Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

VITAMIN LARUT AIR B7 (Biotin)

Kelas Farmasi 3C

Disusun Oleh:

Alma Awaliyah 31116102

Dila Eka Putri 31116111

Bilqis Nabilah 31116106

Nurzaman 31116131

Riska Sindy Anggraeni 31116136

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini khususnya tentang VITAMIN LARUT AIR B7,Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah kimia farmasi analisis2, sebagai
salah satu syarat pembelajaran yang diajarkan di STIKes Bakti Tunas Husada.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah kimia farmasi analisis ini , hal tersebut dikarenakan oleh keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan juga saran yang dapat
membangun sehingga tercipta makalah yang lebih baik. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua.

Tasikmalaya, 10 Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Vitamin B7 (Biotin) .......................................................................... 3
B. Struktur dan Sifat Fisikokimia Vitamin B7 (Biotin) ........................ 3
C. Analisis kuantitatif Vitamin B7 ( Biotin) .............................................3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semenjak tahun 1973, James Lind seorang dokter angkatan laut
berkebangsaan Skotlandia membuktikan bahwa makanan yang kurang
bervariasi dan kurangnya sayur mayur serta buah-buahan segar dapat
menyebabkan penyakit sariawan perut, maka diketahui betapa pentingnya
suatu zat selain karbohidrat, protein, lemak dan mineral bagi kehidupan dan
kesehatan tubuh. Zat tersebut kita sebut sebagai vitamin. Vitamin adalah
sekumpulan atau sekelompok senyawa organik yang memiliki komposisi
kimia yang berbeda dengan karbohidrat, lipid, protein dan asam nukleat serta
mengalami perbedaan katalisis esensial dalam metabolisme normal dari
nutrien-nutrien lain. Secara umum vitamin berguna untuk proses metabolisme
dan pertumbuhan yang normal.
Vitamin setelah dapat diisolasi dalam bentuk murni diketahui
mempunyai sifat kelarutan yang berbeda, yaitu ada yang bersifat larut dalam
air dan ada yang bersifat larut dalam lemak. Dengan demikian pembagian
vitamin secara umum didasarkan atas sifat kelarutan tersebut. Ketika vitamin
pertama kali diklasifikasikan, setiap komponen diberi nama dengan urutan
huruf dalam alphabet. Kemudian, ada kecenderungan untuk mengganti nama
yang hanya dengan huruf tersebut dengan nama kimia. Penggunaan nama
kimia menjadi lebih beralasan ketika vitamin diketahui merupakan formula
kimia, sebagai contoh adalah kelompok vitamin B dimana masing-masing
vitamin didalamnya juga memiliki nama kimia untuk membedakan.
Meskipun demikian, merupakan keuntungan untuk memasukkan beberapa
vitamin kedalam satu kelompok, walaupun secara kimia tidak berhubungan,
karena vitamin-vitamin tersebut biasanya berada dalam jenis makanan yang
sama.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana sifat fisiko kimia vitamin B7 ?
2. Bagaimana analasis kualitatif dan kuantitatif untuk senyawa vitamin B7?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sifat fisiko kimia senyawa vitamin B7.
2. Untuk mengetahui analasis kualitatif dan kuantitatif senyawa vitamin B7.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Vitamin B7 (Biotin)
Biotin merupakan vitamin yang berfungsi sebagai suatu faktor
pertumbuhan yang banyak terkandung dalam putih telur. Biotin merupakan
prekursor suatu koenzim yang disebut biositin. Koenzim biostin terikat pada suatu
enzim golongan karboksilase melalui ikatan amida dengan gugus ɛ-amino dari
residu lisin spesifik pada sisi aktif enzim. Koenzim biostin berperan sebagai
pembawa sementara gugus karboksil, -COO-, pada gugus reaktif bercirikan (-NH-
) dalam reaksi karboksilasi enzimatik yang memerlukan ATP. Salah satu contoh
reaksi yang memerlukan koenzim biositin adalah reaksi karboksilasi piruvat
menghasilkan oksaloasetat yang dikatalisis oleh enzim piruvat karboksilase.
(Nurkhozin dan Sri, 2017)

B. Struktur dan Sifat Fisikokimia Vitamin B7 (Biotin)

Gambar 2.1 Struktur Biotin


(E-Book Japanase Pharmacope edisi 17, 2016)

Biotin mengandung tiga atom karbon asimetrik, dan terdapat delapan


stereoisomer yang mungkin. Hanya D-biotin putar kanan yang ada di alam dan
mempunyai aktivitas biologi. (John M deman, 1997)
Biotin ketika dikeringkan mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak
lebih dari 101% biotin (C10H16N2O3S). Biotin merupakan kristal berwarna putih
atau bubuk kristal putih. Sangat sedikit larut dalam air, larut dalam natrium

3
hidroksida encer. Titik leleh sekitar 231 °C dengan penguraian. ( E-Book
Japanase Pharmacope edisi 17, 2016)
C. Analisis Kuantitatif VItamin B7 (biotin)
1. Spektofotometri IR
Tentukan spektrum serapan inframerah Biotin menggunakan
metode cakram kalium bromida di bawah Spektrofotometri Infra merah,
dan bandingkan spektrum dengan Spektrum Referensi: kedua spektrum
menunjukkan intensitas serapan yang sama pada bilangan gelombang yang
sama (Japanese Pharmacopoiea, 2016)

2. Kromatografi lapis tipis (KLT)


Analisis dengan kromatografi lapis tipis menggunakan silika gel.
Siapkan larutan uji segera sebelum digunakan dan tetap terlindung dari
cahaya terang.
a. Larutan (a). Larutkan 50 mg zat yang akan diperiksa dalam asam asetat
glasial R dan encerkan hingga 10 ml dengan pelarut yang sama.
b. Larutan (b). Larutkan 1 ml larutan uji (a) menjadi 10 ml dengan asam
asetat glasial R.
c. Larutan referensi/baku (a). Larutkan 5 mg biotin CRS dalam asam
asetat glasial R dan encerkan hingga 10 ml dengan pelarut yang sama .

4
d. Larutan referensi/baku (b). Larutkan 1 ml larutan uji (b) hingga 20 ml
dengan asam asetat glasial R.
e. Larutan referensi (c). Larutkan 1 ml larutan uji (b) hingga 40 ml
dengan asam asetat glasial R.
f. Totolkan kedalam plat silika 10 µl dari setiap larutan. Kembangkan
lebih dari 15 cm menggunakan campuran 5 ml metanol, 25 ml asam
asetat glasial dan 75 ml toluene. Keringkan plat dalam aliran udara
hangat. Biarkan dingin dan semprotkan dengan larutan 4-
dimethylaminocinnamaldehyde . Periksa segera di siang hari. Setiap
titik dalam kromatogram yang diperoleh dengan larutan uji (a),
terlepas dari titik utama, tidak lebih intens daripada titik dalam
kromatogram yang diperoleh dengan solusi referensi (b) (0,5 persen)
dan paling banyak satu titik seperti itu lebih intens dari titik di
kromatogram yang diperoleh dengan solusi referensi (c) (0,25 persen).
(British Pharmacopoiea, 2009).
3. Titrimetri
a. Potensimetri
Suspensikan 0,200 g sampel dalam 5 ml dimethylformamide R.
Panaskan hingga substansi larut sepenuhnya. Tambahkan 50 ml etanol
dan titrasi dengan 0,1 M tetrabutylammonium hidroksida, menentukan
titik akhir secara potensiometri. 1 ml tetrabutylammonium hidroksida
0,1 M setara dengan 24,43 mg C10H16N2O3S (biotin) (British
Pharmacopoiea, 2009).
b. Asam-Basa
Timbang secara akurat sekitar 0,25 g Biotin, yang sebelumnya
dikeringkan, larutkan dengan menambahkan 20 mL 0,1 M natrium
hidroksida, dan titrasi kelebihan natrium hidroksida dengan 0,1 M asam
klorida (indikator: 2 tetes fenolftalein). Lakukan blanko dengan cara yang
sama (Japanese Pharmacopoiea, 2016)

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Biotin merupakan vitamin yang berfungsi sebagai suatu faktor pertumbuhan


yang banyak terkandung dalam putih telur. Biotin mengandung tiga atom karbon
asimetrik,merupakan kristal berwarna putih atau bubuk kristal putih. Sangat sedikit larut
dalam air, larut dalam natrium hidroksida encer. Analisis kuantitatif biotin dapat
dilakukan dengan analisis spektrofotometri IR, kromatografi lapis tipis (KLT) dan
Titrimetri

6
DAFTAR PUSTAKA

British Pharmacopoeia. (2009). British Pharmacopoeia. Volume 1 & 2. London:


The British Pharmacopoeia Commission.

Deman. 1997. Kimia Makanan Edisi ke-2. Bandung: ITB.

Nurkhozin, Sri. 2017. Enzim dan Metabolisme Karbohidrat. Yogyakarta: Andi.

Yakuji Nippo Ltd. 2016. Japanese Pharmacopoeia 17th edition. Yakuji Nippo
Ltd., Japan, 1891.

Anda mungkin juga menyukai