TINJAUAN PUSTAKA
1
2
dalam keluarga.
4 Keluarga dengan anak a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk
usia sekolah meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan
teman sebaya yang sehat.
b. Mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan.
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik
anggota keluarga.
5 Keluarga dengan anak a. Mengembangkan kebebasan dengan
remaja tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri.
b. Memfokuskan kembali hubungan
perkawinan.
c. Berkomunikasi secara terbuka antara
orang tua dan anak-anak.
6 Keluarga melepaskan d. Memperluas siklus keluarga dengan
anak dewas muda memuaskan anggota keluarga yang baru
didapatkan melalui perkawinan anak-
anak.
7 Orang tua usia a. Menyediakan lingkungan yang
pertengahan meningkatkan kesehtan.
b. Mempertahankan hubungan-hubungan
yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia dan anak-anak.
c. Memperkokoh hubungan perkawinan.
8 Keluarga lansia a. Mempertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan.
b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang
menurun.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan.
5
9) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll).
10) Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali
dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau
ditinggal mati.
1.1.7.2 Non-tradisional :
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners).
6) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
7
7) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara
dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya.
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian,
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
1.1.8 Peranan Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut :
1) Peranan ayah :
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
8
2) Peranan ibu :
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Peranan anak :
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual
1.1.9 Fungsi Keluarga
1) Fungsi biologis :
a) Meneruskan keturunan
b) Memelihara dan membesarkan anak
c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d) Memelihara dan merawat anggota keluarga
2) Fungsi Psikologis :
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b) Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d) Memberikan identitas keluarga
3) Fungsi sosialisasi :
a) Membina sosialisasi pada anak
b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4) Fungsi ekonomi :
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa
yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua).
9
5) Fungsi pendidikan :
a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan
dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya.
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
1.1.10 Dinamika Keluarga
Perkembangan anak pada usia antara tiga-enam tahun adalah
perkembangan sikap sosialnya. Konsep perkembangan sosial mengacu pada
perilaku anak dalam hubungannya dengan lingkungan sosial untuk mandiri
dan dapat berinteraksi atau untuk menjadi manusia sosial. Interaksi adalah
komunikasi dengan manusia lain, suatu hubungan yang menimbulkan
perasaan sosial yang mengikatkan individu dengan sesama manusia,
perasaan hidup bermasyarakat seperti tolong menolong, saling memberi dan
menerima, simpati dan empati, rasa setia kawan dan sebagainya.
Melalui proses interaksi sosial tersebutlah seorang anak akan
memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan perilaku-perilaku penting
yang diperlukan dalam partisipasinya di masyarakat kelak, dikenal juga
dengan sosialisasi. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Zanden (1986)
bahwa kita terlahir bukan sebagai manusia, dan baru akan menjadi manusia
hanya jika melalui proses interaksi dengan orang lain. Artinya, sosialisasi
merupakan suatu cara untuk membuat seseorang menjadi manusia (human)
atau untuk menjadi mahluk sosial yang sesungguhnya (social human being).
Pengaruh paling besar selama perkembangan anak pada lima tahun
pertama kehidupannya terjadi dalam keluarga. Orangtua, khususnya ibu
mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak,
walaupun kualitas kodrati dan kemauan anak akan ikut menentukan proses
perkembangannya. Sedang kepribadian orangtua sangat besar pengaruhnya
pada pembentukan pribadi anak.
Beberapa hasil penelitian yang dilakukan Rohner, dkk (1986) di Amerika
menunjukkan bahwa seorang ibu yang memperlakukan anak dengan kasar,
10
baik fisik maupun verbal akan menghasilkan pribadi anak yang cenderung
kasar setelah dia dewasa.
Sampai saat ini, keluarga masih tetap menerapkan bagian terpenting dari
jaringan sosial anak sekaligus sebagai lingkungan pertama anak selama
tahun-tahun formatif awal untuk memperoleh pengalaman sosial dini, yang
berperan penting dalam menentukan hubungan sosial di masa depan dan
juga perilakunya terhadap orang lain.
1.2 Konsep Dasar Penyakit ISPA
1.2.1 Definisi
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14
hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari
hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti:
sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi
saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik
dapat mengakibat kematian
Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA
dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia
dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia
tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan
penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan
pneumonia.
1.2.2 Klasifikasi Ispa
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
1) Pneumonia berat
Ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
2) Pneumonia
Ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
11
3) Bukan pneumonia
Ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis,
faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit
ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1) Pneumonia berat
Diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang
2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2) Bukan pneumonia
Batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada
bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu:
1) Pneumonia berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang tidak menangis atau meronta).
2) Pneumonia
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40
kali per menit atau lebih.
3) Bukan pneumonia
Batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2004).
1.2.3 Etiologi Ispa
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus,
12
kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus,
hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala.
Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih
lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah.
Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga
tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia
(radang paru).
1.2.6 Cara Penularan Penyakit Ispa
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah
tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh
karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease.
Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi
tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi.
Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak
langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya
adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau
mikroorganisme penyebab. Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui:
1) Polusi udara.
2) Asap Rokok.
3) Bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan.
4) Asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk
memasak.
1.2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit Ispa
1.2.7.1 Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya
bisa secara akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks,
faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal
sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus
yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus
Myxovirus, Coxsackie, dan Echo.
14
1.2.7.2 Manusia
1) Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia
dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar
dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena
anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen
saluran nafasnya masih sempit.
2) Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada
laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
3) Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab
utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi
anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya
didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya
tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat
berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.
4) Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir
<2.500 gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR
mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat
≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia
adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.
5) Status ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi
kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan
virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan
menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan
(Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit)
yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi.
15
6) Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap
penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi
tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa
pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan
kesehatan anak.
1.2.7.3 Lingkungan
1) Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004),
dengan desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan
berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji
regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai exp
(B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita
sebesar 28 kali.
2) Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum
18- 300°C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180°C
atau diatas 300°C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu
ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko
terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
3) Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini
berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut
tetap terjaga.
4) Kepadatan Hunian Rumah
Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004)
menemukan proses kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar
pada anak yang tinggal di rumah yang padat dibandingkan dengan anak
yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian
16