Skripsi Prevalensi Penyakit Menular Seksual Pada Pasien Hiv/Aids Di Rsup Haji Adam Malik Medan Dari Januari 2012 Hingga Desember 2015
Skripsi Prevalensi Penyakit Menular Seksual Pada Pasien Hiv/Aids Di Rsup Haji Adam Malik Medan Dari Januari 2012 Hingga Desember 2015
SKRIPSI
Oleh :
GAYATTHIRI NAAIDU
130100476
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
i
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Prevalensi penyakit menular seksual pada pasien
HIV/AIDS di RSUP Haji Adam Malik Medan dari Januari
2012 hingga Desember 2015
Nama : GAYATTHIRI NAAIDU
NIM : 130100476
Pembimbing I Pembimbing II
(dr. Dina A. Dalimunthe, M.Ked (KK), Sp.KK) (dr. T. Helvi Mardiani, M.Kes)
NIP : 198204152008012015 NIP : 197201072001122002
(dr. T. Siti Harilza Zubaidah, Sp.M) (dr. Riana Miranda Sinaga, Sp.KK)
NIP : 197604222005012002 NIP : 198104072009122004
Medan,
Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Hasil: Dari 107 pasien, didapati 32,7% menderita Gonorrhea, 8,4% menderita
Herpes simpleks, 36,5% menderita Kondiloma akuminata, 19,6% menderita
Sifilis dan 2,8% menderita Trikomoniasis. Penyakit menular seksual yang paling
banyak diderita oleh pasien HIV/AIDS adalah pada usia 31-40 tahun (37,4%),
jenis kelamin laki-laki (71,0%), berpendidikan SMA (72,9%), menikah (81,3%),
bekerja sebagai wiraswasta (53,3%) dan juga bersuku jawa iaitu (38,3%).
ABSTRACT
Results: Out of 107 patients, it is found that 32.7% has Gonorrhea, 8.4%
suffering from Herpes simplex, 36.5% has Condyloma acuminata, 19.6% has
Syphilis and 2.8% have Trichomoniasis. Sexually transmitted diseases are the
most suffered by patients who have HIV / AIDS are in the age of 31-40 years
(37.4%), male gender (71.0%), high school educated (72.9%), married (81 , 3%),
working as self-employed (53.3%) and also have tribes of Java (38.3%).
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penelitian ini berjudul
“Prevalensi penyakit menular seksual pada pasien HIV/AIDS di RSUP Haji Adam
Malik di Medan dari Januari 2012 hingga Desember 2015”, yang merupakan salah
satu persyaratan untk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih kepada orang tua penulis yang telah membesarkan dan
mendidik penulis dengan baik sehingga penulis dapat duduk di bangku kuliah,
serta memberikan dukungan baik secara moril dan material.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis telah banyak mendapat
bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, dan Dr. dr. Imam Budi Putra, Sp.KK(K)
selaku wakil dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
2. dr. Dina Arwina Dalimuthe, M.Ked(KK), Sp.KK dan dr. T. Helvi
Mardiani, M.Kes selaku dosen pembimbing penulis atas kesabaran, waktu
dan masukan-masukan yang diberikan untuk membimbing penulis
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. dr. T. Siti Harilza Zubaidah, Sp.M dan dr. Riana Miranda Sinaga, Sp.KK
selaku dosen penguji pada seminar proposal Karya Tulis Ilmiah dan
seminar hasil Karya Tulis Ilmiah ini, atas pengarahan yang diberikan
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. dr. Arlinda Sari Wayuni, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.
5. Bagian komisi etik yang telah memberi izin secara validasi untuk membuat
penelitian.
6. Kepala bagian direktorat sdm dan pendidikan instalasi penelitian dan
pengembangan RSUP Haji Adam Malik Medan, yang telah memberikan
izin untuk mengambil rekam medis di Instalasi Rekam Medis.
v
7. Seluruh staf perawat yang membantu penulis pada saat melakukan validasi
dan penelitian di Instalasi Rekam Medis.
8. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis selama masa pendidikan.
9. Teman-teman kelompok sesama bimbingan Karya Tulis Ilmiah dan teman-
teman peneliti lainnya, yang telah memberi bantuan berupa saran, kritikan
dan motivasi selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
10. Seluruh pihak yang telah memberi bantuan kepada peneliti.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik sangat diharapkan demi kemajuan kualitas
Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
memberikan manfaat bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
bangsa dan Negara Indonesia, serta bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya dalam dunia kedokteran.
GAYATTHIRI NAAIDU
(NIM: 130100476)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan ....……………………………………….……………... i
Abstrak ..……………………………………………………………............... ii
Abstract ..…………………………………………………………….............. iii
Kata Pengantar ................................................................................................ iv
Daftar Isi ......…………………………………………………………............. vi
Daftar Tabel ......………………………………………………………........... viii
Daftar Gambar.................................................................................................. ix
Daftar Lampiran ..........……………………………………………................ x
Daftar Istilah/Singkatan……………………………………………............... xi
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2. Permasalahan ............................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian........................................................................ 4
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 50
viii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4.1 Jadwal Penelitan 34
Tabel 5.1 Sampel Pasien HIV/AIDS berdasarkan PMS 35
Tabel 5.2 Pasien HIV/AIDS dengan PMS berdasarkan Usia 36
Tabel 5.3 Pasien HIV/AIDS dengan PMS berdasarkan Jenis Kelamin 36
Tabel 5.4 Pasien HIV/AIDS dengan PMS berdasarkan Pendidikan 37
Tabel 5.5 Pasien HIV/AIDS dengan PMS berdasarkan Status Marital 38
Tabel 5.6 Pasien HIV/AIDS dengan PMS berdasarkan Pekerjaan 38
Tabel 5.7 Pasien HIV/AIDS dengan PMS berdasarkan Suku 39
Tabel 5.8 Pasien HIV/AIDS dengan PMS berdasarkan Nilai CD4 40
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Anatomi Virus HIV 8
Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian 28
Gambar 3.2. Kerangka Konsep 28
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Logbook Bimbingan Proposal Penelitian
3. Persetujuan Etik
4. Izin penelitian dari Universitas Sumatera Utara
5. Izin penelitian dari RSUP Haji Adam Malik Medan
6. Master Data Penelitian
7. Tabel distribusi frekuensi
8. Logbook Bimbingan Karya Tulis Ilmiah
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Permasalahan
Penyakit PMS terus mengalami perkembangan pesat. Banyak faktor yang
berhubungan dengan peningkatan prevalensi penyakit menular seksual, salah
satunya adalah HIV/AIDS. Mengacu kepada fenomena diatas, penulis tertarik
untuk meneliti gambaran prevalensi penyakit menular seksual pada pasien
HIV/AIDS di RSUP Haji Adam Malik Medan dari Januari 2012 hingga
Desember 2015.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
6
merupakan tahap lanjutan dari infeksi HIV yaitu pada 10 sampai 15 tahun
kemudian akan berkembang dan ditandai dengan perkembangan kanker tertentu,
infeksi, atau manifestasi klinis lain yang parah.21
segmen bagian dalam membran virus. Sedangkan inti dikelilingi oleh suatu
protein kapsid yang disebut p24.23
Di dalam kapsid terdapat dua untai ribonucleic acid (RNA) identik dan
molekul preformed reverse transcriptase, integrase dan protease yang sudah
terbentuk. Reverse transcriptase adalah enzim yang mentranskripsikan RNA virus
menjadi deoxyribonuclic acid (DNA) setelah virus masuk ke sel sasaran.24
Virus HIV ini memiliki struktur dimana bagian luar selubung disebut
envelope dan bagian dalam terdapat inti yang disebut core. Di dalam inti virus
juga terdapat enzim-enzim yang digunakan untuk membuat salinan RNA yang
deperlukan untuk replikasi HIV yakni : reverse transcriptase, integrase dan
protease. Penyebab utama HIV/AIDS adalah virus yang disebut retrovirus karena
memiliki enzim reverse transcriptase, yang mampu mengubah RNA menjadi
DNA pada sel yang terinfeksi, kemudian berintegrasi dengan DNA sel pejamu
yang selanjutnya bereplikasi menjadi virus baru.25
dalam inti sel, menyatu dengan kromosom host dengan perantara enzim integrase.
Penggabungan ini menyebabkan provirus menjadi tidak aktif untuk melakukan
transkripsi dan translasi. Untuk mengaktifkan provirus ini memerlukan aktivasi
dari sel host. Bila sel host teraktivasi oleh induktor seperti antigen, sitokin atau
faktor lain maka sel akan memicu nuclear factor sehingga menjadi aktif dan
berikatan dengan 5 LTR (Long terminal repeats) yang mengapit gen-gen tersebut.
Long terminal repeats berisi berbagai elemen pengatur yang terlibat pada ekspresi
gen, NF menginduksi replikasi DNA. Induktor NF cepat memicu replikasi HIV
dengan cara intervensi dari mikroorganisme lain, misalnya bakteri, jamur,
protozoa, ataupun virus. Dari keempat golongan tersebut, yang paling cepat
menginduksi replikasi HIV adalah virus non HIV, terutama virus DNA. Pada saat
HIV masuk ke tubuh, virus tersebut akan mencari sel CD4 dan mereplikasikan
diri. Sel CD4 merupakan target utama HIV untuk menghancurkan sistem imun
tubuh. Setelah virus bereplikasi dan menghancurkan sel CD4, maka partikel virus
baru akan mencari lagi dan menginfeksi sel CD4 yang lain.32
Sebagai konsekuensinya, jumlah CD4 akan semakin rendah didalam tubuh.
Secara progresif, sistem defensif tubuh akan menurun dan tidak dapat melindungi
tubuh dari infeksi dan penyakit. Oleh sebab itu pemantauan jumlah CD4 pada
seseorang yang terinfeksi HIV sangatlah penting untuk melihat perjalanan
penyakit beserta prognosisnya.33
Individu yang terinfeksi HIV mengalami penurunan jumlah limfosit T-CD4
melalui beberapa mekanisme yakni dari jumlah normal yang berkisar 600-
1200/mm3 menjadi 200/mm3 atau lebih rendah lagi, sehingga pertahanan individu
terhadap mikroorganisme patogen menjadi lemah dan meningkatkan risiko
terjadinya infeksi sekunder dan akhirnya masuk ke stadium AIDS. Infeksi
sekunder ini biasanya disebut infeksi oportunistik, yang menyebabkan munculnya
keluhan dan gejala klinis sesuai jenis infeksi.27
Virus HIV menginfeksi sel dengan mengikat permukaan sel sasaran yang
memiliki molekul reseptor membran CD4. Sejauh ini, sasaran yang disukai adalah
limfosit T helper positif, atau sel T4 (limfosit CD4+). Gp120 HIV berikatan kuat
dengan limfosit CD4+ sehingga gp41 dapat memperantarai fusi membran virus ke
12
ketiak, lipat paha; pucat dan lemah; gusi sering berdarah; depresi; hilang daya
ingat; dan berkeringat waktu malam hari.36
berhubungan dengan infeksi HIV pada dewasa dan anak. Pedoman ini meliputi
kriteria diagnosa klinik yang patut diduga pada penyakit berat HIV untuk
mempertimbangkan memulai terapi antiretroviral lebih cepat.40
b) Diagnosis Laboratorium
Metode pemeriksaan laboratorium dasar untuk diagnosis infeksi HIV terbagi
empat yaitu :
kurang dari 18 bulan harus di konfirmasi melalui uji virologi (tes virus), sebelum
anak dianggap mengidap HIV-1.44
2.1.7.3. Rapid Test
Merupakan tes serologik yang cepat untuk mendeteksi IgG antibodi terhadap
HIV-1. Prinsip pengujian berdasarkan aglutinasi partikel, imunodot (dipstik),
imunofiltrasi atau imunokromatografi. ELISA tidak dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi hasil rapid tes dan semua hasil rapid tes reaktif harus
dikonfirmasi dengan Western blot atau IFA. Western blot digunakan untuk
konfirmasi hasil reaktif ELISA atau hasil serologi rapid tes sebagai hasil yang
benar-benar positif. Uji Western blot menemukan keberadaan antibodi yang
melawan protein HIV-1 spesifik (struktural dan enzimatik). Western blot
dilakukan hanya sebagai konfirmasi pada hasil skrining berulang (ELISA atau
rapid tes). Hasil negative Western blot menunjukkan bahwa hasil positif ELISA
atau rapid tes dinyatakan sebagai hasil positif palsu dan pasien tidak mempunyai
antibodi HIV-1. Hasil Western blot positif menunjukkan keberadaan antibodi HIV-
1 pada individu dengan usia lebih dari 18 bulan.45
Menurut WHO (2007) waktu pemberian ART dibagi dalam 2 (dua) kategori
yakni, apakah ada perhitungan CD4. Penghitungan TLC dapat digunakan sebagai
pengganti hitung CD4, meskipun hal ini dianggap kurang bermakna pada pasien
asimptomatis. Pemberian ART tergantung tingkat progresivitas masing-masing
penderita. Terapi kombinasi ART mampu menekan replikasi virus sampai tidak
terdeteksi oleh PCR. Pada kondisi demikian, penekanan virus berlangsung efektif
mencegah timbulnya virus yang resisten terhadap obat dan memperlambat
progersifitas penyakit. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka terapi kombinasi
ART harus menggunakan dosis dan jadwal yang tepat.40
Menurut Djoerban dan Djauzi (2007) obat anti retroviral terdiri dari
beberapa golongan seperti nucleoside reverse transcriptase inhibitor, inleotide
reverse transcriptase inhibitor, non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor, dan
inhibitor protease. Dewasa ini regimen pengobatan anti retroviral yang
dianjurkan WHO (World Health Organization) adalah kombinasi dari 3 obat ARV.
Terdapat beberapa regimen yang dapat dipergunakan dengan keunggulan dan
kerugian masing-masing. Kombinasi ARV lini pertama yang umumnya digunakan
di Indonesia adalah kombinasi zidovudin (ZDV), lamivudin (3TC), dengan
nevirapin (NVP).1
kadang-kadang pada waktu kencing atau sesudah kencing akan terasa nyeri
beberapa saat, setelah itu tidak terasa lagi. Ciri kedua adalah penis akan
mengeluarkan cairan putih kekuning-kuningan atau kehijau-hijaun. Jika anda
menemukan dua gejala itu pada diri anda bisa dipastikan anda telah terinfeksi
bakteri ini. 52
b). Penyakit Menular Seksual yang menunjukkan adanya luka pada alat kelamin
misalnya penyakit Chanroid (Ulkus mole), Sifilis, LGV, dan Herpes simpleks.
Penyakit ini disebut raja singa dan ditularkan melalui hubungan seksual atau
penggunan barang-barang dari seseorang yang tertular (misalnya : baju, handuk
dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit ini adanya kuman Treponema
pallidum, kuman ini menyerang organ penting tubuh lainya seperti selaput lender,
anus, bibir, lidah dan mulut.52
Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan herpes genitalis (herpes kelamin).
Penyebab herpes ini adalah Virus Herpes Simplex (HSV) dan di tularkan melalui
hubungan seks, baik vaginal, anal atau oral yang menimbulkan luka atau lecet
pada kelamin dan mengenai langsung bagian luka/bintil/kutil. Gejala awal
biasanya berupa gatal, kesemutan dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan
yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang nyeri. Lepuhan ini
pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar, dan akan membentuk
keropeng.52
Sifilis juga merupakan penyakit menular seksual yang termasuk kedalam
golongan PMS ini yang sangat berbahaya, karena mengganggu otak dan fungsi
organ lainnya, disebabkan oleh Treponema pallidum. Penularannya terjadi lewat
hubungan seksual yang tidak sehat. Bakteri ini masuk kedalam tubuh melalui
selaput lender (vagina atau mulut) atau melalui kulit. Dalam beberapa jam, bakteri
akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat, kemudian menyebar keseluruh
tubuh melalui darah. Sifilis juga dapat menginfeksi janin dalam kandungan dan
janin bisa berakibat cacat bawaan.52
Gejala-gejala umum yang timbul:
Muncul benjolan di sekitar kelamin
23
Kadang-kadang disertai pusing dan nyeri tulang seperti flu, yang akan hilang
sendiri tanpa diobati.
Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah berhubungan
seksual.
Selama 2-3 tahun pertama, penyakit ini tidak menunjukkan gejala apapun.
Namun setelah 5-10 panyakit ini menyerang susunan saraf otak, pembuluh
darah, dan jantung.
Pada perempuan penyakit ini dapat menular pada bayi yang di kandung.
c). Penyakit Menular Seksual yang menunjukkan adanya benjolan atau tumor,
terdapat pada penyakit Kondiloma akuminata.52
Kutil Genitalis (Kondiloma akuminata) merupakan kutil di dalam atau di
sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Kutil genitalis sering ditemukan dan menyebabkan kecemasan karena tidak enak
dilihat, bisa terinfeksi bakteri, bisa merupakan petunjuk adanya gangguan sistem
kekebalan. Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang menyerang leher
rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa
menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan virus papiloma lainnya bisa
menyebabkan tumor intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan dengan hasil pap
smear yang abnormal) atau kanker pada vagina, vulva, dubur, penis, mulut,
tenggorokan atau kerongkongan.52
Kutil genitalis disebabkan oleh Human Papiloma Virus. Gejala yang
ditimbulkan : tonjolan kulit seperti kutil besar disekitar alat kelamin (seperti
jengger ayam). Komplikasi yang mungkin terjadi : kutil dapat membesar seperti
tumor; bisa berubah menjadi kanker mulut rahim; meningkatkan resiko tertular
HIV-AIDS. Tidak perlu mendeteksi laboratorium karena langsung dapat terlihat
oleh mata biasa.52
d). Penyakit Menular Seksual yang memberi gejala pada tahap permulaan, seperti
penyakit Hepatitis B.
Saat ini dikenal dua macam herpes yakni Herpes zoster dan Herpes simpleks.
Kedua herpes ini berasal dari virus yang berbeda. Herpes zoster disebabkan oleh
virus Varicella zoster, sedangkan Herpes simpleks disebabkan oleh Herpes
24
simplex virus (HSV), Penyakit Hepatitis ini juga banyak disebabkan oleh
hubungan seks yang tidak aman. Hepatitis B dapat berlanjut ke sirosis hati atau
kanker hati. Setiap tahun kasus yang dilaporkan mencapai 200.000, walaupun ini
satu-satunya STD yang dapat dicegah melalui vaksinasi.52
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
o Sifilis
o Gonorrhea PENYAJIAN DATA
o Kondiloma akuminata
o Herpes genital
o Trikomoniasis
Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian penyakit PMS pada pasien HIV/AIDS
28
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.3.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
total sampling.
29
29
- Trikomoniasis
4.5.3. Gonorrhea
a). Definisi operasional : Gonore atau kencing nanh adalah salah satu penyakit
menular seksual yang umum dan disebabkan oleh
bakteri bernama Neisseria gonorrhoeae atau
gonococcus.
b). Cara ukur : Mencatat data rekam medik
c). Alat ukur : Data rekam medik
d). Skala pengukuran : Nominal
- Positif
- Negatif
4.5.4. Sifilis
a). Definisi operasional : Sifilis adalah penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh bakteri spiroset Treponema pallidum
sub-spesies pallidum.
b). Cara ukur : Mencatat data rekam medik
c). Alat ukur : Data rekam medik
d). Skala pengukuran : Nominal
- Positif
- Negatif
- Positif
- Negatif
4.5.7. Trikomoniasis
a). Definisi operasional : Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh serangan protozoa parasite
Trichomonas vaginalis.
b). Cara ukur : Mencatat data rekam medik
c). Alat ukur : Data rekam medik
d). Skala pengukuran : Nominal
- Positif
- Negatif
4.5.8. Usia
a). Definisi operasional : Usia adalah waktu hidup pasien HIV/AIDS sejak lahir
sampai ulang tahun terakhir sesuai dengan rekam
medik.
b). Cara ukur : Mencatat data rekam medik
c). Alat ukur : Data rekam medik
32
4.5.10. Pendidikan
a). Definisi operasional : Pendidikan adalah jenis pendidikan formal yang
terakhir yang diselesaikan oleh pasien HIV/AIDS
b). Cara ukur : Mencatat data rekam medik
c). Alat ukur : Data rekam medik
d). Skala pengukuran : Nominal
- SMP
- SMA
- D3
- S1
- Belum menikah
4.5.12. Pekerjaan
a). Definisi operasional : Pekerjaan adalah kegiatan formal pasien HIV/AIDS
sesuai dengan data rekam medik pada saat penelitian dilakukan
b). Cara ukur : Mencatat data rekam medik
c). Alat ukur : Data rekam medik
d). Skala pengukuran : Nominal
- Pedagang
- PNS
- Wiraswasta
- Pegawai swasta
- Mahasiswa
- Tidak Bekerja
4.5.13. Suku
a). Definisi operasional : Suku adalah etnik atau suku bangsa pasien HIV/AIDS
sesuai dengan data yang tercatat dalam rekam medik
b). Cara ukur : Mencatat data rekam medik
c). Alat ukur : Data rekam medik
d). Skala pengukuran : Nominal
- Jawa
- Pakpak
- Karo
- Tionghoa
- Nias
- Toba
- Minang
- Aceh
34
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Sampel
Sampel penelitian ini diambil dari populasi penelitian sesuai dengan
kriteria penentuan sampel yaitu rekam medis pasien HIV/AIDS di RSUP Haji
Adam Malik Medan dari Januari 2012 hingga Desember 2015 dengan
menggunakan metode total sampling terpilih 107 sampel penelitian. Pengambilan
data dilakukan dengan bantuan rekam medik.
37
37
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa mayoritas sampel adalah suku Jawa yakni
sebanyak 41 orang (38,3%). Dari 41 sampel yang bersuku Jawa, mayoritas
responden adalah 17 orang (41,5%) yang menderita Kondiloma akuminata.
Selanjutnya dari 14 sampel yang bersuku Minang, mayoritas responden adalah 5
orang (35,7%) yang menderita Gonorrhea dan 5 orang (35,7%) yang menderita
Kondiloma akuminata. Dari 13 sampel yang bersuku Karo, mayoritas responden
adalah 5 orang (38,4%) yang menderita Sifilis. Selanjutnya dari 13 sampel yang
41
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa mayoritas sampel memiliki nilai CD4 lebih
besar dari 200 sel/l yakni sebanyak 74 orang (69.2%). Dari 74 sampel dengan
nilai CD > 200, mayoritas responden adalah 26 orang (35,1%) yang menderita
Kondiloma akuminata. Selanjutnya dari 33 sampel dengan nilai CD < 200,
mayoritas responden adalah 13 orang (39,4%) yang menderita Kondiloma
akuminata. Dengan demikian, berdasarkan nilai CD4, mayoritas pasien
HIV/AIDS menderita penyakit Kondiloma akuminata dengan nilai CD4 lebih dari
200 yakni sebanyak 26 orang (35,1%).
42
5.4. Pembahasan
5.4.1. Pasien HIV/AIDS dengan Jenis Penyakit Menular Seksual
Berdasarkan hasil penelitian ini didapati bahwa Kondiloma akuminata
adalah PMS yang paling sering diderita yaitu sebanyak 39 orang (36,5%). Hasil
penelitian Purba (2005-2008) di RSUP Haji Adam Malik Medan menunjukkan
bahwa Kondiloma akuminata (16,41%) berada pada urutan yang ketiga. 17
Penelitian Faisal (1998-2007) di RSUP Hasan Sadikin Bandung menyatakan
penyakit Kondiloma akuminata adalah sedikit yaitu 12,6% dan berada pada urutan
keempat.57 Menurut penelitian Ray et al. (2006) di India, infeksi Kondiloma
akuminata (20%) berada pada urutan ketiga. 58 Akan tetapi, hasil penelitian WHO
(2012) di Amerika mengatakan bahwa infeksi Kondiloma akuminata berada pada
urutan pertama.12
Berdasarkan hasil penelitian ini didapati urutan kedua PMS yang diderita
oleh pasien HIV/AIDS adalah Gonorrhea yakni sebanyak 35 orang (32,7%). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Purba (2004–2008) di RSUP Haji Adam Malik
Medan menyatakan Gonorrhea berada pada urutan keempat yaitu sebanyak
16.03%.17 Hasil penelitian Ray et al. (2006) di India menunjukkan Gonorrhea
adalah PMS keempat yang paling banyak diderita.58 Sementara itu, hasil penelitian
Maan (2011) di Pakistan menunjukkan Gonorrhea adalah PMS kedua yang paling
banyak diderita dan masih tingginya angka kejadian Gonorrhea ini diduga karena
adanya resistensi terhadap Neisseria gonorrhoeae akibat penggunaan antibiotik
menerus.59
Berdasarkan hasil penelitian ini didapati urutan ketiga paling banyak
diderita oleh pasien HIV/AIDS adalah Sifilis yaitu sebanyak 21 orang (19,6%).
Hasil penelitian CDC (2008) di Georgia menyatakan PMS yang kedua paling
banyak diderita adalah Sifilis yaitu 111,6 kasus per 100.000 penduduk. 60
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Rosyati (2001) di Bali, didapati hasil yang
menderita Sifilis adalah sebanyak 1,7%.61 Menurut hasil penelitian Jazan (2003) di
Bitung, Sifilis adalah ketiga paling banyak diderita yaitu 9%.62
Berdasarkan hasil penelitian ini didapati bahwa urutan keempat adalah
Herpes simpleks yakni sebanyak 9 orang (8,4%). Menurut hasil penelitian CDC
43
(2008) di Georgia, pasien yang menderita Herpes simpleks telah kurang dari tahun
1988 hingga 1994 (21%) hingga tahun 1994 hingga 2004 (17%).60 Menurut Ray
(2006) di India, pasien yang menderita Herpes simpleks terus menaik dari 5,7%
ke 14,6% dan 19,4%.58
Berdasarkan hasil penelitian ini didapati bahwa PMS yang paling sedikit
diderita oleh pasien HIV/AIDS adalah Trikomoniasis yakni sebanyak 3 orang
(2,8%). Menurut WHO (2012), Trikomoniasis adalah PMS yang paling banyak
diderita di Amerika yaitu sebanyak 55,4%.12 Menurut CDC (2008) di Georgia,
PMS yang paling kurang diderita oleh masyarakat adalah Trikomoniasis yaitu
3,1%.60
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang prevalensi penyakit
menular seksual pada pasien HIV/AIDS di RSUP Haji Adam Malik dari Januari
2012 hingga Desember 2015, dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan jenis penyakit menular seksual, mayoritas responden menderita
penyakit Kondiloma akuminata yakni sebanyak 39 orang (36,5%).
2. Berdasarkan usia, mayoritas responden berusia antara 41- 50 tahun yakni
sebanyak 15 orang (45,5%), menderita Kondiloma akuminata.
3. Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden adalah laki-laki yakni
sebanyak 28 orang (36,8%), menderita Kondiloma akuminata.
4. Berdasarkan pendidikan, mayoritas responden berpendidikan SMA yakni
sebanyak 28 orang (35,9%), menderita Gonorrhea.
5. Berdasarkan status marital, mayoritas responden sudah menikah yakni
sebanyak 30 orang (34,5%), menderita Kondiloma akuminata.
6. Berdasarkan pekerjaan, mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta
yakni sebanyak 23 orang (40,4%), menderita Kondiloma akuminata.
7. Berdasarkan suku, mayoritas responden bersuku Jawa yakni sebanyak 17
orang (41,5%), menderita Kondiloma akuminata.
8. Berdasarkan nilai CD4, mayoritas responden mempunyai nilai CD4 lebih
dari 200 yakni sebanyak 26 orang (35,1%), menderita Kondiloma
akuminata.
6.2. Saran
Megingat pentingnya penderita memahami tentang penyakit kelamin
AIDS/HIV, maka dengan ini disampaikan saran saran sebagai berikut :
1. Kepada peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian sejenis
dengan skala penelitian yang lebih luas misalnya dengan menambahkan
50
50
DAFTAR PUSTAKA
26. Scanlon Valerie C, Sanders Tina,; Buku Ajar Anatomi Dan Fisiologi
(Essentials of Anatomy and Physiology) ; Edisi III, cetakan pertama ;Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2007, hal.301 – 306.
27. Fauci A.S., Chiffordlane H. Human immunodeficiency virus disease, AIDS
and related disorders. In : Lango D.L., Kasper D.L., Jameson J.L., Fauci A.S.,
Hauser S.L., Loscalzo J., editors, Harrison’s Principles of Internal Medicine,
17th ed, Vol. I, McGraw Hill, New York,2008, p.1137-1203
28. Kashou AH, Agarwal A, Oxidants and Antioxidants in The Pathogenesis of
HIV/AIDS. The Open Reproductive Science Journal, 3th edition, 2011,p. 154-
161
29. Nasronudin, 2012. HIV/AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis, dan
Sosial. Penerbit Airlangga University Press, Surabaya, 2012, hal.67-69.
30. Hoffmann C.J., Brown T.T., Thyroid Function Abnormalities in HIV-Infected
Patients. Clin Infect Dis;45(4), 2007 p.488-94.
31. Depkes RI, Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral dan Panduan Tatalaksana
Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja, Edisi II, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Jakarta, 2013, hal.21
32. Fahey JL., DS Flemming, AIDS/HIV Reference Guide for Medical
professionals. 4th ed. Baltimore: Port city press, 1997. p. 161-75.
33. Stein., D.S., Korvick, J.A., and Vermund S.H., CD4+ Lympocyte Cell
Enumeration for Prediction of Clinical Course of Human Immunodeficiency
Virus Disease. A review. J. Infect. Dis. 165, 1992, p.352-363
34. Mitchell, R.N., Kumar, V., Penyakit Imunitas. In: Kumar, V., Cotran, R.S.,
Robbins, S.L., ed. Buku Ajar Patologi Robbins Volume 1 Eds.7. Penerbit
EGC, Jakarta, 2007.hal. 113-184
35. Miedzinski, L.J., Early Clinical Signs and Symptoms of HIV Infection. Can
Fam Physician, volume 38, 1992, p. 1401-1410
36. National Institute of Health, HIV/AIDS Symptoms,2009. Diunduh dari
http://www.niaid.nih.gov/topics/hivaids/understanding/Pages/symptoms.asp
pada tanggal 9 Mei 2016
37. Rook, A., Wilkinson, D.S., Ebling, F.J.G, Viral Infections. Textbook of
Dermatology. Blackwell Science Ltd, Oxford,1998, p.114-116.
38. Royce, R.A., Sena, A., Cates, J..W. and Cohen, M.S., Sexual Transmission of
HIV. The New England Journal of Medicine, 1997, volume 336: p.1072-1078.
39. Nettleman, M., HIV/AIDS Transmission, 2013. Diunduh dari
http://www.emedicinehealth.com/hivaids/page2_em.htm#hivaids_transmissi
on HIV pada tanggal 10 Mei 2016
40. WHO, HIV Transmission Through Breastfeeding, 2007. Diunduh dari
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/9789241596596/
en/ pada tanggal 9 Mei 2016
41. Murtiastutik, D., AIDS. Dalam: Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. 2nd
National Institute of Health, 2009, HIV/AIDS Symptoms. Surabaya:
Airlangga University Press,2009, hal. 211-220--buku
54
57. Faisal S, dan Toni S. Djajakusumah. Perubahan Pola IMS di Poliklinik IMS
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS DR. Hasan Sadikin Bandung,
dalam periode 10 tahun (1998-2007). Bandung : Departemen Kulit dan
Kelamin RS DR. Hasan Sadikin.
58. Ray, et al., 2006. Changing trends in sexually transmitted infection at regional
STD centre in North India. Indian Journal of Medical Research 124: 559-568.
Availableat:http://search.proquest.com/docview/195974293/fulltextPDF/1422
3B6F3D026CF21E2/1? accountid=50257. [Accessed : 30 December 2016]
59. Maan, Muhammad arif, fatma Hussain, Javed Iqbal, dan Shahid Javed Akhtar,
2011. Sexually Transmitted Infections in Pakistan. Ann Saudi Med 31 (3) :
263-269.
60. Centers for Disease Control and Prevention, 2009. Sexually Transmitted
Disease Surveillance 2008. Georgia: U.S. Department of Health and Human
Services, Division of STD Prevention.
61. Rosyati, L.M., 2001. Pola Penyakit Menular Seksual (PMS) Wanita di
Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RS. Umum Pusat Sanglah Denpasar
Periode Januari 1996 - Desember 2000, Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Litbang
Kesehatan.
62. Jazan, S., et al. 2003. Prevalensi Infeksi Saluran Reproduksi pada Wanita
Penjaja Seks di Bitung,Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal PPM & PPL.
63. Butar-butar Janni, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera
Utara, 2015, Karakteristik Penderita HIV/AIDS Di RSUD Dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar Tahun 2013–2014
64. Murtiastutik D,.2007 Kondiloma akuminata dan penatalaksanaan Kondiloma
akuminata. In: Barakbah J, Lumintang H, Martodihardjo S, editors. Buku Ajar
Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga RSU Dr. Soetomo; 2007. p. 165-79
65. Stella R. Nelwan.dkk. 2012. Profil Kondiloma akuminata Di Poliklinik Kulit
Dan Kelamin Rsup Prof.Dr. R.D. Kandou Manado Periode Januari 2012 -
Desember 2012. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
66. Kementrian Kesehatan RI. Penerbit Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Laporan Situasi Perkembangan HIV/AIDS di
Indonesia Sampai Dengan Juni 2011, Jakarta, 2011, hal.46
67. Aswar, A. 2012. Karakteristik Pasien Kondiloma akuminata Di RSUP Haji
Adam Malik Medan Periode 1 Januari 2008 - 31 Desember 2011. Skripsi FK
USU. Medan
68. Hidayat, Taufik. (2012). Deteksi Human Papilloma Virus Tipe 6 dan 11 Pada
Lesi dan Peri Lesi Kondiloma Akuminatum Dengan Polymerase Chain
Reaction.Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
69. Silitonga, J.T., 2010. Gambaran Infeksi Menular Seksual (IMS) Di RSUP.
H.Adam Malik Tahun 2009. Skripsi FK USU. Medan.
70. D. Karn, Amatya A, Aryal ER, KC S, and Timalsina M, 2011. Prevalence of
Sexually Transmitted Infections in a Tertiary Care Centre. Kathmandu Univ
Med J 9 (2): 44-48. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
22610868. [Accessed : 31 December 2016].
56
71. Bangun, S., 2013. Karakteristik Penderita Penyakit Menular Seksual (PMS)
Yang Berobat Jalan di Poliklinik Kulit dan kelamin RSU Dr. Pirngadi Medan
September 1999-September 2000, Skripsi FKM USU, Medan.
72. Widoyono, HIV-AIDS. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
dan Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008, hal. 83-90.
73. Sun, Kuhn, Ellerbrock, et al. Human Papillomavirus Infection in Women
Infected with the Human Immunodeficiency Virus. New England J Med.
1997; vol 337; no 19; p 1343 – 49.