Henia Ok

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin,kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui
celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan
oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. 1
Hernia adalah adanya penonjolan peritoneum yang berisi alat visera dari rongga
abdomen melalui suatu lokus minoris resistensieae baik bawaan maupun
didapat.Hernia tetap merupakan problem kesehatan yang tidak bisa lepas dari
problem sosial, banyak orang dengan tonjolan di lipat paha ke dukun sebelum dibawa
ke rumah sakit atau dokter; adapula sebahagian masyarakat yang merasa malu bila
penyakitnya diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang
kadangkala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia. Problem
kedokteran yang penting adalah bagaimana mengurangi frekuensi timbulnya hernia
inguinalis. 1,2,3
Dalam sejarahnya pada 1552 sebelum Masehi di Mesir telah dilaporkan
pengobatan untuk hernia inguinalis dengan melakukan suatu tekanan dari luar. Galen
pada tahun 176 Masehi melaporkan penurunan duktus testikularis melalui lubang
kecil pada lower abdomen, kemudian ia meneliti dari awal tentang sebab terjadinya
hernia inguinalis indirekta. Susruta pada abad ke 5 sesudah Masehi pertama kali
melaporkan pengobatan bedah terhadap hernia. Pada autopsi terhadap anak yang
menderita hernia sebanyak 500 orang pada abad ke 18 dan 19 didapatkan 56% adanya
patensi dari prosesus vaginalis peritonei. sedangkan Later pada abad ke 19 melakukan
berbagai metode pembedahan dalam mengatur kembali lapisan anatomis dari kanalis

1
inguinalis dengan memperhatikan hubungan sekitarnya seperti struktur dari funikulus
spermatikus. 1,2
Bank pada tahun 1884 menyatakan bahwa pengobatan hernia yang definitif
adalah dengan melakukan ikatan yang baik, kegagalan dalam tindakan tersebut
didapatkan akibat kelemahan ikatannya. Selanjutnya dilaporkan pula pengangkatan
lengkap kantong hernia melalui cincin hernia eksterna. Fergusson pada tahun 1899
menekankan ligasi tinggi dari kantong hernia tanpa merusak struktur anatomis
funikulus dan lapisan anatomis dari kanalis inguinalis dengan melakukan insisi
aponeurosis otot obliquus externus. 3
Mc Lennan pada tahun 1914 menyatakan pengobatan bedah Telah dilakukan,
penelitian retrospektif dengan analisis deskriptif terhadap 95 kasus hernia inguinalis
lateralis anak pada kurun waktu Januari 1988 sampai dengan Desember 1991.
Didapatkan 78,9% kasus laki-laki, 42,1% kelompok umur 0 -1 tahun; 52,6% hernia
inguinalis lateralis dekstra; 31,6% hernia inguinalis inkarserata, terbanyak pada ke-
lompok umur 0 - 1 tahun (50%); “reduksi konservatif’ berhasil pada 72,7%
dilanjutkan dengan bedah elektif setelah 48 jam dan pada 8 kasus hernia inguinalis
yang inkarserata dilakukan bedah emergensi. Bila tidak ditangani secara dini, Hernia
Inguinal Lateralis (indirek) dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti, terjadi
perlengketan antara isi Hernia dengan dinding kantong Hernia sehingga isi Hernia
tidak dapat dimasukkan kembali dan penekanan terhadap cincin Hernia semakin
banyaknya usus yang masuk. 2,3
Salah satu penanganan yang dilakukan pada klien Hernia adalah herniotomi atau
herniorafi. Dampak kesehatan yang ditimbulkan pada pasien yang dilakukan
herniorafi diantaranya nyeri, aktivitas intoleran dan resiko terjadinya infeksi.1,2

2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Refrat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Bedah RSUD Solok dan diharapkan agar dapat menambah pengetahuan penulis serta
sebagai bahan informasi bagi para pembaca.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan penulisan dari refrat ini adalah untuk mengetahui anatomi, defenisi, etiologi,
patofisiologi, gambaran klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan diskusi mengenai
kasus, hernia

1.3 Metode Penulisan

Refrat ini dibuat dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai
literatur

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI

2.1.1. ANATOMI DINDING ABDOMEN

Abdomen merupakan rongga terbesar pada tubuh dan berkelanjutan pada


rongga pelvis.Abdomen terletak diantara diafragma dan pelvis.3Batas dinding perut
anterolateral oleh McVay secara anatomis digambarkan sebagai berikut.Bagian atas
adalah prosessus xiphoideus dan arkus kostarum. Bagian Bawah dari medial ke
lateral dibatasi oleh simfisis pubis, ligamentum inguinal, krista pubikum dan krista
iliaka. Bagian belakang dibatasi oleh tulang belakang.3
Untuk memudahkan deskripsi visceral dan kondisi morbid dari isi di
dalamnya, rongga abdomen dibagi menjadi 9 regio oleh garis imajiner, 2 garis
horizontal dan 2 garis sagital. Garis Horizontal yang membagi abdomen adalah garis
transpyloric dan garis Transtubercular.Sedangkan garis vertikal yang membagi
abdomen adalah garis imajiner yang sejajar dengan mid- clavicularline.3
9 regio abdomen terdiri dari :3

1. Regio hipokondriakanan

2. Regioepigastrika

3. Regio hipokondriakiri

4. Regio lumbaliskanan

5. Regioumbilikalis

6. Regio lumbaliskiri

7. Regio iliakakanan

8. Regiosuprapubik

9. Regio iliakakiri

4
Gambar 1 : region abdomen

2.1.2. ANATOMI REGIOINGUINALIS

GAMBAR 2. Regio Inguinal


5
A. Aponeurosis muskulus obliqus eksternus(MOE)

Merupakan otot ileo inguinal yang paling superficial, yang dimulai dari costa
ke-8 bagian lateral berjalan kearah medio caudal. Fascia superfiacialis dan
fascia profundus dari otot ini menjadi satu setelah mencapai dinding depan
abdomen dan membentuk suatu Aponeurosis MOE, dibagian medial dekat
tuberkulum pubicum, Aponeurosis ini pecahmenjadi 2 bagian, yaitu: crus
superior dan crus inferior.3

B. Muskulus Obliqus Abdomis Internus(MOI)

Lapisan otot dibawah MOE, arah sedikit oblique, berjalan dari pertengahan
lateral ligament inguinalis menuju ke cranio medial sampai pada tepi lateral
muskulus Rectus Abdominis.3

C. Ligamantum Inguinale(Poupart)

Merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus


eksternus.Terletak mulai dari Sias sampai ke ramus superior tulang publis.3
D. Ligamentum lakunare(Gimbernat)

Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut
tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias.Ligamentum ini
membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum
pektineal.Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis.3
E. Fasiatransversalis
Tipis dan melekat erat serta menutupi muskulus transversus abdominis.3
F. SegitigaHasselbach
Hasselbach tahun (1814) mengemukakan dasar dari segi tigayang dibentuk
oleh pekten pubis dan ligamentum pektinea. Segitiga ini dibatasi oleh.3
- Supero-lateral : Pembuluh darah epigastrika
- inferior Medial : Bagian lateral rektus abdominis.
- Inferior : Ligamentum inguinale
6
Gambar 3 :Segitiga Hasselbach

G. Kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang
± 4 cm dan terletak di atas ligamentum inguinale.
Dinding yang membatasi kanalis inguinalis adalah3

- Anterior : Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus abdominis


eksternus dan 1/3 lateralnya muskulus obliqusinternus.
- Posterior: Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis
yang bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk dinding posterior
dibagian lateral. Bagian medial dibentuk oleh fasia transversa dan
konjoin tendon.
- Superior: Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus
dan muskulus transversus abdominis danaponeurosis.
- Inferior : Dibentuk oleh ligamentum inguinale danlakunare.

Isi kanalis inguinalis pria 3,4

a. Vasdeferens

b. 3 arteri yaitu:

1. Arteri spermatikainterna

7
2. Arteridiferential

3.Arteri spermatikaeksterna

c. Plexus venapampiniformis

d. 3 nervus yaitu:

1. Cabang genital dari nervusgenitofemoral

2. Nervusilioinguinalis

3. Serabut simpatis dari plexushipogastrik

e. 3 lapisanfasia:

1. Fasia spermatika eksterna, lanjutan dari fasiainnominate.

2. Lapisan kremaster, berlanjut denganserabut-serabutmuskulus


obliqus abdominisinternus.
3. Fasia spermatika interna, perluasan dari fasiatransversal.
H. Annulus internus

Dibentuk oleh ligamentum inguinalis, conjoin tendon ( tepi bawah muskulus


obliqus abdominis internus, dan muskulus transverses abdominus), dan vasa
epigastrika inferior. Annulus ini merupakan tempat keluarnya funikulus
spermatikus dari cavum abdomen ke kanalis inguinalis. Terletak diantara SIAS
dan Tuberkulum pubicum (± 1- 1,5cm diatas ligamentum inguinale).3
I. Annulus eksternus

Terdiri dari crus lateral dan crus medial (merupakan pelekatan aponeurosis
MOE pada tuberkulum pubicum). Annulus ini merupakan keluarnya
n.Illioinguinalis dan funikulus spermatikus ke scrotum.(pada wanita berupa
round ligament).3,4

8
J.Kanalis Femoralis

Gambar 4. Canalis Femuralis

Kanalis femoralis merupakan lubang berbentuk oval dengan diameter kurang


dari 4 cm, dan pada wanita mempunyai diameter lebih lebar dibang dengan
laki-laki.Pada sisi medial femoral sheath dan vena femoralis yang
mengandung limfonodus dan lemak. Di sekelilingnya terdapat beberapa
bagian rigid yaitu pada sisi anterior terdapat ligamentum inguinale, sisi media
terdapat lacuna dari ligamentum inguinale, dan pada sisi posteriornya terdapat
bagian pectineus dari ligamentum inguinale.Cincin yang sempit ini beresiko
tinggi untuk mengalami inkarserasi (terjepitnya usus).Kanalis femoralis
terletak medial dari vena femoralis didalam lakuna vaserum dorsal dari
ligamentum inguinalis, tempat vena saphena magna bermuara didalam vena
femoralis.Foramen ini sempit dan dibatasi oleh pinggir keras dan tajam.Batas
kranio ventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir
os pubis yang terdiri dari ligamentum ilio pectineale (ligamentum cooper),
sebelah lateral oleh (sarung) vena femoralis, dan disebelah medial oleh
ligamentum lakunare gimbernati.Hernia femoralis keluar melalui lakuna

9
vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering
mengakibatkan inkarserasi herniafemoralis.3,4

2.2. DEFINISI HERNIA

Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang
abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia
terisi secara normal.4
2.3. EPIDEMIOLOGI

Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
didaerahsekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada herniadirect yaitu
2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.4Hernia sisi
kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan pria : wanita pada hernia
indirect adalah7:1. Adakira-kira750.000 herniorrhaphy dilakukan tiap tahunnya di
Amerika Serikat, dibandingkan dengan 25.000 untuk hernia femoralis, 166.000
hernia umbilicalis, 97.000 hernia post insisi dan 76.000 untuk hernia abdomen
lainya.5

Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi40% dari itu
muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi.Hernia
femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi
hernia inguinal.. meskipun kasus hernia femoralis pada pira dan wanita adalah sama,
insiden hernia femoralis dikalangan wanita 4 kali lebih sering dibandingkan
dikalangan pria, karena secara keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis pada
wanita.5
2.4. KOMPONEN HERNIA4

3 komponen yang selalu ada pada hernia adalah:

1. Kantong hernia (Pada hernia abdominalis berupa peritoneum


parietalis. Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya
hernia incisional, hernia adiposa, herniaintertitialis)
10
2. Isi hernia (usus,omentum, organ intra ataupunekstraperitoneal).

3. Pintu atau leher hernia (cincin hernia, lokus minoris dinding


abdomen)

Gambar 5. Komponen Hernia

2.5. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia 1,2,3,4,5:

 Kelemahan otot dindingabdomen.


- Kelemahanjaringan
- Adanya daerah yang luas diligamen inguinal
- Trauma
 Peningkatan tekanan intraabdominal
- Obesitas
- Mengangkat bendaberat
- Mengejan àKonstipasi
- Kehamilan
- Batukkronik
- Hipertropiprostate

2.6. PATOFISOLOGI
1. Hernia Inguinalis.

11
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke – 8 dari
kehamilan,terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis
itu akan menarikperitoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum
yang disebut denganprosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus
ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri
turun terlebih dahulu dari yangkanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih
sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada
usia 2 bulan. 1,2,8,10
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka
terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena
pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya
umur, organ dan jaringantubuh mengalami proses degenerasi.Pada orang tua kanalis
tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locusminoris resistance,
maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominalmeningkat seperti
batuk – batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang – barangberat,
mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui
defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma,
hiper tropiprotat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat
terjadi pada semua. 2,3,4
Prialebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi priadan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak
dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincinhernia, akibat semakin
banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang
kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi
penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila

12
inkarserata dibiarkan,maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah danterjadi nekrosis. 3,4,5
Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila
isiperut terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses.Komplikasi
hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lainobstruksi
usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat menimbulkan
abses lokal, fistel atau peritonitis. 1,2,3,8

A. Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)


Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh faktor
peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
Hesselbach*. Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui annulus inguinalis
subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak berhubungan dengan pembungkus tali
mani, umumnya terjadi bilateral, khususnya pada laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang,
bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi. 4,5,6,8
*Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:
· Inferior: Ligamentum Inguinale.
· Lateral: Vasa epigastrika inferior.
· Medial: Tepi m. rectus abdominis.
Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat
aponeurosis m.transversus abdominis.

13
Gambar 6. Hernia Inguinalis Direct

B. Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)


Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu
annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak
tonjolan berbentuk lonjong. Dapat terjadi secara kongenital atau akuisita: 5,6

 Hernia inguinalis indirekta congenital.

Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekali
tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunika
vaginalis propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam
kantong peritoneum tersebut. 1,2,3,4,5,9

 Hernia inguinalis indirekta akuisita.

Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian saja.
Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis yang
tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kentung peritonei ini

14
dapat terisi dalaman perut, tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika
vaginalis propria testis. 1,2,3

Gambar 8. Hernia inguinalis indirect

2.7. KLASIFIKASI.8
a. Hernia secaraumum
1. Hernia Internal yakni tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui
suatu lubang dalam rongga perut seperti foramen Winslow,
resesusretro sekalis atau defek dapa tanpa da mesentrium
umpamanya setelah anastomosis usus
2. Hernia eksternal yakni hernia yang menonjol keluar melalui
dinding perut, pinggang atau peritoneum
b. Hernia berdasarkan terjadinya
1. Hernia bawaan atau kongenital yakni didapat sejak lahir atau sudah
ada semenjak pertama kali lahir.

15
2. Hernia dapatan atau akuisita yang merupakan bukan bawaan sejak
lahir, tetapi hernia yang didapat setelah tumbuh dan berkembang
setelah lahir

c. Hernia menurut letaknya


1. Obturatorius
Yakni hernia melalui foramen obturatoria. Hernia ini berlangsung
4 tahap. Tahap pertama mula – mula tonjolan lemak
retroperitoneal masuk kedalam kanalis obturatoria. Tahap kedua
disusul oleh tonjolan peritoneum parietal. Tahap ketiga, kantong
hernianya mungkin diisi oleh lekuk usus. Dan tahap keempat
mengalami inkarserasi parsial, sering secara Ritcher atau total.
2. Epigastrika
Hernia inijugadisebut hernia lineaalba yang merupakan hernia
yang keluar melalui defek dilinea alba antara umbilicus dan
processus xifoideus. Penderita sering mengeluh kurang enak pada
perut dan mual, mirip keluhan kelainan kandung empedu, tukak
peptic atau hernia hiatus esophagus.
3. Ventralis, adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut
bagian antero lateral seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks
merupakan penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi
yang baru maupun yang lama. Factor predisposisinya ialah infeksi
luka operasi, dehisensi luka, teknik penutupan luka operasi yang
kurang baik, jenis insisi, obesitas dan peninggian tekanan intra
abdomen.
4. Lumbalis
Didaerah lumbal antara iga XII dan Krista illiaca, ada dua buah
trigonum yaitu trigonum kosto lumbalis superior (Grijnfelt)
berbentuk segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior
atau trigonum illiolumbalis (petit) yang berbentuk segitiga. Pada

16
pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan dipinggang tepi
bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau ditepi cranial dipanggul
dorsal.
5. Littre, hernia yang sangat jarang dijumpai, merupakan hernia yang
mengandung divertikulum.
6. Spiegel, hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fascia
Spieghel.
7. Perienalis, merupakan tonjolan hernia pada peritoneum melalui
defek dasar panggul yang dapat secara primer pada perempuan
multipara atau sekunder setelah operasi melalui perineum seperti
prostatektomi atau resesi rectum secara abdominoperienal.
8. Pantalon, merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan
medialis pada satusisi. Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa
epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana.
9. Diafragma
10. Inguinalis
11. Umbilical, merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga
perut yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian
tekanan intra abdomen. Hernia umbilicalis merupakan hernia
congenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan
kulit
12. Para umbilical merupakan hernia melalui suatu celah di garis
tengah tepi cranial umbilical, jarang terjadi di tepi kaudalnya.
Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga umumnya
diperlukan operasi koreksi.
13. Femoralis yakni merupakan tonjolan di lipat paha yang muncul
terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan
intra abdomen seperti mengangkat barang atau ketika batuk. Pintu
masuknya adalah annulus femoralis dan keluar melalui fossa ovalis
dilipatan paha. Batas – batas annulus femoralis antara lain

17
ligamentum inguinale di anterior, medial ligamentum lacunare,
posterior ramus superior ossis pubis dan muskulus peknitus beserta
fascia dan lateral m.illiopsoas beserta fascia locus minoris
resistennya fascia transversa yang menutupi annulus femoralis
yang disebut septum cloquetti
14. Hernia inguinalis
a. lateralis/indirek
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia lateralis karena
keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus
yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,
menonjol keluar dari anulus inguinlais eksternus. Apabila hernia
ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skortum, ini disebut hernia
skortalis. Kantong hernia berada didalam muskulus kremaster
terletak antero medial terhadap vas deferent dan struktur lain
dalam tali sperma
b. Hernia inguinalis medialis/direk
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis,
menonjol langsung kedepan melalui segitiga Hesselbach, daerah
yang dibatasi oleh ligamen tuminguinale.
d. Hernia menurut sifatnya/secaraklinik
1. Hernia reponibel
Disebut begitu jika isi Hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk, tidak ada keluhan nyeri.
2. Hernia ireponibel
Bila isi kantong tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Hernia
ini disebut juga hernia akreta dan tidak ada keluhan rasa nyeri atau
tanda sumbatan usus.

18
Hernia inkarserata atau hernia strangulate. Hernia inkarserata
berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam
rongga perut diserta iakibatnya yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi. Hernia strangulata terjadi gangguan vaskularisasi,
dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai
nekrosis (Syamsuhidayat dan Wim de Jong, 1997).
3. Hernia Ritcher, bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding
usus.
Gambar 8. Hernia reponibel , Ireponibel dan strangulata .

2.8. PENEGAKAN DIAGNOSA4


2.8.1. ANAMNESA

1. Anamnesa herniainguinale:

Secara klasik, pada penderita hernia inguinalis biasanya ditemukan keluhan-


keluhan, antara lain

 Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan adanya


“Benjolan” dipelipatan paha atau perut bagian bawah pada scrotum atau
labium mayor padawanita.

 Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di pelipatan
paha biasanya diketahui oleh orangtuanya.

 Benjolan timbul pada waktu terjadi peningkatan tekanan intra abdominal,


misalnya mengejan, menangis, batuk, atau mengangkat beban berat. Benjolan

19
akan menghilang atau mengecil ketika penderita berbaring (reponibilis), tidak
dapat kembali atau tidak menghilang ketika berbaring(irreponibilis)

 Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah


epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk kedalam kantonghernia

 Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserata
karena illeus (dengan gambaran obstruksi usus dan gangguan keseimbangan
cairan elektrolit dan asam basa), atau strangulasi karena nekrosis atau
gangrene (akibat adanya gangguan vaskularisasi)
2. Faktor-faktor predisposisi, antaralain:
 Pekerjaan (mengangkat-angkat beban berat, atlet angkat besi, tentara, kuli
bangunan,dll)
 Penyakit ataupun gangguan kronis (BPH, stricture urethra, batuk kronis,
ascites, atau susahBAB)
 Faktor usia, semakin tua, otot-otot dinding abdomen semakinlemah.
 Factor kegemukan (obesitas)
3. Anamnesa herniafemoralis:

Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada
waktu melakukan kegiatan menaikkan tekanan intraabdomen seperti
mengangkat barang dan batuk.Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Sering
penderita dating ke dokter atau ke rumah sakit dengan hernia strangulate. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum
inguinaloe di medial v.femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang
yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha
tidak ditemukan, karena kecilnya atau penderita gemuk.

2.8.2. PEMERIKSAAN FISIK4

(Posisi penderita berdiri dan berbaring)

20
INSPEKSI

- Tampak benjolan dilipatan paha simetris atau asimetris pada posisi


berdiri. Apabila tidak didapatkan benjolan, penderita kita minta
untuk melakukan manuvervalsava.
- Benjolan berbentuk lonjong (HIL) atau bulat(HIM)
- Tanda-tanda radang ada atau tidak, pada hernia inguinalis biasanya
tanda radang(-).
PALPASI

- Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak tampak


benjolan penderita diminta mengejan atau melakukan manuver
valsava.
- Tentukankonsistensinya
- Lakukan reposisi (bisa masuk atautidak)
- Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis dan medialis
dapat dilakukan beberapa macam test (provokasitest)
AUSKULTASI

- Ditemukan suara bising usus (diatasbenjolan)

2.8.3. PEMERIKSAANKHUSUS

A. ZIEMAN’STEST

Penderita dalam keadaan berdiri atau.Bilamana kantong hernia terisi, kita


masukkan dulu kedalam kavum abdomen.Untuk memeriksa bagian kanan
digunakan tangan kanan dan sebaliknya. Test ini dapat dikerjakan pada penderita
laki-laki ataupun perempuan.
Dengan jari kedua tangan pemeriksa diletakkan diatas annulus inguinalis
internus ( ± 1,5 cm diatas pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum), jari
ketiga diletakkan pada annulus inguinalis ekternus dan jari keempatpada fossa
ovalis. Penderita disuruh mengejan maka timbul dorongan pada salah satu jari
tersebut diatas.Bilamana dorongan pada jari kedua berarti hernia inguinalis
21
lateralis, bila pada jari ketiga berarti hernia inguinalis medialis dan bila pada jari
keempat berarti herniafemoralis.

Gambar 9: Zieman test

B. FINGERTEST4

Gambar 10 : Finger Test

Test ini hanya dilakukan pada penderita laki-laki. Dengan menggunakan jari
telunjuk atau kelingking skrotum diinvaginasikan menyelusuri annulus
eksternus sampai dapat mencapai kanalis inguinalis kemudian penderita
disuruh batuk, bilamana ada dorongan atau tekanan timbul pada ujung jari
maka didapatkan hernia inguinalis lateralis, bila pada samping jari maka
didapatkan suatu hernia inguinalis medialis.

22
C. THUMB TEST

Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi berdiri. Setelah
benjolan dimasukkan kedalam rongga perut, ibu jari kita tekankan pada annulus
internus.Penderita disuruh mengejan atau meniup dengan hidung atau mulut
tertutup atau batuk.Bila benjolan keluar waktu mengejan berarti hernia inguinalis
medialis dan bila tidak keluar berarti hernia inguinalis lateralis.

Gambar 11: Thumb test

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk mencari kemungkinan adanya tekanan intra peritoneal meningkat,


sebagai penyebab timbulnyahernia.
- Rectumtoucher : BPH, Stenosis Anal, TumorRecti
- Thoraxfoto : Batuk kronis, asma, tumorparu
- USGAbdomen : Asites, tumorabdomen
- GenitaliaEksterna : Striktura urethra,phymosis

23
2.9. DIAGNOSA BANDING

2.10. PENATALAKSANAAN8,11,12
a. Konservatif

Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan definitif sehingga


dapat kambuh lagi.

1. Reposisi
Suatu usaha atau tindakan untuk memasukkan atau mengembalikan isi
hernia ke dalam cavum peritoneum atau abdomen secara hati-hati dan
dengan tekanan yang lembut dan pasti.Reposisi ini dilakukan pada
hernia inguinalis yang reponibel dengan cara memakai kedua tangan.
Tangan yang satu memegang lekuk yang sesuai dengan pintunya
(leher hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan), sedangkan
tangan yang lainnya memasukkan isi hernia melalui pintu
tersebut.Reposisi ini kadang dilakukan pada hernia inguinalis
irreponibel pada pasien yang takut operasi. Caranya, bagian hernia
dikompres dingin, penderita diberi penenang valium 10 ml supaya
pasien tidur, posisi tidur trendelenberg. Hal ini rnemudahkan

24
memasukkan isi hernianya. Jika gagal tidak boleh dipaksakan, lebih
baik dilakukan operasi pada hari berikutnya.

2. Suntikan
Dilakukan setelah reposisi berhasil. Dengan rnenyuntikkan cairan
sklerotik berupa alkohol atau kinin di daerah sekitar hernia,
rnenyebabkan pintu hernia mengalami sklerosis atau penyempitan,
sehingga isi hernia tidak akan keluar lagi dari cavum peritonei.

3. Sabuk hernia
Sabuk ini diberikan pada pasien dengan pintu hernia yang rnasih kecil
dan menolak dilakukan operasi (Kendarto Darmokusumo,
1993).Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia
yang telah di reposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup.
b. Operatif

Pengobatanoperatifmerupakansatu-satunyapengobatan hernia inguinalis


yang rasional. Indikasioperasisudahadabegitu diagnosis ditegakkan
(Syamsuhidayat dan Wim de Jong, 1997).

Indikasidiadakanoperasi:

1. Hernia inguinalis yang mengalamiinkarserata,


meskipunkeadaanumumjelek.

2. Hernia reponibel pada bayidenganumurlebihdari 6


bulanatauberatbadanlebihdari 6 kilogram. Jalannya operasi
menggunakan obat anastesi lokal berupa procain dengan dosis
rnaksimum 200 cc (Kendarto Darmokusumo, 1993). Jika digunakan
anastesi lokal, digarnbarkan incisi berbentuk belah ketupat dan

25
diberikan kira-kira 60 mlxylocain 0,5persen dengan epinefrin
(Sabiston, 1997).

Operasi hernia ada 3 tahap

1. Herniotomy yaitu membuka dan memotong kantong hernia serta


mengembalikan isi ke cavum abdominalis.

2. Herniorafi yaitu mulai dari mengikat leher hernia dan


menggantungkannya pada conjoint tendon.

3. Hernioplasty yaitu memberi kekuatan pada dinding perut dan


menghilangkan locus minnoris resistentiae.

Operasi pada hernia inguinalis lateralis

Irisan kulit pada hernia inguinalis ini disebut inguinal incision, dua jari
cranial dan sejajar ligamentum inguinale mulai dari pertengahan. Dan ini
sesuai dengan anulus inguinalis internus. Panjang irisan tergantung dari
besarnya hernia (tergantung kebutuhan), biasanya 5-8cm. Pada anastesi
lokal dilakukan infiltrasi procain kurang lebih tidak melebihi 20 cc.
Setelah kulit dibuka, subkutis dan jaringan lemak disiangi sampai tampak
aponeurosis muskulus obliqus eksternus yang merupakan dinding depan
kanalis inguinalis. Kira-kira 2 cm cranial ligamentun inguinale. Irisan ke
medial sampai membuka anulus inguinalis eksternus.

Di dalam kanalis inguinalis terdapat funiculus spermaticus dibungkus


muskulus cremaster. Otot ini disiangi sampai funikulus spermaticus
kelihatan. Funiculus dibersihkan atau dicanthol sampai ke lateral dengan
kain kasa, dan kantong peritoneum akan timbul di sebelah
caudomedialnya. Kantong ini dijepit dengan dua buah pinset sirurgik dan
diangkat, kemudian dibuka dengan memperhatikan agar isi hernia (usus)
tidak terpotong. Kantong yang terbuka lalu dijepit dengan klem
Mickuliks sehingga usus tampak jelas. Kemudian usus dikembalikan ke
26
cavum abdominalis dengan rnelebarkan irisan pada kantong ke proksimal
sampai leher hernia. Sisa kantong sebelah distal dibiarkan dalam skrotum
pada hernia yang besar (karena bisa menimbulkan banyak pendarahan),
sedang hernia yang kecil sisa kantong tersebut dibuang. Kemudian leher
dijahit ikat. Puntung ini kemudian ditanamkan di bawah conjoint tendon
dan digantungkan. Selanjutnya karena locus minoris resistantiae masih
ada, perlu dilakukan hernioplasty (Kendarto Darmokusumo, 1993).

Hernioplasty ada bermacarn-macam menurut kebutuhannya:

1. Ferguson

Yaitu funiculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari musculus


obliqus externus dan internus abdominis dan muskulus obliqus
internus dan transversus dijahitkan pada ligamenturn inguinale dan
meletakkan funiculus spermaticus di dorsal, kemudian aponeurosis
muskulus obliqus externus dijahit kembali sehingga tidak ada lagi
kanalis inguinalis.

2. Bassini

Muskulus obliqus internus dan muskulus transversus abdominis


dijahitkan pada ligamentum inguinale. Funikulus spermaticus
diletakkan ventral dari muskulus tadi tetapi dorsal dari aponeurosis
muskulus obliqus eksternus sehingga kanalis inguinalis kedua
muskuli tadi memperkuat dinding belakang dari kanalis inguinalis,
sehingga locus minoris resistantiae hilang.

3. Halstedt

Di lakukan untuk memperkuat atau menghilangkan locus minonis


resistentiae. Ketiga muskulus, muskulus obliqus eksternus
abdominis, muskulus obliqus internus abdominis, muskulus obliqus

27
transversus abdominis, funikulus spermatikus diletakkan di sub kutis
(Kendarto Darmokusumo, I 993).

4. Shouldice

Membuka lantai inguinalis dan mengimbrikasi fascia transversalis


dengan teknik jahitan kontinyu (Sabiston, 1994).

Operasi pada hernia inguinalis medialis

Herniotomy pada hernia inguinalis medialis sama dengan teknik operasi


hernia inguinalis lateralis. Hernioplasty di sini memperkuat daerah
medial dan anulus inguinalis eksternus. Hernioplasty dikerjakan dengan
cara Mc. Vay. yaitu menarik muskulus obliqus abdominis internus dan
muskulus transversus abdominis, serta conjoint tendon lalu dijahitkan
pada ligamentum cowperi atau pectineum lewat sebelah dorsal dari
ligamentum inguinale

Gambar 13. Operasi Prolene Mesh


Gambar 12. Operasi Bassini 28
(Reproduced from Arregui ME, Nagan RD
[eds]: Inguinal Hernia: Advances or
Controversies Oxford, England, Radcliffe
Medical,1994.)
2.11. KOMPLIKASI4
- Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehinggaisi hernia
tidakdapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada
keadaan inibelum ada gangguan penyaluran isiusus.
- Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincinhernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkangangguan
penyaluran isi usus.Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralisincarcerata.
- Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadipenekanan
pembuluhdarah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralisstrangulata.
- Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudianmenekan pembuluh
darah dankemudian timbulnekrosis.
- Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perutkembung,
muntahdanobstipasi.
- Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.

2.11. PROGNOSIS
Prognosa tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan
penanganan.Tapi pada umumnya ‘baik’ karena kekambuhan setelah operasi jarang
terjadi, kecuali pada hernia berulang atau hernia yang besar yang memerlukan
penggunaan materi prostesis.Pada penyakit hernia ini yang penting adalah mencegah
faktor predisposisinya.6

29
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang
abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia
terisi secara normal. Komponen hernia terdiri dari kantung hernia, isi hernia dan
cincin hernia. Dimana 75% dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
didaerah sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu
2:1. Dengan klasifikasi berdasarkan penemuan secara umum, lokasi terjadinya, sifat,
gambaran klinis. Hernia yang sering ditemukan adalah hernia inguinalis lateralis dan
medialis. Penyebab hernia adalah kelemahan pada rongga dinding abdomen dan
adanya peningkatan tekanan intra abdomen yang terjadi dalam waktu yang lama baik
itu pada kongenital maupun aquisita. Penegakan diagnosa didasarkan pada
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (untuk menyingkirkan
diagnosa banding. Dimana penatalaksanaan yang dilakukan adalah konservatif dan
pembendahan sejak diagnosa ditegakkan. Adapun prognosa tergantung pada keadaan
umum penderita serta ketepatan penanganan.Tapi pada umumnya ‘baik’ karena
kekambuhan setelah operasi jarang terjadi, kecuali pada hernia berulang atau hernia
yang besar yang memerlukan penggunaan materi prostesis.Pada penyakit hernia ini
yang penting adalah mencegah faktor predisposisinya.

30
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdus Sjukur, Soetamto Wibowo, Harun Al Rasjid, Soetrisno Alibasah,
A.H Hamami, Poerwadi, Kustiyo. 1994., Hernia Inguinalis dan
Femoralis.Dalam : Pedoman Diagnosis dan Terapi Rumah Sakit Umum
Dokter Soetomo, Surabaya : Lab/UPF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Umum Universitas Airlangga Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo
Surabaya. 83-85
2. Fitzgibbons R J, Ahluwalia H S. 2006. Inguinal Hernia. Schwartz Manual of
Surgery, eigth edition. USA: McGraw-Hills Companies.920-942
3. Gray Henry, 2000. gray’s anatomy of human body XII. Surface anatomy
and surface markings, Bartleby. Philadelphia.350-351
4. Lutfi Achmad, Thalut Kamardi. 2007. Dinding Perut, Hernia,
Retroperitonium, dan Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi 3. EGC.
615- 641
5. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders.1199-1217.
6. W. Steve Eubanks M. D. 2004. Hernia. Sabiston Textbook of Surgery. 16th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders.783-800
7. Way L.W. 2003. Hernia and Other Lesions of Abdominal Wall. Current
Surgical Diagnosis and Treatment, ninth edition. Prentice Hall
International Inc.700-710
8. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010;
hal. 619-29
9. Burcharth, Pommergaard, Rosenberg. The Inheritance of Groin Hernia: a
systematic review. Hernia;2013;17; pg. 183-9
10. Ponten JEH, Somers KYA, Nienhuijs SW. Pathogenesis of the Epigastric
Hernia. Hernia;2012;16;pg. 627-33

31
11. Kamalesh P. Congenital Hernia of the Umbilical Cord Associated with
Extracelomic Colonic Atresia and Perforation of gut in a newborn.
African Journal of Pediatric Surgery; 2014; 11; Pg.74-6
12. LeBlanc KE, LeBlanc LL, LeBlanc KA. Inguinal Hernias: Diagnosis &
Management. Available at:
http://www.aafp.org/afp/2013/0615/p844.pdf. Accessed on : September
22,2018
13. Romain B, Chemaly R, Meyer N, Brigand C, Steinmetz JP, Rohr S.
Prognostic Factors of Postoperative Morbidity and Mortality in
Strangulated Groin Hernia. Hernia; 2012; 16; Pg.405-10

32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54

Anda mungkin juga menyukai