Henia Ok
Henia Ok
Henia Ok
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin,kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui
celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan
oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. 1
Hernia adalah adanya penonjolan peritoneum yang berisi alat visera dari rongga
abdomen melalui suatu lokus minoris resistensieae baik bawaan maupun
didapat.Hernia tetap merupakan problem kesehatan yang tidak bisa lepas dari
problem sosial, banyak orang dengan tonjolan di lipat paha ke dukun sebelum dibawa
ke rumah sakit atau dokter; adapula sebahagian masyarakat yang merasa malu bila
penyakitnya diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang
kadangkala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia. Problem
kedokteran yang penting adalah bagaimana mengurangi frekuensi timbulnya hernia
inguinalis. 1,2,3
Dalam sejarahnya pada 1552 sebelum Masehi di Mesir telah dilaporkan
pengobatan untuk hernia inguinalis dengan melakukan suatu tekanan dari luar. Galen
pada tahun 176 Masehi melaporkan penurunan duktus testikularis melalui lubang
kecil pada lower abdomen, kemudian ia meneliti dari awal tentang sebab terjadinya
hernia inguinalis indirekta. Susruta pada abad ke 5 sesudah Masehi pertama kali
melaporkan pengobatan bedah terhadap hernia. Pada autopsi terhadap anak yang
menderita hernia sebanyak 500 orang pada abad ke 18 dan 19 didapatkan 56% adanya
patensi dari prosesus vaginalis peritonei. sedangkan Later pada abad ke 19 melakukan
berbagai metode pembedahan dalam mengatur kembali lapisan anatomis dari kanalis
1
inguinalis dengan memperhatikan hubungan sekitarnya seperti struktur dari funikulus
spermatikus. 1,2
Bank pada tahun 1884 menyatakan bahwa pengobatan hernia yang definitif
adalah dengan melakukan ikatan yang baik, kegagalan dalam tindakan tersebut
didapatkan akibat kelemahan ikatannya. Selanjutnya dilaporkan pula pengangkatan
lengkap kantong hernia melalui cincin hernia eksterna. Fergusson pada tahun 1899
menekankan ligasi tinggi dari kantong hernia tanpa merusak struktur anatomis
funikulus dan lapisan anatomis dari kanalis inguinalis dengan melakukan insisi
aponeurosis otot obliquus externus. 3
Mc Lennan pada tahun 1914 menyatakan pengobatan bedah Telah dilakukan,
penelitian retrospektif dengan analisis deskriptif terhadap 95 kasus hernia inguinalis
lateralis anak pada kurun waktu Januari 1988 sampai dengan Desember 1991.
Didapatkan 78,9% kasus laki-laki, 42,1% kelompok umur 0 -1 tahun; 52,6% hernia
inguinalis lateralis dekstra; 31,6% hernia inguinalis inkarserata, terbanyak pada ke-
lompok umur 0 - 1 tahun (50%); “reduksi konservatif’ berhasil pada 72,7%
dilanjutkan dengan bedah elektif setelah 48 jam dan pada 8 kasus hernia inguinalis
yang inkarserata dilakukan bedah emergensi. Bila tidak ditangani secara dini, Hernia
Inguinal Lateralis (indirek) dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti, terjadi
perlengketan antara isi Hernia dengan dinding kantong Hernia sehingga isi Hernia
tidak dapat dimasukkan kembali dan penekanan terhadap cincin Hernia semakin
banyaknya usus yang masuk. 2,3
Salah satu penanganan yang dilakukan pada klien Hernia adalah herniotomi atau
herniorafi. Dampak kesehatan yang ditimbulkan pada pasien yang dilakukan
herniorafi diantaranya nyeri, aktivitas intoleran dan resiko terjadinya infeksi.1,2
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Refrat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Bedah RSUD Solok dan diharapkan agar dapat menambah pengetahuan penulis serta
sebagai bahan informasi bagi para pembaca.
Tujuan penulisan dari refrat ini adalah untuk mengetahui anatomi, defenisi, etiologi,
patofisiologi, gambaran klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan diskusi mengenai
kasus, hernia
Refrat ini dibuat dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai
literatur
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI
1. Regio hipokondriakanan
2. Regioepigastrika
3. Regio hipokondriakiri
4. Regio lumbaliskanan
5. Regioumbilikalis
6. Regio lumbaliskiri
7. Regio iliakakanan
8. Regiosuprapubik
9. Regio iliakakiri
4
Gambar 1 : region abdomen
Merupakan otot ileo inguinal yang paling superficial, yang dimulai dari costa
ke-8 bagian lateral berjalan kearah medio caudal. Fascia superfiacialis dan
fascia profundus dari otot ini menjadi satu setelah mencapai dinding depan
abdomen dan membentuk suatu Aponeurosis MOE, dibagian medial dekat
tuberkulum pubicum, Aponeurosis ini pecahmenjadi 2 bagian, yaitu: crus
superior dan crus inferior.3
Lapisan otot dibawah MOE, arah sedikit oblique, berjalan dari pertengahan
lateral ligament inguinalis menuju ke cranio medial sampai pada tepi lateral
muskulus Rectus Abdominis.3
C. Ligamantum Inguinale(Poupart)
Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut
tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias.Ligamentum ini
membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum
pektineal.Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis.3
E. Fasiatransversalis
Tipis dan melekat erat serta menutupi muskulus transversus abdominis.3
F. SegitigaHasselbach
Hasselbach tahun (1814) mengemukakan dasar dari segi tigayang dibentuk
oleh pekten pubis dan ligamentum pektinea. Segitiga ini dibatasi oleh.3
- Supero-lateral : Pembuluh darah epigastrika
- inferior Medial : Bagian lateral rektus abdominis.
- Inferior : Ligamentum inguinale
6
Gambar 3 :Segitiga Hasselbach
G. Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang
± 4 cm dan terletak di atas ligamentum inguinale.
Dinding yang membatasi kanalis inguinalis adalah3
a. Vasdeferens
b. 3 arteri yaitu:
1. Arteri spermatikainterna
7
2. Arteridiferential
3.Arteri spermatikaeksterna
c. Plexus venapampiniformis
d. 3 nervus yaitu:
2. Nervusilioinguinalis
e. 3 lapisanfasia:
Terdiri dari crus lateral dan crus medial (merupakan pelekatan aponeurosis
MOE pada tuberkulum pubicum). Annulus ini merupakan keluarnya
n.Illioinguinalis dan funikulus spermatikus ke scrotum.(pada wanita berupa
round ligament).3,4
8
J.Kanalis Femoralis
9
vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering
mengakibatkan inkarserasi herniafemoralis.3,4
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang
abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia
terisi secara normal.4
2.3. EPIDEMIOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
didaerahsekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada herniadirect yaitu
2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.4Hernia sisi
kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan pria : wanita pada hernia
indirect adalah7:1. Adakira-kira750.000 herniorrhaphy dilakukan tiap tahunnya di
Amerika Serikat, dibandingkan dengan 25.000 untuk hernia femoralis, 166.000
hernia umbilicalis, 97.000 hernia post insisi dan 76.000 untuk hernia abdomen
lainya.5
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi40% dari itu
muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi.Hernia
femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi
hernia inguinal.. meskipun kasus hernia femoralis pada pira dan wanita adalah sama,
insiden hernia femoralis dikalangan wanita 4 kali lebih sering dibandingkan
dikalangan pria, karena secara keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis pada
wanita.5
2.4. KOMPONEN HERNIA4
2.5. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia 1,2,3,4,5:
2.6. PATOFISOLOGI
1. Hernia Inguinalis.
11
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke – 8 dari
kehamilan,terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis
itu akan menarikperitoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum
yang disebut denganprosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus
ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri
turun terlebih dahulu dari yangkanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih
sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada
usia 2 bulan. 1,2,8,10
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka
terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena
pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya
umur, organ dan jaringantubuh mengalami proses degenerasi.Pada orang tua kanalis
tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locusminoris resistance,
maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominalmeningkat seperti
batuk – batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang – barangberat,
mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui
defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma,
hiper tropiprotat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat
terjadi pada semua. 2,3,4
Prialebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi priadan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak
dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincinhernia, akibat semakin
banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang
kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi
penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila
12
inkarserata dibiarkan,maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah danterjadi nekrosis. 3,4,5
Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila
isiperut terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses.Komplikasi
hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lainobstruksi
usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat menimbulkan
abses lokal, fistel atau peritonitis. 1,2,3,8
13
Gambar 6. Hernia Inguinalis Direct
Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekali
tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunika
vaginalis propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam
kantong peritoneum tersebut. 1,2,3,4,5,9
Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian saja.
Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis yang
tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kentung peritonei ini
14
dapat terisi dalaman perut, tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika
vaginalis propria testis. 1,2,3
2.7. KLASIFIKASI.8
a. Hernia secaraumum
1. Hernia Internal yakni tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui
suatu lubang dalam rongga perut seperti foramen Winslow,
resesusretro sekalis atau defek dapa tanpa da mesentrium
umpamanya setelah anastomosis usus
2. Hernia eksternal yakni hernia yang menonjol keluar melalui
dinding perut, pinggang atau peritoneum
b. Hernia berdasarkan terjadinya
1. Hernia bawaan atau kongenital yakni didapat sejak lahir atau sudah
ada semenjak pertama kali lahir.
15
2. Hernia dapatan atau akuisita yang merupakan bukan bawaan sejak
lahir, tetapi hernia yang didapat setelah tumbuh dan berkembang
setelah lahir
16
pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan dipinggang tepi
bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau ditepi cranial dipanggul
dorsal.
5. Littre, hernia yang sangat jarang dijumpai, merupakan hernia yang
mengandung divertikulum.
6. Spiegel, hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fascia
Spieghel.
7. Perienalis, merupakan tonjolan hernia pada peritoneum melalui
defek dasar panggul yang dapat secara primer pada perempuan
multipara atau sekunder setelah operasi melalui perineum seperti
prostatektomi atau resesi rectum secara abdominoperienal.
8. Pantalon, merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan
medialis pada satusisi. Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa
epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana.
9. Diafragma
10. Inguinalis
11. Umbilical, merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga
perut yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian
tekanan intra abdomen. Hernia umbilicalis merupakan hernia
congenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan
kulit
12. Para umbilical merupakan hernia melalui suatu celah di garis
tengah tepi cranial umbilical, jarang terjadi di tepi kaudalnya.
Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga umumnya
diperlukan operasi koreksi.
13. Femoralis yakni merupakan tonjolan di lipat paha yang muncul
terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan
intra abdomen seperti mengangkat barang atau ketika batuk. Pintu
masuknya adalah annulus femoralis dan keluar melalui fossa ovalis
dilipatan paha. Batas – batas annulus femoralis antara lain
17
ligamentum inguinale di anterior, medial ligamentum lacunare,
posterior ramus superior ossis pubis dan muskulus peknitus beserta
fascia dan lateral m.illiopsoas beserta fascia locus minoris
resistennya fascia transversa yang menutupi annulus femoralis
yang disebut septum cloquetti
14. Hernia inguinalis
a. lateralis/indirek
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia lateralis karena
keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus
yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,
menonjol keluar dari anulus inguinlais eksternus. Apabila hernia
ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skortum, ini disebut hernia
skortalis. Kantong hernia berada didalam muskulus kremaster
terletak antero medial terhadap vas deferent dan struktur lain
dalam tali sperma
b. Hernia inguinalis medialis/direk
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis,
menonjol langsung kedepan melalui segitiga Hesselbach, daerah
yang dibatasi oleh ligamen tuminguinale.
d. Hernia menurut sifatnya/secaraklinik
1. Hernia reponibel
Disebut begitu jika isi Hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk, tidak ada keluhan nyeri.
2. Hernia ireponibel
Bila isi kantong tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Hernia
ini disebut juga hernia akreta dan tidak ada keluhan rasa nyeri atau
tanda sumbatan usus.
18
Hernia inkarserata atau hernia strangulate. Hernia inkarserata
berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam
rongga perut diserta iakibatnya yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi. Hernia strangulata terjadi gangguan vaskularisasi,
dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai
nekrosis (Syamsuhidayat dan Wim de Jong, 1997).
3. Hernia Ritcher, bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding
usus.
Gambar 8. Hernia reponibel , Ireponibel dan strangulata .
1. Anamnesa herniainguinale:
Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di pelipatan
paha biasanya diketahui oleh orangtuanya.
19
akan menghilang atau mengecil ketika penderita berbaring (reponibilis), tidak
dapat kembali atau tidak menghilang ketika berbaring(irreponibilis)
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserata
karena illeus (dengan gambaran obstruksi usus dan gangguan keseimbangan
cairan elektrolit dan asam basa), atau strangulasi karena nekrosis atau
gangrene (akibat adanya gangguan vaskularisasi)
2. Faktor-faktor predisposisi, antaralain:
Pekerjaan (mengangkat-angkat beban berat, atlet angkat besi, tentara, kuli
bangunan,dll)
Penyakit ataupun gangguan kronis (BPH, stricture urethra, batuk kronis,
ascites, atau susahBAB)
Faktor usia, semakin tua, otot-otot dinding abdomen semakinlemah.
Factor kegemukan (obesitas)
3. Anamnesa herniafemoralis:
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada
waktu melakukan kegiatan menaikkan tekanan intraabdomen seperti
mengangkat barang dan batuk.Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Sering
penderita dating ke dokter atau ke rumah sakit dengan hernia strangulate. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum
inguinaloe di medial v.femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang
yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha
tidak ditemukan, karena kecilnya atau penderita gemuk.
20
INSPEKSI
2.8.3. PEMERIKSAANKHUSUS
A. ZIEMAN’STEST
B. FINGERTEST4
Test ini hanya dilakukan pada penderita laki-laki. Dengan menggunakan jari
telunjuk atau kelingking skrotum diinvaginasikan menyelusuri annulus
eksternus sampai dapat mencapai kanalis inguinalis kemudian penderita
disuruh batuk, bilamana ada dorongan atau tekanan timbul pada ujung jari
maka didapatkan hernia inguinalis lateralis, bila pada samping jari maka
didapatkan suatu hernia inguinalis medialis.
22
C. THUMB TEST
Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi berdiri. Setelah
benjolan dimasukkan kedalam rongga perut, ibu jari kita tekankan pada annulus
internus.Penderita disuruh mengejan atau meniup dengan hidung atau mulut
tertutup atau batuk.Bila benjolan keluar waktu mengejan berarti hernia inguinalis
medialis dan bila tidak keluar berarti hernia inguinalis lateralis.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
23
2.9. DIAGNOSA BANDING
2.10. PENATALAKSANAAN8,11,12
a. Konservatif
1. Reposisi
Suatu usaha atau tindakan untuk memasukkan atau mengembalikan isi
hernia ke dalam cavum peritoneum atau abdomen secara hati-hati dan
dengan tekanan yang lembut dan pasti.Reposisi ini dilakukan pada
hernia inguinalis yang reponibel dengan cara memakai kedua tangan.
Tangan yang satu memegang lekuk yang sesuai dengan pintunya
(leher hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan), sedangkan
tangan yang lainnya memasukkan isi hernia melalui pintu
tersebut.Reposisi ini kadang dilakukan pada hernia inguinalis
irreponibel pada pasien yang takut operasi. Caranya, bagian hernia
dikompres dingin, penderita diberi penenang valium 10 ml supaya
pasien tidur, posisi tidur trendelenberg. Hal ini rnemudahkan
24
memasukkan isi hernianya. Jika gagal tidak boleh dipaksakan, lebih
baik dilakukan operasi pada hari berikutnya.
2. Suntikan
Dilakukan setelah reposisi berhasil. Dengan rnenyuntikkan cairan
sklerotik berupa alkohol atau kinin di daerah sekitar hernia,
rnenyebabkan pintu hernia mengalami sklerosis atau penyempitan,
sehingga isi hernia tidak akan keluar lagi dari cavum peritonei.
3. Sabuk hernia
Sabuk ini diberikan pada pasien dengan pintu hernia yang rnasih kecil
dan menolak dilakukan operasi (Kendarto Darmokusumo,
1993).Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia
yang telah di reposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup.
b. Operatif
Indikasidiadakanoperasi:
25
diberikan kira-kira 60 mlxylocain 0,5persen dengan epinefrin
(Sabiston, 1997).
Irisan kulit pada hernia inguinalis ini disebut inguinal incision, dua jari
cranial dan sejajar ligamentum inguinale mulai dari pertengahan. Dan ini
sesuai dengan anulus inguinalis internus. Panjang irisan tergantung dari
besarnya hernia (tergantung kebutuhan), biasanya 5-8cm. Pada anastesi
lokal dilakukan infiltrasi procain kurang lebih tidak melebihi 20 cc.
Setelah kulit dibuka, subkutis dan jaringan lemak disiangi sampai tampak
aponeurosis muskulus obliqus eksternus yang merupakan dinding depan
kanalis inguinalis. Kira-kira 2 cm cranial ligamentun inguinale. Irisan ke
medial sampai membuka anulus inguinalis eksternus.
1. Ferguson
2. Bassini
3. Halstedt
27
transversus abdominis, funikulus spermatikus diletakkan di sub kutis
(Kendarto Darmokusumo, I 993).
4. Shouldice
2.11. PROGNOSIS
Prognosa tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan
penanganan.Tapi pada umumnya ‘baik’ karena kekambuhan setelah operasi jarang
terjadi, kecuali pada hernia berulang atau hernia yang besar yang memerlukan
penggunaan materi prostesis.Pada penyakit hernia ini yang penting adalah mencegah
faktor predisposisinya.6
29
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang
abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia
terisi secara normal. Komponen hernia terdiri dari kantung hernia, isi hernia dan
cincin hernia. Dimana 75% dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
didaerah sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu
2:1. Dengan klasifikasi berdasarkan penemuan secara umum, lokasi terjadinya, sifat,
gambaran klinis. Hernia yang sering ditemukan adalah hernia inguinalis lateralis dan
medialis. Penyebab hernia adalah kelemahan pada rongga dinding abdomen dan
adanya peningkatan tekanan intra abdomen yang terjadi dalam waktu yang lama baik
itu pada kongenital maupun aquisita. Penegakan diagnosa didasarkan pada
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (untuk menyingkirkan
diagnosa banding. Dimana penatalaksanaan yang dilakukan adalah konservatif dan
pembendahan sejak diagnosa ditegakkan. Adapun prognosa tergantung pada keadaan
umum penderita serta ketepatan penanganan.Tapi pada umumnya ‘baik’ karena
kekambuhan setelah operasi jarang terjadi, kecuali pada hernia berulang atau hernia
yang besar yang memerlukan penggunaan materi prostesis.Pada penyakit hernia ini
yang penting adalah mencegah faktor predisposisinya.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdus Sjukur, Soetamto Wibowo, Harun Al Rasjid, Soetrisno Alibasah,
A.H Hamami, Poerwadi, Kustiyo. 1994., Hernia Inguinalis dan
Femoralis.Dalam : Pedoman Diagnosis dan Terapi Rumah Sakit Umum
Dokter Soetomo, Surabaya : Lab/UPF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Umum Universitas Airlangga Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo
Surabaya. 83-85
2. Fitzgibbons R J, Ahluwalia H S. 2006. Inguinal Hernia. Schwartz Manual of
Surgery, eigth edition. USA: McGraw-Hills Companies.920-942
3. Gray Henry, 2000. gray’s anatomy of human body XII. Surface anatomy
and surface markings, Bartleby. Philadelphia.350-351
4. Lutfi Achmad, Thalut Kamardi. 2007. Dinding Perut, Hernia,
Retroperitonium, dan Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi 3. EGC.
615- 641
5. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders.1199-1217.
6. W. Steve Eubanks M. D. 2004. Hernia. Sabiston Textbook of Surgery. 16th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders.783-800
7. Way L.W. 2003. Hernia and Other Lesions of Abdominal Wall. Current
Surgical Diagnosis and Treatment, ninth edition. Prentice Hall
International Inc.700-710
8. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010;
hal. 619-29
9. Burcharth, Pommergaard, Rosenberg. The Inheritance of Groin Hernia: a
systematic review. Hernia;2013;17; pg. 183-9
10. Ponten JEH, Somers KYA, Nienhuijs SW. Pathogenesis of the Epigastric
Hernia. Hernia;2012;16;pg. 627-33
31
11. Kamalesh P. Congenital Hernia of the Umbilical Cord Associated with
Extracelomic Colonic Atresia and Perforation of gut in a newborn.
African Journal of Pediatric Surgery; 2014; 11; Pg.74-6
12. LeBlanc KE, LeBlanc LL, LeBlanc KA. Inguinal Hernias: Diagnosis &
Management. Available at:
http://www.aafp.org/afp/2013/0615/p844.pdf. Accessed on : September
22,2018
13. Romain B, Chemaly R, Meyer N, Brigand C, Steinmetz JP, Rohr S.
Prognostic Factors of Postoperative Morbidity and Mortality in
Strangulated Groin Hernia. Hernia; 2012; 16; Pg.405-10
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54