Anda di halaman 1dari 18

KONSEP LANSIA

A. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan
dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap
dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (Mubarak, 2006).
Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat
dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap injuri termasuk
adanya infeksi (Paris Contantinides, 1994).
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf dan jaringan lain sehingga tubuh “mati”
sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan
seorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik
dalam hal pencapaian puncak maupun aat menurunya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh
mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan
berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai
bertambahnya umur.
Berikut ini beberapa pengertian lansia menurut para ahli :
 Pengertian Lansia Menurut Smith (1999): Lansia terbagi menjadi tiga, yaitu: young old
(65-74 tahun); middle old (75-84 tahun); dan old old (lebih dari 85 tahun).
 Pengertian Lansia Menurut Setyonegoro: Lansia adalah orang yang berusia lebih dari 65
tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam 70-75 tahun (young old); 75-80 tahun (old); dan
lebih dari 80 tahun (very old).
 Pengertian Lansia Menurut UU No. 13 Tahun 1998: Lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas.
 Pengertian Lansia Menurut WHO: Lansia adalah pria dan wanita yang telah mencapai
usia 60-74 tahun.

1
 Pengertian Lansia Menurut Sumiati AM: Seseorang dikatakan masuk usia lansia jika
usianya telah mencapai 65 tahun ke atas.

B. Batasan-batasan lansia
Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagiai berikut:
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas
2) Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
3) Kelompok usia lanjut (65 th >) sebagai senium

Menurut organisasi kesehatan Dunia lanjut usia dikelompokkan menjadi


1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) : antara 60 sampai 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) : antara 75 sampai 90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun.

C. Tugas Perkembangan Lansia


a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam mendukung
kesejahteraan lansia misalnya Perpindahan tempat tinggal lansia.
b. Penyesuaian terhadap pendapatan menurun
Ketika lansia memasuki pensiun, pendapatan menurun secara tajam dan semakin tidak
memadai, karena biaya hidup terus meningkat, sementara tabungan/pendapatan berkurang.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan
Hal ini menjadi penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga. Perkawinan mempunyai
kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang berlangsung dari pasangan. Contoh:
mitos tentang aseksualitas
d. Penyesuaian terhadap kehilangan pasangan
Tugas perkembangan ini secara umum:tugas yang pali traumatis. Lansia menyadari bahwa
kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan kematian tidak ada.
Hal ini akan berdampak pada reorganisasi fungsi keluarga secara total.

2
e. Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi
Ada kecenderungan lansia untuk menjauhkan diri dari hub.sosial, namun keluarga menjadi
fokus interaksi lansia dan sumber utama dukungan sosial.

D. Masalah kesehatan yang muncul pada tahap lansia


Perubahan system tubuh lansia menurut NUgroho (2000) adalah :
1. Sel
a. Pada lansia jumlah sel akan lebih sedikit dan ukuranya lebih besar.
b. Cairan tubuh dan cairan intraselular akan berkurang.
c. Proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati juga ikut berkurang.
d. Jumlah sel otak akan menurun.
e. Mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan otak menjadi atropi.
2. System persyarafan
a. Rata – rata berkurangnya saraf neocortical sebesar 1 detik ( pakkenberg dkk.2003)
b. Hubungan persyarafan cepat menurun.
c. Lambat dalam merespon, baik dari gerakan maupun jarak waktu, khususnya stress.
d. Mengecilnya saraf pancaindra, serta menjadi kurang sensitive terhadap sentuhan.
3. System pendengaran
a. Gangguan pada pendengaran ( presbiakusis)
b. Membrane timpani antropi.
c. Terjadi pengumpalan dan pengerasan serumen Karena peningkatan keratin.
d. Pendengaran menurun pada usia lanjut yang mengalami ketegangan jiwa atau stress.
4. System penglihatan
a. Timbul sklerisis pada sfinter pupil dan hilangnya respon terhadap sinar.
b. Kornea lebih berbentuk seperti bola ( sferis)
c. Lensa lebih suram ( keruh) dapat menyebabkan katarak.
d. Meningkatnya ambang.
e. Pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat dan
sulit untuk melihat dalam keadaan gelap.
f. Hilangnya daya akomodasi.

3
g. Menurunya lapang pandang dan menurunya daya untuk membedakan antara warna
biru dengan warna hijau pada skala pemeriksaan.
5. System kardiovaskuler.
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap jantung sesudah berumur
20 tahun. Hal ini memyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi.
e. Tekanan darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer.
6. System pengaturan suhu tubuh
a. Suhu tubuh menurun ( hipotermia) secara fisiologis. Hal ini diakibatkan oleh
metabolisme yang menurun.
b. Keterbatasan reflek mengigil, dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktivitas ototo.
7. Sistem pernapasan
a. Otot – otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunya aktivitas dari silia.
c. Paru – paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat.
d. Menarik napas lebih berat, kapasitas maksimum menurun, dan kedalaman bernapas
menurun.
e. Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri
menurun menjadi 75mmhg. Kemampuan untuk batuk berkurang dan penurunan
kekuatan otot pernapasan.
8. System gastrointestinal
a. Kehilangan gigi, indera pengecapan mengalami penurunan.
b. Esophagus melebar.
c. Sensitivitas akan rasa lapar menurun.
d. Produksi asam lambung dan waktu pengosongan lambung menurun.
e. Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi.

4
f. Fungsi absorsi menurun.
g. Hati semakin mengecil dan menurunya tempat menyimpan.
h. Berkurangnya suplai aliran darah.
9. System genetalia
a. Ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah keginjal menurun hingga
50%, fungsi tubulus berkurang ( berakibat pada penurunan kemmapuan ginjal untuk
mengonsentrasi urine, berat jenis urine menurun, protein urine menurun, BUN
meningkat, nilai ambang ginjalterhadap glukosa meningkat.
b. Otot- otot kandung kemih (vesika urinaria) melemah kapasitasnya menurun hingga
hingga 200ml dan menyebabkan frekuansi BAK meningkat, kandung kemih
dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.
c. Pria dengan usia 65th keatas sebagian besar mengalami pembesaran prostat hingga
75% dari besar normalnya.
10. System endokrin.
Menurunya produksi ACTH,TSH,FSH,dan LH, aktivitas tiroid, basal metabolic rate
(BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosterone, serta sekresi hormone kelamin seperti
progesterone, estrogen dan tetstoteron.
11. Sitem integument.
a. Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik.
c. Menurunya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
d. Kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu.
e. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas akibat menurunya cairan dan vaskularisasi.
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi mengeras dan rapuh, kuku jari
tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
i. Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
12. System musculoskeletal
a. Tulang kehilangan kepadatan ( density) dan semkain rapuh.
b. Kifosis.

5
c. Persendian membesar dan menjadi kaku.
d. Tendon mengkerut dan mengalami sclerosis.
e. Atropi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan
mejadi tremor.
Beberapa masalah psokologis yang sering terjadi pada lansia
a. Demensia
Demensia adalah gangguan intelektual/ daya ingat yang umumnya progresif dan
ireversibel. Biasanya terjadi pada usia > 65 tahun. Faktor resiko yang sering
menyebabkan lanjut usia terkena demensia adalah : usia, riwayat keluarga, jenis kelamin
perempuan. Demensia merupakan suatu penyakit degeneratif primer pada susunan sistem
saraf pusat dan merupakan penyakit vaskuler.
Kriteria derajat demensia :
 Ringan : walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas sosial,
kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal cukup dan
penilaian umum yang baik.
 Sedang : hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat suportivitas.
 Berat : aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak
berkesinambungan, inkoherensi.
b. Depresi
Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia. Usia bukan
merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi suatu keadaan penyakit medis kronis dan
masalah-masalah yang dihadapi lansia yang membuat mereka depresi.

Gejala depresi pada lansia, yaitu :


Gejala utama :
- Afek depresi
- Kehilangan minat
- Berkurangnya energi (mudah lelah)
Gejala lain :
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Kurang percaya diri

6
- Sering merasa bersalah
- Pesimis
- Ide bunuh diri
- Gangguan pada tidur
- Gangguan nafsu makan

Berdasarkan gejala di atas, depresi pada lansia dapat dibedakan beberapa bentuk
berdasarkan berat ringannya :
 Depresi ringan : 2 gejala utama + 2 gejala lain+ aktivitas tidak terganggu.
 Depresi sedang : 2 gejala utama + 3 gejala lain+ aktivitas agak terganggu.
 Depresi berat : 3 gejala utama + 4 gejala lain+ aktivitas sangat terganggu.

Penyebab terjadinya depresi merupakan gabungan antara faktor-faktor psikologik, sosial


dan biologik.
 Biologik : sel saraf yang rusak, faktor genetik, penyakit kronis seperti hipertensi,
DM, stroke, keterbatasan gerak, gangguan pendengaran / penglihatan.
 Sosial : kurang interaksi sosial, kemiskinan, kesedihan, kesepian, isolasi sosial.
 Psikologis : kurang percaya diri, gaul, akrab, konflik yang tidak terselesai.

c. Skizofrenia
Skizofrenia biasanya dimulai pada masa remaja akhir / dewasa muda dan menetap
seumur hidup. Wanita lebih sering menderita skizofrenia lambat dibanding pria.
Perbedaan onset lambat dengan awal adalah adanya skizofrenia paranoid pada tipe onset
lambat.

Sekurang-kurangnya satu gejala berikut :


- Thought echo, insertion, broadcasting.
- Delution of control, influence, passivity, perseption
- Halusinasi auditorik
- Waham yang menetap

7
Paling sedikit 2 gejala berikut :
- Halusinasi panca indera yang menetap
- Arus pikir yang terputus
- Perilaku katatonik
- Gejala negatif

Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih. Terapi dapat diberikan obat anti psikotik seperti haloperidol, chlorpromazine,
dengan pemberian dosis yang lebih kecil.

d. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan obsesif konfulsif,
gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut, gangguan stres pasca traumatik. Onset
awal gangguan panik pada lansia adalah jarang, tetapi dapat terjadi. Tanda dan gejala
fobia pada lansia kurang serius daripada dewasa muda, tetapi efeknya sama, jika tidak
lebih, menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia. Teori eksistensial menjelaskan
kecemasan tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasi secara spesifik bagi perasaan
yang cemas secara kronis.

Kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang kematiannya. Orang mungkin
menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa dan kecemasan, bukan dengan
ketenangan hati dan rasa integritas (“Erik Erikson”). Kerapuhan sistem saraf anotomik
yang berperan dalam perkembangan kecemasan setelah suatu stressor yang berat.

Gangguan stres lebih sering pada lansia terutama jenis stres pasca traumatik karena pada
lansia akan mudah terbentuk suatu cacat fisik. Terapi dapat disesuaikan secara individu
tergantung beratnya dan dapat diberikan obat anti anxietas seperti : hydroxyzine,
Buspirone.

8
e. Gangguan penggunaan alcohol dan zat lain.
Riwayat minum / ketergantungan alkohol biasanya memberikan riwayat minum
berlebihan yang dimulai pada masa remaja / dewasa. Mereka biasanya memiliki penyakit
hati. Sejumlah besar lansia dengan riwayat penggunaan alkohol terdapat penyakit
demensia yang kronis seperti ensefalopati wernicke dan sindroma korsakof.

Presentasi klinis pada lansia termasuk terjatuh, konfusi, higienis pribadi yang buruk,
malnutrisi dan efek pemaparan. Zat yang dijual bebas seperti kafein dan nikotin sering
disalah gunakan. Di sini harus diperhatikan adanya gangguan gastrointestiral kronis pada
lansia pengguna alkohol maupun tidak obat-obat sehingga tidak terjadi suatu penyakit
medik.

f. Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan dengan peningkatan
prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang sering dikeluhkan lansia daripada usia dewasa
muda adalah :
- Gangguan tidur,
- Ngantuk siang hari,
- Tidur sejenak di siang hari,
- Pemakaian obat hipnotik.
Secara klinis, lansia memiliki gangguan pernafasan yang berhubungan dengan tidur dan
gangguan pergerakan akibat medikasi yang lebih tinggi dibanding dewasa muda.
Disamping perubahan sistem regulasi dan fisiologis, penyebab gangguan tidur primer
pada lansia adalah insomnia. Selain itu gangguan mental lain, kondisi medis umum,
faktor sosial dan lingkungan. Ganguan tersering pada lansia pria adalah gangguan rapid
eye movement (REM). Hal yang menyebabkan gangguan tidur juga termasuk adanya
gejala nyeri, nokturia, sesak napas, nyeri perut.
Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih banyak terbangun pada dini hari
dibandingkan dengan gangguan dalam tidur. Perburukan yang terjadi adalah perubahan
waktu dan konsolidasi yang menyebabkan gangguan pada kualitas tidur pada lansia.

9
Terapi dapat diberikan obat hipnotik sedatif dengan dosis yang sesuai dengan kondisi
masing-masing lansia dengan tidak lupa untuk memantau adanya gejala fungsi kognitif,
perilaku, psikomotor, gangguan daya ingat, insomnia rebound dan gaya jalan.

E. Mitos lansia dan kenyataannya


1. Mitos konservatif
Ada pandangan bahwa lansia pada umumnya:
 Konservaatif
 Tidak kreatif
 Menolak inovasi
 Berorientasi ke masa silam
 Merindukan masa lalu
 Kembali ke masa kanak-kanak
 Susah menerima ide baru
 Susah berubah
 Keras kepala
 Cerewet
Faktanya : tidak semua lansia bersikap, berfikiran, dan berperilaku demikian.
2. Mitos berpenyakit dan kemunduran
Lansia sering kali dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai dengan
berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua (lansia
merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran)
Faktanya : memang proses menua disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan
metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit. Akan tetapi, saat ini telah banyak
penyakit yang dapat dikontrol dan diobati.
3. Mitos senilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh adanya kerusakan sel otak.
Faktanya: banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar bugar, daya pikirnya masih
jernih dan cenderung cemerlang, bnyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan daya ingat.

10
4. Mitos ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan menjadi
beban keluarganya. Lansia dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan
menjadi beban keluarganya.
Faktanya: tidak demikian, banyak individu yang mencapai kebenaran, kematangan,
kemantapan, serta produktifitas mental dan material dimas lanjut usia.
5. Mitos asektualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, minat, dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya seks
menurun.
Faktanya: kehidupan seks pada lansia berlangsung normal, dan frekuensi hubungan
seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi.
6. Mitos tidak jatuh cinta
Lansia sudah tidak lagi jatuh cinta, tidak tertarik atau bergairah kepada lkawan jenis.
Faktanya: perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa, perasaan cinta tidak
berhenti hanya karena menjadi lansia.
7. Mitos kedamaian dn ketenangan
Lansia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan
dewasanya. Badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan telah berhasil
dilewatinya.
Faktanya:L sering ditemukan stres karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta
penderitaan karena penyakit, kecemasan, kekhawatiran, depresi, paranoid, dan psikotik.

F. Peran Perawat Bagi Lansia


Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia,
apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain :
1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang
personal hygine, kebersihan lingkungan serta makanan yang sesuai dan kesegaran
jasmani.
2. Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang
perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada
dasarnya sama sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota

11
keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi
dekubitus.
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit
berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain :
1. Berkurangnya jaringan lemak subkutan.
2. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas.
3. Menurunnya efisiensi kolateral kapital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis
dan rapuh.
4. Ada kecendrungan lansia imobisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus.

Disamping itu, faktor intrinsik (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya dekubitus,
yakni :
1. Status gizi
2. Anemia
3. Adanya hipoalbunemia
4. Adanya penyakit-penyakit neurologik
5. Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
6. Adanya dehidrasi
Faktor ekstrinsik, yakni :
1. Kurang kebersihan tempat tidur
2. Alat-alat tenun yang kusut dan kotor
3. Kurangnya perawaatan yang baik dari perawatan

G. Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia


1) Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang
dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah
atau ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat
dibagi atas dua bagian, yakni :

12
a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak
tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih mampu
melakukan sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui dasar perawatan klien
lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang berhubunga dengan keberhasilan
perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. kebersihan perorangan (personal
hygiene) sanga penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat
sumber infeksi dapat timbul bila keberihan kurang mendapat perhatian.
2) Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan adukatif
pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhaadap
segala sesuatu yang asing, sebagai penamung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat
yang akrab. Perawat hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan
kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar
para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu
sabar, simpatik, dan service.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat harus dapat
mendukung mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang
dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini
mereka dapat merasa pua dan bahagia.
3) Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah satu upaya perawat
dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesame
klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan social ini merupakan
suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalh mahluk social yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan
social antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut usia dan perawat sendiri.

13
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut usia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi, menonton film,
atau hiburan-hiburan lain.
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton tv,
mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat disadari bahwa
pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya
pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lanjut usia.
4) Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutamabila klien lanjut usia dalam keadaan
sakit atau mendekati kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi
kematian, DR. Tony Setyabudhi mengemukakan bahwa maut seringkali menggugah rasa
takut. Rasa takut semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti tidakpastian
akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit / penderitaan yang sering menyertainya,
kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga / lingkungan sekitarnya.

H. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dengan :
 Peningkatan kesehatan (Health Promotion).
 Pencegahan penyakit
 Pemeliharaan kesehatan.
Sehingga memiliki ketenengan hidup dan produktif sapai akhir hidup.
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut
dengan jalan perawatan dan pencegahan.
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangathidup klien
lanjut usia (Life Support ).
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit / mengalami gangguan
tertentu ( kronis maupun akut ).
5. Merangsang para petugas kesehatan ( dokter, perawat )untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan tertent.

14
6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu
penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa
perlu suatu pertolongan (Memelihara kemandirian secara maksimal ).

I. Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental.
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

15
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi ke-6. Jakarta :
EGC
Leeckenotte, Annete Glesler. 1997. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Muhith, Abdul , 2016. Pendidikan keperawatan gerontic, edisi 1, yokyakarta : ANDI OFFFSET

16
KEPERAWATAN KELUARGA

TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


“LANSIA”

DISUSUN OLEH:
1. ELI YUSLIZA
2. ERINA YETRI
3. TOTY LIBRIAWATI

STIKES NAN TONGGA LUBUK ALUNG PADANG PARIAMAN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
TAHUN 2018/2019

17
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tahap Perkembangan Keluarga
“Lansia” tepat pada waktunya.
Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan makalah
berikutnya.
Sekian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Lubuk Alung, 29 Juni 2019

Penulis

18
i

Anda mungkin juga menyukai