Anda di halaman 1dari 5

Obat Anti Epilepsi : Lini pertama dan Lini Kedua, Mono-terapi dan Poli-terapi

Definisi

Epilepsi adalah suatu penyakit dari otak yang dikarakteristikan dengan adanya kejang epileptikus.
Kejang epileptic adalah kejadian klinis yang ditandai aktivitas sinkronisasi sekumpulan neuran otak yang
abnormal, berlebihan, dan bersifat transien. Aktivitas itu menyebabkan disorganisasis fungsi otak yang
dapat bermanifestasi eksitasi positif (motoric, sensorik, psikis), negative (hilangnya kesadaran, tonus otot,
kemampuan berbicara) atau gabungan keduanya. Sindrom epilepsy adalah epilepsy yang ditandai oleh
sekumpulan gejala dan tanda klinis yang terjadi bersama-sama, meliputi jenis serangan, etiologi, anatomi,
faktor pencetus, usia onset, berat penyakit, kornisitas, dan kadang-kadang prognosis.

Diagnosis epilepsi utamanya ditentukan oleh manifestasi klinis dan didukung oleh
electroencephalography (EEG) dan neuroimaging / magnetic resonance imaging (MRI). Berdasarkan
International League Against Epilepsy (ILAE) 2014, epilepsi didiagnosis dengan:

 Terdapat dua kejadian kejang tanpa provokasi yang terpisah lebih dari 24 jam
 Terdapat satu kejadian kejang tanpa provokasi, namun resiko kejang selanjutnya sama dengan
resiko kejang selanjutnya sama dengan resiko rekurensi umum setelah dua kejang tanpa
provokasi dalam 10 tahun mendapat,
 Sindrom epilepsi (berdasarkan pemeriksaan EEG)

Klasifikasi

Klasifikasi epilepsi berdasarkan tipe bangkitan (ILAE 1981)


Klasifikasi epilepsi berdasarkan tipe bangkitan (ILAE 2017)

Tatalaksana

 Pemberian OAE (obat antiepilepsi) bergantung pada beberapa faktor risiko


 Harus dipertimbangkan keuntungan dan kerugian di tiap kasus
 Prinsip pengobatan epilepsy:
- Monoterapi
- Pemilihan obat disesuaikan dengan sindrom epilepsy
- OAE dimulai 1 macam OAE, mulai dosis kecil kemudian dianaikkan hingga bangkitan hilang
atau muncul efek samping. Bila obat pertama gagal, obat kedua dapat tambahankan sampai
bangkitan teratasi, kemudia OAE pertama diturunkan dan distop, dengan tujuan monoterapi
- Jika OAE lini pertama dan lii kedua masing-masing gagal sebagai monoterapi, sehingga perlu
dipertimbangkan OAE kombinasi
- Dalam pemilihan politerapi perhatikan reaksi antar-OAE
OAE Lini Pertama

OAE Lini Indikasi Kontra- Dosis Efek samping Tambahan


Pertama indikasi
Asam Valproat Semua jenis - 15-40 Ruam kulit, Sebaiknya
epilepsi. mg/kgBB/hari gangguan tidak
Terutama: dibagi 2 dosis fungsi hati diberikan pada
epilepsi akut, anak <2 tahun
umum, pankreatitis
epilepsi fokal, akut, diskrasia
absans, darah, BB dan
mioklonik nafsu makan
baik
Benzodiazepines Semua jenis 00,1-0,3 Sedasi,
(klonazepam) epilepsi mg/kgBB/hati hipersekresi
untuk usia <1 saluran
tahun respiratori,
0,3-1 lesu
mg/kgBB/hari
untuk usia > 1
tahun dibagi
menjadi 2-3
dosis
Phenobarbital Hampir semua Epilepsi 4-6 Ruam kulit,
jenis kejang Absans mg/kgBB/hari mengantuk,
Terutama pada dibagi 2 dosis sedasi,
epilepsi hiperaktif,
umum, dan gangguan
epilepsi fokal fungsi kognitif
yang menetap
(penurunan
IQ)
Carbamazepine epilepsi fokal Epilepsi 10-30 Ruam kulit,
dan epilepsi mioklonik, mg/kgBB/hari sindrom
umum tonik- Epilepsi dibagi 2-3 dosis, stevens
klonik Absans mulai dengan Johnson,
dosis 5-10 dikrasia darah,
mg/kgBB/hari, pengelihatan
dinaikkan setiap ganda, nausea,
5-7 hati, sakit kepala
5mg/kgBB/hari
Target awal: 15-
20mg/kgBB/hari
Phenytoin epilepsi fokal Epilepsi 4-10 Nistagmus,
dan epilepsi mioklonik, mg/kgBB/hari ataxia,
umum tonik- Epilepsi dibagi dalam 1- pengelihatan
klonik Absans 2 dosis ganda,
gingival
hyperplasia,
menurunan
densitas
tulang, atropi
serebral
Ethosuximide Epilepsi 15-35 Nausea, sakit
absens mg/kgBB/hari kepala,
dibagi 2 dosis mengantuk

OAE Lini Kedua (yang paling sering digunakan)

OAE Lini Kedua Indikasi Dosis Efek Samping


Lamotragine Hampir semua jenis 2-10 mg/kgBB/hari dibagi Pusing, ataksia,
epilepsi 2 dosis pengelihatan ganda,
insomnia
Levetiracetam Hampir semua jenis 20-60 mg/kgBB/hari Mengantuk, kelelehan,
epilepsi dibagi dalam 2 dosis iritasi, agresi, depresi,
psikosis
Topiramate Hampir semua jenis 2-10 mg/kgBB/hari dibagi Perumahan kognisi/
epilepsi dalam 2 dosis konsentrasi/ atensi,
kesulitan mencari kata
Oxcarbazepine epilepsi fokal dan 30-50 mg/kgBB/hari Kantuk, mudah lelah,
epilepsi umum tonik- dibagi dalam 2-3 dosis ataksia, pengelihatan gana,
klonik hiponatremia

Terapi kombinasi (poli-terapi)

Terapi kombinasi dipertimbangkan apabila OAE lini pertama dan lini kedua masing-masing gagal
sebagai monoterapi. Sebelum melakukan kombinasi terapi, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan:
(1) apakah diagnosis sudah tepat; (2) apakah kepatuhan minum obat sudah bauj; dan (3) apakah pilihan
dan dosis OAE sudah tepat. Apabila seluruh pertimbangan tersebut sudah menunjukkan kegagalan
monoterapi, maka direkomendasikan untuk terapi kombinasi

1. Epilepsi umum idiopatik


Pada epilepsi umum idiopatik yang sudah gagal terhadap monoterapi, pemberian topimarat,
lamotrigin dan klobazam efektif sebagai terapi add-on
2. Epilepsi umum simtomatik
Lamotrigin dan topimarat sebagai terapi add-on pada sindrom Lennox-Gastaut. Klobazam,
klonazepam, dan nitrazepam dapat dipakai sebagai kombinasi pada epilepsi umum simtomatik.
3. Kejang Fokal
Lamotrigin, gabapentin, topiramat, tiagabin, dan okskarbazepin efektif sebagai teapi add-on
(kombinasi) untuk kejang fokal

Daftar Pustaka

1. Garna H, Nataprawira HM. Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak. Edisi ke-5.
Departemen/SMF Ilmy Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Padjajaran/RSUP Dr. Hasan
Sadikin. Bandung. 2014.
2. Anak, tata laksana epilepsi pada. "Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.
01.07/MENKES/367/2017 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran."
3. Perucca P, Scheffer IE, Kiley M. The management of epilepsy in children and adults. Medical
Journal of Australia. 2018 Mar;208(5):226-33.
4. Egunsola O, Sammons HM, Whitehouse WP. Monotherapy or polytherapy for childhood
epilepsies?. Archives of disease in childhood. 2016 Apr 1;101(4):356-8.
5. Kristanto A. Epilepsi bangkitan umum tonik-klonik di UGD RSUP Sanglah Denpasar-Bali.
Intisari Sains Medis. 2017;1(1):69-73.

Anda mungkin juga menyukai