ENDOKRIN
ENDOKRIN
ENDOKRIN
A. PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan obat-obat yang dipakai untuk membantu pengganti hormon
dan untuk menghambat sekresi hormon dari kelenjar pituitari, tiroid, dan adrenal.
Kelnjar pituari (hipofisis) memiliki lobus anterior dan posterior. Kelenjar pituari
anterior, disebut adenohipofisis mensekresikan berbagai hormon yang ditargetkan
terhadap kelenjar dan jaringan:
OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN
PERTIMBANGAN
Pituari Anterior
Growth Hormone
(GH)
1. Somatrem 1. IM:100ug/kg, 3 x seminggu
(protropin) SK: sama seperti diatas
2. Somatropin 2. IM: 60ug/kg 3 x seminggu
(humatrope) SK: sama seperti diatas
3. Bromokriptin 3. D:PO:M:1,25-2,5mh/h.s.selama
(parlodel) 3 hari R:20-30mg/hari
Tiroid-Stimulating
Hormone (TSH)
1. Thyrotropin 1. IM: SK:10 U,q.d., 1-3 hari
(thytropar)
Adrenocorticotropic
Hormone (ACTH)
1. Kortikotropin 1. SK : IM :20 U,i.d. IV : 10-25 U
(ACTHAR) dalam 500 mL D5W/jam
2. Kortikotropin 2. SK : IM : 40 U setiap 12-24 jam
repositori
(corticotropin gel,
ACTHAR gel)
3. Kosintropin 3. D : IM :0,25-0,75 mg
(cortrosyn) D :IV :0,25 mg
Pituitari Posterior
Antidiuretic Hormone
(ADH)
1. Vasotresin 1. D : SK : IM : 5-10 U,b.i.d/t.i.d
(akueus) (pitressin) A : dosis lebih rendah
2. Vasopressin tanah 2. D.
atau minyak
(pitressin Tannate)
3. Lipressin (diapid)
4. Desmopressin
(DDAFP)
5. Desmopressin
(stimate)
Proses Keperawatan :
Kelenjar Pituitari ( Hipofisis )
Pengkajian
1. Dapatkan tanda-tanda vital dasar untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang
akan datang. Laporkan hasil yang abnormal.
2. Kaji pertumbuhan fisik klien. Bandingkan pertumbuhan anak dengan standar. Laporkan
hasilnya.
3. Kaji hipersensitivitas klien terhadap terapi obat. Laporkan efek samping dari terapi
kortikotropin, seperti reaksi pada kulit, pusing, mual, muntah, wheezing, dan demam.
4. Kaji efek samping dari bromokriptin, seperti pusing atau kepala ringan, mual, dan
konstipasi.
Perencanaan
1. Klien akan terbebas dari gangguan pituitari dengan obat yang sesuai.
Intervensi Keperawatan
1. Pantau tanda-tanda vital. Peningkatan denyut jantung dan penurunan tekanan sistolik
dapat menunjukkan adanya kehilangan volume cairan karena penurunan produksi
ADH. Dengan berkurangnya sekresi ADH, air lebih banyak dieksresikan, menurunkan
cairan dalam pembuluh darah (hipovolemia).
2. Pantau keluaran air kemih. Peningkatan keluaran dapat menunjukkan adanya
kehilangan cairan karena penurunan ADH.
3. Pantau reaksi yang merugikan ketika kortikotropin dihentikan. Dosis harus diturunkan
sedikit demi sedikit dan tidak boleh dihentikan secara mendadak, karena bisa timbul
hipofungsi adrenal.
4. Hindari pemberian kortikotropin pada klien yang menderita hipofungsi adrenokortikal.
Kortikotropin merangsang pelepasan kortison dari kelenjar adrenal.
5. Pantau gula darah dan kadar elektrolit pada klien yang memakai GH. Pada pemakaian
dosis tinggi dapat timbul hiperglikemia.
PENYULUHAN PADA KLIEN
1. Nasihati klien untuk mentaati pemakaian obat. Penghentian obat-obat tertentu, seperti
kortikotropin, dapat menyebabkan perangsangan hipofungsi kelenjar.
2. Nasihatkan atlet untuk tidak memakai GH karena efek sampingnya. GH dapat efektif
pada anak-anak yang tingginya jauh dibawah tinggi yang diharapkan untuk umurnya.
Karena GH bekerja pada tulang yang baru terbentuk, obat ini harus diberikan sebelum
epifises menutup.
Evaluasi
1. Evaluasi efektifitas terapi obat.
Perencanaan
1. Tanda-tanda dan gejala-gejala hipotiroidisme akan hilang dalam waktu 2 sampai 4
minggu dengan pemakaian obat tiroid yang diresepkan, dan klien tidak mengalami
efek samping.
Intervensi Keperawatan
1. Pantau tanda-tanda vital. Tanda-tanda vital dasar harus didapatkan. Suhu tubuh,
denyut jantung, tekanan darah biasanya menurun.
2. Pantau berat badan klien. Bertambahnya berat badan biasanya timbul pada klien
dengan hipotiroidisme.
Penyuluhan pada Klien
1. Beritahu kepada klien untuk memakan obat pada waktu yang sama setiap hari,
sebaiknya sebelum makan pagi. Makanan akan menghambat absorpsi.
2. Beritahukan klien untuk menghindari makan yang dapat menghambat sekresi tiroid,
sperti strawberi, peach, pear, kubis,turnips (semacam lobak),bayem, kale (semacam
kubis yang daunya keriting),brussel sprout (kubis kecil), kembang kol, radis (lobak
kecil yang kulitnya merah), dan kacang polong.
3. Nasihati klien untuk melaporkan gejala-gejala hipertiroidisme (takikardi, sakit dada,
palpitasi, banyak keringat) karena akumulasi obat atau dosis terlalu besar.
4. Nasihati klien untuk membawa kartu atau gelang identifikasi yang mencantumkan
keadaan kesahatan dan obat-obat tiroid yang dipakai.
TABEL OBAT
OBAT
5. Nasihati klien untuk membaca label obat-obat bebas. Hindari obat-obat bebas yang
harus dipakai secara berhati-hati pada penderita penyakit jantung dan tiroid.
Evaluasi
1. Evaluasi efektivitas obat tiroid.
2. Evaluasi pengetahuan klien terhadap obat yang diresepkan
3. Teruskan memantau efek samping dari akumulasi obat atau dosis terlalu besar.
Proses keperawatan:obat-obat Antitiroid untuk hipertiroidisme
Pengkajian
1. Periksa tanda-tanda vital.tanda-tanda vital dasar perlu untuk mendeteksi perubahan.
2. Periksa kadar T4 dan T3 serum. Laporkan hasil abnormal.
3. Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala dari krisis tiroid (Thyroid storm): takikardi
,disritmia, demam, gagal jantung, kulit memerah,apati, kekacauan mental, perubahan
tingkah laku, dan kemudian hipotensi dan kolaps vaskuler. Krisis tiroid dapat terjadi
akibat tiroidektomi(kelebihan pelepasan hormon-hormon tiroid), penghentian yang
tiba-tibaobat antitiroid, kelebihan memakan hormon tiroid, atau kegagalan
memberikan obat antitiroid sebelum operasi tiroid.
Perencanaan
1. Tanda-tanda dan gejala-gejala hipertiroidisme menghilang dalam 1 sampai 3 minggu
setelah memakai obat antitiroid.
Intervensi keperawatan
1. Pantau tnda-tanda vital. Takikardi dan palpitasi adalah gejala-gejala hipertiroidisme.
Tanda-tanda vital dasar membantu untuk menentukan perubahan.
Penyuluhan kepada klien
1. Beritahukan kepada klien tanda-tanda dan gejala-gejala hipertiroid: letargi, wajah dan
kelopak mata bengkak, lidah tebal, bicara lambat dengan suara berat dan serak, kurang
berkeringat, dan denyut jantung lambat. Hipertiroidisme dapat terjadi sebagai akibat
dari pengobatan hipertiroidisme.
2. Nasihati klien untuk mengunjungi dokter apabila timbul sakit leher dan demam
sewaktu memakai obat antitiroi. Suatu reaksi yang merugikan yang berat dari obat
antitiroid adalah agranulositosis (sel-sel darah putih berkurang). Hitung darah putih
harus dilakukan untuk mengetahui adanya lekopeni.
3. Bertahukan klien untuk berjaga-jaga terhadap efek samping lain dari obat antitiroid,
seperti kulit memerah, biduran, mual, alopesia, hilangnya pigmen rambut, petekiae
atau ekimosis (perdarahan dibawah kulit), dan kelemahan.
4. Beritahukan klien untuk memantau denyut jantung. Anjurkan klien untuk melaporkan
peningkatan atau penurunan yang nyata dari denyut jantung.
5. Beritahukan klien untuk memakan obat sewaktu makan untuk mengurangi gejala-
gejala gastrointestinal.
TABEL obat
6. Nasihati klien tentang efek yodium dan kehadirannya didala garamberyodium, kerang,
dan obat batuk bebas
7. Tekankan pentingnya mengikuti aturan pakai obat dengan baik. Menghentikan secara
tiba-tiba dapat menimbulkan krisis tiroid.
Evaluasi
1. Evaluasi efektivitas dari obat antitiroid dalam menurunkan tanda-tanda dan gejala-
gejala dari hipertiroidisme. Jika tanda-tanda dan gejala-geja tidakhilang setelah
memakai obat selama 2 sampai 3minggu, mungkin perlu metoda lain untuk
mengoreksi hipertiroidisme.
Pengkajian
1. Dapatkan riwayat tukak peptik, glaukoma, katarak, masalah psikiatrik, dan diabetes.
Glukokortikoid, dapat memperberat masalah-masalah kesehatan tersebut.
2. Dapatkan tanda-tanda vital dasar.
Perencanaan
1. Proses peradangan klien akan mereda.
Intervensi Keperawatan
1. Pantau tanda-tanda vital. Glukokortikoid (preparat kortison) dapat meningkatkan
tekanan darah. Insufisiensi adrenokortikal dapat menurunkan tekanan darah.
2. Glukokortikoid hanya diberikan sesuai perintah. Intravena, intramuskular, (jangan di
deltoid), aerosol, dan topikal. Obat glukokortikoid topikal harus diolehkan tipis-tipis
dalam jumlah sedikit.Bila timbul ruam, infeksi, dan purpura harus dicatat dan
dilaporkan.
3. Observasi tanda-tanda dan gejala-gejala dari hipokalemia, seperti nausea, muntah,
kelemahan otot, distensi perut, ileus paralitik, dan denyut jantung tidak teratur. Periksa
kadar kalium serum; nilai normal adalah 3,5-5,3 mEq/L.
4. Periksa adanya efek samping dari obat-obat glukokortikoid setelah pengobatan
berjalan lebih dari 10 hari dengan dosis tinggi. Obat-obat kortikosteroid tidak boleh
dihentikan secara mendadak karena kemungkinan timbulnya krisis adrenal. Pantau
orang tua terhadap adanya tanda-tanda dan gejala-gejala osteoporosis.
5. Laporkan perubahan kekuatan otot.
Evaluasi
1. Evaluasi efektivitas pengobatan glukokortikoid. Jika peradangan membaik, obat
mungkin perlu diganti.
2. Terus pantau efek samping, terutama jika klien menerima glukokortikoid dosis tinggi.