosistemnya memang cukup membanggakan, disamping menuntut adanya
tanggung jawab yang sangat besar untuk mempertahankan keseimbangan antara kelestarian
fungsi (ekologis) dan kelestarian manfaat (ekonomis) keanekaragaman hayati.

Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap batubara secara ekologis


sangat memprihatinkan karena menimbulkan dampak yang mengancam kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan menghambat terselenggaranya sustainable eco-development. Untuk
memberikan perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup, maka kebijakan
hukum pidana sebagai penunjang ditaatinya norma-norma hukum administrasi
(administrative penal law) merupakan salah satu kebijakan yang perlu mendapat perhatian,
karena pada tataran implementasinya sangat tergantung pada hukum administrasi.

Diskresi luas yang dimiliki pejabat administratif serta pemahaman sempit terhadap
fungsi hukum pidana sebagai ultimum remedium dalam penanggulangan pencemaran
dardatau perusakan lingkungan hidup, seringkali menjadi kendala dalam penegakan norma-

2
norma hukum lingkungan. Akibatnya, ketidaksinkronan berbagai peraturan perundang-
undangan yang disebabkan tumpang tindih kepentingan antar sektor mewarnai berbagai
kebijakan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Bertitik tolak dari kondisi di atas, maka
selain urgennya sinkronisasi kebijakan hukum pidana, diperlukan pula pemberdayaan upaya-
upaya lain untuk mengatasi kelemahan penggunaan sarana hukum pidana, dalam rangka
memberikan perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup dan korban yang
timbul akibat degradasi fungsi lingkungan hidup.

Tanah yang dialokasikan untuk pertambangan batu bara mencakup hampir 10


persen dari wilayah Indonesia, yang mana 80 persen dari jumlah tersebut adalah untuk
eksplorasi yang merupakan risiko terbesar bagi ketahanan pangan Indonesia di masa depan.
Bukti-bukti yang ditemukan dalam laporan ini mengindikasikan bahwa pertambangan batu
bara merupakan risiko potensial yang lebih besar bagi produksi pangan Indonesia di masa
depan daripada jenis pemanfaatan tanah lainnya. Pemerintah Indonesia telah membatasi
ekspansi penanaman kelapa sawit dan berjanji akan melakukan hal yang sama bagi ekspansi
batu bara, tetapi sampai saat ini perubahan yang dijanjikan tersebut belum terlaksana. Karena
sampai saat ini pada praktiknya, banyak perusahaan tidak memenuhi kewajiban regulatoris
mereka terkait kegiatan pascatambang.
Kegiatan penambangan khususnya Batubara dan lain-lain dikenal sebagai kegiatan
yang dapat merubah permukaan bumi. Karena itu, penambangan sering dikaitkan dengan
kerusakan lingkungan. Perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh kegiatan
penambangan terbuka dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Hal ini
disebabkan kerena dengan mengambil mineral seperti Mangan tubuh tanah atau soil
harus dikupas sehingga hilanglah media untuk tumbuh tumbuhan dan pada akhirnya
merusak keanekaragaman hayati yang ada di permukaan tanah yang memerlukan
waktu ribuan tahun untuk proses pembentukannya.
Pemeruntah mempunyai regulasi yang ketat terhadap tambang batubara.
Diantaranya kewajiban mereklamasi dan pengajuan rencana penutupan tambang.
Kebijakan ini ada karena ketakutan masyarakat tehadap efek negative yang terimbas
secara langsung. Seharusnya saat tambang batubara akan dilakukan pada akhirnya
akan ditutup sehingga masyarakan akan menerima manfaat langsung. Masyarakat

3
seharusnya tidak merasakan lingkungan yang rusak saat tambang itu selesai
beroperasi.
Dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan batu bara belum
banyak dikemukakan . Saat ini undang-undang yang berlaku belum sepenuhnya ditaati oleh
seluruh perusaahaan terutama kegiatan pascatambang yang sangat berpengaruh terhadap
lingkungan. Oleh karena itu, makalah ini bermaksud untuk melihat gambaran terkait
kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh penambangan batu bara dan bagaimana
penanganan yang efektif untuk kerusakan lingkungan tersebut. Berdasarkan latar belakang di
atas, penyusun membuat makalah ini dengan judul “Pemberdayaan Batubara dan Dampaknya
terhadap Lingkungan”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkanuraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
yaitu sebagai berikut:

1. Gambaran mengenai kegiatan penambangan batubara di Indonesia dan kerusakan


lingkungan yang terjadi
2. Penanganan terkait kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh penambangan
batubara

C. Pembahasan
Batubara

Batubara dikenal sebagai “emas hitam”. Batubara awalnya merupakan bahan


organik yang terakumulasi dalam rawa-rawa yang dinamakan peat. Pembentukan batubara
memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang
sejarah geologi. Zaman karbon kira-kira 340 juta tahun yang lalu (Jtl) adalah masa
pembentukan Batubara yang paling produktif.

Bahan Galian Batu bara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan
yang terperangkap dalam sedimen dan dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Jenis

4
sedimen ini terperangkap dan mengalami perubahan material organik akibat timbunan
(burial) dan diagenesa.

Batubara dapat dibakar untuk membangkitkan uap atau dikarbonisasikan untuk


membuat bahan bakar cair atau dihidrogenasikan untuk membuat gas metana.

Kegiatan pertambangan batubara merupakan kegiatan eksploitasi


sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan umumnya membutuhkan
investasi yang besar terutama untuk membangun fasilitas infrastruktur.

Metode penambangan Batubara

Kegiatan pertambangan batubara merupakan kegiatan eksploitasi


sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan umumnya membutuhkan
investasi yang besar terutama untuk membangun fasilitas infrastruktur.

Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara ini adalah bahwa pasar
dan harga sumberdaya batubara ini yang sangat prospektif menyebabkan industri
pertambangan batubara dioperasikan pada tingkat resiko yang tinggi baik
dari segi aspek fisik, perdagangan, sosial ekonomi maupun aspek politik.

Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode


yaitu:

1. Penambangan permukaan (surface/ shallow mining) , meliputi tambang terbuka


penambangan dalam jalur dan penambangan hidrolik.

2. Penambangan dalam (subsurfarcel deep mining).

Sistem penambangan batubara yang sering diterapkan oleh perusahaan -


perusahaan yang beroperasi adalah sistem tambang terbuka (Open Cut Mining).
Penambangan batubara dengan system
tambang terbuka dilakukan dengan membuat jenjang (Bench) sehingga
terbentuk lokasi penambangan yang sesuai dengan kebutuhan penambangan.

5
Metode penggalian dilakukan dengan cara membuat jenjang serta membuang
dan menimbun kembali lapisan penutup dengan cara back filling per blok
penambangan serta menyesuaikan kondisi penyebaran deposit sumberdaya mineral,

Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak


ekosistem hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.

Kerusakan lingkungan dan kaitannya dengan pertambangan

Kegiatan penambangan khususnya Batubara dan lain-lain dikenal sebagai kegiatan


yang dapat merubah permukaan bumi. Karena itu, penambangan sering dikaitkan dengan
kerusakan lingkungan. Walaupun pernyataan ini tidak selamanya benar, patut diakui bahwa
banyak sekali kegiatan penambangan yang dapat menimbulkan kerusakan di tempat
penambangannya.
Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa dilain pihak kualitas lingkungan di tempat
penambangan meningkat dengan tajam. Bukan saja menyangkut kualitas hidup manusia yang
berada di lingkungan tempat penambangan itu, namun juga alam sekitar menjadi tertata lebih
baik, dengan kelengkapan infrastrukturnya. Karena itu kegiatan penambangan dapat menjadi
daya tarik, sehingga penduduk banyak yang berpindah mendekati lokasi penambangan
tersebut. Sering pula dikatakan bahwa bahwa kegiatan penambangan telah menjadi lokomotif
pembangunan di daerah tersebut.
Dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan penambangan berskala besar, baik
dalam ukuran teknologi maupun investasi, dapat berukuran besar pula. Namun
pengendaliannya lebih memungkinkan ketimbang pertambangan yang menggunakan
teknologi yang tidak memadai apalagi danannya terbatas.
Memang pada kenyataannya, perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh
kegiatan penambangan terbuka dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Hal ini
disebabkan kerena dengan mengambil mineral seperti Mangan tubuh tanah atau soil harus
dikupas sehingga hilanglah media untuk tumbuh tumbuhan dan pada akhirnya merusak
keanekaragaman hayati yang ada di permukaan tanah yang memerlukan waktu ribuan tahun
untuk proses pembentukannya.

6
Di samping pengupasan tubuh tanah atau soil dan bopeng-bopengnya permukaan
bumi, penambangan juga menghasikan gerusan batu, mulai dari yang kasar sampai yang
halus yang merupakan sisa atau ampas buangan disebut Tailing. Dan biasanya selalu
menggunung di lokasi penambangan atau dibuang ke sungai sehingga menyebabkan banjir
dan sungai mengalami kedangkalan. Selain itu juga bisa berakibat pada pencemaran sungai
yang menyebabkan ekosistem sungai bisa terganggu. Manusia yang ditinggal disekitar sungai
juga akan terkena dampak dari pencemaran ini.
Dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan adalah masalah
lingkungan dan dapat diuraikan sebagai berikut :

 Usaha pertambangan dalam waktu yang relatif singkat dapat mengubah bentuk
topografi dan keadaan muka tanah (land impact), sehingga dapat mengubah
keseimbangan sistem ekologi bagi daerah sekitarnya;
 Usaha pertambangan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan antara lain;
pencemaran akibat debu dan asap yang mengotori udara dan air, limbah air, tailing
serta buangan tambang yang mengandung zat-zat beracun. Gangguan juga berupa
suara bising dari berbagai alat berat, suara ledakan eksplosive (bahan peledak) dan
gangguan lainnya;
 Pertambangan yang dilakukan tanpa mengindahkan keselamatan kerja dan kondisi
geologi lapangan, dapat menimbulkan tanah longsor, ledakan tambang, keruntuhan
tambang dan gempa.

Dampak penambangan batubara

Dampak penambangan berdampak pada lingkungan, kesehatan bahkan social dan


kemasyarakatan, Di antaranya:

 Pencemaran air
Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan air
menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan,
dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang drastis.

7
Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan isotop
radioaktif yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan kontaminasi
radioaktif. Meskipun senyawa-senyawa ini terkandung dalam konsentrasi rendah, namun
akan memberi dampak signifikan jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi
merkuri ke lingkungan terkonsentrasi karena terus menerus berpindah melalui rantai makan
dan dikonversi menjadi metilmerkuri, yang merupakan senyawa berbahaya dan
membahayakan manusia. Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari air yang terkontaminasi
merkuri.

 Pencemaran udara
Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut
logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan ikut andil dalam
merangsang penyakit pernafasan seperti influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit
kronis seperti asma dan bronchitis kronis.

 Pencemaran Tanah
Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan profil
tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan habitatnya,
degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat
megubah topografi umum daerah penambangan secara permanen.

 Dampak kesehatan

Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi


kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada
manusia seperti kanker kulit. Kaarena Limbah tersebut mengandung belerang (b), Merkuri
(Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu
batubara menyebabkan polusi udara di sepanjang jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan
batubara. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan, yang dapat
memberi efek jangka panjang berupa kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan
disinyalir dapat menyebabkan kelahiran bayi cacat.

8
 Dampak social dan kemasyarakatan

Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan


batubara berdampak pada aktivitas pengguna jalan lain. Semakin banyaknya
kecelakaan, meningkatnya biaya pemeliharaan jembatan dan jalan, adalah sebagian dari
dampak yang ditimbulkan.
Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang
lahannya menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan kearogansiannya
dengan menggusur lahan tanpa melewati persetujuan pemilik atau pengguna lahan. Atau tak
jarang mereka memberikan ganti rugi yang tidak seimbang denga hasil yang akan mereka
dapatkan nantinya. Tidak hanya konflik lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah
diskriminasi. Akibat dari pergeseran ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi
lebih konsumtif. Bahkan kerusakan moralpun dapat terjadi akibat adanya pola hidup yang
berubah.

Solusi terhadap dampak pertambangan

Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting dalam
mencari solusi terhadap dampak dan pengaruh pertambangan batu bara yang ada di
indonesia. Pemerintah harus menyadari bahwa tugas mereka adalah memastikan masa depan
yang dimotori oleh energi bersih dan terbarukan. Dengan cara ini, kerusakan pada manusia
dan kehidupan sosialnya serta kerusakan ekologi dan dampak buruk perubahan iklim dapat
dihindari.
Sayangnya, Pemerintah Indonesia ingin percaya bahwa batubara jawaban dari
permintaan energi yang menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar biasa dari
energi terbarukan yang sumbernya melimpah di negeri ini.
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh
penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk dilakukan
tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :
1. Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif
(control/protective) yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan
batu bara sehingga akan mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki

9
(pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang kotor. Menggunakan masker debu (dust
masker) agar meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust).
2. Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga
akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya
reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan batu bara dapat mencegah
perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas lubang/kawah batu bara dapat
menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding place).
3. Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan
pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang
berlaku (law enforcement)
4. Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan
untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi
perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian
lingkungan.

Upaya pencegahan lainnya seperti:


1. Penghentian penggunaan jalan umum untuk aktivitas angkutan batubara mesti ada
ketegasan pemerintah daerah untuk menyetop dan menindak tegas setiap penguasaha
aktivitas pertambangan ilegal yang selama ini semakin menjamur dan penurunan terhadap
dampak kerusakan lingkungan dan sosial yang ditimbulkannya.
2. Tidak mengeluarkan perizinan baru agar tidak menambah semrawutnya pengelolaan
sumber daya alam tambang batubara, saat ini hal yang paling mudah dan sangat mungkin
untuk dilakukan adalah dengan tidak mengeluarkan izin baru lagi. Sehingga memudahkan
untuk melakukan monitoring terhadap pertambangan batubara yang ada.
3. Penghentian pertambangan batubara ilegal secara total, pemerintah harus melakukan
penghentian pertambangan batubara ilegal secara tegas tanpa padang bulu dan transparan.
4. Penghentian bisnis yayasan dan koperasinya TNI – POLRI
5. Evaluasi perizinan yang telah diberikan, dan lakukan audit lingkungan semua usaha
pertambangan batubara.

10
6. Meninggikan standar kualitas pengelolaan lingkungan hidup dan komitmen untuk
kelestarian lingkungan hidup.
7. Pelembagaan konflik untuk menyelesaikan persengketaan rakyat dengan perusahaan
pertambangan agar tercapai solusi yang memuaskan berbagai pihak.
8. Menyusun kebijakan strategi pengelolaan sumber daya alam tambang.
9. Setiap perusahaan diwajibkan mereklamasi bekas-bekas penambangan dan menjamin
serta memastikan hasil reklamasi tersebut sesuai AMDAL. Dan pihak pemerintah harus
mengawasi jalannya proses reklamasi tersebut, sehingga benar-benar yakin kalau proses
reklamasi berjalan dengan baik dan menampakkan hasil.
10. Menggunakan alat-alat penambangan dengan berteknologi tinggi sehingga
meminimalisasi dampak lingkungan serta memperkecil angka kecelakaan dalam
pertambangan batubara tersebut

Pertambangan batubara di Indonesia

Setelah lebih dari satu dasawarsa setengah pertumbuhan sector pertambangan batu
bara, Indonesia kini merupakan produsen batu bara keempat terbesar di dunia serta
pengekspor batu bara termal terbesar. Indonesia kini menyumbang 8 persen dari produksi
batubara termal dunia, dan walaupun menurun 9,8 persen sejak tahun 2014, tetap
menyumbang lebih dari 36 persen dari ekspor batu bara termal dunia. Dengan demikian,
Indonesia berperan besar dalam emisi gas rumah kaca melalui PLTU batu bara.

Pertambangan dan eksplorasi batu bara merupakan alokasi tata guna lahan industri
bersih terbesar di Indonesia. Data spasial Pemerintah Indonesia menunjukkan bahwa konsesi
pertambangan batu bara mencakup hampir 10 persen dari seluruh negara, atau sedikit di
bawah 17,5 juta hektar; 9,8 hektar di Kalimantan (wilayah Indonesia di Kalimantan); 4,3 juta
hektar di Sumatera; dan 3,1 juta hektar di Papua/Papua Barat. Sekitar 20 persen dari konsesi
tersebut sedang ditambang (3,4 juta hektar) atau dibangun (0,24 juta hektar), sementara 78
persen (13,6 juta hektar) sedang dieksplorasi. Terdapat 2,8 juta hektar konsesi batu bara di
dalam konsesi kelapa sawit yang seluas bersih 19,1 juta hektar.

Konsesi tambang batubara Indonesi (dalam hektar):

11
Rehabilitasi tambang di Indonesia

Lebih dari 99 persen tambang batu bara di Indonesia merupakan tambang terbuka
(open cut) atau tambang kupas (strip mining). Agar memungkinkan tambang kupas, wilayah-
wilayah konsesi dilucuti dari tanaman, kemudian tanahnya dipindahkan dan ditimbun agar
lapisan batu bara di bawahnya dapat diakses. Proses ini memiliki daya rusak yang besar
terhadap produksi pertanian, komunitas-komunitas lokal, stabilisasi tanah, perputaran
hidrologis, penyerapan karbon, serta habitat bagi keanekaragaman hayati. Komunitas-

12
komunitas hilir juga terdampak oleh longsor, sedimentasi, air tanah yang kering, serta
pembuangan asam tambang dan logam berat beracun.

Pada praktiknya, banyak perusahaan tidak memenuhi kewajiban regulatoris mereka


terkait kegiatan pascatambang, sehingga merusak tanah dan sumber daya air. Perusahaan-
perusahaan tidak memiliki kapasitas teknis untuk melaksanakan rehabilitas di situs-situs yang
terdegradasi berat dan terkadang beracun. Kapasitas teknis yang terbatas, serta pihak
pengawas pemerintah yang sering enggan memaksakan dan memonitor kewajiban
rehabilitasi, menyebabkan parahnya daya rusak pertambangan batu bara di Indonesia yang
tidak serta-merta membaik ketika kegiatan pertambangan berhenti.

Tantangan rehabilitasi di Indonesia tergambarkan dengan berbagai laporan akhir-


akhir ini tentang ribuan tambang batu bara yang tutup di wilayah-wilayah kaya batu bara,
dengan hampir tidak ada perusahaan tambang yang membayar utang miliaran dolar mereka
untuk memulihkan kondisi tanah yang hancur dan terpuruk yang mereka tinggalkan. Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) memperkirakan bahwa 90 persen dari lebih dari 10.000
pemegang izin pertambangan belum membayar dana reklamasi yang diwajibkan. Sepertiga
dari jumlah izin ini diperuntukkan bagi pertambangan batu bara.

Usaha pemerintah Indonesia dalam menanggulangi pencemaran batubara

Pemerintah sebagai regulator, berhak dan wajib untuk melakukan pengelolaan


kegiatan pertambangan dan lingkungan hidup, sesuai dengan ketentuan beberapa
perundangan yang mengatur lingkungan hidup khususnya yang berkaitan dengan aktivitas
atau pengusahaan pertambangan. Seiring dengan perkembangan pembangunan dan berbagai
kebijakan pemerintah, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah
Pertambangan, Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun
2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2009) dalam Undang-


undangNomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba)

13
terdapat pesan yang jelas bahwa kekayaan sumber daya alam ini harus dioptimalkan demi
kepentingan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,hal ini sejalan dengan substansi Pasal 33
UUD 1945.Maka yang diperlukan disini adalah bagaimana jalannya untuk menempuh hal
tersebut. Ini menjadi sebuah tantangan kedepan yang perlu dijawab dan dibenahi dengan
kerjasama lintas sektor antara pemerintah pusat dan daerah.

Melihat kebijakan dan langkah-langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah


dalam menangani masalah pertambangan seperti tersebut di atas sudah sangat baik, namun
dalam pelaksanaannya masih belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut
terbukti dengan masih tingginya aktivitas pertambangan rakyat tanpa izin dari pemerintah
daerah, dan dampaknya terhadap lingkungan hidup juga semakin parah, sehingga menurut
penulis pemerintah daerah harus mengambil langkah untuk menerapkan peraturan
perundang-undangan terutama Peraturan daerah Nomor 5 tahun 2010 secara tegas. Hal ini
dilakukan, karena pemerintah daerah memiliki aspek legalitas untuk melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap pertambangan rakyat, dan dengan demikian dapat dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan akibat dari pertambangan
rakyat.

D. Kesimpulan
Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan kegiatan
eksploitasi bahan tambang, pastilah membawa dampak yang jelas terhadap lingkungan dan
juga kehidupan di sekitarnya, dampak tersebut dapat bersifat negatif ataupun positif, namun
pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah terdapat dampak negatifnya, hal tersebut dapat
diminimalisir apabila pihak yang bersangkutan bertanggung jawab terhadap pengolahan
sumber daya alamnya dan juga memanfaatkannya secara bijaksana.

Sebagai contoh adalah kegiatan pertambangan batubara yang bisa dibilang telah
mencapai tahap yang kronis, dengan menyisakan lubang-lubang besar bekas kegiatan
pertambangan dan juga dampak-dampak yang lainnya. Hal tersebut setidaknya dapat
diminimalisir dan dikurangi dampaknya apabila kita melakukan tindakan perbaikan dan juga
memanfaatkan SDA secara bijaksana.

14
E. Daftar Pustaka
1. Arif II. Batubara Indonesia. Gramedia Pustaka Utama; 2014 Jun 13.
2. Marganingrum D, Noviardi R. Pencemaran Air dan Tanah di Kawasan Pertambangan
Batubara di PT. Berau Coal, Kalimantan Timur. Riset Geologi dan Pertambangan. 2009
Jun 27;20(1):11-20.
3. Hungry coal: Pertambangan Batu Bara dan Dampaknya Terhadap Ketahanan Pangan
Indonesia. Jaringan Advokasi Tambang. 2017
4. Juniah R, Dalimi R, Suparmoko M, Moersidik SS. Dampak Pertambangan Batubara
Terhadap Kesehatan Masyarakat Sekitar Pertambangan Batubara (Kajian Jasa
Lingkungan Sebagai Penyerap Karbon) (Doctoral dissertation, Universitas Indonesia).

15

Anda mungkin juga menyukai