Kelompok Vitamin B7 - Farmasi3C
Kelompok Vitamin B7 - Farmasi3C
Kelas Farmasi 3C
Disusun Oleh:
Nurzaman 31116131
TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semenjak tahun 1973, James Lind seorang dokter angkatan laut
berkebangsaan Skotlandia membuktikan bahwa makanan yang kurang
bervariasi dan kurangnya sayur mayur serta buah-buahan segar dapat
menyebabkan penyakit sariawan perut, maka diketahui betapa pentingnya
suatu zat selain karbohidrat, protein, lemak dan mineral bagi kehidupan dan
kesehatan tubuh. Zat tersebut kita sebut sebagai vitamin. Vitamin adalah
sekumpulan atau sekelompok senyawa organik yang memiliki komposisi
kimia yang berbeda dengan karbohidrat, lipid, protein dan asam nukleat serta
mengalami perbedaan katalisis esensial dalam metabolisme normal dari
nutrien-nutrien lain. Secara umum vitamin berguna untuk proses metabolisme
dan pertumbuhan yang normal.
Vitamin setelah dapat diisolasi dalam bentuk murni diketahui
mempunyai sifat kelarutan yang berbeda, yaitu ada yang bersifat larut dalam
air dan ada yang bersifat larut dalam lemak. Dengan demikian pembagian
vitamin secara umum didasarkan atas sifat kelarutan tersebut. Ketika vitamin
pertama kali diklasifikasikan, setiap komponen diberi nama dengan urutan
huruf dalam alphabet. Kemudian, ada kecenderungan untuk mengganti nama
yang hanya dengan huruf tersebut dengan nama kimia. Penggunaan nama
kimia menjadi lebih beralasan ketika vitamin diketahui merupakan formula
kimia, sebagai contoh adalah kelompok vitamin B dimana masing-masing
vitamin didalamnya juga memiliki nama kimia untuk membedakan.
Meskipun demikian, merupakan keuntungan untuk memasukkan beberapa
vitamin kedalam satu kelompok, walaupun secara kimia tidak berhubungan,
karena vitamin-vitamin tersebut biasanya berada dalam jenis makanan yang
sama.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana sifat fisiko kimia vitamin B7 ?
2. Bagaimana analasis kualitatif dan kuantitatif untuk senyawa vitamin B7?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sifat fisiko kimia senyawa vitamin B7.
2. Untuk mengetahui analasis kualitatif dan kuantitatif senyawa vitamin B7.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Vitamin B7 (Biotin)
Biotin merupakan vitamin yang berfungsi sebagai suatu faktor
pertumbuhan yang banyak terkandung dalam putih telur. Biotin merupakan
prekursor suatu koenzim yang disebut biositin. Koenzim biostin terikat pada suatu
enzim golongan karboksilase melalui ikatan amida dengan gugus ɛ-amino dari
residu lisin spesifik pada sisi aktif enzim. Koenzim biostin berperan sebagai
pembawa sementara gugus karboksil, -COO-, pada gugus reaktif bercirikan (-NH-
) dalam reaksi karboksilasi enzimatik yang memerlukan ATP. Salah satu contoh
reaksi yang memerlukan koenzim biositin adalah reaksi karboksilasi piruvat
menghasilkan oksaloasetat yang dikatalisis oleh enzim piruvat karboksilase.
(Nurkhozin dan Sri, 2017)
3
hidroksida encer. Titik leleh sekitar 231 °C dengan penguraian. ( E-Book
Japanase Pharmacope edisi 17, 2016)
C. Analisis Kuantitatif VItamin B7 (biotin)
1. Spektofotometri IR
Tentukan spektrum serapan inframerah Biotin menggunakan
metode cakram kalium bromida di bawah Spektrofotometri Infra merah,
dan bandingkan spektrum dengan Spektrum Referensi: kedua spektrum
menunjukkan intensitas serapan yang sama pada bilangan gelombang yang
sama (Japanese Pharmacopoiea, 2016)
4
d. Larutan referensi/baku (b). Larutkan 1 ml larutan uji (b) hingga 20 ml
dengan asam asetat glasial R.
e. Larutan referensi (c). Larutkan 1 ml larutan uji (b) hingga 40 ml
dengan asam asetat glasial R.
f. Totolkan kedalam plat silika 10 µl dari setiap larutan. Kembangkan
lebih dari 15 cm menggunakan campuran 5 ml metanol, 25 ml asam
asetat glasial dan 75 ml toluene. Keringkan plat dalam aliran udara
hangat. Biarkan dingin dan semprotkan dengan larutan 4-
dimethylaminocinnamaldehyde . Periksa segera di siang hari. Setiap
titik dalam kromatogram yang diperoleh dengan larutan uji (a),
terlepas dari titik utama, tidak lebih intens daripada titik dalam
kromatogram yang diperoleh dengan solusi referensi (b) (0,5 persen)
dan paling banyak satu titik seperti itu lebih intens dari titik di
kromatogram yang diperoleh dengan solusi referensi (c) (0,25 persen).
(British Pharmacopoiea, 2009).
3. Titrimetri
a. Potensimetri
Suspensikan 0,200 g sampel dalam 5 ml dimethylformamide R.
Panaskan hingga substansi larut sepenuhnya. Tambahkan 50 ml etanol
dan titrasi dengan 0,1 M tetrabutylammonium hidroksida, menentukan
titik akhir secara potensiometri. 1 ml tetrabutylammonium hidroksida
0,1 M setara dengan 24,43 mg C10H16N2O3S (biotin) (British
Pharmacopoiea, 2009).
b. Asam-Basa
Timbang secara akurat sekitar 0,25 g Biotin, yang sebelumnya
dikeringkan, larutkan dengan menambahkan 20 mL 0,1 M natrium
hidroksida, dan titrasi kelebihan natrium hidroksida dengan 0,1 M asam
klorida (indikator: 2 tetes fenolftalein). Lakukan blanko dengan cara yang
sama (Japanese Pharmacopoiea, 2016)
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
6
DAFTAR PUSTAKA
Yakuji Nippo Ltd. 2016. Japanese Pharmacopoeia 17th edition. Yakuji Nippo
Ltd., Japan, 1891.