Kebijakan PMKP Fix
Kebijakan PMKP Fix
Bismillahirrahmanirrahim
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
NOMOR : 007/KBJ/DIR/RSI-N/VIII/2018
TENTANG
1
8. Keputusan Ketua Pengurus Yayasan Rumah Sakit Namira
Pancor Nomor : 005/SK/YRSNP/VI/2017 tentang Pengangkatan
dr. H. Utun Supria, M.Kes, sebagai Direktur Rumah Sakit Islam
Namira terhitung mulai 1 Juli 2017 sampai dengan 30 Juni 2020
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA LOMBOK
TIMUR TENTANG KEBIJAKAN PENINGKATAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN.
2
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA LOMBOK TIMUR
NOMOR :
TENTANG
KEBIJAKAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
3
informasi terkini serta perkembangan konsep peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
7. Rumah Sakit Islam Namira Lombok Timur mempunyai pedoman peningkatan
mutu dan keselamatan pasien dengan referensi terkini.
8. Referensi dan informasi terkini dalam meningkatkan mutu dan keselamatan
pasien meliputi :
a. literatur ilmiah dan informasi lain yang dapat dipergunakan untuk mendukung
asuhan pasien terkini, misal pedoman nasional pelayanan kedokteran dan
international clinical guidelines;
b. literatur ilmiah dan informasi lain yang dapat dipergunakan untuk mendukung
terselenggaranya manajemen yang baik;
c. informasi lain sesuai dengan kebutuhan rumah sakit, misal data indikator
mutu di tingkat nasional atau internasional;
d. peraturan perundang-undangan terkait dengan mutu dan keselamatan
pasien di rumah sakit termasuk pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah.
9. Rumah Sakit Islam Namira Lombok Timur mempunyai sistem manajemen data
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang terintegrasi yang :
a. Didukung dengan teknologi informasi mulai dari pengumpulan, pelaporan,
analisis, validasi, serta publikasi data untuk interal dan eksternal rumah sakit.
b. Meliputi data indikator mutu unit dan indikator mutu prioritas rumah sakit.
c. Meliputi data dari pelaporan insiden keselamatan pasien.
d. Meliputi data dari hasil monitoring kinerja staf klinis.
e. Meliputi data dari hasil pengukuran budaya keselamatan.
f. Integrasi seluruh data di tingkat rumah sakit dan unit kerja meliputi :
1) pengumpulan
2) pelaporan
3) analisis
4) validasi
5) publikasi indikator mutu
10. Rumah Sakit Islam Namira Lombok Timur menyediakan teknologi, fasilitas, dan
dukungan lain untuk menerapkan sistem manajemen data rumah sakit sesuai
dengan sumber daya yang ada di rumah sakit.
4
3. Direktur dan kepala divisi berkoordinasi memilih dan menetapkan proritas
pengkuran mutu pelayanan klinis yang akan dievaluasi.
4. Direktur dan kepala divisi berpartisipasi dalam memilih indkator mutu tingkat
rumah sakit, merencanakan perbaikan, serta mempertahankan perbaikan mutu
dan keselamatan pasien.
5. Direktur memprioritaskan proses di rumah sakit yang akan diukur, program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang akan diterapkan, serta
bagaimana mengukur keberhasilan dalam upaya di seluruh rumah sakit.
5
disengaja) atas pasien, staf, dokter, serta pengunjung atau vendor/pihak
ketiga ketika berada dalam lingkungan rumah sakit.
7. Setiap kejadian sentinel dilakukan RCA maksimal dalam watu 45 hari terhitung
sejak kejadian atau sejak diberitahu ada kejadian.
8. Insiden keselamatan pasien dilaporkan ke Komite Nasional Keselamatan Pasien
dan dijamin keamanannya, bersifat rahasia, anonim, serta tidak mudah diakses
oleh yang tidak berhak.
9. Direktur melaporkan insiden keselamatan pasien setiap 6 bulan ke Pemilik.
10. Direktur melaporkan kejadian sentinel setiap ada kejadian ke Pemilik.
6
e. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau pola kejadian yang tidak diharapkan
selama pemberian sedasi moderat atau dalam dan anestesi;
f. Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP).
7
c. Pengukuran kepatuhan pelaksanaan PPK-CP sehingga mengurangi variasi
dalam pemberian pelayanan;
d. Pengukuran penggunaan sumber daya termasuk biaya yang diprgunakan
untuk perbaikan di program prioritas rumah sakit.
K. MANAJEMEN RISIKO
1. Rumah Sakit Islam Namira Lombok Timur mengidentifikasi semua risiko medis
dan non medis yang dihadapi dan membuat rencana tindak lanjut untuk
meminimalkan risiko.
2. Rencana tindak lanjut untuk meminimalkan risiko dibuat dalam bentuk
Healthcare Failure Mode Effect Analysis (HFMEA).
3. Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien menyusun program
manajemen risiko berkelanjutan untuk melakukan identifikasi, mengurangi KTD,
dan mengurangi risiko lain terhadap keselamatan pasien dan staf.
8
Dr. H. Utun Supria, M.Kes.
Direktur